Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN OBAT DAN REMPAH

PENGARUH PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN JAHE (Zingiber officinale )

OLEH:
ANWARY MAHSA
NIM. 2006112493

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN OBAT DAN REMPAH

PENGARUH PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN JAHE (Zingiber officinale )

OLEH:
ANWARY MAHSA
NIM. 2006112493

Diajukan untuk memperoleh nilai praktikum


Teknologi Produksi Tanaman Obat dan Rempah

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN JAHE (Zingiber officinale )

Oleh:
ANWARY MAHSA
NIM. 2006112493

Menyetujui,

Asisten Praktikum Asisten Praktikum

AHMAD MUTTAKIN ADE IRMA


NIM. 1706123166 NIM. 1902110283
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vii

I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4
2.1 Tanaman Jahe.................................................................................... 4
2.2 Tanah Inceptisol................................................................................. 6
2.3 Pupuk Kandang Ayam........................................................................ 8
2.4 Pupuk NPK...................................................................................... 10

III METODOLOGI..................................................................................... 12
3.1 Tempat dan Waktu............................................................................. 12
3.2 Bahan dan Alat.................................................................................. 12
3.3 Metode Praktikum............................................................................. 12
3.4 Pelaksanaan Praktikum...................................................................... 13
3.5 Parameter Pengamatan....................................................................... 16

IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 17


4.1 Tinggi Tanaman................................................................................. 17
4.2 Jumlah Daun...................................................................................... 18
4.1 Jumlah Tunas..................................................................................... 20

V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 23


5.1 Kesimpulan......................................................................................... 23
5.2 Saran.................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 24
LAMPIRAN................................................................................................ 27
v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Tinggi Tanaman .................................................................................... 17
2. Jumlah Daun.......................................................................................... 18
3. Jumlah Tunas......................................................................................... 20
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Tanaman Jahe......................................................................................... 4
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Deskripsi tanaman jahe.......................................................................... 27
2. Denah praktikum.................................................................................... 28
3. Perhitungan dosis pupuk organic........................................................... 29
4. Dokumentasi.......................................................................................... 30
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pengobatan herbal terbaik di dunia karena

memiliki keanekaragaman hayati yang sangat lengkap. Berbagai tumbuhan obat

dapat tumbuh subur di negara kita. Tumbuhan obat merupakan bahan baku

terpenting dalam produksi jamu dan obat herbal (Savitri, 2016). Untuk

meningkatkan produktivitas tanaman obat perlu dilakukan budidaya yang

maksimal. Budidaya dipahami sebagai segala usaha manusia yang ditujukan untuk

bercocok tanam yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik

daripada kegiatan pertanian. Oleh karena itu tujuan budidaya tumbuhan obat

adalah untuk menghasilkan simplisia yang bermutu tinggi (Kemenkes RI, 2011)

dan memungkinkan ketersediaannya sebagai obat bagi keluarga yang sakit setiap

saat (Nasriaty & Pujiharti, 2012).

Tanaman obat lebih efektif bila digunakan segar. Hal ini bisa dihindari

dengan menanam tanaman obat secara kecil-kecilan di pekarangan rumah.

Sehingga tidak hanya sebagai tanaman obat keluarga (TOGA), tetapi juga dapat

dimanfaatkan sebagai usaha sampingan bagi ibu rumah tangga (Ashari et al.,

2012). Pekarangan yang ditanami tumbuhan obat secara tradisional disebut

sebagai apotek hidup (Nurmayulis & Hermita, 2015).

Setiap jenis tanaman obat memerlukan kondisi tanah yang spesifik untuk

tumbuh dan berkembang secara optimal. Kondisi tanah yang perlu diperhatikan

meliputi kesuburan fisik tanah (struktur, tekstur, komposisi, porositas, suhu tanah,

pengeringan dan drainase tanah), kesuburan kimiawi (ketersediaan unsur hara,

kapasitas tukar kation, pH tanah), kesuburan biologis (aktivitas mikroorganisme


tanah dan bahan organik). Kesuburan tanah harus selalu dijaga (Alqamari et al.,

2017).

Dalam budidaya tanaman, faktor lingkungan memegang peranan penting

dalam mencapai pertumbuhan dan hasil yang maksimal. Hayati dkk. (2012)

menemukan bahwa faktor lingkungan memegang peranan penting dalam proses

pertumbuhan tanaman, dengan media tanam menjadi salah satu faktor lingkungan

yang perlu diperhatikan. Substrat tanam yang baik harus memenuhi persyaratan

tertentu, seperti B. bebas dari bakteri hama dan penyakit, bebas gulma, pengikat

air, tetapi juga membuang atau mengalirkan kelebihan air, kotoran dan air pori

agar akar tumbuh dan berkembang dengan mudah selama penanaman . sedang dan

asam. nilai pH) antara 6 dan 6,5. Struktur dan kondisi struktur yang baik

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberhasilan pertanian. Struktur

tanah yang diinginkan tanaman adalah struktur tanah yang gembur dengan ruang

pori yang terisi air dan udara untuk penyerapan hara yang optimal.

Upaya peningkatan produksi tanaman tidak terlepas dari penggunaan pupuk.

Pemupukan berimbang meningkatkan hasil panen. Informasi dari penelitian

terkini tentang pengelolaan hara tanaman sangat penting bagi petani untuk

meningkatkan produktivitas (Magen 2008).

