“JERAWAT”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
Kelompok 2
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas membuat
makalah mata kuliah Swamedikasi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
Swamedikasi, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Swamedikasi
tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang ……………………..............................................1
1.2 Rumusan Makalah ……………………………………………….2
1.3 Tujuan Makalah…..……………....................................................2
BAB II PEMBAHASAN ……...................................................................3
2.1 Definisi Jerawat…………………………...………………………3
2.2 Jenis Jerawat dan Cara Mengatasinya…………………………….3
2.3 Fakta dan Mitos Jerawat………………………………………….5
2.4 Penyebab dan Gejala Jerawat…………………………………….5
2.5 Cara pencegahan dan penanganan jerawat……………………….6
2.6 Macam-Macam Obat Jerawat……………………………………6
2.7 Jenis Obat Jerawat…………………………………………..……7
2.8 Obat Jerawat Alami………………………………………………7
2.9 Patofisiologi dan Contoh Kasus dari Jerawat…………………….9
2.10 Penatalaksanaan dan swamedikasi jerawat………………………15
BAB III PENUTUP………........................................................................17
3.1 KESIMPULAN................................................................................17
3.2 SARAN…........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...….18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Makalah
1. Apa itu definisi jerawat ?
2. Apa saja jenis jerawat dan bagaimana cara mengatasinya ?
3. Bagaimana fakta dan mitos tentang jerawat ?
4. Apa saja penyebab dan gejala jerawat ?
5. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan jerawat ?
6. Apa saja macam-macam obat jerawat ?
7. Apa saja jenis obat jerawat ?
8. Apa saja obat jerawat alami ?
9. Bagaimana patofisiologinya dan contoh kasusnya ?
10. Bagaimana penatalaksanaan dan swamedikasi dari kasus tersebut ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.3 Fakta dan Mitos Jerawat
• Mitos 1: Cokelat Menjadi Penyebab Jerawat
Faktanya, dari jurnal berjudul Long-term ingestion of high flavanol cocoa provides
photoprotection against UV-induced erythema and improves skin condition in
women, flavonoid dalam dark cokelat dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat
sinar matahari, meningkatkan aliran darah ke kulit, dan meningkatkan kepadatan
serta hidrasi kulit.
• Mitos 2: Tidak Boleh Memakai Makeup saat Berjerawat
Faktanya, tidak ada larangan menggunakan make up saat berjerawat. Namun,
disarankan untuk menggunakan produk kecantikan dengan label noncomedogenic.
Produk kecantikan dengan label ini aman digunakan bagi pemilik kulit sensitif atau
berjerawat. Jangan lupa hapus make up sebelum tidur, ya!
• Mitos 3: Sering Cuci Muka itu Baik
Mencuci muka setelah beraktivitas dan memakai make up itu baik. Namun, jika
terlalu sering bisa membuat kulit kehilangan kelembabanya. Pasalnya, sabun cuci
muka kebanyakan mengandung bahan kimia yang justru bisa merusak kulit. Jadi,
sebaiknya pilih produk perawatan kulit dengan kandungan sedikit bahan kimia.
• Mitos 4: Stres Menjadi Penyebab Jerawat
Menurut jurnal The association between stress and acne among female medical
students in Jeddah, Saudi Arabia, peningkatan stres berkorelasi dengan peningkatan
keparahan jerawat. Agar hal tersebut tidak terjadi, sebaiknya kelola stres dengan
baik. Caranya dengan melakukan hal-hal yang disukai.
• Mitos 5: Jerawat Tidak Menyerang Orang Dewasa
Faktanya, orang dewasa masih mengalami jerawat di usia 30-an, 40-an, bahkan 50-
an. Jerawat mungkin terlihat berbeda dibandingkan saat berusia 16 tahun. Jerawat
pada orang dewasa mungkin tampak seperti bintil kemerahan di sekitar mulut atau
rahang.
Tingkat keparahan jerawat bagi masing-masing orang itu berbeda. Penanganannya
pun tidak bisa disamakan karena penyebabnya bisa jadi tidak sama. Untuk
menurunkan risiko tersebut, sebaiknya ubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan
meminimalkan konsumsi makanan berlemak dan berminyak
5
➢ Gejala yang timbul saat munculnya jerawat, di antaranya:
1. Bintik merah menonjol dan sakit, dapat berisi nanah, biasa di bagianwajah. Bisa
juga timbul di bagian kulit kepala, leher, punggung dan dadabagian atas.
