DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
NURHALIM 201802052
DIII FARMASI
2019
I. Pendahuluan
a. Definisi
Sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaaan farmasi
yang banyak dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah
sakit. Sediaan steril sangat membantu pada saat pasien
dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus
diobati, dan sebagainya (Lukas, 2006).
Sediaan yang termasuk sediaan steril yaitu sediaan obat suntik
bervolume kecil atau besar, cairan irigasi yang dimaksudkan
untuk merendam luka atau lubang operasi, larutan dialisa dan
sediaan biologis seperti vaksin, toksoid, antitoksin, produk
penambah darah dan sebagainya. Sterilitas sangat penting
karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan
dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi
dengan mudah (Ansel, 1989) .
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV, pembuatan
sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan
bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) juga
mempersyaratkan tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu
per satu secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan
pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual harus
ditolak (Depkes RI, 1995)
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi
melalui berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan
sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian
diluar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu
penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan
penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat
mempermudah pengamatan terhadap isi. Tipe kaca yang
dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam masing-
masing monografi. Penutup wadah dosis ganda memungkinkan
pengambilan isi tanpa membuka atau merusak penutup.
Penutup dapat ditembus oleh jarum suntik dan pada saat
penarikan jarum, segera menutup kembali hingga mencegah
pencemaran (Depkes RI, 1995).
Nama MANITOLIUM
Berat Molekul 182,17
Rumus C6H14O6
Molekul
Pemerian Serbuk kristal berwarna putih dan tidak berbau atau
granul mengalir bebas, rasa manis. (The Handbook
of Pharmaceutical Excipients hlm. 449)
Kelarutan Larut 1 dalam 5,5 air; larut 1 dalam 83 etanol 95%;
larut 1 dalam 18 gliserin. (The Handbook of
Pharmaceutical Excipients hlm. 451)
Stabilitas
Panas Serbuk kristal meleleh pada suhu 166-168C. Stabil
terhadap Panas (The Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th Ed 2009 hlm. 429)
Hidrolisis Larutan manitol dalam air bersifat stabil, baik oleh
dingin, asam/basa encer maupun oksigen dari udara
(tanpa kehadiran katalis). (The Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009 hlm 429)
Cahaya Manitol disimpan dalam wadah yang resisten
terhadap cahaya dan kedap udara, pada suhu kamar.
(International Journal of Pharmaceutics, Wendy L.
Hulse et. al., 2009)
Inkompabilitas Tidak cocok dengan xylitol infus dan berbentuk
kompleks dengan beberapa logam seperti aluminium,
tembaga, dan zat besi
Keterangan Range : 20-90%
Lain
Kesimpulan : Dibuat sediaan infus yang mengandung Manitol 5%
Cara sterilisasi sediaan : autoklaf suhu 121⁰C selama 15 menit/ oven
suhu 170⁰C selama 1 jam/ radiasi gama 25kGy/ filtrasi membran
0,22µm/ tanpa sterilisasi akhir *)
Bentuk zat aktif yang digunakan : Base
Bentuk sediaan : Larutan
Kemasan : Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastik,
sebaiknya dari kaca tipe I atau tipe II (Farmakope Indonesia Ed. IV
hlm. 520)
V. Perhitungan Tonisitas
Rumus ekivalensi manitol 5%= %kadar (m) x E
Nilai E belum diketahui, sehingga dilakukkan perhitungan
menggunakan metode Liso dengan rumus:
𝐿𝑖𝑠𝑜
E = 17 𝑀
Keterangan:
E = ekivalen NaCl
Liso = nilai tetapan Liso zat
M = massa molekul zat
1,9
= 17 x 182,17
= 0,1773%
Nilai E telah diketahui, sehingga ekivalen manitol 5% dapat dihitung:
Rumus ekivalen manitol 5% = % kadar (m) x E
= 5% x 0,1773
= 0,8865 %
Dengan demikian:
Jumlah NaCl yang ditambahkan supaya sediaan isotonis
= (0,9 – 0,8865)% = 0,0135%
=0,0135 g dalam 100 mL
VI. Perhitungan bahan
Jumlah sediaan yang dibuat : 1 botol infus @ 500 ml
No Nama Bahan Jumlah yang ditimbang
1 Manitol Jumlah manitol yang ditimbang
dilebihkan 5% (selisih rentang kadar
dibagi 2) untuk mengantisipasi
kehilangan akibat absorbsi oleh karbon
aktif (Farmakope Indonesia IV, 520)
Manitol 5% = 5 gram/ 100 ml
Untuk 1100 ml larutan sediaan
5 𝑔𝑟
=100 𝑚𝑙 𝑥 700 𝑚𝑙 = 35 𝑔𝑟
b. Wadah
1. Prosedur Pembuatan
RUANG PROSEDUR
Grey area 1. Semua alat dan wadah disterilisasi dengan cara
(ruang masingmasing. Gelas kimia ditara dahulu sebelum
sterilisasi) disterilisasi.
