Dosen pengampu :
Kelompok 1 B1
Ferdiansah 2120424728
A. Pengertian ODT
Orally Disintegrating Tablet merupakan tablet yang tidak bersalut ditujukan untuk
ditaruh di dalam mulut dimana tablet akan terdispersi dengan cepat sebelum ditelan (UK
Department of Health 2013)
B. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat
dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain
cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar
yang digunakan untuk obat hewan, umumnya untuk hewan besar. Tablet cetak dibuat
dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses
pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
C. Uji mutu fisik menurut FI VI
1. Uji keseragaman bobot
2. Uji keseragaman kandungan
3. Uji waktu hancur dan disolusi
D. Bahan Formula
BAHAN KEGUNAAN
Loratadine Zat Aktif
Avicel pH 102 Pengisi
Aerosil 200 Penghancur
PVP K-30 Pengikat
Mannitol Pengisi
Aspartame Pemanis
Crosspovidone Penghancur
BAB II
PPIC dan FORMULA
A. Pengertian PPIC
PPIC kepanjangan dari Production Planning and Inventory Control, yang artinya
adalah pekerjaan untuk mempersiapkan proses manufaktur dan mengelola stok
persediaan bahan baku hingga akhirnya diproduksi menjadi barang jadi. PPIC di dalam
perusahaan manufaktur termasuk ke dalam departemen yang bertugas untuk
merencanakan dan mengendalikan proses produksi. Sehingga proses tersebut bisa
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Untuk menjalankan tugasnya,
departemen PPIC harus bekerja secara berdampingan dengan departemen lainnya salah
satunya departemen marketing. Departemen ini mempunyai forecast dan estimasi
mengenai jumlah produk yang akan dijual ke konsumen. Dengan begitu departemen
PPIC sudah bisa menentukan dan mengendalikan jumlah stok persediaan bahan baku
yang akan diproduksi. Sehingga barang yang diproduksi bisa sesuai dengan kebutuhan
konsumen yang diperoleh dari departemen marketing. Karena sangat erat kaitannya
dengan stok barang bahan baku, departemen PPIC juga harus menghitung kebutuhan
material yang dibutuhkan untuk diproduksi. Proses ini disebut sebagai Perencanaan
Kebutuhan Material, sehingga PPIC juga harus bekerja sama dengan departemen
Purchasing. PPIC harus memastikan barang yang sudah masuk ke pabrik untuk kemudian
akan diproses lebih lanjut menuju proses produksi. PPIC harus memastikan bahwa pihak
gudang sudah mencatat barang tersebut ke dalam stok. Pihak Quality Control juga bisa
mengambil sampel barang tersebut untuk memastikan kualitasnya.
B. Formula
KOMPOSI JUMLAH
BAHAN SI YANG DIGU
(Mg) NAKAN
Loratadine 10 120 kg
Avicel pH 102 40 480 kg
Aerosil 200 4,5 54 kg
PVP K-30 3 36 kg
Mannitol 27 324 kg
Aspartame 0,5 6 kg
Crosspovidone 15 180 kg
C. Profil bahan
1. Loratadine
Nama Loratadine
Struktur
Rumus C22H23ClN2O2
Pemerian Serbuk berwarna putih tulang
Kelarutan tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol,
aseton dan kloroform.
Berat molekul 382,88 g/mol
Kegunaan Zat aktif
2. Avicel ph 102
3. Aerosil 200
Nama Aspartam
Struktur
Rumus C14H18N2O5
Pemerian Berbentuk bubuk putih yang tidak berbau
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol (95%), sedikit larut dalam air
Berat molekul 294,31 g/mol
Kegunaan Pemanis
5. Mannitol
Nama Mannitol
Struktur
Rumus C6H14O6
Pemerian Berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau.
Kelarutan larut dalam air, sangat sukar larut dalam alkohol, dan tidak
larut hampir dalam semua pelarut organic.
Berat molekul 182,172 g/mol
Kegunaan Pengisi
6. Pvp k 30
Rumus (C6H9O)n
Pemerian Serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau
tidak berbau, higroskopik
Kelarutan Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),
aseton metanol dan air, praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon dan minyak mineral.
Berat molekul 111,14 g/mol
Kegunaan Pengisi
7. Crosspovidone
Nama Polyvinylpyrrolifone
Struktur
Rumus C6H13NOP2
Pemerian Berwarna putih hingga putih krem, terbagi halus,
mengalir bebas, praktis tidak berasa, tidak berbau atau
hampir tidak berbau, bubuk higroskopis
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan pelarut organic yang
paling umum.
