APOTEK ARWANA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Arwana
di Pontianak yang dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2019 s/d 16 Maret 2019. Laporan Praktik
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini disusun disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Apoteker di Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa material maupun
spiritual selama penyusunan laporan ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
2. Andhi Fahrurroji, M.Sc.,Apt, selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker Universitas
Tanjungpura Pontianak.
6. Segenap karyawan Apotek Arwana yang membantu pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA).
7. Koordinator pendidikan beserta para dosen Program Profesi Apoteker Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Profesi Apoteker Angkatan IX Universitas
Tanjungpura Pontianak.
9. Orang tua serta saudara-saudara kami tercinta atas dukungan dan doa yang diberikan kepada
kami.
10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan yang
diberikan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
iii
Semoga laporan ini dapat menambah dan memperluas wawasan serta meningkatkan
pengetahuan dalam bidang ilimiah, dan tentunya bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. v
PEMBAHASAN ........................................................................................... 1
I. Tugas Apotek dan Aspek Legal Pendirian Apotek ............................... 1
II. Tahap Memperoleh SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) ... ................ 7
III. Tata Cara dan Syarat Pendirian Apotek ............................................. 8
IV. Pelayanan di Apotek ........................................................................... 9
V. Struktur Organisasi dan Garis Komando Apoteker ............................ 12
VI. Peran Apoteker menurut APTFI ........................................................ 13
VII. Macam-Macam dan Format Surat Pesanan ...................................... 14
VIII. Buku Pengelolaan Obat ................................................................... 23
IX. Format Laporan Narkotika, Psikotropika, Prekursor ........................ 26
X. Jenis-Jenis Narkotika, Psikotropika, Prekursor ................................... 26
XI. Skrining Resep .................................................................................. 35
XII. Tahap-Tahap Pelayanan Resep ......................................................... 37
XIII. Cara dan Ketentuan Penyimpanan Resep ....................................... 43
XIV. Cara dan Ketentuan Pemusnahan Resep ......................................... 43
XV. Perencanaan, Pengadaan, dan Cara Pemesanan ............................... 44
XVI. Penerimaan dan Penyimpanan ........................................................ 45
XVII. Distribusi dan Pemusnahan Obat ................................................... 49
XVIII. Pajak Apotek ................................................................................ 49
STUDI KASUS ............................................................................................. 51
KESAN DAN PESAN ................................................................................. 76
v
DAFTAR GAMBAR
vi
I Tugas Apotek dan Aspek Legal Pendirian Apotek
Apotek merupakan suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran
sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Seperti apotek pada
umumnya, apotek Arwana juga menjalankan tugas dan fungsi apotek seperti yang tertera pada
PP No. 51 tahun 2009 tentang tugas dan fungsi apotek yang adalah sebagai berikut:
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara
lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
Adapun pendirian sebuah apotek harus memenuhi beberapa aspek persyaratan, meliputi:
a. Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kefarmasian.
Apotek Arwana terletak di Jalan Sungai Raya Dalam Pontianak. Lokasi apotek
ini sangat strategis dan mudah diakses karena dapat dilewati oleh banyak kendaraan
dan disekitar Apotek Arwana merupakan daerah Rumah Sakit Daerah Soedarso yang
cukup ramai. Bagian depan Apotek Arwana terdapat tempat parkir yang cukup luas
yang dapat menampung kendaraan roda dua dan roda empat.
b. Bangunan
1. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan
orang lanjut usia.
2. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
3. Bangunan bersifat permanen yaitu bagian dan/atau terpisah dari pusat
perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan
bangunan yang sejenis.
1
c. Sarana, prasarana, dan peralatan
Bangunan Apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
1. Penerimaan Resep
2. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
3. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4. Konseling
5. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6. Arsip.
Peralatan meliputi :
1. Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian.
2. Peralatan antara lain meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir
timbangan, dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
3. Formulir catatan pengobatan pasien yaitu catatan mengenai riwayat penggunaan
Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan
pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien.
2
Lemari Pendingin Meja Kursi
Komputer Timbangan
Gambar 1. Sarana, Prasarana dan Peralatan Apotek
d. Ketenagaan
1. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh
Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi.
2. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin praktik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketenagaan di Apotek Arwana meliputi :
1. PSA (Pemilik Sarana Apotek) : 1 Orang
2. Manager : 1 Orang
3. APA (Apoteker Penanggungjawab) : 1 Orang
4. TTK (Tenaga Keja Kefarmasian) : 6 Orang
5. Non TTK : 4 orang
Pengelolaan ketenagaan atau Sumber Daya Manusia (SDM) di apotek arwana
tampak dalam pembagian shift kerja sebagai berikut:
Shift pagi (08.00-15.00): 4 orang
Shift sore (15.00-21.00): 2 orang
Shift sore-malam (16.00-22.00): 1 orang
Shift malam (21.00-08.00): 1 orang
Pembagian jam kerja pada satu shift terdiri atas TTK dan dan non-TTK
(karyawan). Adapun tugas TTK di apotek arwana ialah meliputi pemesanan,
penerimaan, penyimpanan dan distribusi obat, alat kesehatan dan BMHP, pelayanan
3
resep, dan swamedikasi. Sementara tugas karyawan ialah melaksanakan atau
membantu jalannya kegiatan prosedural di apotek seperti pada bagian kasir, gudang,
kebersihan, dsb.
