Disusun Oleh:
Gina Agnia Khairunnisa (2022000035)
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga
tugas khusus PraktikKerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan di BAGFARMAPOL
PUSDOKKES POLRI Periode Februari 2023 dengan judul “FORMULASI SEDIAAN
LOTION EKSTRAK KERING DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN”.
Pada kesempatan kali ini, saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
AKBP.apt. Drs. H. Sunarto, M.Si., selaku pembimbing PKPA di Bagfarmapol Pusdokkes
Polri serta bapak apt. Drs. M. Yamin, M.Farm., sebagai pembimbing dari Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila, yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahandan saran kepada kami selama menjalani PKPA dan penyusunan makalah ini.
Selanjutnya, ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada:
1. Prof. Dr. apt. Syamsudin, M.Biomed. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila.
2. apt. Hesty Utami R., M.Clin., PhD. selaku Kepala Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
3. Seluruh dosen Fakultas Farmas Universitas Pancasila yang telah sabar memberikan ilmu
kepada penulis.
4. Staf BAGFARMAPOL PUSDOKKES POLRI yang memberikan ilmu serta dukungan
kepada penulis.
5. Teman-teman Program Studi Profesi Apoteker Universitas Pancasila Angkatan 70 yang
selalu memberikan semangat dan keceriaan selama perkuliahan.
6. Semua pihak yang telah bekerjasama dan membantu selama pelaksanaan PKPA dan
dalam proses penyusunan makalah ini.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
B. PERUMUSAN MASALAH ................................................................ 3
C. TUJUAN PENELITIAN ...................................................................... 3
D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 4
A. TINJAUAN BOTANI .......................................................................... 4
1. Klasifikasi Tanaman..................................................................... 4
2. Nama Umum dan Penyebaran Tanaman ...................................... 4
3. Kandungan dan Khasiat Tanaman ............................................... 5
4. Manfaat Tanaman......................................................................... 5
B. KULIT .................................................................................................. 6
C. FACE MIST .......................................................................................... 8
D. EKSTRAK DAN EKSTRAKSI........................................................... 8
E. RADIKAL BEBAS DAN ANTIOKSIDAN ........................................ 9
F. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH
(2,2-DIFENIL1-PIKRILHIDRAZIL) ................................................ 11
G. FORMULA RUJUKAN .................................................................... 12
H. DATA PREFORMULASI ................................................................. 12
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit sebagai organ paling luar tubuh, langsung terpapar dengan lingkungan
prooksidan seperti radiasi ultraviolet, polusi udara, dan asap rokok. Paparan
lingkungan ini memicu pembentukan radikal bebas yang disebut juga reactive
oxygen spesies (ROS). Pengetahuan mengenai radikal bebas ini menuntun kita
pada peran radikal bebas terhadap kelainan kulit (1).
Radikal bebas adalah salah satu penyebab dari kerusakan kulit, mulai dari kulit
kemerahan, pigmentasi, bahkan dalam waktu lama dapat menyebabkan resiko
kanker. Radikal bebas yang dihasilkan akan menyebabkan kerusakan DNA, yang
berdampak pada proliferasi sel secara terus menerus sehingga menjadi awal
terbentuknya kanker (2). Diperlukan antioksidan yang berfungsi untuk
menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron dari radikal
bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai (3). Antioksidan dapat
diperoleh dalam bentuk sintesis dan alami. Antioksidan sintetis seperti buthylated
hydroxytoluene (BHT), buthylated hydroxyanisole (BHA), dan tert-butyl hydro
quinone (TBHQ) secara efektif dapat menghambat oksidasi. Antioksidan alami
dapat ditemukan pada sayur-sayuran yang mengandung fitokimia seperti
antosianin, flavon, isoflavon, dan vitamin C (4).
Bunga telang (Clitoria ternatea L.) merupakan bunga yang dapat tumbuh
sebagai tanaman hias maupun tanaman liar dengan kelopak tunggal berwarna
ungu. Di dalam bunga telang terkandung tanin, flobatanin, karbohidrat, saponin,
triterpenoid, fenol, favanoid, flavanol glikosida, protein, alkaloid, antrakuinon,
antisianin, stigmasit 4-ena-3,6 dion, minyak volatil dan steroid (5). Dilihat dari
tinjauan fitokimia, bunga telang memiliki sejumlah bahan aktif yang memiliki
potensi farmakologi antara lain adalah sebagai antioksidan, antibakteri, anti
inflamasi dan analgesik, antiparasit dan antisida, antidiabetes, anti-kanker,
1
2
B. PERUMUSAN MASALAH
Bunga telang memiliki kandungan yang efektif sebagai antioksidan. Di dalam
bunga telang terkandung fenol, flavonoid, flavonol glikosidan, tanin, flobatanin,
karbohidrat, saponin, triterpenoid, protein, alkaloid, antrakuinon, antosianin,
stigmasit 4-ena-3,6 dion, minyak volatil dan steroid (5). Ekstrak bunga telang
dalam etanol 70% juga diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang kuat (9).
Antioksidan sangat diperlukan terutama bagi kulit wajah untuk menetralisir radikal
bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kulit. Untuk itu ekstrak bunga telang
diformulasikan menjadi sediaan face mist karena sediaan yang praktis, mudah
dibawa, dan dapat memberi kesan segar pada kulit wajah. Perumusan masalah dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak bunga telang dapat diformulasikan menjadi sediaan face mist
dan memiliki aktivitas antioksidan.
2. Apakah terdapat pengaruh variasi konsentrasi ekstrak bunga telang pada
stabilitas fisik sediaan face mist dan aktivitas antioksidan.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Memformulasikan ekstrak bunga telang menjadi sediaan face mist dan
memiliki aktivitas antioksidan.
2. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak bunga telang pada terhadap
stabilitas fisik sediaan face mist dan efektivitasnya sebagai antioksidan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang pemanfaatan ekstrak
bunga telang sebagai sediaan kosmetik, yaitu face mist yang memiliki aktivitas
antioksidan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN BOTANI
1. Klasifikasi Tanaman
4
5
4. Manfaat Tanaman
Bunga telang di Indonesia biasanya digunakan sebagai pewarna makanan atau
juga merebus bunga secara langsung untuk dijadikan obat herbal sehingga
belum populer dikalangan masyarakat untuk dijadikan produk lebih lanjut.
Menurut Encyclopedia of Herbal Medicinal bahwa tanaman telang dapat
bermanfaat sebagai laksatif (pencahar), diuretik, perangsang, muntah,
pembersih darah, mempercepat pematangan bisul, obat cacing dan radang mata
(13). Hingga saat ini penelitian untuk pengembangan bunga telang belum
banyak dilakukan karena banyak ang belum mengetahui manfaat dari bunga
telang. Pemanfaatan bunga telang dalam bidang pangan telah dilakukan
dibeberapa negara. Warna biru dari bunga telang telah dimanfaatkan sebagai
6
pewarna biru pada ketan di Malaysia. Bunga telang juga dimakan sebagai
sayuran di Kerala (India) dan di Filipina (14).
B. KULIT
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Kulit merupakan organ sensorik yang memiliki
reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri.
Komponen kulit meliputi: rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar minyak,
pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot. Kulit merupakan
indikator untuk memperoleh kesan umum dengn melihat perubahan yang terjadi
pada kulit misalnya pucat, kekuning-kuningan dan kemerah-merahan.
Kulit tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu: (15)
1. Epidermis
Epidermis atau kulit ari adalah lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan
epitel gepeng, unsur utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel
melanosit. Epidermis terdiri dari beberapa lapis sel, yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum)
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling atas. Lapisan tanduk
terdiri dari banyak lapisan sel tanduk (keratinasi), gepeng , kering, tidak
memiliki inti. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang susunan kimianya
berada dalam sel-sel keratin keras.
b. Lapisan bening (stratum lucidum)
Lapisan ini disebut juga dengan lapisan barrier, terletak tepat di bawah
lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan
lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang
kecil kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar
(tembus cahaya).
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung
butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut.
7
Lapisan ini menghalangi masuknya beda asing, kuman, dan bahan kimia ke
dalam tubuh.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Lapisan ini disebut juga dengan lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang
saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma
berbentuk kubus. Kesatuan lapisan mempunyai susunan kimiawi yang khas;
inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam
amino.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale).