Berat molekul 351,4 g/mol
Kegunaan Penghancur
8. Biaya Formula
1
KOMPOSI BATCH JUMLAH
BAHAN SI 12 PEMESANA TOTAL RUPIAH
(Mg) JUTA N
(kg)
Loratadine 10 120 120 kg 1.920.000
Avicel pH 102 40 480 480 kg 12.778.500
Aerosil 200 4,5 54 54 kg 6.480.000
PVP K-30 3 36 36 kg 2.129.760
Mannitol 27 324 324 kg 16.200.000
Aspartame 0,5 6 6 kg 887.400
Crosspovidone 15 180 180 kg 14.391.000
TOTAL Rp. 54.786.720
9. Vendor Formula
Bahan Baku Vendor Harga Minimal Vendor Pilihan dan
Order Alasan
Loratadine PT.Rajvi Enterprise Rp 16.000/Kg 25Kg Vendor yang dipilih :
Vendor Diazepam
Avicel pH 102 Shandong Honrel Co., Rp 44.370/Kg 1 Kg Vendor pilih an :
Limited Guangzhou Zio
Chemical Co.,Ltd
Guangzhou Zio Rp 26.622/Kg 10kg Alasan : harga memang
Chemical Co.,Ltd lebih murah namun
sudah terverifikasi
menjadi supplier.
=2.013.810/21x200
=19.179.142,9
2. Machine cost
Machine KW Harga Wakt Kapasitas
hour h u
0,3
Timbangan Rp960/kWh 3 500 kg
Kw
4
Super Mixer Rp960/kWh 2 40-10000 L
kW
1,5
Ayakan Rp960/kWh 2
kW
Alat kempa 4 125.000 tablet
Rp960/kWh 32
tablet KW perjam
Pengemas 0,75
Rp960/kWh 134 30 ribu pcs/jam
primer Kw
Lain lain 7 Rp960/kWh 168
4. Production cost
Bahan Produksi Rp. 54.786.720
Bahan Pengemas Rp. 41.015.500
Man Hour Rp. 19.179.142
Machine Hour Rp. 5.745.168
Factory Expences Rp 190.000
Total Rp 120.916.530
5. Harga Jual
6. Mesin pembuatan
Pada produksi tablet dengan metode kempa langsung di suatu industri diperlukan
beberapa alat-alat skala industri seperti :
a. Penimbangan bahan menggunakan timbangan analitik.
Nama Mesin : Timbangan digital want
Kapasitas : 500 kg
Akurasi : 1 / 10 g
Kapasitas : 40-10000 L
c. Alat untuk mengayak menggunakan ayakan
Produsen : Xinxiang Hongda Vibration
Equipment Co., Ltd. Henan, China
Harga : Rp 91.000.000
Power : 1,5 kW
Berat : 350 kg
Jumlah Press : 29
Harga : Rp 228.623.310,00
A. Metode analisis
a. Identifikasi tablet loratadine
Uji identifikasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan pengencer
campuran kloroform P-metanol P (1:1) serta fase gerak campuran etil eter P-dietilamina P
(40:1) dalam bejana yang dinding bagian dalamnya dilapisi kertas saring.
a. Larutan baku
Timbang saksama sejumlah Loratadin BPFI, larutkan dan encerkan dengan pengencer
hingga kadar lebih kurang 4 mg per mL
b. Prosedur
Totolkan secara terpisah masing masing 10 µL larutan uji dan larutan baku pada
lempeng kromatografi. Lakukan kromatografi lapis tipis.
c. Larutan uji
Timbang saksama sejumlah tablet setara dengan lebih kurang 20 mg loratadin,
masukkan ke dalam tabung sentrifuga, tambahkan 5,0 mL pengencer, sentrifus selama 30
menit, hingga diperoleh kadar 4 mg per mL. Harga Rf dan intensitas bercak utama yang
diperoleh dari larutan uji sesuai dengan larutan baku
b. Penetapan Kadar
Penetapan kadar dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
a. Dapar A
Larutan kalium fosfat dibasa 0,01 M, dibuat dengan melarutkan kalium fosfat dibasa
dengan air hingga kadar 1,74 gram per liter.
b. Dapar B
Larutan kalium fosfat dibasa 0,6 M, dibuat dengan melarutkan kalium fosfat dibasa
dengan air hingga kadar 105 gram per liter.
c. Larutan Asam Klorida 0,05 N
Masukkan 500 mL air ke dalam labu tentukur 1000 mL, tambahkan 83 mL asam
hidroklorida P, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 50 mL larutan ini ke dalam labu
tentukur 1000-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
d. Fase gerak
Buat campuran asetonitril P-metanol P-Dapar A (60:60:70). Atur pH hingga 7,2 dengan
penambahan asam fosfat 10%, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuian.
e. Pengencer
Pipet 400 mL asam hidroklorida 0,05 N dan 80 mL Dapar B ke dalam labu tentukur
1000-mL, encerkan dengan campuran asetonitril P-metanol P (1:1) sampai tanda.
f. Larutan baku
Timbang saksama sejumlah Loratadin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
g. Larutan Uji
Masukkan 10 tablet ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan 100 mL asam
hidroklorida 0,05 N, kocok selama 40 menit atau sampai tablet hancur sempurna.