Secara umum studi kelayakan dari suatu usaha mencakup 4 aspek penilaian, yaitu:
a. Aspek Manajemen
Apotek perlu mendapat dukungan tenaga manajemen yang ahli dan
berpengalaman, serta memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi untuk
mengembangkan apotek. Karena itu hendaknya disusun tugas-tugas pokok yang harus
dijalankan agar apotek dapat berjalan dengan baik. Tugas-tugas tersebut kemudian
dituangkan dalam jabatan-jabatan tertentu dan disusun dalam satu organisasi, dengan
tersusunnya struktur organisasi lebih mudah untuk menentukan apa yang harus
dipenuhi oleh calon pegawai apotek. Aspek manajemen, meliputi :
1) Strategi manajemen (Visi, Misi, Strategi, Program Kerja, SOP )
2) Bentuk badan usaha
3) Struktur organisasi
4) Jenis pekerjaan
5) Kebutuhan tenaga kerja
6) Program kerja
b. Aspek Teknis
Aspek teknis yang dimaksud di sini adalah kondisi fisik dan peralatan yang
dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek. Aspek teknis, meliputi
:
1) Peta lokasi dan lingkungan (posisi apotek terhadap sarana pelayanan kesehatan
lain)
2) Tata letak bangunan
3) Interior dan peralatan teknis
c. Aspek Pasar
Dalam pendirian apotek, aspek pemasaran mendapat prioritas utama agar laju
perkembangan apotek sesuai dengan yang diharapkan Aspek ini diantaranya
menyangkut jumlah praktek dokter yang ada di sekitar apotek dan jumlah apotek
pesaing di lokasi tersebut. Aspek pasar meliputi :
1) Jenis produk yang akan dijual
2) Cara (dari mana, bagaimana) mendapatkan produk yang akan dijual
4
3) Bentuk pasar(Persaingan Sempurna, Monopoli, Oligopoli, Monopsoni)
4) Potensi pasar (Q = N.P)
5) Target pasar (Individu, Korporasi, Reseller)
6) Target konsumen
d. Aspek Keuangan
Aspek finansial ditujukan untuk memperkirakan berapa jumlah dana yang
dibutuhkan untuk membangun dan kemudian untuk mengoperasikan apotek. Sumber
pembiayaan apotek dapat menggunakan dua sumber, yaitu : pertama modal sendiri,
dapat satu orang pribadi atau beberapa orang dengan pembagian saham. Kedua dapat
dengan pinjaman dengan melalui bank atau lembaga non bank. Aspek keuangan,
meliputi :
1. Investasi dan modal kerja
2. Penilaian analisis keuangan (PBP, ROI, NPV, IRR, BEP)
Penilaian analisis keuangan atau indikator keuangan apotek merupakan analisa
yang berkenaan dengan biaya operasional dan biaya investasi. Penilaian analisis
keuangan tersebut dapat menggunakan analisis PBP, ROI, NPV, IRR, BEP
PBP : Pay Back Periode
ROI : Return On Investment
NPV : Net Present Value
IRR : Internal Rate of Return
BEP : Break Even Point
3. Cash Flow Analysis
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai aspek keuangan dilihat dari analisis Break
Even Point, Return on Investment dan Payback Periode dalam studi kelayakan.
a. Break Even Point (BEP)
Untuk mempertahankan kontinuitas usaha, apotek harus menjaga tingkat
keseimbangan antara hasil penjualan (total revenue) atau laba yang diperoleh
dengan biaya total. Analisa pendekatan yang digunakan ialah metode break even
point :
5
Analisa BEP menunjukkan suatu keadaan kinerja suatu usaha pada posisi tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian karena pada posisi
tersebut pada omset tertentu laba yang diperoleh sama dengan biaya tetap yang
dikeluarkan. Sehingga dengan harga yang ada, omzet yang didapatkan, serta biaya
yang dikeluarkan itu tidak akan menderita kerugian. Dengan adanya BEP ini
menjadi alat untuk menetapkan perkiraan omzet yang harus didapatkan agar suatu
usaha tidak merugi .
b. ROI (Return on Investment)
Return on Investment (ROI) atau rentabilitas atau earning powermerupakan
perbandingan antara pendapatan bersih dengan aktiva bersih rata-rata yang
digunakan. Hal ini penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan
menghasilkan pendapatan. ROI dapat dihitung dengan rumus :
6
bekerjasama dengan BPJS dan mandiri health, adanya diskon harga barang
sehingga memiliki harga lebih murah, buka 24 jam sehingga masyarakat dapat
mengakses apotek lebih bebas, dan kelengkapan barang seperti obat, alat
kesehatan dan BMHP sehingga menjadi pilihan banyak konsumen.
7
III Tata Cara dan Syarat Pendirian Apotek
Skema perijinan pendirian apotek menurut Kepmenkes RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002 dapat dilihat pada Gambar 2.
8
7. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap pada
Perusahaan Farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain.
8. Asli dan salinan/foto copy surat izin atasan (bagi pemohon pegawai negeri, anggota
ABRI, dan pegawai instansi Pemerintah lainnya).
9. Akte perjanjian kerjasama Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik Sarana Apotek.
10. Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang obat.
11. Izin HO (Hinder Ordonatie) tiap 3 tahun diganti, namun sekarang ndak sistembaru
12. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan).
13. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
IV Pelayanan di Apotek
A. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
meliputi
a. Perencanaan
Perencanaan di Apotek Arwana berdasarkan buku Defecta/buku pencatatan
stok obat/barang yang sudah habis.
b. Pengadaan
Pengadaan di Apotek Arwana dengan menggunakan SP (Surat Pesanan) dan
dikirim ke PBF yang bersangkutan. Surat Pesanan meliputi :
a) SP Non Psikotropika-Narkotika
b) SP Psikotropika
c) SP Narkotika
Metode pengadaan meliputi :
1. Pengadaan jumlah terbatas
2. Pengadaan secara berencana
3. Pengadaan secara spekulatif
4. Konsinyasi
c. Penerimaan
Hal-hal yang perlu dicek :
Kesesuaian jenis dan jumlah antara barang dan SP
Keadaan fisik barang
9
Catat No. Batch dan Expire Date
d. Penyimpanan
Penyimpanan Apotek Arwana berdasarkan :
a. Alfabetis
b. FIFO dan FEFO
c. Bentuk Sediaan
d. Suhu
e. Obat BPJS
f. Golongan Obat
e. Pemusnahan
Pemusnahan obat dibedakan berdasarkan penggolongan obat dengan membuat
berita acara beserta saksi.
f. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan di kartu Stok. Pelaporan obat meliputi obat Non
Psikotropika-Narkotika dan obat Psikotropika-Narkotika yang dilakukan
secara online yaitu SIPNAP.
2. Pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian Resep
1. Kajian administratif meliputi:
nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telep
on dan paraf; dan
tanggal penulisan Resep.
2. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
bentuk dan kekuatan sediaan
stabilitas; dan
kompatibilitas (ketercampuran Obat).
3. Pertimbangan klinis meliputi:
ketepatan indikasi dan dosis Obat;
aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
duplikasi dan/atau polifarmasi;
10
reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain);
kontra indikasi; dan
interaksi.
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. Melakukan program jaminan mutu.
d. Konseling
Tahap kegiatan konseling:
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three
Prime Questions, yaitu:
Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian O
bat Anda?
Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang dihara
pkan setelah Anda menerima terapi Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan Obat
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
11
V Struktur Organisasi dan Garis Komando Apoteker
Peranan dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di antaranya:
a. Membuat visi dan misi.
b. Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja.
c. Membuat dan menetapkan peraturan atau Standar Prosedur Operasional (SPO)
pada setiap fungsi kegiatan di apotek.
d. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta program kerja pada setiap
fungsi kegiatan di apotek.
e. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil
kinerja operasional dan kinerja keuangan apotek.
Wewenang dan tanggung jawab APA diantaranya:
a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan
b. Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan
c. Mengawasi pelaksanaan SPO dan program kerja
d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh.
