Anda di halaman 1dari 17

STUDI KASUS FARMASI KOMUNITAS

“SWAMEDIKASI 1”
KASUS D – SINUSITIS

Dosen Pengampu :

Apt. Inaratul Rizkhy Hanifah, M.Sc

Disusun Oleh:

Mirja Adi Yaksa (2120424751)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
Sinusitis merupakan proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal.
Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus
sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga sinus ini dilapisi lapisan mukosa yang
merupakan lanjutan mukosa rongga hidung dan bermuara di rongga hidung melalui ostium
masing-masing. Pada kondisi anatomi dan fisiologis normal, sinus terisi udara. Deviasi dari
struktur anatomi normal maupun perubahan fungsi lapisan mukosa dapat menjadi predisposisi
penyakit sinus (Augesti, Oktarlina, & Imanto, 2016), Sinusitis merupakan penyakit yang sangat
lazim diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis
bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang
menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran
alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-
bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah
dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan,
atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki (Trihastuti, 2015).
Penyebab sinusitis antara lain infeksi hidung, berenang dan menyelam, trauma, infeksi gigi,
lingkungan (suhu rendah dan lembab, polusi udara, debu, asap, dan kepadatan penduduk juga
berpengaruh, serta kesehatan umum yang buruk). Secara umum, tanda dan gejala dari penyakit
sinusitis adalah hidung tersumbat, nyeri di daerah sinus, sakit kepala, hilangnya kemampuan
untuk membau, aroma napas tidak sedap, batuk dan sesak pada anak (Hardiansyah, 2018).
Menurut Depkes RI (2003) penyakit sinusitis menempati urutan ke 25 dari 50 pola penyakit
peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Hal ini membuktikan
bahwa masih banyak masyarakat luas yang menderita sinus hingga saat ini. Prevalensi sinusitis
di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dari sub bagian Rinologi Departemen THT FKUI-
RSCM, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50 persen penderita sinusitis kronik. Angka
tersebut lebih besar dibandingkan data di negara-negara lain (Arivalagan dan Rambe, 2011).
Sambuda (2008) menyebutkan bahwa sinusitis lebih sering ditemukan pada kelompok usia
21-30 tahun dengan presentase 27,5% dan pada kelompok umur 51-60 tahun dengan presentase
7,5%. Selain pada populasi dewasa, sinusitis juga dapat menyerang anak-anak, hal ini dapat
terjadi karena anak-anak mengalami infeksi saluran napas 6-8 kali per tahunya. Diperkirakan 5-
10% anak-anak yang mengalami infeksi saluran napas atas akan mengalami sinusitis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth, didapatkan jumlah total
pasien sinusitis berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 59 orang
(57,8%) (Yopa, 2006).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Sinusitis
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus
parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau kerusakan tulang
dibawahnya. Sinus paranasal adalah ronga rongga yang terdapat pada tulang – tulang di
wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi
kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang sinus etmoid) (Hardiansyah, 2018).
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat
dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid.
(Endang mangunkususmo dan Nusjirwan Rifki, 2012). paling sering ditemukan ialah sinusitis
maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak
hanya sinus maksila dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus frontal dan sinus
sphenoid belum.

B. Klasifikasi Sinusitis
Menurut D. Thane R. Cody dkk, 1986, Klasifikasi sinusitis berdasarkan patologi berguna
dalam penatalaksanaan pasien. Di samping menamakan sinus yang terkena, beberapa konsep
seperti lamaya infeksi sinus, harus menjadi bagian klasifikasi
a. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsug dari satu hari
sampai 3 minggu.
b. Sinusitis Sub Akut
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4 minggu sampai 12
minggu. Perubahan epitel di dalam sinus biasanya reversible pada fase akut dan sub akut,
biasanya perubahan tak reversible timbul setelah 3 bulan sinusitis sub akut yang berlanjut
ke fase berikutnya / kronik.
c. Sinusitis Kronik
Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang tidak terbatas.

C. Etiologi Sinusitis
Menurut Amin dan Hardhi, 2015, Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah
menghasilkan lender yang dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke
belakang, kea rah tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan
terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor local adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan terjadinya
sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan,
dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara
lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan obat – obat yang dapat
mengakibatkan sumbatan hidung.