Tambahkan 75 mL campuran asetonitril P-metanol P (1:1) dan 20 mL Dapar B, campur
selama 5 menit. Encerkan dengan campuran asetonitril P-metanol P (1:1) sampai tanda.
h. Sistem kromatografi
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom
antara 25° dan 35°. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,7; simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%; faktor kapasitas tidak kurang dari 3,5.
i. Prosedur
Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase loratadin, C22H23ClN2O2 dalam tablet yang digunakan dengan
rumus:
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak larutan uji dan Larutan baku; C S adalah
kadar Loratadin BPFI dalam mg per mL larutan baku; C U adalah kadar loratadin dalam
mg per mL larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Penimbangan
Pengayakan
IPC :
Homogenitas, Sudut Pencampuran
diam, Laju alir,
Kompresibilitas.
Pencetakan Tablet
IPC :
Keseragaman
Kandungan, Waktu
Hancur, Disolusi,
Keseragaman
Ukuran, Kekerasan,
Kerapuhan Pengemasan IPC :
Penampilan,
Kebocoran,
Penandaan,
Produk Jadi Kelengkapan
C. Tahapan produksi :
1. Penimbangan : Penimbangan bahan aktif yaitu Loratadine dan bahan tambahan yaitu
Avicel PH 102, PVP K-30, Aerosil, Crosspovidone, Manitol, dan Aspartam
2. Penyiapan Dispersi padat :
a. Metode pelarutan
Serbuk Allopurinol dan Avicel PH 102 dilarutkan dalam pelarut methanol. Campuran
diuapkan sampai pelarut hilang dan terbentuk massa kering/dispersi padat
b. Pengayakan :
Campuran serbuk diayak dengan menggunakan ayakan 20 mesh.
c. Pencampuran :
Bahan tambahan seperti Polyplasdone XL, Aerosil, Mg. Stearat, dan Avicel PH 102
ditambahkan dan dicampur dengan mixer.
d. Pencetakan tablet :
Tablet dicetak menggunakan mesin Gmp Aet Tablet Compression dengan pukulan
permukaan datar 10 mm. Kekerasan tablet dipertahankan pada 4,0-5,0 kg/cm2
c. Pengemasan :
Tablet dikemas ke dalam kemasan primer yaitu strip dan kemasan sekunder yaitu box karton
D. IPC (In Process Control)
a. Pengertian
Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang penting
dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat,
prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan
yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi
karakteristik produk selama proses berjalan.
Tujuan IPC untuk memastikan hasil sesuai dengan yang diinginkan, mengetahui sedini
mungkin bila terjadi masalah sehingga lebih mudah diawasi dan lebih efisien dan efektif,
pengendalian mutu produk antara, ruahan dan produk jadi, pemeriksaan barang
kembalian dari distributor, pemeriksaan ulang pada retained sample,dan memonitor
stabilitas.
Disintegration tester
Secara acak diambil enam tablet, masing-masing tablet dimasukkan kedalam alat uji
waktu hancur. Kemudian dimasukkan cakram pada tiap tabung. Air bersuhu (37±2)°C
sebanyak 650 mL digunakan sebagai media. Alat uji waktu hancur dijalankan dan
dihitung waktu hancur tablet mulai saat keranjang tercelup sampai semua tablet hancur
sempurna. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari menit
15 menit dan bersalut tidak lebih dari 60 menit. Apabila terdapat 2 tablet tidak hancur
sempurna maka pengujian diulang dengan 12 tablet lainya, syarat yang ditentukan yaitu
tidak kurang dari 16 tablet harus hancur sempurna.
3. Disolusi
Tablet diuji dengan alat dissolution tester dengan padle berbentuk dayung
(Aparatus 2). Media yang digunakan berupa 900 mL larutan HCl 0,01 N dengan
kecepatan 75 rpm selama 45 menit dipertahankan pada suhu 370C.
