Anda di halaman 1dari 30

ISOLASI PATOGEN JAMUR DAN BAKTERI PADA

TANAMAN CABAI (Capsicum sp.)

LAPORAN

Oleh

KELOMPOK 2
ANGGIE JUNITA BATUBARA
2104290085
AGROTEKNOLOGI 2

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
ISOLASI PATOGEN JAMUR DAN BAKTERI PADA
TANAMAN CABAI (Capsicum sp.)

LAPORAN

Oleh:

KELOMPOK 2
ANGGIE JUNITA BATUBARA
2104290085
AGROTEKNOLOGI 2

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Mata Kuliah
Praktikum Ilmu Hama Penyakit Tanaman di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara

Dikoreksi Oleh:

Putri Andreani
Asisten Praktikum

Diketahui oleh:

Widihastuty, S.P., M. Si
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
kesehatan bagi penulis segingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum
Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman yang berjudul “Isolasi Patogen Jamur dan
Bakteri Pada Tanaman Cabai (Capsicum sp)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang Tua Penulis Yang Telah Memberi Dukungan Baik Secara Moral
Maupun Material.
2. Ibu Widihastuty, S.P., M. Si. Selaku Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Kakak Raisya Nur Syahbani Selaku Asisten dosen Ilmu Hama dan Penyakit
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Kakak Putri Andreani Selaku Asisten Dosen Praktikum Ilmu Hama dan
Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
5. Teman-teman yang berpartisipasi dalam pembuatan laporan maupun
dokumentasi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna untuk
itu saran dan kritik sangat di harapkan.

Medan, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iii

DAFTAR TA ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ v

PENDAHULUAN ................................................................................. 1

Latar Belakang ......................................................................... 1

Tujuan Praktikum ..................................................................... 3

Kegunaan Praktikum ................................................................ 3

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

Klasifikasi dan Botani Tanaman Cabai (Capsicum sp.)............ 4

Morfologi Tanaman Cabai (Capsicum sp.)............................... 4

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.)....................... 6

Iklim................................................................................. 6

Tanah............................................................................... 6

Klasifikasi Jamur Karat Daun (Colletotrichum capsici)........... 7

Gejala Serangan .............................................................. 7

Pengendalian.................................................................... 8

Klasifikasi Bakteri Busuk Buah (Erwinia carotovora)............. 8

Gejala Serangan............................................................... 8
Pengendalian.................................................................... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 10

Hasil ......................................................................................... 10

Pembahasan .............................................................................. 10

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 13

Kesimpulan .............................................................................. 13

Saran ......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14

LAMPIRAN ......................................................................................... 16
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1. Media PDA Sebelum isolasi............................................................ 10
2. Media PDA Sesudah isolasi............................................................. 10
3. Media NA Sebelum isolasi .............................................................. 11
4. Media NA Sesudah isolasi .............................................................. 11
5. Pengesterilan alat menggunakan alcohol......................................... 18
6. Peletakan patogen bakteri ke dalam media PDA ............................ 18
7. Peletakkan patogen jamur ke dalam media NA .............................. 18
8. Menutup media yang sudah ada patogen dengan menggunakan
plastik warp...................................................................................... 18
9. Hasil isolasi patogen jamur pada media PDA..................................
10. Hasil isolasi patogen bakteri pada media NA.................................. 19

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1. Pengamatan Isolasi Patogen Jamur Tanaman Cabai (Capsicum sp.)...... 10
2. Pengamatan Isolasi Patogen Bakteri Tanaman Cabai (Capsicum sp.).... 11

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
Halaman
1. Deskripsi Tanaman Cabai (Capsicum sp.)...................................... 16
2. Dokumentasi Kegiatan Praktikum.................................................. 18

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan

subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus

menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam

tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun

SM di dalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia

termasuk negar-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang

iiv
Spanyol dan Portugis. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah

tumbuhan perdu yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh

kandungan capsaicin. Di Indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai

tanaman semusim pada lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan (Afa

dkk., 2022).