D. Patofisiologi Sinusitis
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari
mukosiliar di dalam komplek osteo meatal (kom). Disamping itu mukus juga mengandung
substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang
masuk bersama udara pernapasan. Bila terinfeksi organ yang membentuk kom mengalami
oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia
tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan
tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau
penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous
yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak
sembuh, maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk
tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut
sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan
ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoxia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang.
Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista. Drainase cairan mukus keluar dari rongga sinus juga bisa
terhambat oleh pengentalan cairan mukus itu sendiri (Lindbaek dan Hjortdahl 2002, Meltzer
et all 2004).
Pengentalan ini terjadi akibat pemberian obat antihistamin, penyakit fibro kistik dan lain-
lain. Sel penghasil mukus memiliki rambut halus (silia) yang selalu bergerak untuk
mendorong cairan mukus keluar dari rongga sinus. Asap rokok merupakan salah satu
penyebab terbesar dari rusaknya silia ini sehingga pengeluaran cairan mukus menjadi
terganggu. Cairan mukus yang terakumulasi di rongga sinus dalam jangka waktu yang lama
merupakan tempat yang nyaman bagi hidupnya bakteri, virus dan jamur.
Ketika bernafas, setiap orang menghirup udara masuk ke dalam hidung, berjuta spora
fungus setiap hari juga ikut masuk ke dalam bersamaan dengan masuknya udara tersebut
(diperkirakan kurang lebih sekitar 57 juta spora sehari). Bagaimanapun, spora ini tidak dapat
membiak dalam hidung atau paru-paru yang sehat (Gwaltney et all, 2004)
Mukosa hidung dilengkapi system pertahanan tertentu untuk melawan fungus atau
bacteria. Apabila ada celah dalam system imunity, maka spora fungus dapat berkembang biak
sehingga menyebabkan resdung kulat. Bear kemungkinan spora fungus tersedot ke dalam
rongga sinus ketika bersin atau menghirup ingus dengan kuat.
Sinusitis kronik berlangsung selama lebih dari 3 bulan atau biasa terus berlangsung
sampai tahunan. Pada sinusitis akut, perubahan patologik membrane mukosa berupa infiltrate
poliomorfonuklear, kongesti vaskuler dan deskuamasi epitel permukaan yang semuanya
reversible. Gambaran sinusitis kronik adalah kompleks dan irreversible. Mukosa umumnya
menebal membentuk lipatan-lipatan pseudopolip. Epitel permukaan tampak mengalami
deskuamasi, regenerasi, metaplasi, atau epitel biasa dalam jumlah yang bervariasi pada suatu
irisan histology yang sama. Pembentukan mikroabses dan jaringan granulasi bersama-sama
dengan pembentukkan jaringan parut. Secara menyeluruh terdapat infiltrate sel bundar dan
poliomornuklear dalam lapisan submukosa.
Sinusitis pada dasarnya bersifat riogenik. Pada sinusitis kronik sumber infeksi berulang
cenderung berupa suatu daerah stenotik, biasanya infudibulum etmoidalis dan resesus
frontalis. Karena inflamasi menyebabkan saling menempelnya mukosa yang berhadapan
dalam ruang sempit ini, akibatnya terjadi gangguan transport mukosiliar, menyebabkan
retensi mukus dan mempertinggi pertumbuhan bakteri dan virus, infeksi kemudian menyebar
ke sinus yang berdekatan.

Gambar 2.1 Infeksi Sinusitis

Zat yang semakin merangsang proses peradangan. Berbagai zat activator ini antara lain
adalah interleukin, protein dasar utama, dan leukotrien. Maksudnya sel darah putih dan bakteri
ke dalam lendir menyebabkan lendir menjadi lebih kental daripada biasanya dan sering menjadi
kekuningan atau kehijauan, maka terjadilah infeksi. Zat yang kental ini disebut sebagai pus
(nanah) atau mukus purulen.
Sebagian dari pus di sinus berhasil keluar melalui ostium, melintasi KOM, dan menuju
bagian belakang rongga hidung. Pus ini cenderung berkumpul di tenggorokkan, menimbulkan
iritasi, atau mengalir ke bawah sebagai postnasal drip yang menggangu. Kasus sinusitis yang
sudah menyebar besar kemungkinan bertambah buruk sebelum membaik. Untuk melawan
infeksi, sinus menjadi lebih sering meradang, yang menyebabkan bertambahnya
pembengkakkan, yang memperparah penyumbatan sehingga bakteri semakin mudah berkembang
biak dan akan terjadi siklus ninusitis yang sering disebut dengan “Lingkaran Setan”

Gambar 2.2 Siklus Sinusitis


Metson, DR. Ralph B. dengan Mardon, Steven, Menyembuhkan Sinusitis, Cetakan ke-2, PR.
Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta. Agustus 2006, hal. 2
“Bakteri menyebabkan pembengkakan, yang menghambat drainase melalui ostium dan
hal ini kemudian menyebabkan meningkatnya pertumbuhan bakteri, yang menyebabkan lebih
lanjut dan sinus ini terus berulang seperti lingkaran setan sinusitis”.
Lingkaran setan ini akhirnya terputus ketika bakteri dieleminasi oleh sisitem kekebalan
tubuh, obat, atau kadang-kadang pembedahan. Kemudian peradangan dan penyumbatan akirnya
mereda, kemungkinan drainase sinus kembali normal.