PIMPINAN
APA MANAGER
TTK
Non TTK
Gambar 3. Struktur Organisasi Apotek Arwana
12
Putri Maretya Y.D, Amd. Farm
Arif Fathullah Fajri S.Farm
M. Taufik, Amd. Farm
Non TTK Dediansyah
Agustya
Santoso
Riyan
13
bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan di apotek termasuk pencatatan,
admnistrasi pembelian, penjualan, pelaporan keuangan dan laporan penggunaan
narkotika/ psikotropika.
5. Partisipasi Monitoring Obat
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu berpartisipasi aktif dalam
program monitoring keamanan penggunaan obat. Apoteker berpartisipasi dalam
program monitoring obat terutama monitoring reaksi obat merugikan (ROM).
6. Partisipasi Promosi Kesehatan
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu berpartisipasi secara aktif
dalam program kesehatan di masyarakat lingkungannya, terutama yang berkaitan
dengan obat.
7. Fungsi/Tugas Lain (terkait dengan pengelolaan keuangan, Sumber Daya Manusia)
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu melaksanakan tugas dan fungsi
lain sebagai pimpinan di apotek, seperti pengelolaan keuangan yang salah satunya
terkait dengan target yang ingin dicapai apotek, dan sumber daya manusia yang
bertujuan untuk mendukung program yang dilaksanakan di apotek serta
terlaksananya pelayanan yang berkualitas terhadap pasien. Pengembangan apotek
dapat dilakukan dengan tujuan memperluas dunia usaha serta pelayanan kepada
masyarakat.
14
c. Surat pesanan narkotika tersebut masing-masing untuk dinas kesehatan, badan POM,
genaral manager perdangan/penanggung jawab narkotika kimia farma dan arsip apotek.
15
Gambar 5. Surat Pesanan Psikotropika
16
Contoh surat pesanan psikotropik di Apotek Arwana
17
3. Surat Pesanan Prekursor
Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 rangkap, dicantumkan nama obat, jumlah
dalam bentuk angka dan huruf, bentuk sediaan, kekuatan/potensi.
18
Contoh surat pesanan precursor di Apotek Arwana
19
4. Surat Pesanan OOT
Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 rangkap, dicantumkan nama obat, jumlah
dalam bentuk angka dan huruf, bentuk sediaan, kekuatan/potensi.
20
Contoh surat pesanan OOT di Apotek Arwana :
21
5. Surat Pesanan Obat Reguler
Dalam satu surat pesanan dapat memuat lebih dari 1 item obat, dan dibuat sekurang
kurangnya 3 rangkap.
Contoh surat pesanan obat regular di Apotek Arwana :
22
VIII Buku Pengelolaan Obat
Seperti diketahui kelengkapan administrasi apotek bisa bervariasi dari 20 sampai 30
macam pekerjaan administrasi tergantung pada masing-masing apotek. Pekerjaan
administrasi apotek terdiri dari pembukuan dan pelaporan yang antara lain:
1) Buku Defecta
Buku ini digunakan untuk mencatat barang atau obat yang harus dipesan untuk
memenuhi kebutuhan ketersediaan barang atau obat. Fungsi buku ini untuk
mengecek barang dan stok barang, menghindari kelupaan pemesanan kembali
barang.
Jumlah yg
Nama Stok yg Kebutuhan Nama
Tgl harus di Kondisi
Obat Ada / minggu PBF
pesan
23
4) Buku Catatan OWA
Buku ini untuk mencatat penjualan OWA.
Tgl Nama Pasien Alamat Pasien Nama Obat Jumlah Keluhan Pasien
6) Kartu Stelling
Kartu ini terletak melekat pada wadah obat di tempat sirkulasi. Kegunaan kartu ini
adalah untuk mencatat keluar masuk dan sisa obat pada setiap kali penambahan
dan pengambilan.
KARTU STOK
Nama Obat / Barang = ....
Tgl Dari / Mutasi Sisa Ket. Paraf
Kpada Msuk Kluar
24
8) Buku Hutang
Buku ini mencatat nama-nama PBF rekanan, dilengkapi catatan tanggal dan nomor
faktur, jumlah hutang apotek pada masing-masing PBF.
Tgl dan No.
Tgl Nama PBF Jumlah (Rp.) Ket.
Faktur
25
IX Format Laporan Narkotika, Psikotropika, Prekursor
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat.
Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling sedikit terdiri atas: a. nama, bentuk
sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dan ayat (6)
dapat menggunakan sistem pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi
secara elektronik.
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dan ayat (6)
disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
Apotek Arwana sendiri, belum ada pelaporan penggunaan prekursor secara khusus,
namun penyimpanan obat dan resep yang mengandung prekursor dikhususkan. Saat ini,
pelaporan narkotika dan psikotropika tidak lagi memerlukan tembusan ke BPOM, karena
pihak BPOM sendiri sudah dapat mengakses langsung ke situs SIPNAP.
X Jenis-Jenis Obat
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-
paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup,
maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang
dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan
obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia).
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
26
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat diperoleh:
Tumbuhan ……….………Kuinin
Hewan ………………….. Insulin
Mineral………………….. Koalin
Mikroorganisme………… Penisilin
Sintesa…………….......... Sulfonamida
27
2) Obat Bebas Terbatas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan
kedalam daftar obat “W” (Waarschuwing) memberikan pengertian obat bebas
terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa
resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya
atau pembuatnya.
- Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan
tanda peringatan. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran
panjang 5 cm,lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih
sebagai berikut :
28
- Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa
obat itu hanya boleh diserahkan denagn resep dokter.
- Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parenteral.
- Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan
kesehatan manusia.
Contoh :
Andrenalinum
Antibiotika
Antihistaminika, dan lain-lain
29
- Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek
dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat
kepada masyarakat
- Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan
untuk pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek
misalnya : obat saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan
lain-lain.
2) Penggolongan Narkotika
Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Untuk penyimpanan narkotika
dan psikotropika berdasarkan KepMenKes , penyimpanannya harus dibuat seluruhnya dari
kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi menjadi dua bagian
masing-masing dengan kunci yang berlainan dan bagian pertama dipergunakan untuk
menyimpan morfina, phetidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika lainnya yang
dipakai sehari-hari serta apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berurukuran kurang dari
40 x 80x 100 cm maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai . Obat narkotika
penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh
di apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan copy resep). Dalam bidang
kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetik/obat
penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika adalah : codipront (obat batuk), MST (analgetik)
dan fentanil (obat bius). Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009, Golongan narkotika dibagi
menjadi tiga , yaitu:
30
Obat narkotika golongan III : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oeh pemerintah. memiliki
potensi yang ringan untuk menimbulkan efek ketergantungan.