Dissolution tester
Sampel sebanyak 5 mL diambil dengan pipet volum yang telah diberi kertas saring
pada menit ke 3, 6, 9, 12, 15, 20, 25, 30, 35, 45 menit. Tiap sampel yang diambil diganti
dengan HCl 0,1 N bersuhu 370C dengan volume yang sama sehingga volume medium
tetap sama. Kadar allopurinol diperiksa pada spektrofotometri uv-vis ( λ= 250 nm). Profil
disolusi kemudian dibandingkan satu sama lain. Persyaratan uji tablet Allopurinol ialah
tablet harus larut tidak kurang dari 75% (Q), C5H4N4O, dari jumlah yang tertera pada
etiket dalam waktu 45 menit (Depkes RI, 2020).
4. Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran bertujuan untuk memberikan pengawasan terhadap
ketebalan tablet agar volume bahan beragam. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat
jangka sorong untuk mengamati diameter dan tebal tablet. Pada umumnya diameter tablet
konstan namun ketebalan tablet dapat juga bervariasi (Anwar et al 2007).
Jangka sorong
Pengujian dilakukan dengan cara sebanyak 10 tablet diambil secara acak, kemudian
diukur menggunakan jangka sorong satu persatu. Persyaratan ukuran tablet yaitu
1
diameternya tidak boleh lebih dari tiga kali atau tidak kurang dari 1 kali tebal tablet (FI
3
Ed III).
5. Kekerasan
Uji kekerasan tablet bertujuan untuk memperoleh gambaran ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik yang mungkin terjadi selama pengemasan, penyimpanan atau
transportasi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat hardness tester dengan
mengamati nilai kekerasan tablet hingga tablet pecah (Anwar 2012).
Hardness Tester
Pengujian dilakukan dengan cara tablet diletakkan/dijepitkan secara ringan dengan
posisi tegak pada alat dan dipastikan tablet tidak bergerak. Kemudian putar spiral pada
tablet, hingga tablet pecah secara sempurna. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali
replikasi. Persyaratan kekerasan untuk tablet oral yaitu 4-8 kg.
6. Kerapuhan
Uji kerapuhan bertujuan untuk memprediksi kemampuan tablet untuk dapat
bertahan terhadap goncangan selama proses pembuatan, pengemasan, distribusi sampai
penggunaan oleh konsumen.
Friability tester
Penetapan kerapuhan dilakukan pada 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu,
kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam friabilator diputar selama 4 menit atau
sebanyak 100 putaran dengan kecepatan 25 rpm. Tablet yang telah diuji kerapuhan
kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Syarat dari uji kerapuhan yait kurang dari
0,5% - 1%. Adapun perhitungan yang dapat digunakan pada uji keapuhan yaitu:
Keterangan :
W1 = Berat tablet awal
W2 = Berat tablet setelah uji kerapuhan
4. Pengemasan
E. Validasi Proses
Validasi proses berlaku untuk pembuatan semua bentuk sediaan obat. Hal ini mencakup
validasi awal dari proses baru, validasi bila terjadi perubahan proses, transfer lokasi
pembuatan, dan verifikasi proses on-going. Proses pengembangan produk yang tangguh
diperlukan agar validasi proses berhasil.
Proses pembuatan dapat dikembangkan dengan menggunakan pendekatan tradisional atau
pendekatan verifikasi kontinu. Bila memungkinkan, program validasi prospektif hendaklah
diterapkan pada proses pembuatan yang menggunakan pendekatan tradisional sebelum
mendapatkan izin edar. Validasi retrospektif merupakan pendekatan yang tidak lagi dapat
diterima.
a. Validasi prospektif
Validasi Prospektif adalah validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi
rutin dari produk yang akan dipasarkan. Jumlah bets yang digunakan untuk validasi
prospektif adalah 3 bets berurutan tanpa ada perubahan pada komposisi, tahapan proses
produksi, dan mesin yang digunakan.
b. Validasi Konkuren
Validasi konkuren adalah validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk
untuk dijual.
c. Validasi Retrospektif
Validasi retrospektif merupakan validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang
telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets
d. Pendekatan hibrida
Hibrida dari pendekatan tradisional dan verifikasi proses kontinu digunakan
bilamana sudah diperoleh pengetahuan dan pemahaman yang tinggi mengenai produk dan
proses yan g diperoleh dari pengalaman pembuatan dan data riwayat bets. Pendekatan ini
juga dapat digunakan untuk kegiatan validasi pascaperubahan atau selama verifikasi
proses on-going meskipun produk tersebut pada awalnya divalidasi menggunakan
pendekatan tradisonal.
e. Verifikasi proses on-going
Validasi proses merupakan tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa
proses yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif
dan member hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi
spesifikasi dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya.
f. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan (Cleaning Validation) adalah pembuktian bahwa prosedur
yang di tetapkan untuk membersihkan suatu peralatan pengolahan, hingga pengemasan
primer mampu membersihkan sisa bahan aktif obat dan detergen yang digunalan untuk
proses pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba pada tingkat yang
dapat diterima.
