Anda di halaman 1dari 13

Metronidazole merupakan jenis obat antimikroba yang digunakan untuk

mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme


protozoa dan bakteri anaerob. Kedua jenis organisme ini dapat hidup dan
berkembang biak tanpa bantuan oksigen. Mereka sering menyebabkan
infeksi pada bagian tubuh seperti perut, sistem reproduksi, dan gusi. Bagi
orang-orang yang alergi terhadap penisilin, metronidazole aman untuk
dikonsumsi.

Metronidazole hanya dapat mengobati infeksi protozoa dan bakteri, dan


tidak dapat digunakan untuk mengobati infeksi virus, seperti flu, demam,
atau cacar.

Tentang Metronidazole
Jenis obat Obat antimikroba
Golongan Obat resep
Mencegah dan mengobati berbagai macam infeksi yang disebabka
oleh mikroorganisme protozoa dan bakteri anaerob, misalnya:
Pencegahan infeksi setelah operasi

Infeksi trikomoniasis
Infeksi H. pylori

Vaginosis bakteri
Peradangan gigi dan gusi

Infeksi ulkus kaki

Infeksi amebiasis

Giardiasis
Manfaat
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Bentuk obat Tablet, cairan yang diminum, suntik, supositoria
Metronoidazole tersedia dalam berbagai merek dan dapat
digunakan dalam bentuk tablet dan cairan yang diminum.
Penggunaannya harus dengan resep dokter.

Peringatan:
Bagi anak-anak, wanita hamil dan yang sedang menyusui,
sesuaikan dosis dan pemakaian dengan anjuran dokter.
Tanyakan terlebih dahulu pada dokter sebelum
menggunakan metronidazole jika Anda sedang mengonsumsi
obat-obatan lainnya
Harap berhati-hati jika menderita gangguan ginjal, gangguan
saraf, epilepsi atau gangguan kejang lainnya, porfiria, atau
penyakit liver.
Harap berhati-hati bagi mereka yang rutin mengonsumsi
minuman keras.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Metronidazole
Dosis metrodinazole akan tergantung kepada jenis, tingkat
keparahan infeksi yang diderita, kondisi kesehatan dan respons
tubuh pasien terhadap obat. Dosis anak-anak akan disesuaikan
dengan umur dan berat badan mereka juga.
Dosis untuk orang dewasa umumnya berkisar antara 200-1200
mg per hari. Dokter yang meresepkan metronidazole akan
menganjurkan dosis dan frekuensi minum obat yang sesuai
dengan kondisi Anda. Metronidazole biasanya diresepkan untuk
jangka waktu antara 3-14 hari. Jangan melebihi 4 g metronidazole
per hari.

Mengonsumsi Metronidazole dengan Benar


Sebelum menggunakan metronidazole, perhatikan dan ikuti
informasi yang diberikan oleh dokter terkait penggunaan obat ini
dan baca informasi yang tertera pada kemasan. Konsumsilah
metronidazole sesuai takaran dosis dan frekuensi yang ditetapkan
oleh dokter.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan
dosis berikutnya. Konsumsi metronidazole dengan makanan dan
telan tabletnya secara utuh dengan segelas air putih.

Pastikan Anda menghabiskan semua obat yang diresepkan dokter.


Hal ini penting untuk dipatuhi demi mencegah kembalinya infeksi.
Jika tidak sengaja lupa meminum metronidazole, disarankan
untuk segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis
berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan mengganti dosis yang
terlewat dengan menggandakan dosis metronidazole pada jadwal
berikutnya.

Jangan minum alkohol saat Anda dalam pengobatan


metronidazole atau selama dua hari setelah mengonsumsi obat
yang terakhir. Kombinasi alkohol dan metronidazole dapat
menyebabkan efek samping seperti sakit kepala dan jantung
berdebar-debar.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Metronidazole


Semua obat berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk
metronidazole. Tapi gejala akibat efek samping umumnya
membaik setelah tubuh menyesuaikan diri. Beberapa efek
samping yang biasa terjadi saat mengonsumsi metronidazole:

Warna urin menjadi gelap

Nafsu makan menurun

Mual
Konstipasi
Sakit perut

Sakit kepala
Pusing

Perubahan rasa pada lidah


Jika Anda merasakan efek samping yang sangat mengganggu dan
tidak kunjung hilang,maka tanyakan kepada dokter.