Pemberian pupuk anorganik berupa NPK menyediakan unsur hara makro

N, P dan K yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian pupuk organik seperti

kotoran ayam dapat memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia. Menurut Kadekoh

dan Amirudin (2007), pemupukan yang ideal terjadi apabila unsur hara yang

diberikan dapat melengkapi unsur hara yang tersedia dengan semestinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dipelajari pengaruh aplikasi pupuk organik

2
dan anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kunyit. Selain NPK,

pupuk organik juga dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah yaitu

kotoran ayam. Pupuk kandang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanah dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Kotoran ternak berpotensi sebagai

bahan baku pupuk organik karena kotoran ternak mengandung unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanah.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan

vegetative tanaman jahe (Zingiber officinale) melalui pemberian pupuk NPK dan

pupuk kandang ayam.

3
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jahe

Tanaman jahe berasal dari Cina dan India yang dikenal sebagai sebuah

negara dimana jahe digunakan sebagai obat. Bangsa Romawi dan Yunani

menerima jahe dari para pedagang Arab yang membawanya dari India. Sedangkan

jahe diperkenalkan ke Jamaika sekitar tahun 1952, yang kemudian masuk ke

Karibia (Rukmana, 2000).

Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam keluarga

tumbuhan berbunga (temu-temuan). Diantara jenis rimpang jahe, ada 2 jenis jahe

yang telah dikenal secara umum, yaitu jahe merah (Zingiber officinalevar.

rubrum) dan jahe putih (Zingiber officinale var. amarum). Jahe merah (Zingiber

officinale var. Rubra) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dan

oleoresin yang sudah lama dimanfaatkan masyarakat untuk bahan rempah dan

obat (Santoso, 1989).

Gambar 1. Tanaman Jahe


Tanaman jahe merupakan tanaman tahunan, berbatang semu dengan tinggi

antara 30 cm - 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan

panjang 15 cm - 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, dan tersusun teratur dua baris

berseling. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang

dan berbunga. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran

rimpang yang besar, berwarna muda atau kuning, berserat halus dan sedikit

beraroma maupun berasa kurang tajam; jahe putih kecil (jahe emprit) yang

ditandai dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori sedang, dengan bentuk

agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam; jahe

4 merah yang ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga,

berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam (Rukmana, 2000).

Morfologi jahe secara umum terdiri atas struktur rimpang, batang, daun,

bunga dan buah. Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30-100 cm.

Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga

kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15-23 mm dan

panjang 8-15 mm. Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya ada tiga

jenis jahe yang dikenal, yaitu: jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe) atau

jahe putih, jahe putih kecil atau jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum),

dan jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) atau jahe sunti (Wardana,

2002).

Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat,berwarna putih sampai coklat

terang.Tanaman ini berbunga majemuk berupamalai muncul di permukaan tanah,

berbentuk tongkat atau bulat telur yangsempit, dan sangat tajam (Wardana, 2002).

Tanaman jahe membentuk rimpang yang berbentuk umbi, besar kecilnya

bergantung kepada jenisnya. Rimpang yang bentuknya agak pipih ke pinggir 4

membentuk cabang dan ranting saling tindih sehingga pada suatu saat membentuk

gumpalan rimpang yang agak tebal. Rimpang tampak berbuku-buku dan kuntum

terminal dari cabang rimpang dapat membentuk tanaman baru sehingga terbentuk

5
rumpun yang terdiri atas beberapa batang pokok. Batang pokok dapat mencapai

ketinggian hingga satu meter (Rismunandar, 1988).

Jahe adalah tanaman tahunan. Pseudostem, vertikal dan tinggi bervariasi

dari 0,3 hingga 0,75 meter. Warna batang hijau sedangkan warna pangkal batang

putih sampai kemerahan. Bentuk batangnya silindris dan licin. Rimpang jahe

tumbuh mendatar di dekat permukaan tanah dan bercabang. Daunnya bergantian

secara teratur, panjang 15–23 cm dan lebar 0,8–2,5 cm. Helaian daun panjangnya

2-4 meter dan berbulu. Lidah daun (ligula) panjangnya 0,75-1 cm, tetapi tidak

berbulu. Sedangkan warna permukaan daun bagian atas lebih gelap daripada

warna permukaan daun bagian bawah (Rismunandar, 1988).

Bunga tumbuh dari rimpang yang dipisahkan oleh daun atau pseudostasis.

Bunganya berbentuk togkat, atau terkadang umbi berbentuk telur, yang menonjol

dari tanah. Batangnya hampir tidak berbulu dan panjangnya 25 cm, sedangkan

urat daunnya sedikit berbulu. Sisik pada gagang bunga 5-7, lanset dan berdekatan.

Daun pelindung (lingkaran) bunga berwarna hijau muda, berbentuk lonjong atau

berbentuk dubur dan tidak berbulu. Bracts memiliki 1-8 bunga. Mahkota Buga

berbentuk tabung, benangnya cukup sempit, berwarna kuning kehijauan, dan

bibirnya berwarna ungu tua dan putih kekuningan. Kepala sari ungu panjangnya 9

mm dan kepala putiknya dua (Santoso, 1989).

