PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan
masalah kesehatan yang dihadapinya, jauh sebelum pelayanan kesehatan
formal dengan obatobat modern. Pemerintah pun pada saat ini juga telah
menggalakkan penggunaan obat secara tradisional. Tanamantanaman
tersebut dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, di
antaranya yaitu daun kemangi. Daun kemangi yang selain memiliki aroma
khas juga dipercaya untuk mengatasi perut kembung atau masuk angin,
menyembuhkan sakit kepala, pilek, dan demam, serta aroma kemangi dapat
menolak gigitan nyamuk.
Kemangi merupakan tanaman berbatang basah dengan tinggi dapat
mencapai 1,5 meter. Daun panjang, berbentuk taji atau bulat telur, ujung
tumpul atau tajam, panjang sampai 5 cm, bergerigi atau rata, wangi seperti
cengkeh dan pahit (Anonim, 2008).
Daun kemangi mengandung senyawa arginin, yaitu senyawa yang dapat
membantu kesehatan dinding pembuluh darah. Senyawa arginin yang
terkandung dalam daun kemangi ini memiliki banyak khasiat, yang salah
satunya adalah membuat dinding pembuluh darah lebih fleksibel dan tidak
mudah tersumbat. Kemangi sering kali disuling untuk diambil sari minyak
atsirinya. Minyak kemangi termasuk jenis minyak atsiri tinggi, dikarenakan
aroma kemangi segera hilang setelah 24 jam dioleskan pada tubuh. Minyak
atsiri yang lainnya atau berkatagori sedang, aromanya akan menghilang
setelah 3 hari dioleskan. Minyak atsiri berkatagori rendah, aromanya
menghilang setelah seminggu (Waid, 2011).
Di Indonesia penggunaan minyak atsiri ini sangat beragam, dapat
digunakan melalui berbagai cara yaitu melalui mulut atau dikonsumsi
daun
kemangi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemangi
Gambar 1. Kemangi
a.
: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio
Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
Sub-kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Familia
: Lamiaceae
Genus
: Ocimum
Spesies
: Ocimum sanctum L.
(Rubi, 2010).
b.
Nama Daerah
Suraung, lampes (Sunda); lampes (Jawa Tengah); kemangek
(Madura);
c.
ukuuku
(Minahasa/Manado).
Morfologi Tumbuhan
(Bali);
lufe-lufe
(Ternate);
Bramasu
3.
Gondopuro
Terjadi penyabunan, contohnya Liniment Amoniak dan Lotio Benzylis
c.
Benzoas
Terbentuk emulsi, contohnya Peruvianum Emulsum I dan II (Anonim,
2004).
Bentuk sediaan liniment dapat berupa emulsi, suspensi atau solutio
(Anonim, 2009).
Monografi Zat Tambahan
a. Mentholum
Sinonim
: Mentol
Pemerian
: hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna; bau
tajam seperti minyak permen; rasa panas dan aromatik
diikuti rasa dingin.
Kelarutan
c.
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
5.
Kulit
Kulit adalah suatu shell yang fleksibel, mudah melentur, protektif,
mengatur diri sendiri yang melindungi sistem hidup kita. Shell mengandung
sistem sirkulasi dan sistem evaporasi untuk menstabilkan temperatur dan
tekanan badan, sistem melemas sendiri dan merupakan alat untuk mendeteksi
stimuli dari luar.
lain-lain.
Dermis
Demis, atau korium tebalnya 3-5 mm, merupakan anyaman serabut
kolagen dan elstin, yang bertanggung jawab untuk sifat-sifat penting dari
kulit. Dermis mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, gelembung
rambut, kelenjar lemak (sebasea), kelenjar keringat, otot dan serabut
c.
6.
(Anief, 1997).
Minyak atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak
esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap diudara
terbuka. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari
tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemar,
minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan
lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta
warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya
tersebut
juga
diisi
sepenuh
mungkin
sehingga
tidak
Pembuatan
liniment
Gambar
2. Kerangka
konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam minggu di Laboratorium
Farmakognosi SMKS 16 Farmasi Bengkulu. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan 01 juli 9 Agustus 2014.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat destilasi,
batu didih, beker glass, erlemeyer, batang pengaduk, timbangan, gelas
ukur, pipet tetes, timbangan analitik, kompor listrik, mortir dan stemper,
alat pengaman (seperti sarung tangan karet dan masker), corong pisah,
corong kaca, sendok plastik atau spatula untuk mengaduk, sudip, pH
2.
10
Simplisia
pencampuran bahan
proses pengadukan
proses
finishing
( pengemasan,pelabelan,evaluasi sediaan)
Pengambilan sampel
Sampel berupa daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dibeli dari Pasar
Panorama Kota Bengkulu.
3.
Bahan
Minyak atsiri
F1
1,8
Formula (gr)
F2
2,3
F3
2,8
Fungsi
Zat aktif, anti nyamuk
11
daun kemangi
Mentol
Kamfer
1,6
1,6
1,6
Metil salisilat
4,8
4,8
4,8
ad 8
ad 8
ad 8
Minyak kelapa
murni (VCO)
5.
6.
Antiiritan, analgetik
topikal
Antiiritan, analgetik
topikal, rubifacient
Antiiritan, analgetik
topikal
pembawa
e.
f.
12
atau dibelakang daun telinga) dengan cara yang biasa dipakai sehari-hari.
Setelah dibiarkan selama 24-48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang tidak
diingikan, maka sediaan tersebut dapat digunakan (Wasitaatmadja, 1997).
Pengolahan data yang dilakukan dari uji sifat fisik liniment terhadap uji
iritasi kulit menggunakan cara kuisioner dengan 10 orang panelis.