2. Bintik putih/hitam yang menonjol dan tidak sakit
6
2.7 Jenis Obat Jerawat lainnya
1. Benzoil peroksida (Benzolac), berupa krim atau gel (5% atau 10%) cara
penggunaannya dioleskan pada jerawat 2 kali sehari dalam kondisi kulit bersih.
2. Asam salisilat, berupa lotion atau krim (10%) yang dioleskan 2 kali sehari.
3. Sulfur atau belerang endap, obat jerawat yang berupa suspensi yang berguna sebagai
obat germisida, fungisida, parasitida, dan keratolik. Aturan pakai sulfur dengan cara
dioleskan pada kulit yang berjerawat.
4. Antibiotik topikal klindamisin dan eritromisin diindikasikan untuk jerawat inflamasi
dan bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri.
8
13. Teh Hijau
Teh hijau memang sangat manjur untuk kesehatan, salah satunya jerawat.
Kandungan flavonoid dan tanin dalam teh hijau mampu melawan peradangan,
mengurangi sebum, dan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.
Caranya: Seduh teh hijau dengan air mendidih selama 3-4 menit dan diamkan
hingga dingin. Setelah itu, tuangkan air teh hijau tersebut menggunakan kapas dan
oleskan ke kulit wajah.
14. Kulit Jeruk
Jarang orang mengetahui khasiat kulit jeruk yang ternyata mengandung vitamin A,C,
dan flavonoid yang dipercaya bisa menjadi obat jerawat alami. Caranya: Jemur kulit
jeruk hingga kering dan tumbuk sampai halus. Tambahkan sedikit air dan oleskan
bubuk kulit jeruk ke wajah seperti masker. Setelah itu, diamkan selama 15-20 menit
dan bilas dengan air bersih.
15. Tea Tree Oil
Tea tree oil adalah obat jerawat alami yang paling populer untuk mengobati jerawat. Hal ini
karena sifat antiinflamasi dan antimikrobanya mampu menenangkan peradangan akibat
jerawat di wajah. Caranya: Campurkan tea tree oil ke pelembap yang digunakan atau
dioleskan langsung menggunakan kapas.
2.9 Patofisiologi
Jerawat mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif
menghasilkan dehidroepiandrosteron sulfat, prekursor testosteron. Penderita acne
memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan
orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam batas
normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan merangsang
produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus
seboglandularis dan akroinfundibulum. Hiperproliferasi epidermis folikular juga
diduga akibat penurunan asam linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1
alfa. Epitel folikel rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan
kohesi keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut.
Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan
bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas, membentuk
mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan membesar
dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respons
inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa inflamasi dermis telah terjadi mendahului
pembentukan komedo (Movita, 2013).
Faktor keempat terjadinya acne adalah P. acnes, bakteri positif gram dan
anaerob yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne
memiliki konsentrasi P. acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak
terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne. Peranan P. acnes pada
patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi
asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu inflamasi. Selain
itu, antibodi terhadap antigendinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi
melalui aktivasi komplemen (Movita, 2013).
9
Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang aktivitas tinggi pada kulit yang mudah
berjerawat, misalnya pada wajah, dada, dan punggung. Pada hiperandrogenisme, selain
jerawat, sering disertai oleh seborea, alopesia, hirsutisme, gangguan haid dan disfungsi
ovulasi dengan infertilitas dan sindrom metabolik, gangguan psikologis, dan virilisasi.
Penyebab utama hiperandrogenisme adalah sindrom polikistik ovarium (polycystic
ovarian syndrome, PCOS). Sebagian penderita PCOS, yaitu sebanyak 70%, juga
menderita acne. Meskipun demikian, sebagian besar acne pada perempuan dewasa
tidak berkaitan dengan gangguan endokrin. Penyebab utama acne pada kelompok ini
adalah perubahan respons reseptor androgen kulit terhadap perubahan hormon
fisiologis siklus haid. Sebagian besar jumlah acne pada masa premenstrual atau
sebelum haid (Movita, 2013).