2.2 Tanah Inceptisol

Inceptisol (inceptum atau permulaan) dapat disebut tanah muda karena

pembentukannya agak cepat sebagai hasil pelapukan bahan induk.Inceptisol

mempunyai kandungan liat yang rendah, yaitu < 8% pada kedalaman 20-50 cm.

Tanah Inceptisol, digolongkan ke dalam tanah yg mengalami lapuk sedang dan

6
tercuci Sanchez,(1992). Tanah jenis ini menempati hampir 4% dari luas

keseluruhan wilayah tropika atau 207 juta hektar.Oleh karena itu sebagian besar

jenis tanah ini mengalami pelapukan sedang dan tercuci karena pengaruh musim

basah dan kering yang sangat mempengaruhi tingkat pelapukan dan pencucian.

Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3,

kalsium karbonat kurang dari 40 %, kejenuhan basa kurang dari 50 % pada

kedalaman 1,8 m, COLE (Coefficient of Linear Extensibility) antara 0,07 dan

0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak pada 0,1 ±

1 atm (Resman et al., 2006). Karakteristik tanah Inceptisol memiliki solum tanah

agak tebal yaitu 1-2 meter, warna hitam atau kelabu sampai dengan cokelat tua,

tekstur pasir, debu, dan lempung, struktur tanah remah konsistensi gembur, pH 5,0

sampai 7,0, bahan organik cukup tinggi (10% sampai 31%), kandungan unsur hara

yang sedang sampai tinggi, produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi (Nuryani

et al., 2003).

Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah

Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer

menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan

yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses pedogenesis yang

menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar

menjadi bahan induk (Resman et.al., 2006). Inceptisol yang banyak dijumpai pada

tanah sawah memerlukan masukan yang tinggi baik untuk masukan anorganik

(pemupukan berimbang N, P, dan K) maupun masukan organik (pencampuran

sisa panen kedalam tanah saat pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang atau

pupuk hijau) terutama bila tanah sawah dipersiapkan untuk tanaman palawija

7
setelah padi. Kisaran kadar C-Organik dan kapasitas tukar kation (KTK) dalam

inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tampat, kecuali daerah kering, mulai

dari kutub sampai tropika (Munir, 1996).

2.3 Pupuk Kandang Ayam

Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang diperlukan

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk mengandung zat yang

dibutuhkan tanaman untuk memberi makan tanaman. Penggunaan pupuk organik

merupakan alternatif untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik (Susanti,

2016).

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan, hewan atau

manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, baik dalam bentuk cair

maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah memperbaiki kesuburan

kimia, fisik dan biologi tanah serta menjadi sumber hara tanaman. Pupuk organik

atau bahan organik merupakan sumber utama nitrogen tanah, dan di dalam tanah

pupuk organik diuraikan oleh mikroorganisme menjadi humus atau bahan organik

tanah (Susanti, 2016).

Pupuk organic adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti sapi,

kuda, kambing, ayam dan domba, dan fungsinya untuk menambah unsur hara

tanaman, meningkatkan kandungan humus dan bahan organik tanah, memperbaiki

struktur tanah dan mendorong mikroorganisme tanah untuk memperbaiki

(Sutedjo, 2010). ). Pupuk kandang terdiri dari campuran pupuk padat, urine dan

sisa makanan (limbah tanaman). Pupuk kandang memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan dengan pupuk anorganik yaitu dapat memperbaiki struktur tanah,

meningkatkan unsur hara, meningkatkan kandungan humus dan bahan organik,

8
serta meningkatkan kehidupan mikroorganisme penghuni tanah (Samadi dan

Cahyono, 2005).

Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan oleh ayam

petelur maupun ayam dan memiliki potensi besar sebagai pupuk organik.

Komposisi pupuk kandang sangat bervariasi tergantung dari karakteristik

fisiologis ayam, ransum pakan dan lingkungan kandang termasuk suhu dan

kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang

mempengaruhi sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam tinggi

nutrisi dan bahan organik dan rendah kadar air. Setiap ayam menghasilkan sekitar

6,6% dari berat tubuhnya dalam feses (feses) per hari (Taiganides, 2000).

Keunggulan dari kotoran ayam adalah konsentrasi nutrisi dan bahan organik yang

lebih tinggi

. Kotoran ayam dibandingkan dengan pupuk kandang yang lain,

mempunyai kandungan unsur hara yang lebih tinggi terutama unsur N, P dan

bahan organic. Disamping itu, ketersediaan kotoran ayam yang sangat banyak

dikarenakan pesatnya perkembangan peternakan di sektor perunggasan, terutama

ayam pedaging dan ayam petelur, karena itu kotoran ayam sangat cocok untuk

diolah menjadi pupuk kompos organik. Menurut Subroto (2009), bahwa

pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat

kekurangan unsur organik serta dapat memperkuat akar tanaman.

2.4 Pupuk NPK

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur

hara, misalnya pupuk NP, NK, PK, NPK. Disebut pupuk majemuk karena

pupukini mengandung unsur hara makro dan mikro dengan kata lain pupuk

9
majemuk lengkap bisa disebut sebagai pupuk NPK atau Compound Fertilizer.

Pupuk majemuk NPK adalah pupuk anorganik atau pupuk buatan yang dihasilkan

dari pabrik-pabrik pembuat pupuk, yang mana pupuk tersebut mengandung unsur-

unsur hara atau zatzat makanan yang diperlukan tanaman (Sutejo,2002).

Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk dinyatakan dalam tiga angka yang

berturut-turut menunjukkan kadar N, P2O5 dan K2O (Hardjowigeno, 2003).

Pupuk NPK merupakan jenis pupuk kimiawi yang dibuat melalui proses

kimia di dalam pabrik terdiri dari pupuk nitrogen N, pupuk fosfat P, dan pupuk

kalium K (Bambang, 2008). Penggunaan pupuk NPK yang tepat jumlah untuk

lokasi yang spesifik akan sangat menguntungkan baik secara teknis, ekonomis,

maupun lingkungan. Takaran pupuk yang optimal ditentukan oleh status hara

tanah, efisiensi pemupukan, dan keperluan hara tanaman. Status hara secara

kuantitatif dapat diukur dengan menetapkan kemampuan tanah menyediakan hara

bagi tanaman dan nilai uji tanah. Efisiensi pemupukan (jumlah hara terserap

tanaman per jumlah hara pupuk yang diberikan) beragam menurut sifat dan ciri

tanah, pengelolaan pupuk (cara dan waktu pemberian pupuk), dan kondisi

pertumbuhan tanaman (Toha , Makarimi dan Abdulrachman. 2001).

Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk anorganik yang dapat digunakan

sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro N,P, dan K

menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl yang kadang-kadang

susah diperoleh di pasaran dan sangat mahal (Pirngadi dan Abdulrachman, 2005).

Fungsi unsur hara NPK Mutiara bagi tanaman yaitu Nitrogen (N) untuk

merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun,

berperan dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam

10
skrifotosintesis, membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik,

Fosfor (P) yaitu merangsang pertumbuhan akar khususnya akar benih dan

tanaman muda sebagai bahan mentah untuk pembentukan protein tertentu,

membantu asimilasi dan pernafasan, mempercepat pemasakan buah, kalium (K)

membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat daun, bunga, dan

buah agar tidak mudah gugur, dan unsur ini sebagai sumber kekuatan dalam

menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan Marsono, 2011).

11
III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Riau, Kampus Bina Widya Kelurahan Simpang Baru km 12,5 Panam,

Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 10 Maret 2023 sampai 19 Mei

2023 .

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit kunyit (deskripsi

disajikan pada Lampiran 1), pupuk kandang ayam, pupuk NPK, paranet, ajir dan

polybag .

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, parang, gembor,

penggaris, sekop dan pisau cutter.

3.3 Metode Praktikum

Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang terdiri 3 taraf perlakuan antara

lain adalah sebagai berikut:

K0 : Dosis pupuk kandang 0

K1 : Dosis pupuk kandang 10 ton.ha-1

K2 : Dosis pupuk kandang 20 ton.ha-1

Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK terdiri dari 2 taraf perlakuan antara

lain adalah sebagai berikut.

P1 : Dosis pupuk NPK 1 gr.tanaman-1


P2 : Dosis pupuk NPK 2 gr.tanaman-1

Berdasarkan banyaknya faktor dan taraf perlakuan yang dicobakan maka

diperoleh 6 kombinasi perlakuan dimana masing-masing perlakuan terdiri atas 3

kali ulangan. Dengan demikian diperoleh 18 percobaan dan 2 polybag sebagai

sisipan.

3.4 Pelaksanaan Praktikum

3.4.1 Pembukaan Lahan

Kegiatan dari praktikum pada kali ini yaitu lahan diukur dengan ukuran 10

m X 6 m. Pancang dibenamkan di setiap sudut lahan yang akan digunakan. Diberi

tali rafiah dengan mengikatnya pada pancang yang dibenamkan sebelumnya.

Dibersihkan lahan dengan menggunakan cangkul dan parang yang telah

disediakan. Gulma-gulma yang telah dibersihkan dikumpulkan di tepi lahan yang

akan digunakan.

3.4.2 Persiapan Media Tanam

Kegiatan pada praktikum kali ini adalah tanah dikumpulkan terlebih

dahulu dan digemburkan sebelum dilakukan pengayakan. Tanah diayak

menggunakan ayakan. Tanah hasil ayakan tadi kemudian dimasukan ke dalam

polybag sebanyak 5 kg untuk 40 polybag dan 10 kg untuk 40 polybag. polybag

yang telah diisi tanah kemudian disusun di areal praktikum yang telah disediakan

dan diberi label sesuai perlakuan.

3.4.3 Persiapan Tempat Persemaian

Persiapan tempat persemain dibuat dengan melakukan pembersihan lahan

yang akan digunakan untuk persemaian. Lalu di ukur lahan untuk membuat

bedengan dengan luas 1,5 Meter x 2 Meter. Setelah itu tanah digemburkan

13
membentuk gundugan menggunakan cangkul. Setelah itu disetiap sisi di beri

pancang dengan panjang 100 cm lalu diberi paranet. Setelah itu bibit jahe siap

disemai di bedengan yang telah dibuat

3.4.4 Persiapan bibit

Persiapan bibit dilakukan dengan membeli bibit ke pasar tradisional. Bibit

yang akan digunakan harus sehat, tidak busuk, serta telah tumbuh mata tunas.

Selanjutnya bibit di potong sesuai mata tunas yang telah tumbuh.