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel silinder
dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel ini
bergerigi dan bersatu dengan 1 lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis
yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis.
2. Dermis
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis.
Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Dermis merupakan bagian yang
paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin” karena 95%
dermis membentuk ketebalan kulit.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat
membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini
yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang,
karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga
kekeringan dan kelenturan kulit. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua
macam kelenjar yaitu kelenjar keringat (sudorifera) dan kelenjar palit
(sebacea). Kelenjar keringat (sudorifera) terdiri dari fundus (bagian yang
melingkar) dan saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit
membentuk pori-pori keringat. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu kelenjar
keringat ekrin dan apokrin.
3. Hipodermis
Hipodermis disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan
makanan. Hipodermis merupakan lapisan terdalam yang banyak mengandung
8
sel liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan ikat bawah kulit
berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh
bagian dalam. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi, paling
tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata.
C. FACE MIST
Face mist merupakan salah satu produk skincare yang sifatnya larutan dan
mengandung bahan alami yang bermanfaat bagi kulit. Biasanya face mist
digunakan dengan cara disemprotkan langsung pada wajah. Face mist merupakan
salah satu produk skincare yang kerap dibawa kemanapun yang dikemas ke dalam
botol semprot kecil. Praktis untuk diaplikasikan pada wajah dan dibawa ke mana
pun membuat bentuk sediaan ini telah banyak diminati (8).
Face mist termasuk ke dalam kosmetik penyegar kulit (freshner). Fungsi utama
penyegar adalah menyegarkan kulit wajah, desinfektan ringan dan sekaligus dapat
membantu menutup pori-pori kembali. Penyegar diproduksi sesuai jenis
pembersih yang mengacu pada jenis kulit wajah. Penyegar termasuk ke dalam
sediaan losion. Menurut Formulasi Nasional Edisi II, losion adalah sediaan berupa
larutan, suspensi, emulsi yang dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit (8).
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya maka oksigen akan bersifat reaktif
dan tidak stabil. Molekul oksigen yang tidak berpasangan ini akan mencari dan
merebut elektron dari komponen vital didekatnya untuk melepaskan energi ekstra
dan kembali ke kondisi stabil. Apabila radikal bebas tidak berikatan dengan
antioksidan maka reaksi oksidasi akan terus berlanjut atau membentuk kaskade
yang menyebabkan kerusakan sel. ROS berperan dalam proses photoaging,
imunosupresi dan karsinogenesis. Akumulasi ROS menyebabkan terjadi stres
oksidatif yang menginduksi ekspresi sitokin proinflamasi dan growth factor.
Induksi ini mengaktifkan faktor transkripsi activator protein 1 (AP-1). Activator
protein-1 (AP-1), NF-κβ dan TGFβ menyebabkan upregulasi matrixmetalloprotein
(MMP) yaitu MMP-1, MMP-3, MMP-8 dan MMP-9. Enzim protease menurunkan
produksi kolagen, meningkatkan pemecahan kolagen dan akumulasi elastin
matriks ekstraseluler sehingga terjadi photoanging (17).
Tubuh memiliki antioksidan sebagai pertahanan untuk menetralisir radikal
bebas baik dari eksogen maupun endogen, tetapi seiring pertambahan usia dan
akumulasi ROS bertambah banyak efektivitas sistem ini berkurang. Antioksidan
adalah inhibitor dari proses oksidasi, bahkan pada konsentrasi yang relatif kecil.
Antioksidan merupakan komponen kimia yang terdiri atas monohidroksil atau
polihidroksil fenol. Antioksidan bekerja pada beberapa cara berbeda terhadap
proses oksidatif yaitu scavenging radikal bebas secara enzimatik atau dengan
reaksi kimia langsung, scavenging radikal lipid peroksil, berikatan dengan ion
logam dan memperbaiki kerusakan oksidatif. Antioksidan berfungsi
menambahkan atau menghilangkan satu elektron untuk menetralisir ROS,
sehingga radikal bebas menjadi stabil dan menghambat proses oksidasi.
Antioksidan melindungi sel dari kerusakan radikal bebas dengan mendonorkan
satu elektron bebas ke radikal bebas atau menerima satu elektron yang tidak stabil
sehingga menjadi stabil dan menghentikan reaksi rantai serta mencegah kerusakan
lipid, protein dan DNA. Kulit manusia merupakan gabungan antara mekanisme
pertahanan antioksidan enzimatik dan non enzimatik terhadap ROS. Antioksidan
enzimatik dan non enzimatik bekerja sama secara sinergis untuk menetralkan
ROS. Antioksidan yang saling bekerja sama ini disebut antioksidan network (17).
11
150- 200 ppm (20). Prinsip kerja dari pengukuran ini adalah adanya radikal bebas
stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan senyawa antioksidan yang memiliki
kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal bebas dapat diredam (20).
G. FORMULA RUJUKAN
Tabel II. 1 Formula rujukan sediaan face mist
Formula (%) (b/v)
No. Bahan
I II III
1. Ekstrak kubis ungu 0,3 0,3 0,3
2. Ekstrak bengkuang 3 3 3
3.. Gliserin 20 25 30
4. PVP 4 4 4
5. Aquadest ad 100 mL ad 100 mL ad 100 mL
Berdasarkan formula diatas, dipilih konsentrasi gliserin 20% karena dari hasil
penelitian yang telah dilakukan face mist dengan konsentrasi gliserin 20% dapat
melembabkan wajah dengan baik (8).
H. DATA PREFORMULASI
1. Gliserin (21,22)
Rumus molekul : C3H8O3
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,
hanya boleh berbau khas lemah, higroskopik.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol
Kegunaan : Humektan
Stabilitas : Tidak rentan terhadap oksidasi oleh atmosfer dalam
kondisi penyimpanan biasa, tetapi terurai pada
pemanasan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Konsentrasi : < 30%
13
3. Phenoxyetanol (22)
Rumus molekul : C8H10O2
Pemerian : Cairan tidak berwarna, sedikit kental, bau
menyenangkan, rasa terbakar
Kelarutan : Dapat bercampur dengan gliserin, etanol dan larut
dalam air
Kegunaan : Antimikroba
Stabilitas : Stabil, disterilkan dengan autoklaf
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering
Konsentrasi : 0,5-1%
I. LANDASAN TEORI
Sebagai organ paling luar tubuh, kulit terpapar langsung dengan lingkungan
prooksidan seperti radiasi ultraviolet, polusi udara, dan asap rokok. Paparan
lingkungan ini memicu pembentukan radikal bebas yang disebut juga reactive
oxygen spesies (ROS) (1). Selain disebabkan faktor eksogen, radikal bebas juga
dibentuk secara alamiah melalui metabolisme sel fisiologis yang semakin lama
dapat menyebabkan kerusakan sel. Pengetahuan mengenai radikal bebas ini
menuntun kita pada peran radikal bebas terhadap kerusakan kulit (2). Untuk
menstabilkan radikal bebas, diperlukan antioksidan yang mampu bertindak
sebagai penyumbang radikal hidrogen atau akseptor radikal bebas sehingga dapat
menunda tahap inisiasi pembentukan radikal bebas (3).
Antioksidan tergolong sangat kuat jika memiliki IC 50 kurang dari 50 ppm,
tergolong kuat jika nilai 50-100 ppm, tergolong sedang jika nilai 100-150 ppm dan
lemah jika nilai 150- 200 ppm (20). Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu,
telah dibuktikan bahwa bunga telang mengandung antioksidan yang sangat kuat,
bunga telang (Clitoria ternatea L.) yang diekstraksi dengan etanol 70% memiliki
nilai IC50 sebesar 41,36 μg/mL (7). Untuk itu, penelitian dilakukan untuk membuat
sediaan face mist dari ekstrak bunga telang agar dapat merawat kulit wajah dari
radikal bebas, mencerahkan wajah, menyegarkan, melembabkan, mencegah
jerawat dan penuaan dini. Face mist merupakan salah satu produk skincare yang
sifatnya cair dan mengandung bahan alami yang bermanfaat bagi kulit. Biasanya
face mist digunakan dengan cara disemprotkan langsung pada wajah. Saat ini
banyak masyarakat yang menggunakan face mist untuk merawat kulit atau
memperbaiki masalah kulit karena produk ini mudah dibawa ke mana pun dalam
kemasan botol semprot kecil sehingga sediaan ini telah banyak diminati (8).