➢ KASUS
Seorang remaja bernama laili berusia 16 tahun yang masih duduk di bangku
SMA, ingin bekerja sebagai penasihat kemah musim panas namun memiliki masalah
pada persyaratan fisik pekerjaan tersebut sehingga ia berobat ke apotek. Tenaga
Teknik kefarmasian menemukan jerawat dan menanyakan apakah itu mengganggu
bagi dirinya. Dia menjawab bahwa jerawat tersebut sangat mengganggu sejak 3
tahun yang lalu. Dia menceritakan bahwa jerawat tersebut tumbuh bertahap,
memiliki bermacam- macam tingkat keparahan, memburuk ketika menstruasi dan
tidak pernah berhasil dihilangkan.
Dia mencoba obat (yang dijual bebas; OTC) yakni benzoil peroksida (BP) 5%
dalam bentuk gel dan ia gunakan sebanyak ia mencuci muka dengan produk
pembersih (pencuci muka) namun tidak ada perkembangan. Laili kemudian
mengikuti saran ibunya untuk mengurangi kunsumsi coklat dan gorengan namun
hasilnya tetap nihil. Dia memiliki nilai PAP yang normal dan teswell-woman 3 bulan
terakhir. Dia diberi obat norgestimate/etinil estradiol namun tidak dikonsumsi
karena takut akan menambah keparahan jerawatnya dan menaikkan berat badannya.
Berhubungan dengan tes yang diikuti, siklus menstruasi hasilnya normal dan review
sistem endokrin hasilnya negatif. Dia tidak mengonsumsi obat apapun dan mengaku
tidak memiliki alergi. Hasil fisik menunjukkan bahwa dia memiliki 15 komedo yang
terbuka dan tertutup, 10 papula, dan 5 pustula pada setengah bagian wajah termasuk
dahi, pipi dan dagu. Tidak ada nodul atau kista.
➢ ANALISIS SOAP
a. Subjective (S)
Jerawat mengganggu sejak 3 tahun yang lalu. Jerawat tersebut tumbuh
bertahap, memiliki bermacam-macam tingkat keparahan, memburuk ketika
menstruasi dan tidak pernah berhasil dihilangkan. Jerawat membuat ia
menjadi rendah diri dan kurang percaya diri. Pernah mencoba obat BP gel 5%
namun tidak berhasil. Sudah mengurangi konsumsi coklat dan gorengan juga
tidak berhasil. Mengaku tidak memiliki alergi.
10
b. Objective (O)
Nilai PAP normal dan tes well-woman juga normal. Siklus menstruasi
normal. Hasil fisik menunjukkan pada setengah bagian wajah termasuk dahi,
pipi dan dagu terdapat 15 komedo yang terbuka dan tertutup, 10 papula, dan
5 pustula. tidak ada nodul atau kista.
c. Assessment (A)
Dia diberi obat norgestimate/etinil estradiol sebagai obat kontrasepsi
oral mengobati indikasi jerawat (acne), namun tidak dikonsumsi karena
ketakutan akan kenaikan berat badan dan memperparah acne.
• Obat tanpa Indikasi: Etinil estradiol (kontrasepsi oral) padahal pasien tidak
mengalami kelainan pada menstruasi dan hal lainnya.
• Indikasi tanpa obat: Pengobatan terhadap luka jerawat yang muncul
Pemilihan obat yang salah: Pemberian obat kontrasepsi untuk mengobati
jerawat
• Ketepatan dosis: -
Reaksi yang tidak diharapkan: Etinil estradiol adalah obat sintetik terkait
hormone progresteron yang dapat menyebabkan gangguan pada system
menstruasi
• Interaksi obat: -
Kegagalan pengobatan: Pasien tidak mau menggunakan terapi yang diberikan
karena takut membuat pasien bertambah berat badan
d. Plan (P)
Karena pasien memiliki lesi inflamasi dan non inflamasi, pendekatan
lini pertama yang menargetkan kedua jenis. Pasien sudah mencoba BP over-
the-counter tanpa perbaikan, meningkatkan BP dari 5% sampai 10% ternyata
tidak dapat mengobati jerawat inflamasi dan dapat mengeringkan kulit serta
mengiritasi kulit. Beberapa penjelasan mengenai rencana pengobatan antara
lain:
1) Retinoid topikal memainkan peran penting dalam pengobatan jerawat
mencegah pembentukan microcomedone dan menghambat inflamasi.