SUPPOSITORIA
A. Pengertian
Supositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak
sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang
bersifat lokal atau sistemik.

B. Macam-Macam Suppositoria
Macam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya :

1. Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan


lewat rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g.

Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian


yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan
tertarik masuk dengan sendirinya.

2. Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan


lewat vagina, berat umumnya 5 g.

Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah Supositoria vaginal yang


dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau
dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.

Menurut FI.ed.IV, Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut /
bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g.
Supositoria dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20 bag.
gelatin dan 10 bag. air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
sebaiknya pada suhu dibawah 350 C

3. Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang


panjang antara 7 cm - 14 cm.

C. Keuntungan Suppositoria
Keuntungan penggunaan obat dalam Suppositoria
dibanding peroral, yaitu
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.

2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung.

3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek
lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

D. Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria


1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina
atau urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan infeksi lainnya.

2. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap
oleh membran mukosa dalam rektum,

3. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien mudah


muntah, tidak sadar.

4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui
mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah,

5. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran


gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar .

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal ialah :


1. Faktor fisiologis :

Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya


rendah. Epitel rektum keadaannya berlipoid (berlemak), maka
diutamakan permeable terhadap obat yang tidak terionisasi (obat yang mudah
larut dalam lemak).

2. Faktor fisika-kimia dari obat dan basis :

a. Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat
terabsorpsi dari pada obat yang larut dalam air.

b. Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat makin cepat.

c. Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut dari
obat ke cairan rektal.

d. Basis Suppositoria : Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak
dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas setelah masuk ke dalam
rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera
nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi
kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.

E. Bahan Dasar Suppositoria


Bahan dasar : ol. cacao (lemak coklat), gelatin tergliserinasi, minyak
nabati terhidrogenasi, campuran PEG berbagai bobot molekul dan ester asam
lemak PEG. Bahan dasar lain dapat digunakan seperti surfaktan nonionik
misalnya ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat.

Bahan dasar Suppositoria yang ideal harus mempunyai sifat


sebagai berikut :
1. Padat pada suhu kamar, sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak,
tapi akan melunak pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan cairan tubuh.

2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi

3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat

4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan


pemisahan obat.

5. Kadar air cukup

6. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan
harus jelas.

Penggolongan bahan dasar Suppositoria.


1. Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao (lemak coklat)

2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin,
polietilenglikol (PEG)

3. Bahan dasar lain : Pembentuk emulsi A/M.misalnya campuran Tween 61 85 %


dengan gliserin laurat 15 %

Suppositoria dengan bahan dasar Lemak coklat ( Ol. Cacao


)
- merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam palmitat, warna
putih kekuningan, padat, berbau seperti coklat, meleleh pada suhu 31 o - 34 o.

- karena mudah tengik, sebaiknya harus disimpan dalam wadah / tempat sejuk,
kering dan terlindung dari cahaya.

- Ol. Cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya karena


pemanasan tinggi. Diatas titik leburnya, Ol.Cacao akan meleleh sempurna
seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk
membentuk kristalnya kembali.

Bentuk-bentuk kristal Ol.Cacao tersebut adalah :

bentuk a (alfa) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi didinginkan dengan segera pada
0o dan bentuk ini titik leburnya 24o (literatur lain 22 o).

bentuk b ( beta ) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi diaduk-aduk pada suhu 18 o -
23 o dan bentuk ini mempunyai titik lebur 28 o - 31o

bentuk b stabil (beta stabil) : terjadi dari perubahan perlahan-lahan bentuk disertai
kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titik lebur 34 o -35o ( literatur lain
34,5 o)

bentuk g (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan Ol.Cacao yang sudah dingin
(20o) dan bentuk ini mempunyai titik lebur 18 o

Menghindari bentuk- bentuk kristal yang tidak stabil di atas dengan cara :

Ol.Cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup 2/3 saja yang dilelehkan.