3.4.5 Persemaian

Penyemaian dilakukan dengan memilih benih yang akan dibudidayakan

dengan ciri-ciri yang sesuai, lalu benih dilakukan penyemaian dibedengan dengan

luas bedengan 1,5 meter x 2 meter. Setelah itu benih jahe dipilih bagian rimpang

yang telah bertunas dan ditanam dibedengan 1/3 bagian rimpang jahe. Setelah

dilakukan penanaman benih jahe yang disemai disiram agar pada saat proses

pembibitan kebutuhan air pada tanaman jahe terpenuh

3.4.6 Pemberian Perlakuan

3.4.6.1 Pupuk Kandang

Pemberian perlakuan pupuk kandang dilakukan 7 hari sebelum

penanaman. Pemberian perlakuan pupuk kandang dilakukan dengan cara

menaburkan pupuk kandang diatas polybag lalu dicampurkan hingga rata,

sebelum itu dilakukan penimbangan terlebih dahulu sesuai dengan dosis

perhitungan pupuk.

3.4.6.2 Pupuk NPK

Pupuk yang digunakan terlebih dahulu di timbang sesuai dengan dosis

perhitungan kebutuhan pupuk. kemudian diaplikasikan pada media tanam sesuai

14
label perlakuan dengan cara ditugal disisi kiri dan kanan tanaman. setelah itu

diberi furadan agar tanaman tidak terserang semut dan kemudian tanaman disiram.

3.4.7 Penanaman

Penanaman jahe dilakukan dengan memilih rimpang jahe yang terdapat

mata tunasnya. Pada polybag dibuat lubang tanam. Kemudian rimpang kunyit

ditanam dengan cara mata tunas menghadap keatas lalu bagian bawah rimpang

ditanam.

3.4.8 Pemeliharaan Tanaman

3.4.8.1 Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan

gembor sampai tanah lembab, apabila tanah cukup lembab maka tidak dilakukan

penyiraman.

3.4.8.2 Penyiangan Gulma

Penyiangan dilakukan secara manual menggunakan cangkul atau

menggunakan tangan secara langsung untuk membersihkan gulma yang tumbuh

disekitar areal polybag. Kegiatan ini dilakukan jika mulai sudah terlihat gulma

tumbuh didalam atau sekitar polybag.

3.4.8.3 Penggemburan dan pembumbunan

Penggemburan dan pembumbunan dilakukan secara manual menggunakan

tangan secara langsung agar akar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan

ini dilakukan jika mulai sudah terlihat jahe didalam polybag. Pembumbunan

adalah menaikkan tanah untuk menimbun pangkal batang dan area perakaran

tanaman supaya kuat dan tidak mudah roboh saat mulai berbuah. Pembumbunan

15
juga berfungsi untuk menutup pupuk agar tidak hanyut tersiram air hujan, saat

penyiraman tanaman atau menguap karena terkena sinar matahari.

3.4.8.4 Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual menggunakan

botol spray untuk mengendalikan hama dan penyakit yang akan menyerang

tanaman. Kegiatan ini dilakukan jika mulai sudah terlihat gejala penyakit dan

hama ditanaman.

3.5 Parameter Pengamatan

3.5.1 Tinggi Tunas

Pengamatan tinggi tunas dilakukan dengan mengukur dari tempat

tumbuhnya tunas sampai pucuk tunas. Pengukuran tinggi tunas dilakukan dengan

menggunakan alat ukur yaitu penggaris. Pengukuran tingi tanaman dilakukan

mulai 7 HST dengan interval 1 minggu sekali.

3.5.2 Jumlah Daun


Jumlah daun dihitung mulai dari daun yang terbuka sempurna. Dan

dihitung berapa banyak daun pada batang. Lalu hasil dicatat dilahan.

3.5.3 Jumlah Rimpang

Pengamatan jumlah rimpang dilakukan dengan meihat berapa banyak mata

tunas pada tanaman jahe tersebut, lalu hasil dicatat.

16
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinggi Tanaman

Pertumbuhan bibit jahe umur 5 MST pada perlakuan yang diberi pupuk

kandang ayam dan pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Tinggi Tanaman Jahe

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)


OP1 0
OP2 0
KOP1 7,67
KOP2 15
K1P1 17,34
K1P2 4
K2P1 12
K2P2 13,67

Hasil pengamatan tinggi yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa

secara interaksi pemberian pupuk kandang dan dosis pupuk NPK pengaruh nyata

terhadap tinggi yang dapat dilihat dari perlakuan K1P1 dan K2P2.

Menurut Souri (2010) Secara fisik pupuk kandang berperan membentuk

agregat tanah yang berpengaruh besar terhadap porositas dan aerasi persediaan air

dalam tanah. Secara kimia pupuk kandang berperan dalam penyerapan bahan yang

bersifat racun bagi tanaman seperti Almunium (Al), Besi (Fe), dan Mangan (Mn)

serta dapat meningkatkan pH tanah.

Menurut Nugroho (2011), pupuk organik mampu memperbaiki sifat tanah.

Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi 23

dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas

menahan air, mencegah erosi dan longsor dan merevitalisasi daya olah tanah.

Agustina (2013), perbaikan sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation,

ketersediaan unsur hara dan proses pelapukan bahan mineral. Adapun terhadap
sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah

seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya.