Prospek cabai rawit cukup menjanjikan untuk pemenuhan konsumen

domestik dan permintaan ekspor. Pada tahun 2017-2021, permintaan cabai rawit

diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar 2,65% tiap tahunnya meliputi

kebutuhan bibit, konsumsi, serta bahan baku industri. Sebaliknya, proyeksi

produksi cabai rawit diperkirakan mengalami penurunan 0,4% per tahun selama

2017-2021. Kondisi tersebut disebabkan luas panen yang diproyeksikan menurun

0,85% pada rentang tahun yang sama. Apabila produksi cabai lebih rendah dari

tingkat konsumsi maka akan terjadi kenaikan harga sehingga dapat mempengaruhi

tingkat inflasi, terutama pada musim tertentu dan terjadi hampir setiap tahun

(Anonim , 2017).

Kualitas buah yang baik dan jumlah buah yang banyak merupakan harapan

bagi seluruh petani pada masa panen. Namun, beberapa faktor seperti kebanjiran,

kekeringan, hama dan penyakit menjadi sebuah permasalahan yang sering ditemui

dalam pembudidayaan cabai merah. Antraknosa, layu Fusarium, bercak daun

Cercospora, busuk daun Phytophtora, busuk buah, rebah batang, dan layu bakteri

merupakan berbagai penyakit yang menyebabkan pertumbuhan tanaman cabai

merah terhambat. Penyebab penyakit tersebut didominasi oleh jamur patogen.

Jamur patogen yang menyebabkan penyakit pada cabai merah beragam jenisnya.

Terdapat empat jenis jamur patogen pada tanaman cabai merah. Diantaranya

iiiv
Cercospora capsici, Phytophthora sp. Colletotrichum capsici dan Oidium sp

(Ardhona dan Ginting, 2018).

Cabai (Capsicum sp.) merupakan komoditas sayuran yang

mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk keperluan bumbu dapur

ataupun rempah-rempah penambah cita rasa makanan (masakan). Walaupun harga

cabai di pasaran sering naik dan turun cukup tajam, keinginan petani untuk

membudidayakan tidak pernah surut. Nilai ekonomi yang tinggi merupakan daya

tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Untuk tetap mempertahan

produktivitas dari pengaruh lingkungan yang tidak mendukung, selain memakai

varietas unggul perlu juga dilakukan teknik budidaya yang baik, seperti

penggunaan mulsa (Ardhona dkk., 2018).

Cabai merah (Capsicum sp.) termasuk kedalam kelompok tanaman

holtikultura yang sangat umum dikenal dan diminati oleh berbagai kalangan

masyarakat karena rasa buahnya yang pedas. Rasa buah yang pedas menjadi ciri

khas tanaman ini karena terdapat kandungan capsaicin di dalamnya. Harga jual

buah cabai merah terbilang cukup tinggi karena banyaknya permintaan buah cabai

merah oleh konsumen. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahun menyebabkan

kebutuhan cabai merah juga meningkat. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan

cabai merah, masyarakat membudi- dayakan cabai merah di pekarangan rumah

ataupun di perkebunan (Wakhidah dkk., 2021).

Tujuan Praktikum

Untuk mengidentifikasi pathogen jamur dan bakteri pada tanaman cabai


(Capsicum sp).

ivv
Kegunaan Praktikum

1. Sebagai syarat masuk untuk mengikuti Praktikum Ilmu Hama dan Penyakit

Tanaman di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

2. Sebagai syarat masuk untuk mengikuti Praktikal Test Praktikum Ilmu Hama

dan Penyakit Tanaman di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.