Gambar 2.3 Perubahan Silia Pada Sinus

E. Tanda dan Gejala Sinusitis


Menurut Amin dan Hardhi, 2015, Secara umum tanda dan gejala penyakit sinusitis adalah :
1) Nyeri pada bagian wajah
Nyeri tumpul berdenyut atau tekanan yang merupakan tanda utama sinusitis
terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh jaringan yang meradang pada ujung-ujung
syaraf di dinding dalam sinus. Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri dahi atau sakit kepala.
Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi yang dapat menjalar ke gigi di rahang atas.
Sinusitis Edmoidalis menyebabkan nyeri diantara mata. Sinusitis sfenidalis menyebabkan
nyeri di belkang mata, di puncak kepala, atau di sepanjang tengkuk.
2) Hidung Tersumbat
Pembengkakan selaput hidung dan peningkatan pembentukan lendir
menyebabkan penderita sulit bernafas melalui hidung. Penyumbatan ini dapat mengenai
satu atau dua sisi hidung.
Bagi sebagian penderita sinusitis, istilah penyumbatan merujuk bukan pada
tersumbatnya pernafasan hidung, melainkan pada perasaan penuh atau tersumbat di wajah,
terutama di pipi. Sensasi ini disebabkan oleh tersumbatnya sinus itu sendiri. Jika ostium
yang membengkak tertutup, membrane mukosa pada sinus akan menyerap oksigen,
menghasikan tekanan negative (atau vakum), yang dapat menimbulkan sensasi
penyumbatan wajah atau bahkan nyeri.
3) Postnasal Drip
Lendir dari sinus secara normal mengalir dalam jumlah kecil ke dalam hidung dan
turun ke belakang tenggorokkan sebelum tertelan. Selama infeksi produksi lendir
meningkat, lebih kental dan berwarna kuning atau hijau. Perubahan warna lendir
disebabkan oleh campuran bakteri dan sel darah putih, sebagai tanda bahwa tubuh telah
melawan infeksi yang berlangsung. Lendir yang kental dan berwarna hijau ini seringkali
turun ke tenggorokan dan disebut postnasal drip.
4) Demam
Demam akan timbul pada gejala dan tanda sinusitits, hal ini karena sistem imun
dalam tubuh sedang bekerja, tetapi tidak terlalu tinggi. Demam yang tidak terlalu tinggi ini
juga menandakan bahwa infeksi sinus telah berlangsung lama.
Jika tanda gejala ini lenyap dalam sebulan atau bahkan dua atau tiga bulan, berarti
gejala tersebut terjadi pada sinusitis akut. Akan tetapi jika nyeri, penyumbatan, drainase
atau gejala lain berlangsung lebih lama dari pada tiga bulan, berarti terjadi pada sinusitis
kronik. Selain durasi, satusatunya perbedaan yang penting adalah bahwa orang dengan
sinusitis akut lebih besar kemungkinannya mengalami demam.
Namun dalam aspek praktis terdapat perbedaan yang nyata. Orang yang
cenderung yang mengidap sinusitis akut cenderung tidak menganggap masalah tersebut itu
serius. Karena dalam beberapa hari atau minggu serangan tersebut akan lenyap dan mereka
akan dapat kembali menjalani aktifitas sehari-hari. Dimana orang dengan sinusitis kronis
akan mengalami pengulangan secara terus-menerus. Gejalagejala sinusitis kronis akan
menetap atau sering kambuh, yang dapat berdampak besar pada kesehatan keseluruhan dan
kualitas hidup seseorang.
Semua gejala sinusitis yang di gambarkan sebelumnya, juga dapat terjadi pada
anak, namun anak tampaknya tidak terlalu terganggu oleh nyeri dan nyeri tekan di
bandingkan orang dewasa. Laryngitis berulang atau menetap atau sering kambuh yang
dapat berdampak besar pada kesehatan keseluruhan dan kualitas hidup seseorang.
Semua gejala sinusitis yang digambarkan sebelumnya, juga dapat terjadi pada
anak, namun anak tampaknya tidak terlalu terganggu oleh nyeri dan nyeri tekanan
dibandingkan orang dewasa. Laryngitis berulang atau menetap dan batuk kronik terutama
di malam hari, demam, dan anak rewel merupakan keluhan utama pada sinusitis anak.
5) Berkurangnya Daya Penciuman
Atap rongga hidung dilapisi oleh jaringan khusus yang dikenal sebagai epitel
olfaktorius. Jaringan ini mengandung reseptor penghidu yang dirangsang oleh molekul-
molekul bau. Membengkaknya membrane di hidung dapat menghambat molekul-molekul
ini mencapai reseftor penciuman sehingga indra penciuman menjadi kurang peka.
6) Berkurangnya Daya Pengecapan
Indra pengecapan yang normal bergantung pada keutuhan sensasi penciuman,
sehingga terganggunya indra penciuman akan menyebabkan berkurangnya fungsi dari
indera pengecap.
7) Nafas Berbau
Lendir kehijauan yang mengalir dari sinus yang terinfeksi mengandung bakteri
dan bahan buangan yang mengalami bau busuk akibatnya, lendir kental yang mengalir ke
tenggorokkan dapat menyebabkan bau mulut. Bau mulut ini biasanya ditimbulkan oleh
adanya bakteri di mulut.
8) Nyeri Tenggorokan
Lendir kental yang mengalir sewaktu infeksi sinus bersifat lebih asam daripada
lendir cair normal, sehingga lendir ini dapat mengiritasi membrane yang melapisi
tenggorokkan anda.
9) Batuk
Ketika mengalir ke bawah melalui belakang tenggorokkan, lendir mungkin
menyentuh pita suara dan memicu respon batuk yang tidak di sengaja. Batuk sering lebih
parah saat bangun pagi karena sepanjang malam terjadi penumpukkan lendir dari hidung
dan sinus tenggorokkan. Jika lendir ini meresap di antara pite suara dan ke dalam trakea
mungkin di perlukan batuk-batuk hebat untuk membersihkan sekresi dan melindungi paru-
paru.
10) Sakit Kepala
Tekanan tanpa henti akibat pembengkakan di sinus yang menyebabkan sakit
kepala.
11) Lesu
Tubuh manusia menggunakan energy untuk menghasilkan respon imun.
Pergeseran cadangan kalori ini dari aktifitas harian normal ke perlawanan terhadap infeksi
dapat menyebabkan seseorang menjadi lelah. Selain itu, pernafasan hidung yang terganggu
dan sering batuk pada malam hari dapat menyebabkan kualitas hidup menurun.
12) Rasa Penuh Pada Telinga
Drainase lendir dan peradangan sinusitis dapat menyumbat tuba eustakius, yaitu
saluran yang menghubungkan telinga dengan bagian belakang hidung.
Jika saluran ini terbuka dan berfungsi normal, tekanan antara bagian dalam telinga
dan atmosfer luar akan seimbang. Jika saluran ini tersumbat, biasanya akan mengalami
perasaan penuh atau tekanan yang tidak nyaman di telinga.