Pada Perlakuan K1P1 dan K2P2 yang terlihat pertumbuhan baik

disebabkan unsur makro yang diberikan melalui pemupukan NPK seperti unsur N

dan P mampu memenuhi kebutuhan tanaman dalam pertumbuhan vegetatifnya, ini

sesuai dengan fungsi N memberikan perkembangan daun pada tanaman jahe

menjadi lebih baik dan unsur P yang berperan dalam membantu pertumbuhan dan

perkembangan perakaran tanaman. Fungsi fosfor (P) adalah untuk pembelahan

sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji. Selain itu fosfor

juga berfungsi untuk mempercepat pematangan buah, memperkuat batang, untuk

perkembangan akar, memperbaiki kualitas tanaman, metabolisme karbohidrat

(Yanti et al., 2013).

4.2 Jumlah Daun

Pertumbuhan jumlah daun bibit jahe umur 5 MST pada perlakuan yang diberi

pupuk kandang ayam dan pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Daun Tunas Jahe


Perlakuan Jumlah Daun
OP1 0
OP! 0
KOP1 0,34
KOP2 1
K1P1 3
K1P2 0
K2P1 3
K2P2 1

Hasil pengamatan jumlah daun yang talah dilakukan memperlihatkan

bahwa secara interaksi dan pengaruh utama pemberian pupuk kandang dan pupuk

NPK memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Dapat dilihat dari

18
perlakuan K1P1 dan K2P2. Hal ini disebabkan unsur hara Nitrogen yang

terkandung pada pupuk kandang dan NPK mampu diserap maksimal oleh

tanaman jahe merah, sehingga memacu pertumbuhan bagian ujung tanaman.

Unsur hara nitrogen merupakan unsur hara penyusun asam amino, protein, asam

nukleat, penyusun klorofil, membantu pertumbuhan 26 tanaman, peningkatan

produksi biji dan buah serta meningkatkan kualitas daun (Munawar, 2011).

Klorofil adalah faktor penting dalam fotosintesis, klorofil daun yang lebih banyak

diharapkan dapat meningkatkan hasil fotosintesis, tingginya unsur hara N akan

meningkatkan pertumbuhan di ujung tanaman.

Hasil penelitian Zulkarnain et al., (2013) Aplikasi pupuk kandang, kompos

dan Custom-Bio dapat meningkatkan kandungan C-organik dan N-total dalam

tanah sehingga meningkatkan kemantapan agregat, porositas tanah dan kadar air

dalam tanah. Menurut Ramadhan (2018) bahwa pertambahan daun sama halnya

dengan pertambahan panjang tanaman yaitu dipengaruhi oleh unsur N karena

salah satu perannya yaitu membantu pertmbuhan vegetatif tanaman, misal

pembentukan daun, dan pembentukan hijau daun (klorofil) yang berguna untuk

proses fotosintesis. Klorofil adalah faktor penting dalam fotosintesis, klorofil daun

yang lebih banyak diharapkan dapat meningkatkan hasil fotosintesis, tingginya

unsur hara N akan meningkatkan pertumbuhan di ujung tanaman.

Pemberian pupuk NPK yang mengandung hara seimbang memberikan

kecukupan unsur hara pada tanaman jahe merah. Hal ini menunjukkan bahwa

pemenuhan kebutuhan hara makro pada tanaman jahe merah dengan pemberian

pupuk NPK mampu meningkatkan pertambahan jumlah daun pada tanaman jahe.

Pemberian NPK mampu memacu pertumbuhan jumlah daun pada tanaman

19
(Hasibuan et al., 2017). Laju pembentukan daun pada tanaman semakin cepat

dengan baiknya unsur hara yang diperoleh tanaman pada pertumbuhan

vegetatifnya, unsur hara makro seperti N, P dan K berperan sangat penting pada

pertumbuhan awal tanaman untuk menghasilkan jumlah daun yang maksimal

(Kelik, 2010).

4.3 Jumlah Tunas

Pertumbuhan jumlah tunas bibit jahe umur 5 MST pada perlakuan yang diberi

pupuk kandang ayam dan pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 3 Jumlah Tunas Bibit Jahe


Perlakuan Jumlah Tunas
OP1 1
OP2 1
KOP1 2
KOP2 2
K1P1 2,67
K1P2 0,67
K2P1 1,34
K2P2 2,34

Pemberian pupuk kandang memberikan kesuburan tanah yang baik dan

mampu meyumbangkan hara makro pada tanaman jahe merah, selain itu juga

sumbangan unsur hara diberikan melalui pemukan dengan NPK yang memiliki

kandungan unsur hara N dan K yang dibutuhkan tanaman jahe merah dalam

pertumbuhan anakan.

Unsur hara N berfungsi sebagai pembentuk asam amino, enzim, protein,

klorofil, hormon sitokinin dan auxin (Lakitan, 2012). Tingginya unsur hara N

diduga klorofil yang terbentuk lebih banyak, sehingga hasil fotosintesis juga lebih

tinggi. Tingginya hasil fotosintesis akibat tingginya serapan unsur hara N dan K

pada tanaman.