Dalam pembuatan larutan face mist digunakan bahan-bahan tambahan yang
dapat larut dalam air sehingga dihasilkan sediaan yang stabil secara fisika dan
kimia. Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi ini antara lain: gliserin,
PVP, phenoxyetanol, dan air murni. Pada sediaan ini digunakan gliserin yang
berfungsi sebagai humektan yang dapat mempertahankan kandungan air dalam
kulit sehingga diperoleh sensasi lembab setelah pemakaian. PVP ditambahkan
15
pada formulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan larutan, selain itu PVP
juga tidak memiliki efek iritasi pada kulit dan tidak menyebabkan sensitisasi (9).
Penambahan phenoxyetanol pada sediaan ini berfungsi sebagai pengawet atau
antimikroba, karena PVP dalam larutan berair sangat rentan tumbuh jamur. Tujuan
penambahan pengawet adalah agar sediaan tetap stabil secara fisika dan kimia
dalam waktu yang lama.
Untuk mengetahui kandungan antioksidan pada ekstrak bunga telang
digunakan metode DPPH. Metode uji aktivitas antioksidan dengan DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil) dipilih karena metode ini adalah metode sederhana,
mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi
aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam sehingga digunakan secara luas
untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron
(17). Pada penelitian ini digunakan konsentrasi formula ekstrak bunga telang yang
bervariasi yaitu 100xIC50, 150xIC50 dan 200xIC50 dari ekstrak. Hal ini bertujuan
untuk melihat perbedaan aktivitas antioksidan disetiap formula serta stabilitas
sediaan. Sediaan face mist yang ideal yaitu: larutan jernih, tidak menyebabkan
iritasi pada kulit, tidak memberikan kesan lengket pada kulit, memberikan kesan
segar pada kulit, tidak keruh selama penyimpanan dan memiliki pH 4,5-6,5 yang
sesuai dengan rentang pH kulit wajah (8).
Selain itu, untuk melihat mutu fisik sediaan, sediaan dilakukan uji evaluasi
yang meliputi uji organoleptik, bobot jenis, pH, daya sebar semprot, kondisi
semprotan, waktu kering dan aktivitas antioksidannya. Untuk uji stabilitas
dilakukan selama 4 minggu pada suhu kamar yang meliputi uji organoleptik, bobot
jenis, pH, daya sebar semprot, waktu kering dan aktivitas antioksidan untuk
melihat stabilitas sediaan face mist ekstrak bunga telang (23).
J. HIPOTESIS
1. Ekstrak bunga telang dapat diformulasikan menjadi sediaan face mist dan
memiliki aktivitas antioksidan.
2. Terdapat pengaruh variasi konsentrasi ekstrak bunga telang pada stabilitas fisik
sediaan face mist dan aktivitas antioksidan.
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. PRINSIP PENELITIAN
Bunga telang dideterminasi dan dibuat serbuk simplisia kemudian diekstraksi
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak dipekatkan
menggunakan rotary vaccum evaporator hingga menjadi ekstrak kental. Ekstrak
kental diuji aktivitas antioksidannya menggunakan DPPH. Ekstrak diformulasikan
menjadi sediaan face mist sebanyak 3 formula dengan konsentrasi berbeda yaitu
0,35%, 0,5% dan 0,7%. Evaluasi pada face mist meliputi uji organoleptik, bobot
jenis, pH, daya sebar semprot, kondisi semprotan, waktu kering dan stabilitas pada
suhu kamar selama 4 minggu.
B. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Skripsi dan Laboratorium Teknologi
Farmasi Sediaan Semi Solid Fakultas Farmasi, Univeristas Pancasila, Jakarta
C. BAHAN PENELITIAN
1. Bahan utama yang digunakan adalah bunga telang (Clitoria ternatea)
2. Bahan tambahan yang digunakan adalah gliserin, PVP, phenoxyethanol dan
aquadest
D. TAHAPAN PENELITIAN
1. Determinasi bunga telang
2. Pembuatan simplisia bunga telang
3. Pembuatan ekstrak etanol bunga telang
4. Pemeriksaan mutu ekstrak meliputi:
a. Penetapan rendemen ekstrak
16
17
A. BAHAN PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga telang yang diperoleh
dari BALITRO, etanol 70%, gliserin, PVP, phenoxyetanol, aquadest, DPPH,
metanol pro analisis, vitamin C.
B. ALAT PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV 1900), oven (ADVANTEC FS-420), pH meter, rotary evaporator
(BUCHI CH-9230), lemari pendingin, ayakan 4/18, maserator, timbangan analitik
(KERN ABT 100-5M), blender, stopwatch, lumpang dan alu, kuvet, krus
porselen, piknometer dan alat-alat gelas (Pyrex).
C. METODE PENELITIAN
1. Determinasi
Determinasi dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi “Herbarium
Depokensis (DEP)” Ruang koleksi Biota di Universitas Indonesia, Jakarta.
Determinasi ini dilakukan untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang
digunakan adalah bunga telang.
18
19
Syarat: 100% serbuk simplisia lolos pada ayakan nomor 4 dan tidak lebih 40%
lolos dari ayakan nomor 18 (25).
analisis hingga tanda batas, sehingga diperoleh konsentrasi 0,4 mM. Larutan
DPPH ini ditutup dengan dilapisi aluminium foil (7).
b. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Larutan DPPH
Larutan DPPH (0,4 mM) diambil sebanyak 0,7 mL dimasukkan ke dalam
labu tentukur 5,0 mL, kemudian ditambahkan metanol pro analisis hingga
tanda batas dan dihomogentkan. Serapan larutan diukur dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-800
nm. Ditentukan panjang gelombang maksimum larutan DPPH (7).
c. Penetapan Waktu Stabil
Larutan DPPH (0,4 mM) diambil sebanyak 1,0 mL dimasukkan ke dalam
labu tentukur 5,0 mL, lalu ditambahkan metanol pro analisis hingga tanda
batas. Larutan dihomogenkan dan ditutup dengan melapisi aluminium foil.
Serapan larutan diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dari sebelumnya pada
waktu 5-60 menit. Ditetapkan waktu stabilnya (operating time) (26).
d. Pembuatan Larutan Blanko
Sejumlah 1,0 mL larutan DPPH dipipet ke dalam labu tentukur 5,0 mL yang
sudah ditara, lalu ditambahkan metanol pro analisis hingga tanda batas.
Dihomogenkan dan ditutup dengan melapisi aluminium foil dan dibiarkan
selama 30 menit di tempat gelap atau terhindar dari cahaya (26).
e. Pembuatan Larutan Baku Pembanding Vitamin C
Vitamin C ditimbang sebanyak 10,0 mg, kemudian dilarutkan ke dalam 10,0
mL metanol pro analisis (1000 bpj). Larutan ini merupakan larutan induk,
kemudian dipipet 10 μL, 20 μL, 30 μL, 40 μL, dan 50 μL larutan induk
menggunakan mikropipet ke dalam labu tentukur 5,0 mL, untuk
mendapatkan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 bpj ditambahkan 1,0 mL larutan
DPPH (0,4 mM) ke dalam masing-masing tabung dan ditambahkan metanol
pro analisis sampai tanda batas lalu diihomogenkan. Labu tentukur ditutup
dengan melapisi aluminium foil kemudian diinkubasi pada suhu kamar
selama 30 menit di tempat gelap atau terhindar dari cahaya (7).
22
Pembuatan sediaan face mist ekstrak bunga telang dilakukan dengan cara
sebagai berikut: (8)
a. Ekstrak bunga telang dimasukkan ke dalam beaker glass.
b. Phenoxyetanol dilarutkan ke dalam gliserin, lalu ditambahkan ke dalam
beaker glass yang telah dimasukkan ekstrak bunga telang. Diaduk ad
homogen
c. PVP dilarutkan dengan air panas, dihomogenkan, lalu dimasukkan ke
dalam campuran gliserin dan ekstrak bunga telang, diaduk ad homogen.
d. Campuran larutan sediaan dimasukkan ke dalam botol spray dan
ditambahkan air ad 100 mL.