F. Tatalaksana Sinusitis
Menurut Amin & Hardhi (2015), Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala
memberantas infeksi,dan menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara
konservatif dan pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :

1) Terapi Medikamentosa
a) Antibiotik
Pada sinusitis akut, diberikan amoksisilin 10-14 hari. Beberapa antibiotik yang
direkomendasikan untuk sinusitis akut adalah amoxicillin, amoxicillin-Clavunate,
Cefpodotaxime proxetil, dan Cefuroxim, trimethoprim-sulfamethoxazole,
Clarithromycin dan Azithomycin.
Jika obat-obatan garis depat tersebut diatas mengalami kegagalan dan kurang
memberikan respon dalam waktu 72 jam pada terapi awal, maka pemberian antibiotic
dengan spectrum lebih luar biasa dipertimbangkan. Ini termasuk fluoroquinolone
generasi lebih baru, gatifloxacin, moxifloxacin, dan lefofloxacin.
Pada sinusitis akut anak-anak, diberikan amoksisilin (40 mg/ kgbb/hari) yang
merupakan first line drug, namun jika tidak ada perbaikan dalan 48-72 jam, dapat
diberikan amoksisilin/klavulanat. Sebaiknya antibiotik diberikan selama 10-14 hari.
Pada kasus sinusitis kronis, antibiotik diberikan selama 4-6 minggu sebelum diputuskan
untuk pembedahan. Dosis amoksisilin dapat ditingkatkan sampai 90 mg/kgbb/hari.
Pada pasien dengan gejala berat atau dicurigai adanya komplikasi diberikan antibiotik
secara intravena. Sefotaksim atau seftriakson dengan klindamisin dapat diberikan pada
Streptococcus pneumoniae yang resisten (Ioannidis PAJ & Lau J. 2001)