vv
6

TINJAUAN PUSTAKA

Osmosis adalah gerakan


suatu materi, misalnya
air melintas suatu selaput
atau membran. Air
selau bergerak melewati
membran kearah sisi
yang
mengandung jumlah
meteri yang terlarut
peling banyak dan kadar
air
paling sedikit. Garam dan
air adalah dua dari bahan-
7

bahan kimia yang ada


pada
kentang. Irisan-irisan
kentang yang diletakan
dalam mangkuk air tawar
akan mepunyai kadar air.
Semula di tambah dengan
air dan mangkuk yang
masuk kedalam. Irisan
melalui membrane sel.
Air yang masuk ini
membuat
irisan-irisan kentang tadi
menjadi kaku. Kadar
galam dalam tiap irisan.
8

Kentang lebih kecil


jumlahnya dibangkan
dengan kadar yang ada
dalam
mengkuk air garam
menjadi lembek, karena
kehilangan sebagian dari
air yang
semuladi kandung dalam
sel-selnya. Air yang
berasal dari dalam tiap
irisan
kentang keluar melaui
membran-membran sel
dan masuk
kedalammangku
9

Klasifikasi dan Botani Tanaman Cabai

Merunurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai

termasuk kedalam :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Class : Dycotyledonae

Sub-class : Metachlamydeae

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum sp (Gulo dan Harefa, 2023).

Morfologi Tanaman Cabai (Capsicum sp)

Akar

Cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran

akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjang berkisar

25-35 cm. akar ini berfungsi antra lain menyerap air dan zat makanan dari dalam

tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Akar tanaman cabai tumbuh

lurus ke dalam tanah berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman

± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tumbuh akar-akar cabang, akar cabang

tumbuh horizontal di dalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang

berbentuk kecil-kecil dan membentuk masa yang rapat.

Batang

Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 5 - 10 cm. Batang utama cabai tegak

dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20 - 28 cm dengan diameter 1,5 - 2,5


10

cm. Batang bercabang berwarna hijau dengan panjang mencapai 5 - 7 cm,

diameter batang percabangan mencapai 0,5 - 1 cm. Percabangan bersifat dikotomi

atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Batang

cabang memiliki batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang

bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau.

Daun

Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 5 - 10 cm. Batang utama cabai

tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20 - 28 cm dengan diameter 1,5 -

2,5 cm. Batang bercabang berwarna hijau dengan panjang mencapai 5 - 7 cm,

diameter batang percabangan mencapai 0,5 - 1 cm. Percabangan bersifat dikotomi

atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Batang

cabang memiliki batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang

bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau.

Bunga

Bunga tanaman cabai berbentuk bintang kecil, umumnya bunga cabai

berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna

dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna

karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga,

alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin

dua atau hemaprodit karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga.

Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5 - 6 helai, panjang 1 - 1,5 cm,

lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning

Buah Dan Biji


11

Buah cabai warnanya bervariasi. Buah yang telah tua warnanya

berubah menjadi merah, merah tua, hijau kemerahmerahan, bahkan merah gelap

mendekati ungu. Biji buah cabai dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu

buah berbiji banyak, berbiji sedikit, dan tidak berbiji. Biji cabai berbentuk pipih

dengan warna putih kekuningan. Diameter biji antara 1 - 3 mm dengan ketebalan

0,2 - 1 mm. bentuk biji tidak beraturan, agak menyerupai bentuk octagon (Lelang

dkk., 2019).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi yang cukup luas.

Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai

ketinggian 1400 m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhannya di dataran

tinggi lebih lambat. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai

merah adalah 25 - 27 ºC pada siang hari dan 18 - 20 ºC pada malam hari. Suhu

malam di bawah 16 ºC dan suhu siang hari di atas 32 ºC dapat menggagalkan

pembuahan (Muis, 2017)

Tanah

Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah adalah tanah yang

gembur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurangkurangnya 1,5%),

unsur hara dan air, serta bebas dari gulma. Tingkat keasaman (pH) tanah yang

sesuai adalah 6 - 7. Kelembaban tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab

tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara 24 - 30 ºC sangat mendukung

pertumbuhan tanaman cabai merah. Temperatur tanah yang rendah akan

menghambat pengambilan unsur hara oleh akar (Sajuri dan Kurniawan, 2022).
12

Klasifikasi Jamur (Collettotricum capsici)

Klasifikasi fungi Colletotrichum Capsici pada tanaman cabai yaitu:

Kingdom : Fungi

Divisi : Aschomycota

Classis : Ascomycetes

Order : Melanconiales

Famili : Melanconiaceae

Genus : Colletotrichum

Species : Colletotrichum capsica (Nalendra, 2022).