Berdasarkan hasil penetapan derajat halus serbuk 4/18 serbuk simplisia bunga
telang telah memenuhi syarat, yaitu dapat lolos 100% melewati ayakan no 4 dan
kurang dari 40% yang lolos melewati ayakan no 18. Serbuk yang memenuhi syarat
sangat baik untuk digunakan dalam proses ekstraksi karena ukuran partikel serbuk
seragam dan tidak terlalu kecil atau besar. Ukuran partikel serbuk yang seragam
dan optimal dapat mempermudah proses filtrasi dalam maserasi dan kandungan
metabolit yang diinginkan dapat terekstraksi secara maksimal.
26
27
Hasil pembuatan ekstrak kental bunga telang, didapat jumlah ekstrak kental bunga
telang sebesar 66,50 gram. Dihitung rendemen ekstrak yang bertujuan untuk
menentukan perbandingan jumlah ekstrak yang diperoleh dari suatu bahan dan
untuk mengetahui banyaknya senyawa bioaktif yang terkandung dalam bahan
ekstraksi. Rendemen ekstrak yang didapat sebesar 13,28%, hasil ekstrak yang
didapat sudah optimal karena >10% ekstrak tersaring dengan baik (25). Hasil
DER-native yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk mendapatkan 1,0 gram
ekstrak kental diperlukan 7,53 gram simplisia bunga telang.
3. pH 5,11 ± 0,02*
panjang gelombang pada saat senyawa yang diukur memberikan serapan yang
optimum. Pada hasil penetapan waktu stabil didapatkan hasil pengukuran dengan
waktu stabil dimenit ke 20-30. Waktu stabil (operating time) ini menunjukkan
bahwa reaksi antara campuran zat aktif yang diuji dan DPPH telah bercampur
sempurna atau homogen. Penetapan waktu stabil ini bertujuan untuk mengetahui
batas waktu yang dibutuhkan suatu senyawa habis bereaksi yang ditandai dengan
serapan yang stabil. Serapan dikatakan stabil apabila serapannya tidak berubah
atau tetap dalam kurun waktu tertentu.
80
70
60
% Inhibisi
50
40
y = 6.2517x + 10.718
30 R² = 0.9994
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (bpj)
Gambar V. 1 Grafik hubungan antara konsentrasi vitamin C (x) dan % inhibisi (y)
30
y = a + bx y = 16,84 + 0,954x
70
60
50
% Inhibisi
40
y = 0.954x + 16.843
30 R² = 0.9955
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (bpj)
Gambar V. 2 Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak bunga telang (x) dan % inhibisi (y)
31
2. Polivinilpirolidon (PVP)
Tabel V. 8 Hasil pemeriksaan polivinilpirolidon
Handbook of pharmaceutical
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
exipients 6th ed.
Serbuk halus, berwarna putih - Serbuk halus, berwarna Memenuhi
Pemerian
krem, tidak berbau putih - krem, tidak berbau syarat
Sangat larut dalam etanol Sangat larut dalam etanol Memenuhi
Kelarutan
(95%), metanol, dan air (95%), metanol, dan air syarat
3. Phenoxyethanol
Tabel V. 9 Hasil pemeriksaan phenoxyethanol
Handbook of pharmaceutical
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
exipients 6th ed.
Cairan tidak berwarna, sedikit Cairan tidak berwarna, Memenuhi
Pemerian
kental sedikit kental syarat
Mudah larut dalam gliserin, Mudah larut dalam gliserin, Memenuhi
Kelarutan
etanol dan air etanol dan air syarat
4. Air Murni
Tabel V. 10 Hasil pemeriksaan air murni
Farmakope Indonesia ed VI
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
2020
Cairan jenih, tidak berwarna, Cairan jenih, tidak berwarna, Memenuhi
Pemerian
tidak berbau tidak berbau syarat
Larut dengan sebagian besar Larut dengan sebagian besar Memenuhi
Kelarutan
pelarut polar pelarut polar syarat
Berdasarkan uji organoleptik yang meliputi tekstur, warna, dan bau diperoleh
data dari semua formula pada minggu ke-0 memiliki tekstur yang cair
sedangkan warna dari setiap formula berbeda dimana blanko tidak berwarna,
formula 1 (F1) berwarna biru tua, formula 2 (F2) dan formula 3 (F3) berwarna
biru tua pekat. Perbedaan warna pada setiap formula dipengaruhi oleh
konsentrasi ekstrak etanol bunga telang yang digunakan pada setiap formula
yang berbeda-beda. Bau yang dihasilkan pada setiap formula berbeda dimana
blanko tidak berbau sedangkan F1, F2 dan F3 berbau khas bunga. Bau yang
dihasilkan berasal dari bau ekstrak etanol bunga telang.
Berdasarkan uji bobot jenis sediaan face mist pada minggu ke-0 diperoleh data
bahwa bobot jenis sediaan face mist lebih besar dari bobot jenis air (bobot jenis
air 1 g/cm3). Hal ini disebabkan oleh peningkatan konsentrasi ekstrak etanol
bunga telang yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol bunga
telang yang ditambahkan pada sediaan, maka semakin besar bobot jenis
sediaan face mist tersebut. Data yang diperoleh ini telah memenuhi syarat
karena syarat untuk sediaan non aerosol adalah 0,7-1,2 g/cm³ (27). Bobot jenis
dibatasi sampai 1,2 g/cm3 agar sediaan tidak terlalu kental karena konsistensi
sediaan yang kental akan lebih sulit untuk disemprotkan sehingga daya sebar
semprotnya lebih kecil.
3. Hasil Uji pH
Pemeriksaan uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Hasil uji pH pada tiap
formula dapat dilihat pada Tabel V.13.
Tabel V. 13 Hasil uji pH
No. Sediaan Hasil rata-rata uji pH ± SD
1. Blanko 4,03 ± 0,02
2. Formula I 5,06 ± 0,04
3. Formula II 5,11 ± 0,01
4. Formula III 5,23 ± 0,01
Formula I, II dan III memiliki pH yang sama, yaitu 5,00 sehingga dapat
dikatakan sediaan face mist telah memenuhi syarat untuk pH kulit yaitu sekitar
4,5-6,5 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pH pada masing-masing
formula sediaan yang telah dibuat aman untuk kulit. Sediaan yang dibuat harus
sesuai dengan pH kulit karena pH yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit
menjadi kering sedangkan pH yang terlalu asam akan menimbulkan iritasi pada
kulit (26). Blanko memiliki nilai pH yang lebih rendah dibandingkan dengan
formula I, II, dan III karena blanko tidak mengandung ekstrak bunga telang,
sedangkan pada tiap formula ditambahkan ekstrak bunga telang dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Semakin tinggi ekstrak yang digunakan, maka
akan semakin tinggi nilai pH yang akan diperoleh. Hal ini disebabkan karena
telah diketahui bahwa rata-rata pH ekstrak bunga telang adalah 5,11.
35
Berdasarkan uji sebar semprot yang telah dilakukan pada formula I, II dan III
memenuhi persyaratan yaitu daya sebar yang baik untuk sediaan face mist
adalah 5-7 cm (29). Blanko memiliki daya sebar semprot lebih besar
dibandingkan dengan formula I, II dan III. Hal ini disebabkan oleh formula I,
II dan III yang ditambahkan ekstrak etanol bunga telang yang teksturnya
kental, sehingga konsistensi sediaan yang lebih kental akan lebih sulit untuk
disemprotkan sehingga daya sebar semprotannya lebih kecil.
Berdasarkan uji kondisi semprotan yang telah dilakukan, diperoleh hasil baik
dari semua formula. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi semprotan telah
memenuhi syarat karena semua formula dapat menyemprot keluar seragam dan
dalam ukuran partikel kecil. Hasil uji kondisi semprotan yang baik dapat
mempermudah pengaplikasian sediaan dan memperluas kontak antar partikel
dengan kulit sehingga partikel sediaan dapat menempel pada kulit secara
optimal.