b) Kortikosteroid nasal
Kortikosteroid intra nasal secara efektif meredakan bersin, rinorea, ruam dan
kongesti nasal dengan efek samping yang minimal. Obat ini mereduksi inflamasi
dengan menghambat pembebasan mediator, penekanan kemotaksis neutrofil,
menyebabkan vasokonstriksi, dan menghambat reaksi lambat yang diperantarai oleh sel
mast.
 Beklometason dipropionate
>12 th : 1 inhalasi (42 mcg) per lbang hidung 2-4x sehari (maks 336 mcg/hr)
6-12 th : 1 inhalasi per lubang hidung 3 kali/hr
 Beklometason dipropionate, monohidrat
>12 th : 1-2 inhalasi sekali per hari
6-12 th : 1 inhalasi per lubang hidung (42 mcg) dimulai 2 kali sehari
 Budenosid
>6 th : 2 semprot (64 mcg) per lubang hidung pagi dan petang atau 4 semprot per
lubang hidung pagi (maks 256 mcg)
 Flunisolid
Dewasa : 2 semprot (50 mcg) per lubang hidung 2x sehari (maks 400 mcg),
Anak : 1 semprot per lubang hidung 3x sehari
 Fluticasone
Dewasa : 2 semprot (100 mcg) per lubang hidung sekali sehari, setelah beberapa hari
turunkan jadi 1 semprot per lubang hidung (maks 200 mcg per hari)
 Mometasone furoat
>12 th : 2 semprot (100 mcg) per lubang hidung sekali sehari
 Triamsinolon asetonida
>12 th : 2 semprot (110 mcg) per lubang hidung sekali sehari (maks 440 mcg/hr)

c) Dekongestan
Dekongestan topikal seperti oksimetazolin, penileprin akan menguntungkan jika
diberikan pada awal tata laksana sinusitis. Aktifitasnya akan mengurangi edem atau
inflamasi yang mengakibatkan obstruksi ostium, meningkatkan drainase sekret dan
memperbaiki ventilasi sinus. Pemberian dekongestan dibatasi sampai 3-5 hari untuk
mencegah ketergantungan dan rebound nasal decongestan. Pemberian dekongestan
sistemik, seperti penilpropanolamin, pseudoefedrin dapat menormalkan ventilasi sinus
dan mengembalikan fungsi pembersih mukosilia. Dekongestan sistemik dapat diberikan
sampai 10-14 hari (Kennedy DW. 1995).

d) Steroid
steroid topikal dianjurkan pada sinusitis kronis. Steroid akan mengurangi edem
dan inflamasi hidung sehingga dapat memperbaiki drainase sinus. Untuk steroid oral,
dianjurkan pemberiannya dalam jangka pendek mengingat efek samping yang mungkin
timbul

e) Analgetik
Analgetik sangat dianjurkan pada sinusitis akut. Analgetik sangat berguna untuk
mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien khususnya disekitar wajah dan hidung seperti
paracetamol 500 mg, obat-obat NSAID, dan lain-lain

f) Antihistamin
Antihistamin mengantagonis permeabilitas permeabilitas kapiler, pembentukan
bengkak dan rasa panas, serta gatal. Mengantuk adalahb efek samping yang paling
sering terjadi namun menguntungkan pada pasien yang sulit tidur jarena sinusitis akut.
Antihistamin oral dapat dibagi menjadi dua kategori utama : nonselektif (generasi
pertama atau antihistamin sedasi) dan selektif perifer (generasi kedua atau histamin
nonsedasi).