NARKOTIKA
Gol I (147 obat) Gol 2 (91 obat) Gol 3 (15 obat)
1. tanaman papaver, 1. petidin 1. kodein
2. opium 2. morfin 2. etilmorfina
3. heroin/putaw 3. fentanil 3. buprenorfin
4. kokain/ crack 4. metadon 4. dll
5. ganja/marihuana/ 5. dll
6. cannabis
7. sedian opium
8. mdma
9. amfetamin
10. metamfetamin
11. butiril fentanil
12. karfentanil
13. karisoprodol
31
3) Penggolongan Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. (UU No. 5 Th. 1997 ttg Psikotropika)
1) Gologan I Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
2) Gologan II Berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
3) Gologan III Berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
4) Gologan IV Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan
PSIKOTROPIKA
Gol I (0 obat) Gol 2 (3 obat) Gol 3 (8 obat) Gol 3 (62 obat)
1. Metil fenidat 1. Amobarbital 1. Nimetazepam
2. Amf. 2. Lunitrazepam 2. Alprazolam
Rasemat 3. Dll 3. Diazepam
3. Sekobarbital 4. Bromazepam
5. Lorazepam
6. Triazolam
7. Dietil propion
8. Klordiazepoksida
9. Nitrazepam
10. ……
62. Zolpidem
Semua Sebagian Buprenorfin PMK No.3 Th. 2017
dipindahkan dipindahkan jadi dipindahkan sebagai (PMK No. 9/2015 Tdk
narkotika gol. I narkotika gol. III Berlaku)
32
jadi narkotika
gol. I
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan
untuk obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997
tentang Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja
karena efeknya dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut
Obat Keras Tertentu. Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat
berwarna merah, dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang
berwarna hitam.
Di apotek arwana jenis psikotropika yang ada yaitu :
1. Alprazolam tablet 0,5 mg dan 1 mg
2. Analsik tablet (Diazepam)
3. Braxidin tablet (Chlordiazepoxid Hidroklorida)
4. Cliad tablet (Chlordiazepoxid Hidroklorida)
5. Clobazam tablet 10 mg
6. Sanmag tablet (Chlordiazepoxid Hidroklorida)
7. Sedacum injeksi 1 mg/mL (Midazolam)
8. Stesolid 5 mg/2,5 mL Enema (Diazepam)
9. Valisanbe tablet 2 mg dan 5 mg (Diazepam)
4) Penggolongan Prekursor
Prekursor Farmasi = Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk
antara, produk ruahan dan produk jadi yang mengandung : (UU No. 35 Th. 2009 ttg
Narkotika)
33
Yang diawasi BPOM adalah Prekursor Farmasi (Tabel I) khususnya no. 2, 3, 4, 8,11 dan 13
PREKURSOR
Tabel I Tabel 2
1. N-Acetylanthranilic Acid. 1. Acetone.
2. Ephedrine. 2. Anthranilic Acid.
3. Ergometrine. 3. Ethyl Ether.
4. Ergotamine. 4. Hydrochloric Acid.
5. Isosafrole. 5. Methyl Ethyl Ketone.
6. Lysergic Acid. 6. Phenylacetic Acid.
7. 3,4-Methylenedioxyphe-nyl-2- 7. Piperidine.
propanone. 8. Sulphuric Acid.
8. Norephedrine. 9. Toluene.
9. 1-Phenyl-2-Propanone.
10. Piperonal.
11. Pseudoephedrine.
12. Safrole.
13. Potassium Permanganat.
14. Acetic Anhydride.
Diapotek Arwana sendiri jenis prekursor yang terdapat yaitu :
1. Aldisa SR (Pseudoefedrin HCl)
2. Rhinofed (Pseudoefedrin HCl)
3. Rhinos SR (Pseudoefedrin HCl)
4. Tremenza (Pseudoefedrin HCl)
5. Alco dan Alco Plus (Pseudoefedrin HCl)
6. Serbuk PK (Kalium Permanganat)
34
5) Obat-obat Tertentu (OOT)
Obat-obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain dari Narkotika dan
Psikotropika dan dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. (Per BPOM No 28 Tahun 2018 tentang pengelolaan Obat-Obat
Tertentu yang Sering di Salah Gunakan)
a. TRAMADOL
b. TRIHEKSIFENIDIL
c. KLORPROMAZIN
d. AMITRIPTILIN
e. HALOPERIDOL
f. DEKSTROMETORFAN
Diapotek Arwana sendiri jenis OOT yang terdapat yaitu :
1. Amitriptyline 25 mg
2. Arkine 2 mg (Triheksipenidil HCl)
3. Haloperidol 1,5 mg dan 5 mg
4. Hexymer 2 mg (Triheksipenidil HCl)
5. Tradosik 50 mg (Tramadol HCl)
6. Ultracet (Tramadol)
XI Skrining Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku. Skrining Resep atau biasa dikenal dengan Pengkajian Resep
merupakan kegiatan apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian
administrasi, farmasetik dan klinis sebelum resep diracik. Apa gunanya apoteker melakukan
skrining resep?
Tujuannya tentunya untuk menjamin keamanan (safety) dan kemanjuran (efficacy) dari
obat dalam resep ketika digunakan pasien serta memaksimalkan tujuan terapi.
1) Kajian administratif meliputi:
a. informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)
b. informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP),
alamat, nomor telepon dan paraf)
c. tanggal penulisan resep
35
2) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
a. bentuk dan kekuatan sediaan
b. stabilitas
c. kompatibilitas (ketercampuran obat)
3) Pertimbangan klinis meliputi:
a. ketepatan indikasi dan dosis obat
b. aturan, cara dan lama penggunaan obat
c. duplikasi dan/atau polifarmasi
d. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
e. kontra indikasi
f. Interaksi
36
dari amlodipin adalah 5mg dan 10 mg. Namun dosis kita tentukan dari kebutuhan
pasien, guidline terapi, komplikasi penyakit serta dari hitungan untuk pasien lansia
apakah sesuai atau tidak untuk pasien. Biar mudah membedakan, kita kasih contoh
ekstrimnya “1 kali sehari 2 tablet amlodipin 5 mg”, berarti kekuatan sediaan 5mg
namun dosisnya adalah 10mg. Bisa jadi kekuatan sediaan dan dosis yang diminum
pasien sama, misal “1 x sehari 1 tablet amlodipin 10 mg”.
5) Bagaimana jika diresep hanya tertulis nama obat (misal amlodipin) saja tanpa
kekuatan sediaan?