Gejala Serangan

Serangan antraknosa ini disebabkan oleh jamur dari marga Colletotrichum.

Jamur ini mempunyai empat jenis utama yaitu C. gloeosporioides, C. acutatum, C.

dematium dan C. capsici. Lebih dari 90% antraknosa yang menginfeksi cabai

diakibatkan oleh jamur Colletotrichum capsici Gejala serangan penyakit

antraknosa pada tanaman mudah terlihat oleh adanya ciri berupa bercak bulat

panjang, berwarna merah kecoklatan, dengan meninggalkan sepanjang bercak

luka. Infeksi ini terjadi dalam lokasi potongan kecil yang tersebar kemana- mana

dan menyerang daun. Bercak berkembang cepat pada musim hujan, bahkan pada

lingkungan yang kondusif penyakit ini dapat menghancurkan seluruh areal

pertanaman cabai (Sari, 2019).

Pengendalian

Berbagai cara pengendalian dapat dikelompokkan ke dalam pengendalian

dengan peraturan/undang-undang, kultur teknis, hayati, fisik, dan kimiawi.

Sebagian besar pengendalian melalui kultur teknis bertujuan untuk membantu


13

tumbuhan tidak berkontak dengan patogen dan mengeradikasi atau menurunkan

jumlah patogen yang terdapat pada tumbuhan, lahan atau daerah. Pengendalian

secara fisik dan kimiawi bertujuan untuk melindungi tumbuhan dari inokulum

patogen yang kemungkinan besar mencapai tumbuhan serta untuk menyembuhkan

infeksi yang telah berkembang. Usaha pengendalian penyakit yang banyak

dilakukan oleh para petani adalah penggunaan fungisida sintetis secara intensif.

Pengendalian seperti ini memerlukan biaya besar dan juga efek residunya dapat

menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan. Efek residu

fungisida dapat mematikan jasad sasaran yang banyak bermanfaat bagi

kelangsungan ekosistem di alam (Sundari dkk., 2021).

Klasifikasi Bakteri Erwinia caractovora

Taksonomi dari bakteri Erwinia carotovora adalah :

Kingdom : Bakteria

Phylum : Protobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Order : Enterobacterialles

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Erwinia

Speceis :Erwinia carotovora (Thohari dkk., 2019).

Gejala Serangan
14

Erwinia carotovora menyerang pangkal batang menyebabkan batang

membusuk, berwarna hitam, dan berlendir. Lendir ini merupakan campuran

bakteri dan jaringan tanaman yang rusak. Tanaman yang terserang akan tumbang

dan mati. Ketika busuk lunak berkembang, daging umbi membusuk dan menjadi

bertekstur seperti krim dan warna menjadi kecoklat-coklatan. Seringkali ada

gejala batas hitam di antara lentisel yang dapat diamati saat umbi masih dalam

masa tanam, tetapi biasanya muncul paling terlihat 4 hingga 10 hari setelah panen

dan masa pengemasan. Gejala dicirikan oleh munculnya bintik- bintik gelap

coklat, melingkar, berair atau lesi kecil mengelilingi lentisel di permukaan umbi

(Nazirah, 2022).