Namun, salah satu kelemahan dari retinoid topikal adalah eksaserbasi
jerawat dalam minggu pertama administrasi yang mungkin tidak bisa
diterima seorang gadis 16 tahun
2) Antibiotik topikal klindamisin dan eritromisin diindikasikan untuk
jerawat inflamasi dan bekerja dengan menghambat sintesis protein
bakteri. Keduanya tersedia sebagai agen tunggal atau dalam produk
kombinasi. Klindamisin tersedia dalam kombinasi tetap dengan tretinoin
atau BP (0,25% tretinoin / 1,2% klindamisin, 5% BP / 1% klindamisin,
2,5% BP 1,2% klindamisin). Eritromisin tersedia dalam kombinasi tetap
dengan 5% BP. Antibiotik topikal tersebut lebih efektif sebagai produk
kombinasi daripada sebagai agen tunggal. Hal terpenting, penambahan
BP meminimalkan resistensi antibiotik.
11
3) Rekomendasi Global Alliance to Improve Outcomes in Acne
menganjurkan terapi bersama pada lebih dari satu faktor patogen. Tidak
ada agen topikal tunggal yang menargetkan beberapa mekanisme
pathogen
4) Retinoid topikal adalah pengobatan pilihan untuk jerawat comedonal
ringan. Untuk jerawat sedang, menambahkan retinoid topikal untuk
produk kombinasi BP/antibiotik topikal mempercepat clearance lesi
inflamasi. Antibiotik oral dikombinasikan dengan retinoid topikal yang
sesuai untuk jerawat sedang sampai berat
5) Perawatan sistemik seperti antibiotik oral akan mengurangi
papulopustular acne tapi mungkin bukan terapi lini pertama yang paling
tepat untuk dipertimbangkan dengan tidak adanya nodul, cysts, atau
scarring. Tetrasiklin oral tidak ideal untuk pasien karena jika dia
menerima kontrasepsi oral, terapi antibiotik oral yang kemungkinan
dapat mengganggu efektivitas kontrasepsi. Efek samping yang
berhubungan dengan penggunaan antibiotik oral, terutama potensi
kandidiasis vaginal, dapat menjadi masalah pada wanita
e. Pemberian Informasi Obat (PIO)
Hal-hal yang dilakukan apoteker dalam pemberian informasi obat
adalah sebagai berikut:
1) Pasien yang akan mendapatkan obat adalah benar pasien perempuan
bernama Laili berumur 16 tahun.
2) Gejala yang dialami pasien adalah jerawat yang mengganggu pada wajah
selama 3 tahun ke belakang, yang akan memburuk saat menstruasi.
Apoteker dapat melihat pada setengah bagian wajah pasien (termasuk
dahi, pipi, dagu) terdapat 15 komedo yang tebuka atau tertutup, 10
papula, dan 5 pustula. Tidak ada nodula atau kista pada wajah.
3) Apoteker harus mengetahui tindakan yang sudah dilakukan pasien.
Pasien telah melakukan swamedikasi dengan menggunakan gel yang
mengandung 5% benzoil peroksida (BP), serta menggunakan berbagai
produk pembersih muka.
4) Apoteker harus mengetahui efek yang terjadi setelah pasien melakukan
tindakan untuk mengatasi jerawatnya. Tindakan yang sudah dilakukan
pasien ternyata tidak dapat membersihkan jerawat secara sempurna.
Selanjutnya, informasi obat yang harus diberikan kepada pasien terkait
swamedikasi yang baru untuk mengatasi jerawatnya adalah:
1) Nama obat dan kekuatannya.
• Adapalene gel 0,1% (retinoid topikal).
• Krim yang mengandung kombinasi Benzoil Peroksida (BP) 5% dan
Klindamisin 1%.
12
2) Indikasi dan aturan pakai.
• Adapalene gel 0,1%: untuk mengatasi komedo. Digunakan 1 kali sehari
sebelum tidur.
• Krim yang mengandung kombinasi Benzoil Peroksida (BP) 5% dan
Klindamisin 1%: untuk membunuh bakteri penyebab jerawat
(Propionibacterium acnes) dan mengurangi inflamasi / pembengkakan
pada jerawat. Digunakan 2 kali sehari (saat pagi hari sebelum beraktivitas
dan saat sebelum tidur).
3) Cara penggunaan
Setelah pasien mencuci muka di pagi hari dengan menggunakan
air hangat, wajah dikeringkan, kemudian digunakan krim kombinasi BP
5% dan klindamisin 1%. Kosmetik dapat digunakan 1 jam setelah
penggunaan krim. Kemudian sebelum pasien tidur, pasien perlu
menggunakan gel adapelen 0,1% dan krim BP/klindamisin. Penggunaan
gel adapelene tidak melebihi ukuran kacang (hanya digunakan pada
bagian jerawat).