Dulu saya diajarkan jika dalam resep tidak ada kekuatan sediaan maka diambil
kekuatan sediaan yang paling kecil. Hal ini memang senada dengan konsep patient
safety, first do not harm the patient. Jadi jika hanya tertulis Amlodipin saja maka
sebaiknya kita ambil yang kekuatan sediaan terkecil yaitu 5 mg. Namunnnn… akan
lebih baik jika kita bisa memberikan keduanya kepada pasien yaitu safety and
efficacy, selain aman juga manjur. Jika hasil hitungan dosis ternyata sebaiknya
yang diberikan kepada pasien bukan dosis sesuai dengan kekuatan sediaan terkecil,
lebih baik komunikasikan dahulu dengan dokter. Untuk membantu proses skrining
resep dan sekaligus untuk bisa dijadikan alat dokumentasi, anda bisa membuat
Daftar Tilik Skrining Resep (DTSR).
37
Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan
permintaan pada resep
Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam, warna biru untuk
obat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk
sediaancair)
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan swamedikasi.
Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai. Pelayanan
resep di Apotek Arwana dibagi menjadi dua, yaitu resep kredit dan resep umum tunai. Resep
umum tunai merupakan resep yang dibayar langsung pada saat pengambilan obat. Sedangkan
resep kredit merupakan resep yang berasal dari instansi tertentu dimana pembayaran resep
dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan misalnya tiap bulan sekali. Resep
kredit diberikan kepada instansi atau badan usaha yang telah menjalin kerjasama dengan
Apotek Arwana seperti BPJS maupun BPJS Progrma Rujuk Balik (PRB). Penagihan resep
kredit ditujukan kepada perusahaan atau instansi yang bekerja sama yaitu BPJS.
38
Gambar 13. Proses Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi Obat
39
Gambar 14. Formulir Catatan Pengobatan Pasien
40
Gambar 15. Formulir Dokumentasi Pelayanan Informasi Obat
41
Gambar 16. Formulir Dokumentasi Konseling
Alur pelayanan resep di Apotek Arwana terdiri atas pelayanan resep umum dan
pelayanan resep pasien rujuk balik (BPJS).
Tahap pelayanan resep umum di Apotek Arwana adalah sebagai berikut:
Penentuan Penyerahan
harga dan obat kepada
Penerimaan Penyimpanan
Skrining resep konfirmasi Penyiapan obat pasien,
resep resep
harga kepada pemberian
pasien informasi obat.
Tahap pelayanan resep pasien rujuk balik (BPJS) adalah sebagai berikut:
Penyerahan obat
Pengecekan dan buku
Penerimaan
tanggal anggota BPJS Tanda tangan
resep beserta
pengambilan Input data di yang telah di cap pasien di resep
buku dan kartu Penyiapan resep
terakhir (1 bulan aplikasi dan di tanda dan resep
keanggotaan
1 kali tangani oleh disimpan
BPJS
pengambilan) apoteker, PIO,
Konseling
42
XIII Cara dan Ketentuan Penyimpanan Resep
Resep yang masuk ke apotek disimpan dan diarsip berdasarkan nomor resep, tanggal,
dan bulan. Di Apotek Arwana resep diarsipkan per hari kemudian tiap akhir bulan diarsipkan
per bulannya. Resep yang mengandung narkotika, psikotropika, obat-obat tertentu (OOT), dan
prekursor dipisahkan dari resep yang lainnya.
43
XV Perencanaan, Pengadaan dan Cara Pemesanan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan pelayanan
farmasi klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
a. perencanaan
b. pengadaan
c. penerimaan
d. penyimpanan
e. pemusnahan
f. pengendalian
g. pencatatan dan pelaporan
a. Perencanaan
Perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
Daftar obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang akan dipesan ditulis kedalam
buku defecta. Buku defecta adalah buku berisikan daftar barang-barang yang akan dipesan
atau diadakan. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
apotek Arwana dilakukan berdasarkan stok di apotek yang tersisa sedikit, permintaan
masyarakat yang sering dicari di apotek, pola penyakit, kemampuan masyarakat di sekitar
apotek dan pola konsumsi. Metode perencanaan yang paling efektif yang sesuai dengan apotek
Arwana adalah pola penyakit, pola konsumsi, sisa stok, permintaan masyarakat yang sering
dicari dan kemampuan masyarakat di sekitar apotek.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
44
Tahap-tahap pengadaan di Apotek Arwana adalah sebagai berikut:
Penyimpanan
Sistem penyimpanan di apotek diantaranya sebagai berikut:
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
45
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan, farmakologi,
suhu dan golongan obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out).
Berikut adalah sistem penyimpanan barang di Apotek Arwana, terdiri dari gudang
bawah, gudang atas dan etalase (OTC/Over The Counter).
46
Tempat penyimpanan sediaan cair dalam Lemari penyimpanan psikotropika, OOT
kemasan botol dan prekursor
47
Gambar 19. Gudang Atas
48
Tempat penyimpanan obat bebas dan
bebas terbatas sediaan padat, semipadat,
bedak dan cair
Gambar 20. Etalase (OTC/Over The Counter)
49
PPH pasal 23 : Pengenaan pajak atas sewa. Deviden, bunga, dll.
PPH pasal 25 : Pembayaran (angsuran) pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak
sendiri/ badan per bulan
PPH pasal 29 : Pembayaran pajak kurang bayar pada akhir tahun.
PPH pasal 28 : Pembayaran pajak lebih bayar pada akhir tahun
Cara perhitungan pajak: Penghasilan kena pajak = Penghasilan – PTKP
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Pribadi Per tahun:
Apabila penghasilan mencapai 50 juta per tahun maka akan dikenakan pajak
berlapis seperti berikut:
No Lapisan Penghasilan Tarif
1 s.d. Rp 50.000.000 5%
2 Di atas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 15%
3 Di atas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 25%
4 Di atas Rp 500.000.000 30%
2. Pajak Usaha
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
4. Pajak reklame (nama apotek, plang apotek)
50
STUDI
KASUS
51
KONSELING PASIEN RUJUK BALIK DI APOTEK ARWANA
DARI PUSKESMAS SUNGAI AMBAWANG
A. Dokumentasi Konseling
Nama pasien Suryati
Jenis kelamin Perempuan
Tanggal lahir 2 Desember 1972
Alamat Kampung Durian
Tanggal konseling 11 Maret 2019
Nama dokter dr. Lidwina Kasiani. M.A
Diagnosa Congestive Heart Failure (CHF)
Nama obat, dosis dan cara pemakaian Tertera pada tabel berikutnya
Riwayat alergi -
Keluhan Nyeri dan sesak dibagian dada, kepala
terasa berat
Pasien pernah datang konseling Ya/tidak
sebelumnya
Tindak lanjut Pengobatan diteruskan berdasarkan resep
dokter.
Pasien Apoteker
52
B. Daftar Obat yang di Tebus
Keterangan :
Ada perubahan pengobatan dibanding bulan sebelumnya.