Penambahan sejumlah kecil bentuk kristal stabil ke dalam lelehan Ol.Cacao,


untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil

Pembekuan lelehan selama beberapa jam / hari

- Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas dan
bersifat polimorfisme ( mempunyai banyak bentuk kristal ). Jika dipanasi sekitar
300 C mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 34 0 - 350C, tetapi suhu dibawah
300 C merupakan masa semi-padat. Jika pemanasannya tinggi, lemak coklat akan
mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti kristal yang
stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan di bawah suhu 15 0 C, akan
mengkristal dalam bentuk kristal metastabil. Agar mendapatkan Suppositoria
yang stabil, maka pemanasan lemak coklat sebaiknya dilakukan sampai cukup
meleleh saja sampai dapat dituang, sehingga tetap mengandung inti kristal dari
bentuk stabil.
- Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan
tambahan Cera atauCetasium ( Spermaseti ). Penambahan Cera flava tidak boleh
lebih dari 6 % sebab akan memperoleh campuran yang mempunyai titik lebur di
atas 370 C dan tidak boleh kurang dari 4 % karena akan memperoleh titik lebur di
bawah titik leburnya ( < 330 C ). Jika bahan obatnya merupakan larutan dalam
air, perlu diperhatikan bahwa lemak coklat hanya sedikit menyerap air, maka
dengan penambahan Cera flava dapat juga menaikkan daya serap lemak coklat
terhadap air.

- Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan


sedikit Kloralhidrat atau fenol, minyak atsiri.

- Lemak coklat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan
tubuh, oleh karena itu dapat menghambat difusi obat yang larut dalam lemak
pada tempat yang diobati.

- Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan residu
yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang dipakai untuk
rektal karena disolusinya lambat.

- Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat, dapat dibuat dengan


mencampurkan bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak lemak padat pada
suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk yang sesuai atau
dibuat dengan cara meleburkan minyak lemak dengan obat kemudian dibiarkan
sampai dingin di dalam cetakan. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
pada suhu dibawah 300 C.

Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar Ol.Cacao sebaiknya
dihindari karena :

Menyebabkan reaksi antara obat-obat dalam Suppositoria.


Mempercepat tengiknya Ol.Cacao

Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan


dapat keluar dari Suppositoria.

Keburukan Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria.


Meleleh pada udara yang panas

Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama

Titik leburnya dapat turun atau naik bila ditambahkan bahan


tertentu
Adanya sifat Polimorfisme
Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair) selama
pemakaian

Tidak dapat bercampur dengan sekresi.

Karena ada beberapa keburukan Ol.Cacao tersebut, maka dicari pengganti


Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria yaitu :

1. Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat
diatur.

2. Campuran cetilalkohol dengan Ol.Amygdalarum dalam perbandingan = 17 : 83

3. Ol.Cacao sintetis : Coa buta , Supositol

Suppositoria dengan bahan dasar PEG (Polietilenglikol)

- mempunyai titik lebur 350 - 630

- tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh

- Formula yang dipakai :

bahan dasar tidak berair : PEG 4000 4 % ( 25 % ) dan PEG 1000 96 % ( 75 % )

bahan dasar berair : PEG 1540 30 %, PEG 6000 50 % dan Aqua + Obat 20 %

Keuntungan :

tidak mengiritasi / merangsang

dapat disimpan diluar lemari es

tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol.Cacao.

tetap kontak dengan lapisan mokosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh

Kerugian :

menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi rasa yang
menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan Suppositoria ke
dalam air sebelum digunakan. Pada etiket Supositoria ini harus tertera petunjuk
" Basahi dengan air sebelum digunakan ".

dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.


- PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 -
6000 Dalam perdagangan terdapat : PEG 400 (Carbowax 400), PEG 1000
(carbowax 1000), PEG 1500 (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000),
PEG 6000 (carbowax 6000). PEG di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di
atas 1000 berbentuk padat lunak seperti malam.

- PEG sesuai untuk obat antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik , lebih
baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik agar diperoleh ketersediaan
hayati yang maksimum. Meskipun bentuk nonionik dapat dilepaskan dari bahan
dasar yang dapat bercampur dengan air seperti gelatin tergliserinasi atau PEG,
tetapi cenderung sangat lambat larut sehingga dapat menghambat
pengelepasan obat.