4) Lama penggunaan obat
Obat dapat digunakan selama 2 minggu hingga 8 minggu.
5) Hal yang harus dilakukan jika lupa menggunakan obat
Pasien tidak perlu menggunakan obat jika waktu penggunaan
obat yang kedua sudah dekat. Pasien dapat menggunakan obatnya dalam
keadaan wajah bersih dari debu dan kosmetik.
6) Mekanisme kerja obat.
• Gel adapelen 0,1%: mencegah pembentukan mikrokomedo dengan cara
menormalisasi pori-pori yang tersumbat, sehingga menghindari
terbentuknya lesi baru. Gel ini juga dapat menghambat terjadinya
inflamasi.
• Krim BP/klindamisin: menghambat inflamasi jerawat, serta
menghambat sintesis protein bakteri sehingga bakteri akan terbunuh
sempurna. Kombinasi BP dan klindamisin dapat menghindari terjadinya
resistensi antibiotik.
7) Efek pada gaya hidup
Pasien tetap diperbolehkan mengkonsumsi coklat, makanan
yang digoreng, dan makanan dengan kadar gula tinggi, karena makanan-
makanan tersebut tidak memiliki bukti hubungan yang jelas dengan
munculnya jerawat.
8) Cara Penyimpanan obat
Kedua obat dapat disimpan pada suhu ruangan
13
9) Efek samping yang akan dialami
Efek samping yang dapat timbul saat menggunakan obat retinoid
topikal (gel adapelene 0,1%) adalah iritasi kulit, kemerah-merahan, kulit
kering dan mengelupas. Namun karena penggunaannya dikombinasikan
dengan krim BP/klindamisin, maka efek iritasi yang terjadi lebih rendah.
Jika pasien mengalami iritasi yang sangat mengganggu akibat
penggunaan krim BP/klindmisin, maka pasien dapat menggunakan krim
tersebut 1 kali sehari
10) Interaksi antara obat dan makanan
Gel dan krim yang digunakan pasien dapat berinteraksi dengan
isotretinoinyang secara moderate (obat jerawat digunakan secara
sistemik). Interaksi yang terjadi meningkatnya risiko iritasi kulit.
11) Informasi tambahan lainnya
• Pasien dianjurkan untuk membersihkan wajahnya 2 kali sehari dengan
pembersih yang ringan. Pasien tidak boleh menggosok wajahnya dengan
kuat atau menggunakan pencuci muka yang mengandung scrub.
Pembersih muka yang dianjurkan adalah pembersih muka dengan pH
sedikit asam dan mengandung surfaktan nonionik (pembersih muka cair
seperti NeutrogenaⓇ). Sabun yang bersifat basa dianjurkan untuk
dihindari penggunaannya karena dapat meningkatkan jumlah bakteri
penyebab jerawat.
• Pasien diperbolehkan menggunakan pelembab untuk meningkatkan
penetrasi gel adepelen 0,1% seiring dengan peningkatan hidrasi kulit.
• Pasien disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari secara
langsung. Pasien dapat menggunakan tabir surya dengan SPF 15 atau
lebih, atau dapat memakai topi yang lebar untuk menghalangi paparan
sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk menghindari peningkatan
munculnya efek samping obat akibat paparan sinar matahari.
• Pada minggu pertama pemakaian, jerawat pasien akan memburuk atau
tejadi eksaserbasi, namun jerawat akan membaik setelah 2 minggu
penggunaan obat.
• Pengobatan jerawat akan semakin efektif dengan meningkatnya
kepercayaan diri pasien.
• Pasien dapat menggunakan terapi hormon (norgestimate-etinil
estradiol) untuk mengurangi produksi sebum (minyak) pada muka
dengan cara meregulasi hormon androgen. Namun penggunaan ini harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
14
2.10 Penatalaksanaan
Prinsip dalam tatalaksana penanganan penyakit acne didasarkan pada empat
faktor utama, yaitu memperbaiki menurunkan populasi bakteri P. Acnes, keratinisasi
folikel, menurunkan aktivitas kelenjar sebasea, dan menekan inflamasi (Harper, 2004).