Pengendalian

Pada umumnya bakteri agens hayati mengendalikan patogen tumbuhan

dengan cara pertama, melakukan kompetisi dalam mendapatkan zat makanan,

kedua melakukan parasitasi terhadap patogen tumbuhan dan ketiga, menghasilkan

senyawa-senyawa antimikroba dan metabolit seperti siderofor atau enzim ekstra

seluler. Bakteri rhizosfer seperti B. subtilis dan P. fluorescens telah banyak

digunakan sebagai agensia pengendali hayati patogen tumbuhan, karena kedua

bakteri ini mampu menghasilkan senyawa antimikrobia terhadap patogen

tumbuhan (Muis, 2017).


15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Pengamatan Isolasi Patogen Jamur Pada Tanaman Cabai (Capsicum sp.)

Sebelum Isolasi Keterangan

Pada media PDA sebelum isolasi


terlihat potongan dari bagian daun
cabai yang terkena penyakit karat
daun

Sesudah Isolasi Keterangan

PDA Pada media PDA sesudah di isolasi


selama seminggu terlihat mulai
tumbuh spora dari daun yang terkena
penyakit karat daun
16

Pembahasan
Pada table 1 terlihat sebelum diisolasi hanya terlihat potongan potongan

kecil dari daun yang berwarna kecoklatan. Setelah diisolasi selama seminggu di

dalam PDA terlihat miselium dari jamur mulai tumbuh di atas PDA. Waktu

pertumbuhan jamur memerlukan waktu seminggu untuk tumbuhnya misellium

dan perlunya dilakukan inkubasi agar jamur didalam PDA tetap steril dan tidak

terkontaminasi oleh jamur lain. Hal ini sesuai dengan literatur (Sari, 2021) yang

menyatakan bahwa spora jamur berkecambah di dalam media PDA pada

inkubasi 12 jam dan dengan metode pour plate miselia akan muncul ke

permukaan media pada inkubasi 24 jam. Setelah 48 jam inkubasi, miselia akan

semakin menyebar dan mulai terbentuk sporangium pada kedua metode inokulasi.

Tabel 2. Pengamatan Isolasi Patogen Bakteri Pada Tanaman Cabai


Sebelum Isolasi Keterangan
Pada media NA pada saat sebelum
isolasi terlihat lender lender cabai
yang digoreskan pada media NA
17

Pada media NA terlihat lendir lendir


bakteri mulai tumbuh di media NA
setelah diisolasi selama kurang lebih
seminggu

Pembahasan
Pada table 2 terlihat bakteri yang sebelum di isolasi hanya terlihat goresan

dari lendir bakteri. Setelah diisolasi selama 7 hari, mulai terlihat lendir lendir yang

jelas tumbuh di astas media NA. Pengisolasian bakteri ini dilakukasn agar kita

dapat mengetahui dan melihat bakteri sekaligus memisahkannya dari

mikroorganisme yang lain. Hal ini sesuai dengan literatur (Wakhidah dkk., 2021)

yang menyatakan bahwa Isolasi mengacu pada pemisahan galur daricampuran

mikroba hidup alami. Tujuan dari isolasi adalah mengidentifikasi mikroba yang

diinginkan. Teknik inokulasi merupakan teknik mentransfer budaya atau

mikroorganisme tertentu dari medium lama kemedium baru dengan tujuan

mendapatkan kultur murni tanpa terkontaminasi dari mikroorganisme

lain , metode dalam inokulasi terdapat metode untuk mendapatkan kultur murni

dan kultur campuran.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum Ilmu HPT ini adalah sebagai berikut:
1. Fungisida adalah zat kimia yang dapat mematikan atau menghambat

pertumbuhan cendawan atau jamur.

2. Cabai salah satu tanaman perdu dari family terung-terungan (solanaceae).

3. Media Nutrient Agar (NA) merupakan media yang berbentuk sebuk berwarna

putih kekuningan.

4. Media Potato Dextrose Agar dan hifa ini memiliki beberapa warna yaitu putih,

kuning dan hingga keabu abuan.

5. Gejala jamur Coletotrichum sp dapat menginfeksi cabang, ranting, dan buah.

Infeksi pada buah biasanya terjadi pada buah yang menjelang tua.