Merah : obat dihentikan.
Biru : dosis diubah.
Hijau : obat ditambahkan.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pasien mendapat perubahan terapi obat. Pada awal
pengobatan di bulan oktober 2018 pasien mendapatkan obat bisoprolol dan ISDN untuk
mengatasi penyakit CHF-nya (gagal jantung). Kemudian dapat dilihat dari riwayat
pengobatan, pasien tidak melanjutkan pengobatannya pada dua bulan berikutnya, hingga pada
bulan Januari 2019 pasien kembali berobat dan mendapat perubahan obat berupa terapi
tambahan dengan spironolakton dan candesartan (hipertensi). Diduga akibat ketidakpatuhan
pasien dalam pengobatan menyebabkan terjadinya faktor resiko dari CHF itu sendiri yakni
hipertensi. Penelitian oleh Hoetama dan Hermawan (2015) menyebutkan bahwa hipertensi
memiliki hubungan bermakna dengan CHF dan merupakan faktor resiko dari CHF.
53
Selanjutnya pada bulan berikutnya pasien kembali tidak menjalankan terapi pengobatannya
dan pada bulan berikutnya, pasien kembali mendapat perubahan terapi obat berupa
penghentian obat spironolakton, diganti dengan clopidogrel, dan perubahan dosis candesartan
dari 16 mg menjadi 8 mg. Clopidogrel banyak digunakan dalam terapi pasien kardiovaskular
sebagai antiplatelet untuk mencegah terjadinya plak yang dapat menyebabkan stroke dan
kematian. Sehingga pasien perlu dikonseling untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat dan memberitahukan pentingnya kepatuhan dalam pengobatan. Aspirin
dosis rendah dan clopidogrel merupakan antiplatelet yang sering digunakan. Aspirin
merupakan pilihan terapi antiplatelet yang paling banyak dan umum digunakan. Aspirin
memiliki efek samping pendarahan lambung atau gastritis. Sementara clopidogrel sendiri lebih
efektif daripada aspirin untuk kasus-kasus seperti infark miokard, stroke iskemik dan vascular
desease. Penggunaan clopidogrel sudah tepat karena berkaitan dengan kondisi jantung (gagal
jantung) yang sudah diderita pasien untuk mencegah terjadinya stroke yang beresiko dialami
pasien. Pasien dapat menggunakan aspirin dosis rendah namun perlu dikaji lebih lanjut
mengingat efek samping aspirin pada lambung.
54
C. Drug Related Problem (DRP)
55
2,5 mg.
5. Dosis rendah (under - -
dose)
6. Adverse drug reaction A. Bisoprolol Situasi bergantung pada
(ADR) / reaksi obat Bradikardia, pusing, kondisi pasien setelah
yang merugikan gangguan pencernaan, meminum obat tersebut,
hipotensi, infeksi karena tidak setiap
pernafasan atas. individu akan memiliki
B. ISDN reaksi yang sama. Apabila
Postural hipotensi, terjadi, maka diberikan
glaukoma sudut tertutup, pengobatan untuk reaksi
mual, muntah, periperal tersebut, misalnya sakit
edema. kepala, dapat diberikan
C. Clopidogrel parasetamol.
Diare, dispepsia, nyeri
perut.
D. Candesartan
Pusing, sakit kepala,
vertigo, nyeri tubuh
bagian belakang, rinitis,
hiperkalemia.
E. Spironolakton
Hiperkalemia,pusing
kepala, gangguan
pencernaan.
Sumber : medscape/drug
56
interaction checker
8. Kepatuhan Pasien tidak patuh minum Mengedukasikan kepada
obat, dan memeriksakan pasien bahwa kepatuhan
kondisinya tidak setiap adalah faktor penting
bulan. Ada selang waktu untuk mencapai
dari pengobatan pertama kesembuhan.
keberikutnya dan ad
perubahan pengobatan.
57
4. Menginformasikan untuk selalu mengontrol dan memperhatikan tekanan darah tetap
dibawah 140/90 mmHg.
5. Melakukan cek kondisi jantung kepada dokter spesialis jantung.
6. Menginformasikan terkait tempat penyimpanan obat, karakteristik obat yang baik dan ciri
fisik jika obat rusak selama penyimpanan ditangan pasien.
7. Menginformasikan pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan dan menyarankan
pasien untuk selalu patuh setiap harinya dan setiap bulannya.
8. Menginformasikan untuk melakukan konsultasi kepada dokter apabila penyakit tidak
membaik.
F. Kesimpulan
Pengobatan pasien diteruskan sesuai dengan resep terakhir kali dan mengedukasi pasien untuk
patuh dalam pengobatan dan datang kembali pada bulan berikutnya (rutin kontrol).
58
LAMPIRAN
59
60
61
KONSELING PASIEN RUJUK BALIK DI APOTEK ARWANA
DARI PUSKESMAS BANJAR SERASAN
A. Dokumentasi Konseling
Nama pasien Sa’mah
Jenis kelamin Perempuan
Tanggal lahir 29 September 1961 (57 Tahun)
Alamat Jl. Tanjung raya 2
Tanggal konseling 18 Februari 2019
Nama dokter Dokter Puskesmas Banjar Serasan
Diagnosa Non-insulin-dependent diabetes mellitus
Nama obat, dosis dan cara pemakaian Metformin 500 mg 3 x 1
Aspilets 1 x 1
Glibenklamide 5 mg 1 x 1
Riwayat alergi -
Keluhan Gula Darah Tinggi
Pasien pernah datang konseling Ya/tidak
sebelumnya
Tindak lanjut Pengobatan diteruskan berdasarkan resep
dokter.
Pasien Apoteker
62
Metformin 500 mg 3x1 90
18/Februari/2019 Aspilets 80 mg 1x1 30
(Asam asetilsalisilat)
Glibenklamide 5 mg 1x1 30
63
Serasan segera sesudah makan
dengan segelas air
Aspilets 80 mg Mencegah adanya
1 x sehari 1 tablet penyumbatan pembuluh
Setelah makan dengan darah pada penderita
segelas air penyakit kantung, stroke,
dan infark.
Mekanismenya menghamb
at aktivitas COX-1, yang
berperan untuk
metabolisme enzim utama
dari asam arakidonat yang
merupakan prekursor
prostaglandin yang
memainkan peran utama
dalam patogenesis
peradangan, nyeri dan
demam.
Pengurangan prostaglandin
(terutama E1) di pusat
termoregulasi
menyebabkan penurunan
suhu tubuh akibat
perluasan pembuluh darah
pada kulit dan sekresi
keringat meningkat. Efek
analgesik yang baik karena
memiliki efek sentral
(pusat) dan perifer (tepi).