D. Analisa Data
Dalam penelitian karya tulis ilmiah ini analisa data yang digunakan
adalah analisa deskritif yaitu menggambarkan proses awal pembuatan
liniment sampai produk jadi yang diharapkan, kemudian disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik, serta narasi.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data evaluasi
1.
F3
a. Kuning pekat
b.Khas kemangi
c. cair
a. Kuning pekat
b.Khas kemangi
c. cair
a. Kuning Pekat
b.Khas kemangi
c. cair
a. Kuning Pekat
b.Khas kemangi
c. cair
Minggu
Pertama
Kedua
Ketiga
Yang
Keterangan :
F1 : liniment dengan kadar minyak atsiri 1,8gr
F2 : liniment dengan kadar minyak atsiri 2,3gr
F3 : liniment dengan kadar minyak atsiri 2,8gr
Pada uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung sediaan liniment selama 4 minggu berturut-turut. Yang diamati
14
meliputi warna, bau, dan tekstur dari sediaan liniment. Pada minggu
pertama, kedua, ketiga, dan keempat hasil pengamatan (F1, F2, dan F3)
yang didapat yaitu warna pada F1 kuning bening, F2 kuning dan F3 kuning
pekat. Sedangkan hasil pengamatan (F1,F2, dan F3) bau yang didapat dari
ketiga sediaan yaitu berbau khas kemangi, hanya saja pada F3 bau kemangi
lebih menyegat dari pada sediaan F1 dan F2. Hal ini disebabkan karena
kadar minyak atsiri daun kemangi (Ocimum sanctum L.) paling tinggi dari
pada sediaan lainnya. Dan tekstur sediaan yang didapat dari ketiga sediaan
diatas yaitu berupa cair.
Dan dari hasil pengamatan selama empat minggu, pada minggu
keempat sediaan liniment tidak lagi berasa panas. Hal ini dapat disebabkan
karena pengemasan sediaan yang kurang baik (tidak rapat) sehingga
menyebabkan metil salisilat sebagai pemberi rasa hangat menguap.
Pada proses pembuatan liniment minyak atsiri daun kemangi (Ocimum
sanctum L.), minyak kelapa murni (VCO) perlu disaring terlebih dahulu
sebelum dicampurkan dengan bahan - bahan lainnya. Hal ini dilakukan
2.
Pertama
-
Minggu
Kedua
Ketiga
2,57
1,49
2,97
2,42
Keempat
1,37
1,54
Rata-Rata
1.81
2.31
15
F3
3,60
3,09
2,56
3.08
Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan cara uji preventif yaitu dengan memakai
atau mengoleskan liniment minyak atsiri daun kemangi di bagian depan
lengan bawah atau di belakang daun telinga. Kemudian, dibiarkan selama 2448 jam. Reaksi kulit yang terjadi diamati, apabila tidak menimbulkan iritasi
yang ditandai dengan rasa gatal dan kemerahan pada kulit, maka sediaan
dinyatakan memenuhi persyaratan pengujian.
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap 10 orang sukarelawan. Hasil
pengujian yang diperoleh yaitu sebagai berikut :
Tabel IV. Hasil Uji Iritasi Liniment
16
No.
Sediaan
1.
2.
3.
F1
F2
F3
Hasil pengamatan
Iritasi
Tidak iritasi
Uji iritasi liniment minyak atsiri daun kemangi (Ocimum sanctum L.),
yang dilakukan terhadap 10 orang panelis selama 12 jam dengan metode
preventif yang dilakukan berturut-turut dari ketiga formulasi (F1,F2 dan F3).
Uji preventif, dilakukan dengan cara memakai liniment minyak atsiri daun
kemangi ditempat lain dengan cara yang biasa dipakai sehari-hari.
Kemudian, dibiarkan selama 24 jam. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam
sekali. Pengamatan yang diperoleh yaitu tidak menunjukkan adanya panelis
yang mengalami iritasi kulit berupa reaksi gatal-gatal dan warna kemerahan
atau udema setelah penempelan sediaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Minyak atsiri daun kemangi (Ocimum sanctum L.) sebagai bahan aktif dapat
2.
(Ocimum
sanctum
L.)
tidak
mempengaruhi sifat fisik dari sediaan liniment, hanya saja mempengaruhi bau
dan warna dari sediaan liniment.
B. SARAN
17
(Ocimum
sanctum
L.)
dapat
diterapkan
dilaboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2004, Ilmu Resep Teori, Jilid I, Hal. 49-50, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
18
Anonim, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, Hal. 131, PT Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Anonim,
2009,
Bahan
Belajar
Keterampilan
Medik,
di
akses
dari
(http://www.scribd.com/doc/38292137/24/LINIMENTUM-LINIMENTA),
pada tanggal 1 Januari 2012 pada pukul 21:22.
Anief, M., 1997, Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, Hal. 1-7,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anief, M., 1997, Ilmu Meraci Obat Teori & Praktek, Hal. 75, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, Hal.
605,621, Universitas Indonesia, Jakarta.
Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid I,
Hal. 9,106, Penebar Swadaya, Jakarta.
Handayani, L., 2003, Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan & PascaMelahirkan, Hal. 59, AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Mangoting, D., Irawan, I., Abdullah, S., 2005, Tanaman Lalap Berkhasiat Obat,
Hal. 42-43, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rubi,
A.,
2010,
Kemangi,
di
akses
dari
(http://biruhutan.blogspot.com/2010/05/normal-0-false-false-false.html),
pada tanggal 16 Januari 2012 pada pukul 21:19.
Waid, A., 2011, Dahsyatnya Khasiat Daun-Daun Obat di Sekitar Pekaranganmu,
Hal. 15-23, Laksana, Yogyakarta.
19
Wasitaatmadja, M. S., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Hal. 58, Universitas
Indonesia, Jakarta.