36
Berdasarkan hasil uji waktu kering yang dilakukan, semua formula memiliki
rata-rata rentang waktu kering dari ± 2–3 menit. Hal ini memenuhi persyaratan,
karena waktu kering yang baik untuk sediaan face mist adalah < 5 menit (29).
Adanya perbedaan waktu kering antar formula dapat disebabkan oleh adanya
pengaruh penambahan ekstrak. Semakin banyak ekstrak yang ditambahkan
maka semakin lamanya proses evaporasi sediaan. Hal ini dipengaruhi oleh
kandungan air ekstrak bunga telang pada tiap formula yang dapat
memperlambat proses penguapan sehingga waktu kering sediaan menjadi lebih
lama.
200
Nilai IC50 (bpj)
148.07
150
123.68
100 96.03
50
0
Konsentrasi
Formula I Formula II Formula III
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji aktivitas antioksidan sediaan face mist
pada minggu ke-0, didapatkan nilai IC50 berturut-turut 148,07 bpj; 123,68 bpj;
96,03 bpj. Nilai IC50 dari sediaan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
nilai IC50 ekstrak bunga telang sebesar 34,75 bpj. Hal ini dapat terjadi karena
adanya penambahan bahan tambahan pada sediaan face mist sehingga
mempengaruhi aktivitas antioksidan yang didapat. Antioksidan tergolong sangat
kuat jika memiliki IC50 kurang dari 50 ppm, tergolong kuat jika nilai 50-100 ppm,
tergolong sedang jika nilai 100-150 ppm dan lemah jika nilai 150- 200 ppm (20).
Nilai IC50 pada formula I dan formula II tergolong ke dalam antioksidan sedang,
dan formula III tergolong ke dalam antioksidan yang kuat. Perbedaan IC50 dari tiap
formula, disebabkan karena penambahan konsentrasi ekstrak bunga telang pada
tiap formula berbeda-beda. Pada pengujian aktivitas antioksidan ekstrak bunga
telang yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh hasil bahwa ekstrak bunga
telang memiliki antioksidan yang kuat karena ekstrak bunga telang mengandung
senyawa metabolit sekunder seperti fenol dan flavanoid yang berpotensi sebagai
antioksidan. Oleh karena itu, semakin banyak konsentrasi ekstrak bunga telang
yang ditambahkan, maka semakin tinggi juga aktivitas peredaman radikal bebas
yang ditunjukkan dengan semakin menurunnya nilai IC 50 yang diperoleh. Dapat
disimpulkan bahwa formula III memiliki potensi antioksidan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan formula I dan formula II karena formula III mempunyai
konsentrasi ekstrak bunga telang yang lebih tinggi.
Uji stabilitas organoleptik yang diperoleh dari minggu ke-0 sampai minggu ke-
4, diperoleh hasil bahwa tiap formula memiliki kondisi fisik yang baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap
masing-masing formula tidak mengalami perubahan fisik yaitu tidak ada
perubahan warna, berbau khas bunga, dan memiliki tekstur yang selama waktu
penyimpanan pada suhu kamar. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
campuran bahan pada tiap formula yang telah dibuat baik dan stabil selama 4
minggu penyimpanan pada suhu kamar.
1.0540
5.00
4.80
4.60
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Waktu penyimpanan
Formula I Formula II Formula III
6.00
4.00
2.00
0.00
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Waktu penyimpanan
Formula I Formula II Formula III
sebaiknya memiliki daya sebar yang baik agar saat diaplikasikan ke wajah
sediaan dapat menyebar keseluruh wajah. Semakin luas membran tempat
sediaan menyebar maka koefisien difusi makin besar yang mengakibatkan
difusi zat aktif yang terkandung dalam sediaan makin besar yang
mengakibatkan difusi zat aktifnya semakin menyebar (31). Berdasarkan hasil
dari uji statistik dengan metode ANOVA satu arah terlihat bahwa nilai p-value
(0.70 0.05) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
pada sediaan face mist dari tiap varian konsentrasi ekstrak. Pada hasil
pengujian nilai daya sebar semprot yang dilakukan pada tiap formula
memenuhi nilai diameter yang diinginkan yaitu 5-7 cm dengan rentang nilai
daya sebar semprot terhadap tiap formula adalah 5,6 – 6,67 cm. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan sediaan face mist pada tiap formula selama
penyimpanan pada suhu kamar adalah baik.
Pada uji stabilitas aktivitas antioksidan sediaan face mist diperoleh rata-rata
nilai IC50 pada minggu ke-0 sampai minggu ke-4 menunjukkan terjadinya
penurunan aktivitas antioksidan sediaan face mist tiap formula selama
penyimpanan yang dapat dilihat dari peningkatan nilai IC 50. Pada minggu ke-
4 diperoleh hasil IC50 F1, F2 dan F3 berturut-turut 145,87 ± 0,58 bpj; 123,07 ±
0,65 bpj; 96,61 ± 0,93 bpj. Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan
metode ANOVA satu arah didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa nilai p-
value (0.00 < 0.05) yang berarti ada pengaruh signifikan dari uji aktivitas
antioksidan pada sediaan face mist dari tiap formula. Hal ini dapat terjadi
karena pada komposisi tiap formula sediaan tidak ditambahkan zat tambahan
sebagai antioksidan. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
misalnya cahaya yang dapat menyebabkan proses oksidasi yang dapat
menurunkan aktivitas antioksidan sediaan, sehingga menyebabkan zat aktif
yaitu ekstrak bunga telang terus-menerus terpapar oleh radikal bebas selama
waktu penyimpanan dan membuat tiap formula sediaan face mist mengalami
penurunan aktivitas antioksidan yang dapat dilihat dari peningkatan nilai IC 50
selama penyimpanan suhu kamar.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Ekstrak bunga telang dapat diformulasikan menjadi sediaan face mist yang
stabil secara fisik dan memiliki aktivitas antioksidan pada tiap formula. Pada
hasil uji evaluasi organoleptik, pH, bobot jenis, daya sebar sempot, kondisi
semprotan dan waktu kering didapatkan hasil yang memenuhi syarat sediaan
face mist. Hasil uji aktivitas antioksidan sediaan face mist menggunakan
metode DPPH dengan variasi konsentrasi 0,35%. 0,5%, 0,7% memiliki nilai
IC50 sebesar 145,87 ± 0,58 bpj; 123,07 ± 0,65 bpj; 96,61 ± 0,93 bpj. Pada
konsentrasi 0,35% dan 0,5% memiliki aktivitas antioksidan yang sedang dan
konsentrasi 0,7% memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.
2. Terdapat pengaruh variasi konsentrasi ekstrak bunga telang pada sediaan face
mist terhadap stabilitas fisik dan aktivitasnya sebagai antioksidan. Semakin
besar konsentrasi ekstrak bunga telang dalam sediaan, maka semakin besar
nilai pH, bobot jenis dan aktivitas antioksidannya.
B. SARAN
Disarankan perlu dilakukan uji iritasi dan uji kelembaban untuk mengetahui bahwa
sediian yang telah dibuat aman untuk digunakan dan disukai.
43
DAFTAR PUSTAKA
2. Sari A. Antioksidan alternatif untuk menangkal bahaya radikal bebas pada kulit.
Journal of Islamic Science and Technology. 2015;1(1):63–8.
9. Jayanti M, Ulfa AM, Yasir AS. The formulation and physical evaluation test of
ethanol in telang flower (Clitoria terantea L.) extract losio form as antioxidant.
Biomedical Journal of Indonesia. 2021;7(3):488–95.
44
45
13. Andriani D, Murtisiwi L. Penetapan kadar fenolik total ekstrak etanol bunga
telang (Clitoria ternatea L.) dengan spektrofotometri uv vis. Cendekia Journal
of Pharmacy. 2018;2(1):32–8.
15. Widowati H, Rinata E. Buku ajar anatomi. Sidoarjo, Jawa Timur: UMSIDA
Press; 2020.
16. Mukriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif. Jurnal
Kesehatan. 2014;7(2).
19. Huang D, Ou B, Prior RL. The chemistry behind antioxidant capacity assays.
Journal of Agricultural and Food Chemistry. 2005;53(6):1841–56.