Antihistamin non selektif (generasi pertama)


 Klorfeniramin maleat
Dewasa : 4 mg tiap 6 jam 6-12 th : 2 mg tiap 6 jam
2-5 th : 1 mg tiap 6 jam
 Klorfeniramin maleat, sustained release
8-12 mg sehari waktu tidur atau 8-12 mg tiap 8 jam
6-12 th : 8 mg waktu tidur
<6th : 5 mg sehari sekali
 Klemastin fumarat
1,34 mg tiap 8 jam
6-12 th : 0,67 mg tiap 12 jam
 Difenhidramin Hidroklorida
25-50 mg tiap 8 jam 5mg/kg/hr (sampai 25 mg perdosis )

Antihistamin selektif perifer (generasi kedua)


 Loratadin 10 mg sekali sehari
6-12 th : 10 mg sekali sehari
2-5 th : 5 mg sehari sekali
 Feksofenadin
60 mg 2 x sehari atau 180 mg sekali sehari
6-11 th : 30 mg 2x sehari
 Setirizin
5-10 mg sekali sehari
>6th : 5 mg sehari sekali

2) Terapi Non-Medikamentosa
 Makan-makanan bergizi serta konsumsi vitamin C untuk menjaga dan memperkuat daya
tahan tubuh
 Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus maupun bakteri
 Hindari stres
 Hindari merokok
 Usahakan hidung selalu lembab meskipun udara sedang panas
 Hindari efek buruk dari polusi udara dengan menggunakan masker
 Bersihkan ruang tempat tinggal
 Istirahat yang cukup
 Hindari alergen (debu,asap,tembakau) jika diduga menderita alergi
BAB III
KASUS
A. KASUS D

Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke apotek untuk membeli obat. Pasien
merupakan seorang perenang freediving dan baru saja pulang dari Nusa Penida untuk freediving.
Pasien mengeluhkan sakit kepala, demam, hidung tersumbat, pembengkakan disekitar hidung
dan mata serta nyeri pada bagian wajah dan terasa sakit jika ditekan. Pembengkakan disekitar
hidung dan mata semakin parah pada pagi hari. Obat apakah yang direkomendasikan untuk
pasien tersebut ?

B. SWAMEDIKASI
Pada suatu siang ibu nurul yang berusia 35 tahun seorang perenang freediving yang baru
saja pulang dari Nusa Penida untuk freediving datang ke apotek anugerah untuk membeli obat
terkait keluhan yang dideritanya seperti sakit kepala, demam, hidung tersumbat, pembengkakan
disekitar hidung dan mata serta nyeri pada bagian wajah dan terasa sakit jika ditekan.
Pembengkakan disekitar hidung dan mata semakin parah pada pagi hari.