Saran
Sebaiknya para praktikan lebih memperhatikan lagi agar tidak terjadi
kesalahan yang bisa mempengaruhi hasil yang diperoleh. Dan diharapkan pada
praktikan untuk melengkapi bahan-bahan praktikum yang akan di praktikkan.
15

DAFTAR PUSTAKA

Afa, L., Bahrun, A., Sutariati, G. A. K dan Syarif, A. 2022. Pengaruh Amelioran
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.). Jurnal Media Pertanian. Vol 7(2): Hal 148-157.

Alfons, L. R., Marthin, K. A dan A. K. Kilkoda. 2023. Efek Penggunaan Ekstrak


Akar Bambu dan Metabolit Sekunder Trichoderma Harzianum terhadap
Hasil Tanaman dan Intensitas Penyakit Antraknosa pada Cabai.
AGROLOGIA. Vol 12(2): Hal 121-130.

Anggraeni, W., Rusmiyanto, E dan Rahmawati. 2019. Isolasi dan Identifikasi


Jamur pada Buah yang Bergejala Antraknosa dari Lahan Pertanian di
Dusun Jeruk. Jurnal Protobiont. Vol 8(2): Hal 94-100.

Ardhona, S., Karyanto, A dan Y. C. Ginting. 2018. Pengaruh Pemberian Dua


Jenis Mulsa dan Tanpa Mulsa terhadap Karakteristik Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L) pada Dataran
Rendah. Jurnal Agrotek. Vol 1(2) : Hal 153-158

Gulo, T dan Harefa, D. 2023. Identifikasi Serangga (Insekta) yang merugikan


Pada Tanaman Cabai Rawit di Desa Sisarahili Ekholo Kecamatan
Lolowau Kabupaten Nias Sealatan. Jurnal Sapta Agrica. Vol 2(1): Hal 50-
61.
Lelang, M. A., Ceunfin, S dan Lelang, A. 2019. Karakterisasi morfologi dan
komponen hasil cabai rawit (Capsicum frutescens L.) asal pulau Timor.
Savana Cendana. Vol 4(1): Hal 17-20.
Marsuni, Y. 2020. Pencegahan penyakit antraknosa pada cabai besar (Lokal:
Lombok Ganal) dengan perlakuan bibit kombinasi fungisida nabati. In
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah. Vol. 5(2): Hal
113-116.
Muis, A. 2017. Pengelolaan Penyakit Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani Kuhn)
pada Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 26(3).
Nalendra, A. K dan Mujiono, M. 2020. Perancangan perancangan iot (internet of
things) pada sistem irigasi tanaman cabai. Generation Journal. Vol 4(2):
Hal 61-68.
Nazirah, N. H. 2022. Pengaruh radiasi sinar UV-C terhadap tanaman sawi
(Brassica juncae L.) yang dipapari bakteri Erwinia carotovora (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Rosmainar, L., Ningsih, W., Ayu, N. P dan Nanda, H. 2018. Penentuan kadar
vitamin C beberapa jenis cabai (Capsicum sp.) dengan spektrofotometri
UV-VIS. Jurnal Kimia Riset.Vol 3(1): Hal 1-5.
15

Sajuri, S., Afiatan, A. S dan Kurniawan, S. D. 2022 . Aplikasi irigasi sistem


kapiler dan berbagai media tanam tanaman cabai (Capsicum Annuum L).
Jurnal Pertanian Agros. Vol 24(2): Hal 722-729.
Sari, L. Y. 2019. Kajian Metabolit Sekunder Jamur Entomopatogen Untuk
Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium Tanaman Cabai In Planta
(Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).

Sari, N dan Kasiamdari, R. S. 2021. Identifikasi dan Uji Patogenisitas


Colletotrichum spp. dari Cabai Merah (Capsicum annuum): Kasus di
Kricaan, Magelang, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol
26(2): Hal 243-250.