2. Pembuatan air steril pro injeksi: 1500 ml aquabidest
disterilkan dengan autoklaf 121C selama 15 menit.
3. Setelah disterilisasi, semua alat dan wadah
dimasukkan ke dalam white area melalui transfer box.
Grey area 1. Mannitol ditimbang sebanyak 36,75 g menggunakan
(ruang kaca arloji steril
penimbangan) 2. Natrium klorida ditimbang sebanyak 94,5 mg
menggunakan kaca arloji steril
3. Karbon aktif ditimbang sebanyak masing-masing 1,5 g
dan 0,7 g menggunakan kaca arloji steril untuk
depirogenasi aqua p.i dan sediaan akhir.
4. Membuat air bebas pirogen dengan cara memindahkan
1500 ml air pro injeksi ke dalam erlenmeyer 2 L kemudian
tambahkan 1,5 g Carbo adsorbens lalu tutup dengan kaca
arloji, sisipi dengan batang pengaduk. Panaskan pada
suhu 60-70C selama 15 menit (gunakan termometer).
Saring larutan dengan kertas saring rangkap 2, lalu
disterilisasi membran melalui kolom G3 dengan membran
filter 0,22 µm. Air steril bebas pirogen ini digunakan untuk
membilas alat dan wadah yang telah disterilisasi dan
menggenapkan volume sediaan.
White area 1. Manitol sebanyak 36,75 g dilarutkan dengan 350 mL
Kelas C aqua pro injeksi bebas pirogen ke dalam gelas kimia
(ruang 500 mL dan diaduk dengan batang pengaduk hingga
pencampuran zat larut.
dan 2. Natrium klorida sebanyak 94,5 mg dilarutkan dengan
pengisian) 50 mL aqua pro injeksi bebas pirogen ke dalam gelas
kimia 100 mL dan diaduk dengan batang pengaduk
hingga zat larut sempurna.
3. Larutan manitol dan larutan natrium klorida
dicampurkan dalam labu erlenmeyer 1 L lalu diaduk
homogen. Tambahkan aqua pro injeksi bebas pirogen
hingga mencapai sekitar 500 mL.
4. Dilakukan pengecekan pH dengan beberapa tetes
larutan menggunakan pH indikator atau pH meter.
5. Bila nilai pH belum mencapai nilai yang diharapkan,
tambahkan larutan NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N hingga
pH larutan mencapai 7,4. Lalu genapkan dengan air
pro injeksi bebas pirogen hingga 700 ml.
6. Karbon aktif sebanyak 0,7 g dimasukkan ke dalam
larutan sediaan dan diaduk hingga merata, lalu
dipanaskan di atas api Bunsen atau hot plate hingga
suhu 60-70˚C selama 15 menit sambil diaduk sekali-
kali.
7. Kertas saring dilipat menjadi dua rangkap dan
dibasahi dengan aqua pro injeksi bebas pirogen,
kemudian dipasang pada corong dan ditempatkan
pada labu Erlenmeyer 2 L yang lain. Larutan sediaan
disaring menggunakan kertas saring tersebut dalam
keadaan masih panas.
8. Larutan sediaan disaring kembali menggunakan
membran filter 0,22 µm dalam kolom G3.
9. Filtrat dimasukkan ke dalam 1 botol flakon yang telah
ditara sebanyak 510 mL.
Grey area Flakon ditutup dengan menggunakan tutup karet flakon
(Ruang steril dengan simpul champagne.
penutupan)
Grey area Sterilisasi akhir dilakukan dengan autoklaf 121˚C
(Ruang selama 15 menit.
sterilisasi)
Grey area 1. Dilakukan evaluasi sediaan.
(Ruang 2. Sediaan diberi etiket yang sesuai.
evaluasi)
2. Evaluasi sediaan
1. Uji Kebocoran
dapat optimal.
Baxter, K., 2008, Stockley ’ s Drug Interactions 8th ed. K. Baxter, ed.,
London: Pharmaceutical Press.
Rowe, Raymond C., Sheskey, Paul J., Quinn, Marian E.. 2009. Handbook
of Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London: The
Pharmaceutical Press. Halaman 637-639.
Sukandar. E. Y., Andrajati. R., Sigit. J. I., Adnyana. I. K., Setiadi. A. A. P.,
Kusnandar, 2009, ISO Farmakoterapi, ISFI Penerbitan,
Jakarta