Apoteker : Selamat siang ibu, Sebelumnya perkenalkan saya apoteker Mirja Adi Yaksa
selaku apoteker di apotek ini. Apakah ada yang bisa saya bantu ?
Pasien : Saya mau beli obat untuk saya.
Apoteker : Mohon maaf sebelumnya, saya berbicara dengan ibu siapa ya ?
Pasien : Saya Nurul pak
Apoteker : Baik ibu nurul, bisa diceritakan terkait keluhan ibu seperti apa ya bu ?
Pasien : Jadi begini pak saya mengeluhkan sakit kepala, demam, hidung tersumbat,
bengkak disekitar hidung dan mata serta nyeri pada bagian wajah dan terasa
sakit jika ditekan. bengkak disekitar hidung dan mata semakin parah pada saat
pagi hari pak.
Apoteker : Lalu bolehkah ibu menjelaskan bu, apa aktivitas ibu sebelumnya sehingga bisa
mengalami keluhan tersebut ?
Pasien : Saya seorang perenang freediving dan baru saja pulang dari Nusa Penida untuk
freediving pak.
Apoteker : Oh.. gitu ya bu, apakah ibu sudah pernah mengalami ini sebelumnya ?
Pasien : Kira-kira kenapa yah pak ?
Apoteker : Baik bu, jadi begini bu berdasarkan informasi keluhan yang ibu berikan, ibu
mengalami sinusitis akut yang mana terjadi peradangan dibagian hidung akibat
suatu infeksi mungkin karena ibu seorang perenang freediving yang memang
sangat rentan sekali mengalami hal itu sehingga akan menimbulkan berbagai
macam gejala seperti sakit kepala, demam, hidung tersumbat, bengkak disekitar
hidung dan mata serta nyeri pada bagian wajah dan terasa sakit jika ditekan.
Pembengkakan disekitar hidung dan mata akan semakin parah pada pagi hari bu
dan itu memang merupakan gejala sinusitis akut.
Pasien : Oh.. jadi gitu yah pak, kira-kira obat yang cocok apa ya pak ?
Apoteker : Jadi begini bu, berdasarkan gejala yang ibu sampaikan sebenarnya akan lebih
baik jika ibu langsung berkonsultasi kepada dokter spesialis THT agar
pengobatan yang diberikan jauh lebih efektif mengingat ibu sudah mengalami
infeksi di bagian saluran pernafasan, kalau pun ibu memang mau membeli obat
untuk mengurangi gejala yang ibu alami saya bisa merekomendasikan obat yang
perlu dikonsumsi sementara waktu agar gejala yang ibu alami tidak semakin
parah tapi saya sangat menyarankan ibu harus periksa lagi kedokter setelah
pulang dari apotek ya bu .
Pasien : Iya pak saya akan konsultasi kedokter THT setelah pulang dari sini. Tapi apakah
saya bisa membeli obat untuk sementara waktu agar gejala yang saya alami tidak
semakin parah pak ?
Apoteker : Tentu saja bisa bu, sebelumnya apakah ibu memiliki riwayat penyakit tertentu
dan memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu bu ?
Pasien : Alhamdullilah sejauh ini saya tidak mempunyai riwayat penyakit tertentu dan
tidak ada alergi dengan obat-obatan pak.
Apoteker : oh iya bu baiklah. Harap tunggu sebentar ya bu saya ambilkan obatnya dulu.
(Apoteker mengambilkan obat yang direkomendasikan untuk pasien)
Apoteker :Ibu, ini adalah obat yang saya rekomendasikan yaitu Demacolin dengan harga
Rp.7000/Strip. Obat ini memiliki manfaat yaitu untuk meringankan gejala yang
ibu alami seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan nyeri.
Pasien : Oh begitu ya pak.
Apoteker : Iya ibu, nanti obatnya diminum 3xsehari setelah makan ya bu. Kemudian untuk
efek samping obat ini yang sering terjadi yaitu mengantuk bu jadi saya sarankan
apabila ibu mengonsumsi obat ini sebaiknya hindari dulu aktivitas seperti
berkendara ya bu
Pasien : Oh iya pak baiklah, apakah obatnya harus dihabiskan pak ?
Apoteker : Tidak bu, kalau sudah sembuh obat ini bisa dihentikan penggunaanya kemudian
apabila ibu sudah konsultasi ke dokter THT nanti bilang saja bahwa ibu sudah
mengonsumsi obat ini nanti akan disampaikan informasi lebih lanjut terkait
pengobatan ibu.
Pasien : Oh begitu ya pak untuk penyimpanan obatnya bagaimana ya pak ?
Apoteker : Obat Demacolin dapat di simpan pada suhu kamar, terhindar dari cahaya sinar
matahari dan lembab, jangan simpan di kamar mandi dan jauhkan dari jangkauan
anak-anak.
Pasien : Baik pak.
Apoteker :Selain minum obat. Ibu juga harus beristirahat yang cukup kurangi aktivitas
berenangnya sampai penyakit ibu benar-benar pulih, perbanyak minum air putih
kemudian Makan-makanan bergizi serta konsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin C seperti jeruk, mangga, semangka, dan lain-lain untuk
menjaga daya tahan tubuh ibu
Pasien : Oh baik pak
Apoteker : Apakah ibu sudah paham terkait apa yang telah saya jelaskan ?
Pasien : Saya sudah paham pak.
Apoteker : Baiklah bu, kalau sudah paham apakah ibu bisa mengulangi penjelasan yang
sudah saya berikan ?
Pasien : Bisa pak, jadi obat ini saya minum 3xsehari 1 tablet setelah makan, obat ini
memiliki efek samping mengantuk sehingga saya harus menghindari aktivitas
yang berlebih seperti berkendara kemudian obat ini bisa langsung dihentikan
apabila gejala yang saya alami sudah sembuh kamudian obat ini di simpan pada
suhu kamar, terhindar dari cahaya sinar matahari dan lembab, jangan simpan di
kamar mandi dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Apoteker : Lalu selain minum obat apakah yang harus ibu lakukan ?
Pasien : Selain minum obat ini saya harus beristirahat yang cukup kurangi aktivitas
berenang sampai penyakit saya benar-benar pulih, perbanyak minum air putih
kemudian makan-makanan bergizi serta konsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin C seperti jeruk, mangga, semangka, dan lain-lain untuk
menjaga daya tahan tubuh saya.
Apoteker : Baiklah saya kira ibu sudah sangat paham dengan penjelasan yang telah saya
sampaikan. Untuk harga obatnya Rp.7000 ya bu, Uangnya pas ya bu,
terimakasih bu sudah berkunjung ke apotek kami, semoga ibu cepat sembuh
selamat sore.
DAFTAR PUSTAKA
Amin dan Hardi. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Arivalagan P. and Rambe A., 2013, Gambaran Rinosinusitis Kronis Di RSUP Haji Adam Malik
pada Tahun 2011, E-Jurnal FK-USU, 1(1)
Augesti G., Oktarlina R.Z. and Imanto M., 2016, Sinusitis Maksilaris Sinistra Akut Et Causa
Dentogen, JPM Ruwa Jurai, 2, 34.
Cody, D. Thane.R Et.Al. (1986). Penyakit Tht(Penuntun Untuk Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. Pola Penyakit 50 peringkat utama menurut DTD Pasien Rawat Jalan
di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2003. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2003.
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke G, Wells BC and Posy LM. Pharmacotherapy : A
Pathophysiologic Approach 9th edition. United State of America: The McGraw-Hill
Companies; 2014.
DiPiro J.T., & Talbert R.L., & Yee G.C., & Matzke G.R., & Wells B.G., & Posey L(Eds.),Eds.
Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach 11th edition. United State of America:
The McGraw-Hill Companies; 2017.
Gwaltney JM, Wiesinger BA, Patrie JT (2004) Acute communityacquired bacterial sinusitis: the
value of antimicrobial treatment and the natural history. Clinical Infectious Disease 38:
227–233.
Hardiansyah, R. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien sinusitis dengan tindakan functional
endoscopic sinus surgery (fess) di ruang ok rumah sakit a. Dadi tjokrodipo bandar lampung
tahun 2020. Repository Poltekkes-Tjk, 53(9), 1689–1699.
Lindbaek M, Hjortdahl P (2002) The clinical diagnosis of acute purulent sinusitis in general
practice––a review. British Journal of General Practice 52: 491–495.
Mangunkusumo, Endang, Rifki, Nusjirwan. Sinusitis. Dalam: Nurbaiti Iskandar, Efiaty AS,
editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidungtenggorok kepala leher edisi keenam.
Jakarta : FKUI; 2012
Meltzer EO, Hamilos DL, Hadley JA, Lanza DC, Marple BF, Nicklas RA, et al (2004)
Rhinosinusitis: establishing definitions for clinical research and patient care.
Otolaryngology–Head and Neck Surgery 131: S1–S62.
Metson, DR. Ralph B. dengan Mardon, Steven, Menyembuhkan Sinusitis, Cetakan ke-2, PR.
Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta. Agustus 2006, hal. 2
Trihastuti, Hesty. (2015). Profil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP
DR.M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas Hal. 877-882.
jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/380
LAMPIRAN
DOKUMENTASI SWAMEDIKASI
Nama Pasien Ny. Nurul
Jenis Kelamin P / L *)
Usia 35 Tahun
Alamat JLN. Ais Nasution RT.07 RW.02 Kab. Seruyan Kel. Seruyan Hilir
Tanggal pasien datang 19 September 2021
Gejala yang diderita Keluhan :
Pasien mengeluhkan sakit kepala, demam, hidung tersumbat, pembengkakan
disekitar hidung dan mata serta nyeri pada bagian wajah dan terasa sakit jika
ditekan. Pembengkakan disekitar hidung dan mata semakin parah pada pagi
hari.