20. Fauziah A, Sudirga SK, Parwanayoni NMS. Uji antioksidan ekstrak daun
tanaman leunca (Solanum nigrum L.). Metamorfosa: Journal of Biological
Sciences. 2021;8(1):28.
24. Martini NKA, Ekawati IGA, Ina PT. Pengaruh suhu dan lama pengeringan
terhadap karakteristik teh bunga telang (Clitoria ternatea L.). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan (ITEPA). 2020;9(3):327.
46
26. Husna Faizah M., Sutiningsih. Pengaruh formulasi sediaan facial spray gel
ekstrak etanol 70% kulit buah pisang nangka (Musa aab) terhadap sifat fisik,
stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan the effect of 70% ethanol extract facial
spray gel formulation of banana peel (Musa aab) on. Іndоnеѕіа Nаturаl
Rеѕеаrсh Рhаrmасеutісаl Jоurnаl. 2019;4(2):85–100.
27. Gunawan I, Rahayu P. Formulasi dan evaluasi parfum tipe eau de toilette (EDT)
“Senarai Jingga.” Jurnal Kesehatan. 2021;12(2):257–65.
28. Djajadisastra J, Dessy N. Formulasi gel topikal dari ekstrak Nerii folium dalam
sediaan anti jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia. 2009;4:210–6.
29. Fitriansyah, Al E. Formulasi dan evaluasi spray gel fraksi etil asetat pucuk daun
teh hijau (Camelia sinensis [L.] Kuntze) sebagai antijerawat. Pharmacy: Jurnal
Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia). 2016;13:202–16.
31. Hasyim N, Pare KL, Junaid I, Kurniati A. Formulasi dan uji efektivitas gel luka
bakar ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata L.) pada kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Farmasi dan Farmakologi. 2012;16(2):89–94.
47
Bunga Telang
(Clitoria ternatea)
1. Determinasi
2. Pengeringan dan pemisahan
bahan organik asing
3. Penyerbukan
Serbuk Simplisia Bunga
Telang
(Clitoria ternatea)
Dipipet masing-masing
10 20 30 40 50
μg/mL μg/mL μg/mL μg/mL μg/mL
Larutan ekstrak,
gliserin dan PVP
Ditambah aquadest ad 100 mL,
dihomogenkan
Pengemasan
51
Dipipet masing-masing
30 60 90 120 150
μg/mL μg/mL μg/mL μg/mL μg/mL
Bobot Ekstrak
Sampel Bobot sampel (g) Rendemen (%) DER-native
(g)
Bunga Telang 500,87 66,50 13,28 7,53
No. pH Rata-rata
1. 5,13
2. 5,12 5,11
3. 5,09
59
(𝐵 − 𝐴) − (𝐶 − 𝐴)
%𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = × 100%
(𝐵 − 𝐴)
Keterangan:
Bobot Botol
Bobot Krus+ Susut
krus Ekstrak Timbang Rata-Rata
No Ekstrak Sesudah Pengeringan
Kosong (g) + Ekstrak (%)
Dikeringkan (g) (%)
(g) (g)
1. 25,4568 1,0027 26,4595 26,3694 8,99
2. 25,2715 0,9954 26,2669 26,1942 7,30 8,13
3. 26,0427 1,0068 27,0495 26,9680 8,10
Perhitungan:
(26,4595 − 25,4568) − (26,3694 − 25,4568)
1. %susut pengeringan = × 100%
(26,4595 − 25,4568)
= 8,99%
(26,2669 − 25,2715) − (26,1942 − 25,2715)
2. %susut pengeringan = × 100%
(26,2669 − 25,2715)
= 7,30%
= 8,10%
60
Konsentrasi Serapan
% Inhibisi (y)
(bpj) (x) I II III (𝑋̅± SD)
Blanko 0,7837 0,7797 0,7807 0,7814 ± 0,0021 -
y = a + bx y = 6,2517x + 10,72
x (IC50) 6,28
0,7837+0,7797+0,7807
Blanko = = 0,7814
3
0,6042+0,6013+0,5994
2 bpj = = 0,6016
3
0,5019+0,5068+0,5012
4 bpj = = 0,5033
3
0,3991+0,3976+0,4097
6 bpj = = 0,4021
3
0,3060+0,2996+0,2992
8 bpj = = 0,3016
3
0,2153+0,2100+0,2167
10 bpj = = 0,2140
3
% Inhibisi:
2 bpj = 0,7814−0,6016 × 100% = 23,22%
0,7814
Persamaan regresi:
a= 10,95
b= 6,22
r= 0,9996
y = a + bx
y = 10,72 + 6,2517x
50−𝑎
IC50 =
𝑏
50−10,72
IC50 = = 6,28
6,2717
65
Rata-rata:
0,7748+0,7790+0,7752
Blanko = = 0,7764
3
0,5655+0,5621+0,5706
10 bpj = = 0,5661
3
0,5058+0,5062+0,5128
20 bpj = = 0,5083
3
0,4224+0,4228+0,4228
30 bpj = = 0,4227
3
0,3404+0,3414+0,3393
40 bpj = = 0,3404
3
0,2801+0,2791+0,2799
50 bpj = = 0,2797
3
% Inhibisi:
0,7764−0,5661
10 bpj = × 100% = 27,09%
0,7764
0,7764−0,5083
20 bpj = × 100% = 34,53%
0,7764
0,7764−0,4227
30 bpj = × 100% = 45,56%
0,7764
0,7764−0,3404
40 bpj = × 100% = 56,16%
0,7764
0,7764−0,2797
50 bpj = × 100% = 63,97%
0,7764
Persamaan regresi:
66
a= 16,84
b= 0,9540
r= 0,9955
y = a + bx
y = 16,84 + 0,954x
50−𝑎
IC50 =
𝑏
50−16,84
IC50 = = 34,76
0,9540
67
Minggu ke-0
Bobot Bobot Bobot Piknometer + zat (g) Bobot Jenis (g/cm3)
Piknomet piknomet
er Kosong er + air Blanko I II III Blanko I II III
(g) (g)
16,7112 28,2159 28,7805 28,7884 28,8280 28,8256 1,0491 1,0498 1,0532 1,0530
16,7112 28,2159 28,7803 28,7879 28,8280 28,8255 1,0491 1,0497 1,0532 1,0530
16,7112 28,2159 28,7801 28,7874 28,8279 28,8254 1,0490 1,0497 1,0532 1,0530
1,0491 ± 1,0497 ± 1,0532 ± 1,0530 ±
RATA-RATA ± SD 0,00001 0,00004 0,00001 0,00001
Minggu ke-1
Bobot Bobot Bobot Piknometer + zat (g) Bobot Jenis (g/cm3)
Piknomet piknomet
er Kosong er + air Blanko I II III Blanko I II III
(g) (g)
16,7112 28,2159 28,7797 28,7866 28,8275 28,8252 1,0490 1,0496 1,0532 1,0530
16,7112 28,2159 28,7848 28,7817 28,8275 28,8251 1,0494 1,0492 1,0532 1,0530
16,7112 28,2159 28,7856 28,8022 28,8277 28,8250 1,0495 1,0510 1,0532 1,0529
1,0493 ± 1,0498 ± 1,0532 ± 1,0530 ±
RATA-RATA ± SD 0,00028 0,00093 0,00001 0,00001
Minggu ke-2
Bobot Bobot Bobot Piknometer + zat (g) Bobot Jenis (g/cm3)
Piknomet piknomet
er Kosong er + air Blanko I II III Blanko I II III
(g) (g)
16,7112 28,2159 28,7847 28,7862 28,8273 28,8246 1,0494 1,0496 1,0531 1,0529