20
pertambahan jumlah anakan pada tanaman jahe dipengaruhi oleh serapan

hara yang dilakukan oleh akar tanaman, seperti hara nitrogen, posfor dan kalium

yang memiliki peran penting pada awal pertumbuhan tanaman, dari hasil

penelitian perlakuan K1P1 menghasilkan jumlah anakan lebih banyak. pupuk

kandang kambing memiliki kandungan hara N, P dan K yang tinggi, sehingga

tanaman jahe merah mampu memenuhi kebutuhannya pada pertumbuhannya

Menurut Sarno da Eliza (2012) komponen utama didalam tubuh tumbuhan

yaitu asam amino, amida, protein, klorofil dan akoloid. 40-60% protoplasma

tersusun dari senyawa yang mengandung unsur N. Bila hara nitrogen dalam

keadaan kurang maka pembentukan klorofil akan terganggu sehingga tanaman

menjadi kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daun kekuning-kuningan serta

gugur. Dengan pemberian unsur hara N pada tanaman akan berperan penting

dalam proses pembentukan klorofil sehingga proses fotosintesis dan pertumbuhan

vegetative berjalan lancar dan cepat

Widowati (2010), mengemukakan pupuk kandang mempunyai beberapa

sifat yang lebih baik dari pupuk alami lainnya maupun pupuk buatan: (1) lebih

lambat bereaksi, karena sebagian besar zat makanan harus mengalami berbagai

perubahan terlebih dahulu sebelum diserap tanaman, (2) mempunyai efek residu,

yaitu haranya dapat secara berangsur menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman

umumnya efek tersebut masih menguntungkan setelah 3 atau 4 tahun.

Kebutuhan hara pada pertumbuhan dan pembentukan rimpang pada

tanaman jahe merah terpenuhi dengan baik, sehingga pada perlakuan yang

diberikan menghasilkan jumlah rimpang yang banyak. Lakitan (2012)

menyatakan bahwa apabila unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman berada dalam

21
keadaan cukup, maka hasil metabolismenya akan membentuk protein, enzim,

hormon dan karbohidrat, sehingga proses pembelahan, pembesaran dan

perpanjangan sel akan berlangsung cepat, dan tanaman akan tumbuh dan

berproduksi optimal.

22
V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari kombinasi perlakuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan

dan produksi tanaman jahe meningkat dengan pemberian pupuk kandang dan

pupuk NPK. Untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman jahe dosis yang

paling baik adalah 0 ton. jumlah daun tanaman jahe, d. Pupuk H. 20t.ha-1 (100g

polibag-1) dan pupuk NPK 1g/tanaman, maka dosis pupuk dan pupuk NPK yang

paling baik untuk meningkatkan jumlah bibit jahe yaitu. Pupuk 10t.ha-1

(50g.polybag-1) dan pupuk NPK 1g/tanaman.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum kedepannya agar lebih memaksimalkan ketepatan

waktu praktikum, antara mulainya praktikum dan berakhirnya praktikum agar

praktikum lebih terjadwal dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Alqamari, M., Mawar T. D., dan Alridiwirsah. 2017. Budidaya tanaman obat dan
rempah. UMSU Press. Medan.

Hardjowigeno, S., Subagyo, H., dan Luthfi, R.M. 2007. Morfologi dan Klasifikasi
Tanah Sawah. Di dalam: Tanah Sawah dan Teknologi
pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Departemen Pertanian: Bogor.

Hayati, E. T. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Varietas terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.).
Jurnal Floratek Vol. 7.

Kelik, W. 2010.Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik


Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Skripsi.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Kementerian Kesehatan RI 2011. Pedoman umum budidaya tanaman obat.


Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT).

Lakitan , B. 2012. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan . PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta. Nugroho. 2011. Peran Konsentrasi Pupuk Daun Dan Dosis
Pupuk Kalium Terhadap Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill). Fakultas Pertanian Universitas Boyolali.

Muhlisah, F. 2001. Temu-temuan dan Empon-emponan. Kanisius. Yogyakarta.

Munawar, A. 2013. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman IPB Press. Bogor

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Di Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan


Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta. hal. 216-238

Nasriati & Pujiharti, Y. 2012. Budidaya tanaman obat keluarga (Toga). Lampung:
Kementerian Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).

Nurmayulis & Hermita, N. 2015. Potensi tumbuhan obat dalam upaya


pemanfaatan lahan pekarangan oleh masyarakat Desa Cimenteng
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.. Jurnal Agrologia, 4(1),
1-7.

Nuryani dkk. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal
Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63- 69.

Resman, A.S. Syamsul, dan H.S. Bambang. 2006. Kajian beberapa sifat kimia dan
fisika inceptisol pada toposekuen lereng selatan gunung merapi
kabupaten sleman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 6
(2):101-108.

Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah Komoditi Eksport Indonesia. Sinar Baru.


Bandung

Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe Dilengkapi dengan Pengolahan Jahe Segar,
Seri Budi Daya. Kanisius. Yogyakarta.

Sarno dan F. Eliza. 2012. Pengaruh Aplikasi Asam Humat dan Pupuk N Terhadap
Pertumbuhan dan Serapan N pada Tanaman Bayam (Smaranthus
spp.). Prosiding Seminar Nasional Sains Matematika Informatika
dan Aplikasinya III UNILA

Savitri, A. 2016. Tanaman Ajaib Basmi Penyakit dengan TOGA (Tanaman Obat
Keluarga). Jakarta: Bibit Publisher.