Pemeriksaan : Tidak Ada


Riwayat alergi Tidak Ada
Riwayat peyakit Ya / tidak*)
sebelumnya
OBAT YANG DIBERIKAN :
Nama Obat Dosis Cara pemakaian No Batch Tanggal ED
1. Demacolin Tab Komposisi : 3xSehari 1 Tablet E9A006 Jun 2023
1. Paracetamol 500 mg Sesudah Makan
2. Pseudoefedrin HCl 7.5 mg
3. Klorfeniramin Meleat 2 mg

2.
3.
4.
REKOMENDASI
Berdasarkan gejala yang di sampaikan pasien sebenarnya akan lebih efektif jika pasien langsung
berkonsultasi kepada dokter spesialis THT agar pengobatan yang diberikan jauh lebih tepat dan akurat
mengingat pasien sudah mengalami infeksi di bagian saluran pernafasan.Pasien harus beristirahat yang
cukup kurangi aktivitas berenangnya sampai penyakitnya benar-benar pulih, perbanyak minum air putih
kemudian Makan-makanan bergizi serta konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jeruk,
mangga, semangka, dan lain-lain untuk menjaga daya tahan tubuh pasien.
*) coret salah satu
Kalimantan Tengah, 19 September 2021
Yang menyerahkan,

Apt. Mirja Adi Yaksa, S.Farm

Anda mungkin juga menyukai