16,7112 28,2159 28,7844 28,7856 28,8267 28,8246 1,0494 1,0495 1,0531 1,0529
16,7112 28,2159 28,7772 28,7806 28,8269 28,8245 1,0488 1,0491 1,0531 1,0529
1,0492 ± 1,0494 ± 1,0531 ± 1,0529 ±
RATA-RATA ± SD
0,00037 0,00027 0,00003 0,00001
68
Minggu ke-3
Bobot Bobot Bobot Piknometer + zat (g) Bobot Jenis (g/cm3)
Piknomet piknomet
er Kosong er + air Blanko I II III Blanko I II III
(g) (g)
16,7112 28,2159 28,7727 28,8034 28,8272 28,8244 1,0484 1,0511 1,0531 1,0529
16,7112 28,2159 28,7726 28,8026 28,8271 28,8243 1,0484 1,0510 1,0531 1,0529
16,7112 28,2159 28,7722 28,7988 28,8268 28,8243 1,0484 1,0507 1,0531 1,0529
1,0484 ± 1,0509 ± 1,0532 ± 1,0530 ±
RATA-RATA ± SD 0,00002 0,00021 0,00001 0,00001
Minggu ke-4
Bobot Bobot Bobot Piknometer + zat (g) Bobot Jenis (g/cm3)
Piknomet piknomet
er Kosong er + air Blanko I II III Blanko I II III
(g) (g)
16,7112 28,2159 28,7847 28,7983 28,8244 28,8222 1,0494 1,0506 1,0529 1,0527
16,7112 28,2159 28,7720 28,7887 28,8252 28,8239 1,0483 1,0498 1,0530 1,0528
16,7112 28,2159 28,7845 28,7877 28,8246 28,8240 1,0494 1,0497 1,0529 1,0529
1,0491 ± 1,0500 ± 1,0529 ± 1,0528 ±
RATA-RATA ± SD 0,00063 0,00051 0,00004 0,00008
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Formula I 5 5,2499 1,04998 3,17E-07
Formula II 5 5,2646 1,05292 7E-09
Formula III 5 5,2655 1,0531 1,5E-08
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
3,0684E- 1,5342E-
1,13E-07Total 3,204E-05
14
69
Minggu ke-0
pH
SERI
Minggu ke-1
pH
SERI
Minggu ke-2
pH
SERI
Minggu ke-3
pH
SERI
Minggu ke-4
pH
SERI
1 3,99 4,92 5,12 5,03
2 4,01 4,90 5,16 5,04
3 4,01 4,91 5,15 5,03
Rata-rata ± SD 4,00 ± 0,01 4,91 ± 0,01 5,14 ± 0,02 5,03 ± 0,01
70
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,09408 2 0,04704 20,5414847 0,00013346 3,88529383
Within Groups 0,02748 12 0,00229
Total 0,12156 14
71
Minggu ke-0
Daya Sebar (cm)
SERI
Blanko I II III
1 6,5 6,5 5,5 6,5
2 7 6,5 6,6 6,6
3 8 7 6,4 5,8
Rata-rata ± SD 7,17 ± 0,7638 6,67 ± 0,2887 6,17 ± 0,5859 6,30 ± 0,4359
Minggu ke-1
Daya Sebar (cm)
SERI
Blanko I II III
1 6,5 6 5,7 6
2 8 5,5 6,5 6,7
3 7,5 6,5 6,5 7
Rata-rata ± SD 7,33 ± 0,7638 6,00 ± 0,5000 6,23 ± 0,4619 6,57 ± 0,5132
Minggu ke-2
Daya Sebar (cm)
SERI
Blanko I II III
1 7 5 7 5,5
2 8 6,5 6 6
3 7,5 5 6,5 6,8
Rata-rata ± SD 7,50 ± 0,5000 5,50 ± 0,8660 6,50 ± 0,5000 6,10 ± 0,6557
Minggu ke-3
Daya Sebar (cm)
SERI
Blanko I II III
1 6,8 6,8 6,8 6,7
2 7 7 7 5,7
3 7,5 6,2 6,4 6,6
Rata-rata ± SD 7,10 ± 0,3606 6,67 ± 0,4163 6,73 ± 0,3055 6,33 ± 0,5508
Minggu ke-4
Daya Sebar (cm)
SERI
Blanko I II III
1 7 7 6,5 6,9
2 7,5 5,5 6,6 6,2
3 7 6,8 6,5 5,9
Rata-rata ± SD 7,17 ± 0,2887 6,43 ± 0,8145 6,53 ± 0,0577 6,33 ± 0,5132
72
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Formula I 5 31,27 6,254 0,25253
Formula II 5 32,16 6,432 0,05312
Formula III 5 31,63 6,326 0,02783
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,08017333 2 0,04008667 0,360621 0,70454746 3,88529383
Within Groups 1,33392 12 0,11116
Total 1,41409333 14
73
Minggu ke-0
Waktu kering (menit)
SERI
Blanko I II III
1 2:15 2:23 3:10 3:00
2 2:03 2:50 2:53 3:15
3 2:24 2:37 3:02 3:13
Rata-rata 2:14 2:37 3:03 3:09
Minggu ke-1
Waktu kering (menit)
SERI
Blanko I II III
1 2:16 2:37 3:10 3:05
2 2:08 3:00 2:50 3:21
3 2:06 2:54 2:47 3:11
Rata-rata 2:10 2:50 2:56 3:12
Minggu ke-2
Waktu kering (menit)
SERI
Blanko I II III
1 2:15 2:55 2:56 2:59
2 2:15 3:01 3:02 3:00
3 2:14 3:03 2:54 3:19
Rata-rata 2:15 2:59 2:57 3:06
Minggu ke-3
Waktu kering (menit)
SERI
Blanko I II III
1 2:26 2:47 3:07 3:17
2 2:15 2;33 3:05 3:05
3 2:22 2:52 2:57 2:58
Rata-rata 2:21 2:44 3:03 3:07
Minggu ke-4
Waktu kering (menit)
SERI
Blanko I II III
1 2:18 3:00 2:44 2:56
2 2:09 2:50 2:53 3:11
3 2:02 3:08 2:47 3:14
Rata-rata 2:10 2:59 2:48 3:07
74
Minggu ke-0
Formula 1
Konsentrasi Serapan (nm) % Inhibisi (y)
(bpj) (x) I II III I II III
DPPH 0,7751 0,7765 0,7715 - - -
30 0,6834 0,6792 0,6697 11,83 12,53 13,2
60 0,6133 0,6164 0,6138 20,87 20,62 20,44
90 0,5443 0,5352 0,5372 29,78 31,08 30,37
120 0,4588 0,4664 0,4609 40,81 39,94 40,26
150 0,3773 0,3778 0,3708 51,32 51,35 51,94
y = a + bx y=1,25+0,3297x y=2,02+0,3232x y=2,05+0,3243x
x (IC50) 147,86 148,48 147,86
Nilai rata-rata IC50 ± SD 148,07 ± 0,36
Seri 1:
30 bpj = 0,7751−0,6834 × 100% = 11,83%
0,7751
Persamaan regresi:
a = 1,25
b = 0,3297
r = 0,9978
y = a + bx
y = 1,25 + 0,3297x
50−1,25
IC50 = = 147,86
0,3297
75
Seri 2:
30 bpj = 0,7765−0,6792 × 100% = 12,53%
0,7765
Persamaan regresi:
a = 2,02
b = 0,3232
r = 0,9971
y = a + bx
y = 2,02 + 0,3232x
50−2,02
IC50 = = 148,48
0,3232
Seri 3:
30 bpj = 0,7715−0,6697 × 100% = 13,20%
0,7715
Persamaan regresi:
a = 2,05
b = 0,3243
r = 0,9937
y = a + bx
y = 2,05 + 0,3243x
76
50−2,05
IC50 = = 147,86
0,3243
Formula 2
Konsentrasi Serapan (nm) % Inhibisi (y)
(bpj) (x) I II III I II III
DPPH 0,7668 0,7693 0,7707 - - -
30 0,6659 0,6543 0,6671 13,16 14,95 13,44
60 0,5719 0,5630 0,5659 25,42 26,82 26,57
90 0,4742 0,4695 0,4619 38,16 38,97 40,07
120 0,3854 0,3931 0,3872 49,74 48,90 49,76
150 0,3101 0,3211 0,3289 59,56 58,26 57,32
y = a + bx y=2,07+0,3904x y=4,97+0,3623x y=4,15+0,3698x
x (IC50) 122,77 124,29 123,99
Nilai rata-rata IC50 ± SD 123,68 ± 0,81