Sembiring, A dan Sumanto, N. L. 2021. Isolasi Bakteri Penghasil Asam Indol


Asetat (AIA) dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih Cabai Merah.
Jurnal AGROTEK UMMAT. Vol 8(1).

Sholiha, S. M., Banu, L. S dan P. A. Pugiono. 2020. Kajian Perbandingan Analisa


Usaha Tani serta Produktivitas Tanaman Cabai Rawit di Dalam Polibag
dan di Lahan Pekarangan. Jurnal Ilmiah Respati. Vol 11(1): Hal 13-23.

Sundari., Nugroho, C. C dan H. Tusaddiah. 2021. Efektivitas Pupuk Organik Cair


Fpukt-1 terhadap Hasil Cabai Besar Varietas Darmais F1. Ziriaa,ah. Vol
46(1): Hal 1-11.

Thohari, N. M., Pestariati, P dan Istanto, W. 2019. Pemanfaatan Tepung Kacang


Hijau (Vigna radiata L.) Sebagai Media Alternatif NA (Nutrient Agar)
Untuk Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Analis Kesehatan Sains, Vol
8(2).

Wakhidah, S., Kasrina Dan H, Bustamam. 2021. Kean ekaragaman Jamur Patogen
dan Gejala yang pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) di
Dataran Rendah. Koservasi Hayati. Vol 17(2): Hal 63-68.
15

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Cabai Varietas Maruti


Asal : dalam negeri (PT. Agri Makmur Pertiwi)

Silsilah : FLB 10 A/B x FLB 10C

Golongan varietas : hibrida

Tinggi tanaman : 60 – 80 cm

Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 1,2 – 1,8 cm

Warna batang : hijau – ungu

Warna daun : hijau

Bentuk daun : memanjang

Ukuran daun : panjang 6,6 – 10,3 cm, lebar 2,7 – 4,1 cm

Bentuk bunga : seperti bintang

Warna kelopak bunga : hijau

Warna mahkota bunga : putih

Warna kepala putik : kuning

Warna benangsari : kuning

Umur mulai berbunga : 30 – 40 hari setelah tanam

Umur mulai panen : 85 – 90 hari setelah tanam

Bentuk buah : memanjang

Ukuran buah : panjang 5,6 – 6,5 cm, diameter 0,9 – 1,0 cm

Warna buah muda : putih kekuningan

Warna buah tua : merah


15

Tebal kulit buah : 0,9 – 1,0 mm

Rasa buah : pedas

Bentuk biji : pipih cekung

Warna biji : kuning

Berat 1.000 biji :4–5g

Berat per buah : 1,0 – 1,5 g

Jumlah buah per tanaman : 300 – 400 buah

Berat buah per tanaman : 320 – 620 g

Daya simpan buah pada suhu

25 – 30 0C : 4 – 6 hari setelah panen

Hasil buah per hektar : 2,5 – 3,0 ton

Populasi per hektar : 20.000 – 21.000 tanaman

Kebutuhan benih per hektar : 100 – 110 g

Penciri utama : kulit buah halus dan mudah untuk dipetik saat
panen

Keunggulan varietas : jumlah buah per tanaman banyak, mudah dipetik

Wilayah adaptasi : beradaptasi dengan baik di dataran menengah

dengan ketinggian 525 – 775 m dpl

Pemohon : Junaidi Sungkono (PT. Agri Makmur Pertiwi)

Pemulia : Edo Elfrandho

Peneliti : Novia Sriwahyuningsih, Agustinus Jhon.


18

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Gambar 5. Pengesterilan alat menggunakan alkohol

Gambar 6. Peletakan patogen bakteri ke dalam media PDA

Gambar 7. Peletakkan patogen jamur ke dalam media NA

Gambar 8. Menutup media yang sudah ada patogen dengan menggunakan plastik
warp
19

Gambar 9. Hasil isolasi patogen jamur pada media PDA

Gambar 10. Hasil isolasi patogen bakteri pada media NA

Anda mungkin juga menyukai