Penanganan acne dibagi kedalam tiga klasifikasi keparahan yang pada dasarnya
tidak ada kriteria yang berlaku universal untuk menentukan tingkat keparahan acne
pada pasien, namun penilaian keparahan tiap pasien umumnya disesuaikan dengan
faktor-faktor seperti tipe acne, jumlah lesi, luas area, jaringan parut (bekas luka jrawat),
kualitas hidup dan masalah psikososial akibat acne, dan sebagainya. (Tan et al., 2013).
Pemeriksaan klinis yang baik diperlukan untuk menentukan jenis acne inflamasi,
noninflamasi, atau campuran keduanya, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat.
Secara umum, acne ringan sampai sedang membutuhkan terapi topikal. Acne sedang
sampai berat menggunakan kombinasi terapi topikal dan oral (Movita, 2013).
Benzoil peroksida (BP) merupakan antimikroba yang memiliki aktivitas
membunuh P acnes dengan pelepasan agen radikal oksigen bebas dan aktivitas
comedolytic. Kasus resistensi BP belum pernah dilaporkan, sehingga dipilih sebagai
terapi lini pertama dalam penanganan acne. BP tersedia dengan kekuatan 2,5-10%
dalam bentuk sediaan topikal krim, gel, sabun muka, dan lain-lain (Zaenglein et al.,
2016).
Retinoid merupakan turunan vitamin A yang berfungsi mencegah pembentukan
komedo dengan menormalkan deskuamasi epitel folikular. Beberapa retinoid topikal
yang umum digunakan adalah tretinoin, tazaroten, dan adapalene. Tretinoin bersifat
komedolitik dan antiinflamasi poten. Secara umum, semua retinoid dapat memiliki efek
samping dermatitis kontak iritan, sehingga pasien disarankan untuk menggunakan obat
ini tiap dua malam sekali pada beberapa minggu awal penggunaan untuk mengurangi
efek iritasi. Tretinoin bersifat photolabile sehingga disarankan diaplikasikan pada
malam hari (Haider, 2004).
Antibiotik topikal memiliki aktivitas dan efikasi yang lebih baik jika
dikombinasikan dengan BP atau topikal antibiotik lainnya. Penggunaan monoterapi
antibiotik topikal tidak disarankan karena dapat menimbulkan resiko resistensi
antibiotik. Contoh regimen terapi antibiotik topikal yang digunakan yaitu eritromisin
3% BP 5%, klindamisin 1% - BP 5%, dan klindamisisn 1% BP 3,75% (Zaenglein et al..
2016).
Antibiotik oral atau sistemik juga dapat menjadi pilihan dalam penanganan
kasus acne terutama dalam tingkat keparahan yang lebih tinggi, dikombinasikan dengan
retinoid topikal dan BP. Antibiotik oral yang direkomendasikan diantaranya makrolida,
trimethoprim- sulfamethoxazole, dan lain-lain. Golongan tetrasiklin dapat dijadikan
sebagai lini pertama antibiotik oral pada kasus acne menengah hingga parah, kecuali
pada pasien dengan kontraindikasi tertrasiklin (pasien hamil, usia <8 tahun, atau alergi).
Doksisiklin dan minosiklin (derivat tetrasiklin) diketahui memiliki efektifitas yang
lebih baik dibandingkan dengan tetrasiklin (Garner, 2012). Pasien dengan
kontraindikasi tetrasiklin dapat diberikan erithromisin atau azithromycin. Penggunaan
antibiotik oral perlu diawasi untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik, cara yang
dapat dilakukan yaitu tidak merekomendasikan monoterapi (Zaenglein et al., 2016).
15
➢ Swamedikasi
Swamedikasi untuk penderita acne menurut Kemenkes (2006), di antaranya:
➢ Diberikan obat-obatan yang mengandung, seperti sulfur, resorsinol, asam triklosan
salisilat, benzoil peroksida,
➢ Kegunaan obat yang dapat disampaikan, salah satunya membantu mengatasi
gangguan jerawat
➢ Cara pemakaian :
Cuci wajah hingga bersih. Oleskan obat dengan ujung jari pada bagian yang
berjerawat selama 3 hari pertama. Bila tidak terjadi gangguan, gunakan dua kali
sehari pada bagian yang berjerawat. Bila timbul kekeringan atau kulit terkelupas
dosis dikurangi menjadi satu kali sehari atau dua hari sekali.
➢ Perhatian: Hanya untuk pemakaian luar. Hindari kontak dengan mata, pelupuk mata
dan mulut.