Mengurangi agregasi
trombosit, adhesi platelet
dan pembentukan trombus
melalui penekanan sintesis
tromboksan A2 dalam
trombosit. Mengurangi
risiko infark miokard pada
stenocardia yang tidak
stabil.
Glibenklamide 5 mg Mengontrol kadar gula
1 x sehari darah
1. Menginformasikan tentang pengobatan sesuai resep, termasuk kegunaan, dosis, cara pakai
dan efek samping yang mungkin timbul.
64
2. Menginformasikan tentang pengobatan non-farmakologi, misalnya dengan mengubah gaya
hidup sehat.
3. Karena itu, dalam mengelola diabetes, ada 4 pilar penting yang harus dilakukan secara
bersamaan. Ibaratkan pilar yang menyangga sebuah bangunan, satu pilar akan mempengaruhi
kekuatan pilar lainnya. Nah, ke 4 pilar itu adalah:
1) Pola Makan Sehat. Diet sering punya konotasi negatif, seperti tidak boleh makan itu,
minum ini. Seolah-olah prnyandang diabetes itu tidak boleh makan seperti orang lain
yang normal, tidak boleh minum gula, perlu makanan khusus. Padahal sebetulnya
tidak demikian, penderita diabetes pada dasarnya makannya sama saja dengan orang
normal. Tidak ada makanan yang mutlak dilarang, hanya saja barangkali beberapa
makanan dikonsumsi lebih sedikit. Bahkan gula boleh saja dikonsumsi, kalau hanya
untuk teman minum teh pagi hari. Prinsip makan yang sehat menurut Canadian
Diabetes association adalah; konsumsilah makanan yang mengandung karbohidrat
pada secara teratur-- makan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering membantu
mencegah fluktuasi gula darah yang tinggi, konsumsilah makananan yang tinggi serat-
-sayuran dan buah-buahan lebih sering, 5 porsi dalam sehari--, kurangi lemak, daging
merah boleh saja, tapi dalam jumlah moderat, batasi gula tambahan/makanan yang
banyak mengandung gula, kurangi asupan garam, dan bila anda mengkonsumsi
alkohol, batasi sesuai dengan yang direkomendasikan. Dan, yang lebih penting lagi,
sebagai pedoman umum, bahkan untuk yang bukan penyandang diabetes, makanlah
sesuai dengan kebutuhan kalori yang diperlukan, gizi yang seimbang, jangan
berlebihan.
2) Aktifitas Fisik. Seperti pola makan yang sehat, aktifitas fisik, olahraga juga sangat
menentukan regulasi gula darah. Sayangnya istilah olahraga ini sering menjadi
momok pada kebanyakan orang. Beribu alasan yang dikemukakannya untuk
pembenaran tidak melakukan aktifitas olahraga. Tidak hanya pada mereka yang masih
sehat, penyandang diabetes juga demikian. Padahal banyak manfaat olahrga ini yang
akan dinikmatinya. Tidak hanya membantu menurunkan gula darah secara alami,
karena meningkatnya sensitifitas insulin, kebutuhan kalori yang meningkat,
bertambahnya massa otot, tetapi juga penyakit-penyakit lain yang sering menyertai
penyandang diabetes seperti hipertensi, hiperlipidemi, obesitas, stress, juga lebih
mudah dikendalikan. Penelitian juga menunjukkan bahwa olahraga memperbaiki
gangguan toleransi glukosa, menurunkan gula darah, mengurangi kebutuhan obat-
65
obatan. Semakin besar massa otot terutama otot-otot besar seperti paha, bokong,
lengan yang dibangun dengan olahraga maka akan semakin banyak gula yang diambil
dari peredaran darah.
3) Obat-Obatan. Pada pasien diabetes tertentu, gula darah yang tidak begitu tinggi, yang
pertama kali didiagnosis, dengan obesitas, diabetes tanpa komplikasi, obat diabetes
baru diberikan apabila dengan pola makan yang sehat, dan olahraga, kadar gula darah
yang diinginkan tidak tercapai. Dan, obat bukan pilihan pertama pada penyandang
diabetes, dan obat-obatan tidak menggantikan fungsi makanan yang sehat dan
olahraga. Pada beberapa penelitian, olahraga, pola makan yang sehat bahkan lebih
unggul mengontrol gula darah pada diabetes tipe 2 dan mencegah berkembangnya
diabetes dibandingkan obat-obatan. Sayangnya kebanyakan pasien lebih
mengandalkan obat-obatan daripada makan yang sehat, dan olahraga. Seharusnya,
obat-obatan, makan yang sehat, olahraga harus beriringan dalam pengelolaan diabetes.
Keteraturan penggunaan obat-obatan, termasuk Insulin sangat penting dalam
mengelola diabetes. Obat-obatan mempunyai masa kerja tertentu, sehingga
keteraturan dalam mengkonsumsinya juga mempengaruhi fluktuasi gula darah.
4) Edukasi. Pengetahuan itu adalah kekuatan, bagi seorang penyandang diabetes,
pengetahuannya tentang seluk beluk penyakit diabetes ini merupakan salah satu kunci
penting yang menentukan lamanya harapan hidup mereka. Belajar, menggunakan
informasi tentang apa saja mengenai diabetes, dapat memotivasi penyandangnya
untuk mengontrol melakukan hal-hal yang terbaik untuk dirinya. Mereka yang
memahami tentang bagaimana penyakit ini berkembang, tahu faktor resikonya,
menyadari kemungkinan komplikasi yang mengancamnya, tentunya akan menjadi
lebih waspada. Seorang pasien yang paham bagaimana obat berkerja, mengerti efek
sampingnya, tentu saja akan lebih siap melakukan sesuatu bila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Kemungkinan komplikasi kejadian hipoglikemi yang dapat
mengancam nyawa pasien, akan mudah diatasi bagi pasien yang menyadari gejala dan
tahu tindakan yang harus dilakukan.
66
LAMPIRAN
67
68
69
DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT
3. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………
1) Mas ada obat untuk sakit gigi ?
……
2) Cataflam tablet ud pernah, yg serbuk ad nggak ?
3) Harganya berapa?
……………..
4) Cara pakainya bagaimana?
Keterangan : sakit gigi sudah 2 hari.
…………………………………………………………………………………
Jenis Pertanyaan:
Identifikasi Obat Stabilitas Farmakokinetika
Interaksi Obat Dosis Farmakodinamika
Harga Obat Keracunan Ketersediaan Obat
Kontra Indikasi Efek Samping Lain-lain
Cara Pemakaian Obat …………………..