Seri 1:
30 bpj = 0,7668−0,6659 × 100% = 13,16%
0,7668
Persamaan regresi:
a = 2,07
b = 0,3904
r = 0,9989
y = a + bx
y = 2,07 + 0,3904x
50−2,07
IC50 = = 122,77
0,3904
77
Seri 2:
30 bpj = 0,7693−0,6543 × 100% = 14,95%
0,7693
Persamaan regresi:
a = 4,97
b = 0,3623
r = 0,9966
y = a + bx
y = 4,97 + 0,3623x
50−4,97
IC50 = = 124,29
0,3623
Seri 3:
30 bpj = 0,7707−0,6671 × 100% = 13,44%
0,7707
Persamaan regresi:
a = 4,15
b = 0,3698
r = 0,9931
y = a + bx
y = 4,15 + 0,3698x
78
50−4,15
IC50 = = 123,99
0,3698
Formula 3
Konsentrasi Serapan (nm) % Inhibisi (y)
(bpj) (x) I II III I II III
DPPH 0,7692 0,7690 0,7702 - - -
30 0,5992 0,6002 0,6013 22,10 21,21 21,93
60 0,5047 0,5034 0,5016 34,39 34,54 34,87
90 0,4112 0,4123 0,3979 46,54 46,38 48,34
120 0,3005 0,2983 0,3006 60,93 61,21 60,97
150 0,2104 0,2099 0,2111 72,65 72,70 72,59
y = a + bx y=9,03+0,4255x y=8,31+0,4322x y=9,51+0,4247x
x (IC50) 96,28 96,46 95,34
Nilai rata-rata IC50 ± SD 96,03 ± 0,60
Seri 1:
30 bpj = 0,7692−0,5992 × 100% = 22,10%
0,7692
Persamaan regresi:
a = 9,03
b = 0,4255
r = 0,9995
y = a + bx
y = 9,03 + 0,4255x
50−9,03
IC50 = = 96,28
0,4255
79
Seri 2:
30 bpj = 0,7690−0,6002 × 100% = 21,95%
0,7690
Persamaan regresi:
a = 8,31
b = 0,4322
r = 0,9994
y = a + bx
y = 8,31 + 0,4322x
50−8,31
IC50 = = 96,46
0,4322
Seri 3:
30 bpj = 0,7702−0,6013 × 100% = 21,93%
0,7702
Persamaan regresi:
a = 9,51
b = 0,4247
r = 0,9997
y = a + bx
y = 9,51 + 0,4247x
80
50−9,51
IC50 = = 95,34
0,4247
Minggu ke-4
Formula 1
Konsentrasi Serapan (nm) % Inhibisi (y)
(bpj) (x) I II III I II III
DPPH 0,7743 0,7770 0,7790 - - -
30 0,6769 0,6736 0,6787 12,58 13,31 12,88
60 0,6100 0,6107 0,6077 21,22 21,40 21,99
90 0,5286 0,5311 0,5372 31,73 31,65 31,04
120 0,4611 0,4545 0,4563 40,45 41,51 41,42
150 0,3721 0,3750 0,3720 51,94 51,74 52,25
y = a + bx y=2,20+0,3265x y=2,83+0,3232x y=2,46+0,3273x
x (IC50) 146,40 145,95 145,25
Nilai rata-rata IC50 ± SD 145,87 ± 0,58
Seri 1:
30 bpj = 0,7743−0,6769 × 100% = 12,58%
0,7743
Persamaan regresi:
a = 2,20
b = 0,3265
r = 0,9978
y = a + bx
y = 2,20 + 0,3265x
50−2,20
IC50 = = 146,40
0,3265
81
Seri 2:
30 bpj = 0,7770−0,6736 × 100% = 13,31%
0,7770
Persamaan regresi:
a = 2,83
b = 0,3232
r = 0,9984
y = a + bx
y = 2,83 + 0,3232x
50−2,83
IC50 = = 145,95
0,3232
Seri 3:
30 bpj = 0,7790−0,6787 × 100% = 12,88%
0,7790
Persamaan regresi:
a= 2,46
b= 0,3273
r= 0,9982
y = a + bx
y = 2,46 + 0,3273x
82
50−2,46
IC50 = = 145,25
0,3273
Formula 2
Konsentrasi Serapan (nm) % Inhibisi (y)
(bpj) (x) I II III I II III
DPPH 0,7712 0,7685 0,7698 - - -
30 0,6683 0,6554 0,6611 13,34 14,72 14,12
60 0,5796 0,5618 0,5671 24,84 26,90 26,33
90 0,4751 0,4677 0,4697 38,39 39,14 38,98
120 0,3904 0,3888 0,3839 49,38 49,41 49,35
150 0,3066 0,3196 0,3173 60,24 58,41 58,78
y = a + bx y=1,74+0,3945x y=4,75+0,3663x y=3,81+0,3745x
x (IC50) 122,33 123,53 123,34
Nilai rata-rata IC50 ± SD 123,07 ± 0,65
Seri 1:
30 bpj = 0,7712−0,6683 × 100% = 13,34%
0,7712
Persamaan regresi:
a = 1,74
b = 0,3945
r = 0,9984
y = a + bx
y = 1,74 + 0,3945x
50−1,74
IC50 = = 122,33
0,3945
83
Seri 2:
30 bpj = 0,7685−0,6554 × 100% = 14,72%
0,7685
Persamaan regresi:
a = 4,75
b = 0,3663
r = 0,9957
y = a + bx
y = 4,75 + 0,3663x
50−4,75
IC50 = = 123,53
0,3663
Seri 3:
30 bpj = 0,7698−0,6611 × 100% = 14,12%
0,7698
Persamaan regresi:
a = 3,81
b = 0,3745
r = 0,9962
y = a + bx
y = 3,81 + 0,3745x
84
50−3,81
IC50 = = 123,34
0,3745
Formula 3
Konsentrasi Serapan (nm) % Inhibisi (y)
(bpj) (x) I II III I II III
DPPH 0,7724 0,7710 0,7697 - - -
30 0,6095 0,5996 0,6055 21,09 22,23 21,33
60 0,5079 0,5045 0,4988 34,24 34,57 35,20
90 0,4117 0,4071 0,4032 46,70 47,20 47,62
120 0,3087 0,3133 0,3010 60,03 59,36 60,89
150 0,2164 0,2107 0,2093 71,98 72,67 72,81
y = a + bx y=8,54+0,4252x y=9,51+0,4189x y=8,98+0,4288x
x (IC50) 97,51 96,66 95,66
Nilai rata-rata IC50 ± SD 96,61 ± 0,93
Seri 1:
30 bpj = 0,7724−0,6095 × 100% = 21,09%
0,7724
Persamaan regresi:
a = 8,54
b = 0,4252
r = 0,9999
y = a + bx
y = 8,54 + 0,4252x
50−8,54
IC50 = = 97,51
0,4252
85
Seri 2:
30 bpj = 0,7710−0,5996 × 100% = 22,23%
0,7710
Persamaan regresi:
a = 9,51
b = 0,4189
r = 0,9999
y = a + bx
y = 9,51 + 0,4189x
50−9,51
IC50 = = 96,66
0,4189
Seri 3:
30 bpj = 0,7697−0,6055 × 100% = 21,33%
0,7697
Persamaan regresi:
a = 8,98
b = 0,4288
r = 0,9997
y = a + bx
y = 8,98 + 0,4288x
86
50−8,98
IC50 = = 95,66
0,4288
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Formula I 2 293,94 146,97 2,42
Formula II 2 246,75 123,375 0,18605
Formula III 2 192,64 96,32 0,1682
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
3,54213E-
Between Groups 2569,41 2 1284,70652 1389,2474 05 9,5520945
Within Groups 2,77425 3 0,92475
Total 2572,19 5
87
Ekstrak + air
Sediaan face mist
(blanko)
Timbangan Analitik
Rotavapor
Bahan Formula
PVP 2g x 500 = 1 kg
Anggaran Biaya
1. Biaya bahan
2. Biaya kemasan
No. Barang Harga Satuan Jumlah Total Harga
3. Biaya Lain
Jika BEP ditargetkan dalam waktu 1 bulan maka : 901 unit/30 hari : 30 unit per hari
Nominal penjualan : 901 unit x Rp.25.000 = Rp. 22.525.000
Margin penjualan = Total biaya – nominal penjualan = Rp. 28.562.500-Rp. 22.525.000 = Rp. 6.037.500
91