➢ Bentuk sediaan untuk jerawat, seperti bedak, Krim, Gel.
Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik
untuk pengobatan Acne vulgaris yaitu antibiotik Eritromisin dengan maksimal 1
sirup (Kemenkes, 1990) dan Clindamisin dengan ketentuan pemberian 1 tube
(OWA No. 2) (Kemenkes, 1993).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Acne vulgaris atau jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit kulit obstruktif
dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Acne
sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum haid pertama.
Onset acne pada perempuan lebih awal daripada laki- laki karena masa pubertas
perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki. Tetapi beberapa orang yang
mengalami kasus jerawat yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan
kepercayaan diri. Sampai saat ini belum ada cara penyembuhan yang tuntas, meskipun
ada beberapa cara yang sangat menolong. Kondisi berjerawat akan mengalami perbaikan
dengan bertambahnya usia.
3.2 SARAN
Sebaiknya jaga dan rawatlah wajah serta kebersihan diri sediri agar terhindari dari
kuman yang tidak diinginkan. Makalah ini pada kenyataannya masih banyak kekurangan,
dikarenakan masih minimnya pengetahuan dari penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya, sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik: Jakarta.
Merianti, N. W. E., Goenawi, L. R., & Wiyono. W., 2013. Dampak penyuluhan pada
pengetahuan masyarakat terhadap pemilihan dan penggunaan obat
jerawat swamedikasi di kecamatan malalayang, Jurnal Ilmiah Farmasi,
2(03), pp.100-103.
Movita, T. 2013. Acne Vulgaris. Cermin Dunia Kedokteran Vol. 40(4): 267-272.
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5874784/15-obat-jerawat-alami-yang-paling-
ampuh-cobain-deh
18
Pertanyaan!!!
1. Berdasarkan jenisnya jerawat dibagi menjadi 3 yaitu jerawat ringan, jerawat sedang, dan
jerawat berat. Bagaimana cara pengobatan dari masing-masing jenis jerawat tersebut ?
(Winda Nur Rahayu SK421010)
2. Bagaimana cara menghilangkan noda hitam atau lubang bekas jerawat ? dan apa itu jerawat
mendem ? (Imellia Fitasari SK421004)
3. Apa penyebab dari tumbuhnya jerawat punggung ? (Tiara Ella Innevitasari SK421008)
Jawab :
1. Cara pengobatan pada jerawat ringan dapat diobati dengan obat bebas (OTC), seperti gel,
sabun, krim, dan lotion yang dioleskan ke kulit. Krim dan lotion terbaik untuk kulit sensitif.
Gel berbasis alkohol mengeringkan kulit dan lebih baik untuk kulit berminyak. Kemudian
pada jerawat sedang yang salah satu contoh jerawatnya yaitu jerawat nodul yang dapat
diobati dengan cara obat oles yang diresepkan oleh dokter yang memiliki kandungan
benzoil peroksida, asam salisilat, dan retinoid, selain obat luar ada pula obat minumnya
seperti antibiotik, serta selalu membersihkan dan menjaga kulit agar terhindari dari kotoran
yang menyebabkan jerawat. Yang terakhir pada jerawat berat dapat diobati dengan
penggunaan obat minum seperti antibiotik, isotrenoin, mengonsumsi pil KB, dan
spironolactone .
2. Noda hitam akan menghilang dengan sendirinya, hanya saja memang membutuhkan waktu
yang cukup lama. Tetapi scar (lubang bekas jerawat) hanya dapat diatasi dengan perawatan
khusus yang lebih intensif karena pada jaringan kulit sudah terjadi kerusakan. Biasanya
dokter akan memberikan perawatan yang bekerja untuk mengaktifkan kembali produksi
kolagen. Kemudian jerawat mendem bisa dikatakan juga dengan jerawat nodul yaitu
jerawat yang tumbuh dibawah permukaan kulit, yang memiliki tekstur keras dan sakit.
Salah satu cara mengatasinya yaitu dengan cara kompres pada area jerawat yang terasa
sakit dengan kompres es atau kompres hangat dan juga selalu bersihkan serta jaga wajah
selalu agar terhindar dari kotoran yang menimbulkan masalah jerawat yang mengganggu.
3. Tumbuhnya jerawat di punggung disebabkan oleh suhu, kelembapan dan kebersihan kulit,
dan produk perawatan kulit (sabun atau lotion) tertentu, yang tidak cocok dengan kondisi
kulit.
19