Penggunaan
Terapeutik
4. Jawaban
1) Cataflam tablet mau ? ;
2) yang serbuk ada, cataflam fast;
3) Rp. 9.200;
4) Nanti abg larutkan di air aja, kira2 setengah gelas, terus di kumur sedikit,
sisanya bisa di telan nanti bang
5. Referensi
Brosur kotak cataflam fast.
Mekanisme : Diclofenat di dalam cataflam bekerja dengan cara menghambat
cycooxygenase (COX)-1 dan COX-2 yang merupakan jalur aktivasi sensasi nyeri
6. Penyampaian Jawaban : Segera/Dalam 24 jam/Lebih dari 24 jam
70
DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT
1. Identitas Penanya
Nama : Riski Regiandra Kurnia No. Telp.082112343312
Status : Pasien
2. Data Pasien
Umur : 20 Tahun ; Tinggi : 167 cm; Berat : 74 kg; Jenis kelamin : Laki-laki
Kehamilan : Tidak Menyusui : Tidak
3. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
1. Kak saya udah 2 hari ini pusing, terus ada batuknya, kira-kira obatnya apa ya
kak?
2. Saya juga ada pileknya kak
3. Berapa harganya kak?
4. Cara minumnya gimana kak?
Jenis Pertanyaan:
Identifikasi Obat
Ketersediaan Obat
Dosis
Harga Obat
Cara Pemakaian Obat
Efek Samping Obat
4. Jawaban
1. Sebelumnya udah ada minum obat apa bang? (Belum ada kak)
2. Batuknya batuk kering atau berdahak ya? (Batuk kering)
3. Ini ada obatnya ‘ALPARA’ fungsinya bisa untuk pusing/demam, pilek sama batuk
kering bang
4. Harganya 7400 1 kepingnya bang, boleh ? (boleh kak) sambil menyerahkan
obatnya
5. Untuk aturan pakainya 3 kali sehari 1 tablet sesudah makan
6. Kalau misalnya ngantuk itu gak apa-apa karena memang efek samping dari
obatnya ya.. (Oh iya kak)
7. Nanti kalau bisa istirahat yang cukup, banyak minum air putih dan
mengkonsumsi buah-buahan segar. Terus hindari paparan debu dan asap yang
bisa merangsang batuk.
8. Terima kasih.. Semoga lekas sembuh
5. Referensi
Paracetamol 500mg (Analgesik-antipiretik) : Menghambat enzim siklooksigenase untuk
mengurangi produksi prostaglandin yang berperan dalam proses nyeri dan demam.
Phenylpropanolamine Hcl 12,5mg (Dekongestan hidung) : Menyempitkan pembuluh
darah sehingga akan membantu meredakan pembengkakan akibat infeksi sehingga akan
lebih mudah bernapas.
71
Dextromethorphan Hbr 15mg (Ekspektoran & Antitusif) : Menaikkan ambang pusat
batuk yang bekerja di sentral yaitu di otak untuk menekan batuk kering.
Chlorpheniramine Maleate 2mg (Antihistamin) : Menghambat kerja histamin, senyawa
didalam tubuh yang memicu terjadinya alergi.
72
DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT
3. Identitas Penanya
Nama: Gida
No. Telp. 089689557071
Status : Pasien
4. Data Pasien
Umur : 22 tahun; Tinggi : 160 cm; Berat : 55 kg;
Jenis kelamin : Perempuan
Kehamilan : Tidak
Menyusui : Tidak
4. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
1. Mbak, ada obat untuk pusing kepala sama berat kepala, sakit tenggorokkan, mual,
flu?
2. Ngantuk gak mbak pakenya?
3. Sehari berapa kali ini mbak?
4. Berapa mbak?
Jenis Pertanyaan:
-Identifikasi Obat
-Ketersediaan Obat
-Harga Obat
-Efek Samping
-Cara Pemakaian
8. Jawaban
1. ada mbak. Udah pernah coba ini? *menyerahkan fludane merah* ini udah
sekalian untuk demam batuk pileknya mbak. (kemudian bertanya ada maag dan
apakah sudah makan, pasien mengaku belum makan dan ada maag sehingga
memutuskan untuk mengatasi mual dengan makan karena merupakan gejala maag
akan kambuh)
2. iya mbak, rata-rata obat flu buat ngantuk mbak, biar bisa istirahat juga sekalian
3. sehari tiga kali mbak satu tablet, disini ada tertera aturan minumnya ya mbak
4. sebentar ya mbak saya cek, 4600 mbak. Usahakan banyak minum air putih ya
mbak, istirahatkan dulu tubuhnya, jangan makan makanan yang bisa merangsang
tenggorokkan dulu kayak yang dingin dingin sama yang berminyak. Hirup uap air
panas juga bisa membantu melegakan pernafasannya mbak.
9. Referensi
Brosur obat fludane merah
Kandungan Fludane merah:
Paracetamol 500 mg untuk mengatasi demam dan sakit kepala. Mekanisme
kerjanya ialah sebagai analgesik dan antipiretik, dimana parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase sehingga mengurangi produksi
prostaglandin yang berperan dalam proses nyeri dan demam.
73
Chlorpheniramine maleate (CTM) 2 mg sebagai anti alergi untuk mengatasi
gejala flu seperti bersin. Mekanisme kerja ialah sebagai antagonis reseptor H1,
dimana CTM akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus
dan otot polos
Phenylpropanolamine HCl 12,5 mg sebagai dekongestan untuk mengatasi
hidung tersumbat. Mekanisme kerjanya ialah dengan menyempitkan
pembuluh darah sehingga membantu meredakan pembengkakan dan
mempermudah pernafasan.
Dextromethorphan HBr 15 mg untuk mengatasi batuk kering. Mekanisme
kerjanya ialah sebagai antitusif pada pusat batuk di otak untuk menekan batuk
kering.
74
DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT
75
KESAN DAN PESAN
Kesan :
PKPA di Apotek Arwana sangat menyenangkan. Orang-orang yang bekerja di Apotek sangat
ramah dan mau membagi ilmunya buat kami meski situasi dan kondisi di apotek sedang ramai
dan sibuk. Kami diberi kesempatan untuk mencoba segala ruang lingkup di apotek, termasuk
melayani pasien, menentukan harga, pelayanan resep, dan masih banyak lagi. Kami bebas
melakukan konseling kepada pasien sesuai ilmu yang kami dapatkan. Jadi kami bisa lebih
memahami praktek apoteker di apotek, walaupun kami masih banyak kekurangan.
Pesan/saran :
Semoga kedepannya praktek di Apotek Arwana bisa lebih intens lagi, misalnya pengadaan
home care dan ruang khusus konseling, ruang dan alat meracik bisa lebih maksimal dan
melengkapi obat-obatan, alkes dan BMHP yang sudah kosong, serta menggalakkan aturan
pengeluaran antibiotik harus sesuai resep.
76