Souri. 2010. Petunjuk Pemupukan. Agromedia. Jakarta. Yanti, Y., A. Indrawati


dan Revilda. 2013. Penentuan Kandungan Unsur Hara Mikro (Zn,
Cu, dan Pb) Didalam Kompos Yang dibuat dari Sampah Tanaman
Pekarangan dan Aplikasinya Pada Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum Mill). Jurnal Kimia Unand. 2 (1): 2303-3401.

Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Penggunaan. Rineka Cipta. Jakarta

Wardana, H. D. 2002. Budi Daya secara Organik Tanaman Obat Rimpang.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Wardana, H. D. 2002. Budi Daya secara Organik Tanaman Obat Rimpang.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Wibowo, A.S., Barunawati, N., dan Maghfoer, M.D. 2017. Respons hasil tanaman
jagung manis (Zea mays L. Saccharata) terhadap pemberian kcl
dan pupuk kotoran ayam. Jurnal Produksi Tanaman. 5(8): 1381-
1388.

Zakaria, R., Hari, S., dan Arif, H. 2000. Pengaruh konsumsi jahe (Zingiber
officinale Roscoe) terhadap kadar malondialdehida dan vitamin e

25
plasma pada mahasiswa pesantren ulil albab kedung badak, bogor.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 12(1): 36-40.

Zulkarnain. M., B. Prasetya dan Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk


Kandang, dan Custom-Bio terhadap Sifat Tanah , Pertumbuhan dan
Hasil Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun
NgrangkahPawon, Kediri. Inodnesia Green Technologi Journal. 2
(1): 2-8.

26
LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi tanaman jahe

Jahe gajah varietas cimanggu 1


Produksi rimpang : 17-37 ton/ha
populasi rumpun : 35.000-45000/ha
berat rimpang : 300-2000 g/rumpun
jumlah sisir : 3-5
Panjang rimpang : 15-35 cm
Lebar rimpang : 7-19 cm
Tebal rimpang : 1, 5-2, 8 cm
Warna kulit rimpang : coklat keputihan
Bentuk ruas : panjang pipih besar
Panjang ruas pertama : 3-8 cm
Jumlah ruas : 3-5 /rimpang
Warna daging rimpang : putih kekuningan
Rasa daging rimpang : hangat
Aroma rimpang : kurang menyangat
Diameter akar : 0, 1-0,28 cm
Panjang akar : 12-20 cm
Batang : semu berair (herbacious)
Bentuk batang : bulat, warna hijau
Jumlah batang : 3-5 rumpun
Lilit batang : 3-5 cm
Tinggi batang semu : 40-80 cm
Bunga : majemauk
Tangkai bunga : Tumbuh langsung dari rimpang terpisah antara
batang dan daun
Bentuk bunga : spika,
Jumlah bunga : 0-6/rumpun
Aroma daun : lembut.
Daerah pengembangan : 250-1000m dpl
Peneliti : M. Hadad ea, n. Bermawie, o.rostiana, hobir,
taryono, s.fatimah, nur ajizah dan u. Rasiman
Lampiran 2. Denah praktikum

K1P1(I) K2P1(II) K0P1(I) K0P2(II)

K2P1(III) K0P1(II) K2P1(I) K1P1(II)

K2P2(I) K0P1(III) K0P2(III) K2P2(II)

K1P1(III) K0P2(I) K1P2(II) K1P2(I)

K2P2(III) K1P2(III) SISIPAN SISIPAN

28
Lampiran 3. Perhitungan dosis pupuk

- Dosis Anjuran Pupuk Kandang Tanaman jahe.


Diketahui berat polybag = 5 kg
 Untuk menghitung dosis pupuk 10 ton/ha yaitu :
Berat Tanah/ Polibag
¿ x Dosis Anjuran
Berat Tanah/ha
5 kg
¿ x 10 ton
2.000.000
= 25 gr/polybag

Diketahui berat polybag = 5 kg


 Untuk menghitung dosis pupuk 20 ton/ha yaitu :
Berat Tanah/ Polibag
¿ x Dosis Anjuran
Berat Tanah/ha
5 kg
¿ x 20 ton
2.000.000
= 50 gr/polybag

- Dosis Anjuran Pupuk NPK


Diketahui berat polybag = 5 kg
 Untuk menghitung dosis pupuk 1 gr/tanaman yaitu :
Berat Tanah/ Polibag
¿ x Dosis Anjuran
Berat Tanah/ha
5 kg
¿ x 1 gr
2.000.000
= 2,5 gr/tanaman

Diketahui berat polybag = 5 kg


 Untuk menghitung dosis pupuk 2 gr/tanaman yaitu :
Berat Tanah/ Polibag
¿ x Dosis Anjuran
Berat Tanah/ha
5 kg
¿ x 2 gr
2.000.000
= 5 gr/tanaman

29
30
Lampiran 4. Dokumentasi

Gambar 2. Persiapan tempat


Gambar 1. Pembukaan Lahan
penyemaian

Gambar 3. Pengayakan Gambar 4. Pengisian polybag

Gambar 5. Penimbangan Gambar 6. Pemberian pukan

Gambar 7. Penimbangan pupuk npk Gambar 8. Pecampuran pupuk

Gambar 9. Pemberian labeb Gambar 10. Penanaman

31
Gambar 11. Penyiraman Gambar 12. Pembersihan gulma

Gambar 9. Pengamatan

32

Anda mungkin juga menyukai