- Pembuatan Suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar


lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan Suppositoria dengan bahan
dasar lemak coklat.

Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin

- Dapat digunakan sebagai bahan dasar Vaginal Suppositoria.

- Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam sekresi tubuh

- Perlu penambahan pengawet ( Nipagin ) karena bahan dasar ini merupakan


media yang baik bagi pertumbuhan bakteri.

- Penyimpanan harus ditempat yang dingin

- Bahan dasar ini dapat juga digunakan untuk pembuatan Urethra Suppositoria
dengan formula : gelatin 20, gliserin 60 dan aqua yang mengandung obat 20

Kebaikan :

dapat diharapkan berefek yang cukup lama, lebih lambat melunak, lebih mudah
bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan dengan Ol.Cacao.

Keburukan :

cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang dapat
menyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk
melindunginya dari udara lembab supaya terjaga bentuknya dan konsistensinya.

- Dalam farmakope Belanda terdapat formula Suppositoria dengan bahan dasar


Gelatin. yaitu : panasi 2 bagian Gelatin dengan 4 bagian air dan 5 bagian Gliserin
sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air panas sampai diperoleh
11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga
diperoleh Suppositoria dengan berat 4 gram. Obat yang ditambahkan dilarutkan
atau digerus dengan sedikit air atau Gliserin yang disisakan dan dicampurkan
pada massa yang sudah dingin.

Bahan dasar lainnya :

- Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air,
beberapa diantaranya membentuk emulsi tipe A//M

Formulasinya : Tween 61 85 % dan Gliserin laurat 15 %

Bahan dasar ini dapat menahan air atau larutan berair. Berat Suppositoria 2,5 g

F. Metode Pembuatan Suppositoria


1. Dengan tangan :
- Hanya dengan bahan dasar Ol.Cacao yang dapat dikerjakan atau dibuat dengan
tangan untuk skala kecil dan bila bahan obatnya tidak tahan terhadap
pemanasan

- Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.

2. Dengan mencetak hasil leburan :

- Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair bagi yang memakai
bahan dasar Gliserin-gelatin, tetapi untuk Ol.Cacao dan PEG tidak dibasahi
karena mengkerut pada proses pendinginan, akan terlepas dari cetakan.

3. Dengan kompresi.

- Metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan Suppositoria


dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 - 6000
Suppositoria / jam.

Pembuatan Suppositoria secara umum dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Bahan dasar Suppositoria yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau
dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum.

Obatnya supaya larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan.

Bila bahan obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus.

Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan ke
dalam cetakan Suppositoria kemudian didinginkan.

Cetakan tersebut terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain, ada
juga yang dibuat dari plastik Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk
mengeluarkan Suppositoria.
Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas.

Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, maka
pembuatan Suppositoria harus dibuat berlebih ( 10 % ) dan cetakannya
sebelum digunakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair atau minyak
lemak atau spiritus saponatus ( Soft Soap liniment ), tetapi spiritus saponatus ini,
jangan digunakan untuk Suppositoria yang mengandung garam logam karena
akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan Ol. Recini
dalam etanol. Khusus Suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak
perlu bahan pelicin cetakan karena pada pendinginan mudah lepas dari
cetakannya yang disebabkan bahan dasar tersebut dapat mengkerut.

G. Pengemasan Suppositoria
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap Suppositoria terpisah, tidak mudah
hancur atau meleleh.

2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastik
sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.

3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk.

H. Pemeriksaan Mutu Suppositoria


Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada
etiketnya.

2. Test terhadap titik leburnya, terutama jika digunakan bahan dasar Ol.Cacao

3. Test kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan

4. Test waktu hancur, PEG 1000 15 menit, Ol.Cacao dingin 3 menit

5. Test homogenitas.

I. Ovulae / Ovula
Ovula adalah sediaan padat , umumnya berbentuk telur mudah melemah
(melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan
sebagai obat luar khusus untuk vagina. Sebagai bahan dasar ovula harus dapat
larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Sebagai bahan dasar dapat digunakan lemak coklat atau campuran PEG
dalam berbagai perbandingan. Bobot ovula adalah 3 - 6 gram, umumnya 5
gram. Ovula disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.

Anda mungkin juga menyukai