Tujuan validasi pembersihan adalah: (Priyambodo, 2017).
1. Membersihkan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pembersihan yang
berlaku yang dilakukan sudah tepat dan dapat dilakukan berulang-ulang
2. Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang negatif karena efek
pembersihan
3. Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti prosedur
pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan
4. Cara pembersihan menghasilkan tingkat kebersihan yang sudah ditetapkan
Kelebihan:
Contoh yang sudah mengering atau sulit larut dapat ”dilepaskan” dari permukaan
secara fisik.
Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan swab sehingga memungkinkan
evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau jumlah residu setiap
(permukaaan)
Kekurangan:
Adanya variasi hasil yang disebabkan oleh pemilihan lokasi, tekanan yang
digunakan dan totalitas permukaan yang digunakan dan totalitas permukaan yang
digunakan dan totalitas pdan totalitas pmukaan yang di swab
Pelarut swab dapat mempengaruhi residu
Proses analisis ekstraksi dapat mempengaruhi /mengurangi recovery rate
Sampel yang terbatas dapat mempengaruhi sensitivitas hasil analisis.
Kriteria penerimaan
Kriteria penerimaan ditetapkan secara rasional berdasarkan risiko terbawanya sisa
bahan aktif obat ke produk lain berikutnya serta risiko cemaran mikroba.
a. Kebersihan secara visual
Kriteria: tidak tampak sisa-sisa pengotor di permukaan peralatan setelah pembersihan
yang mungkin mencemari produk berikutnya
b. Tingkat cemaran bahan aktif obat
Bila lebih dari satu produk diproses dengan peralatan yang sama, batas ditetapkan sebagai
maximum Allowable Carryover (MACO) untuk penetapan residu bahan obat. MACO
dibatasi pada 1000 mg/kg
c. Penetapan batas cemaran.
No Langkah produksi Pengambilan sampel Parameter pengujian
1. Pencampuran awal Pengambilan sampel dilakukan dari Homogenitas campuran
3 titik dalam mesin super mixer
Keseragaman kadar zat
sebelum granulasi basah, yaitu kiri
atas, tengah dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing
sampel sebanyak 10 gram dan
kemudian dimasukkan dalam
kantong plastic kemudian tutup
rapat
2. Pengeringan Pengambilan sampel dilakkan dari Kadar air
3 titik dalam fluid bed dryer,yaitu
Rendemen
kiri atas, tengah dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing
sampel sebanyak 10 gram dan
kemudian dimasukkan dalam
kantong plastic kemudian tutup
rapat
3. Pencampuran akhir Pengambilan sampel dilakukan dari Keseragaman zat aktif
3 titik dalam drum mixer,yaitu kiri
Ukuran partikel
atas, tengah dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing Densitas
sampel sebanyak 20 gram dan Kadar air
kemudian dimasukkan dalam
Kandungan lembab
kantong plastic kemudian tutup
rapat Granul
Profil pemampatan
4. Pencetakan Pengambilan sampel dilakukan dari Pemerian tablet
3 titik dalam,yaitu kiri awal, tengah
dan akhir selama proses percetakan. Dimensi tablet
Pengambilan masing-masing
Keeragaman bobot
sampel sebanyak 50 tablet dan
kemudian dimasukkan dalam Kekerasan
kantong plastic kemudian tutup Kerapuhan
rapat
Waktu hanur
Disolusi
Dimensi tablet
Fiabilitas
keseragaman
1. Kemasan primer
LORATADINE 10 mg
Tablet ODT
Manufactured by :
PT.Sukses Jaya Farma
Solo- Indonesia
LORATADINE 10 mg
Tablet ODT
Manufactured by :
PT.Sukses Jaya Farma
Solo- Indonesia
LORATADINE 10 mg
Tablet ODT
Manufactured by :
PT.Sukses Jaya Farma
Solo- Indonesia
LORATADINE 10 mg
2. Kemasan sekunder
Komposisi:
Isi : 10 strip x 10 TableT Komposisi: Isi : 10 strip x 10 Tablet Tiap tablet ODT mengandung
Tiap tablet ODT mengandung
loratadine 10 mg
loratadine 10 mg
LORATADINE 10 mg LORATADINE 10 mg Indikasi:
Indikasi:
Tablet ODT Lihat pada brosur
Tablet ODT Lihat pada brosur
Dosis:
Dosis:
Manufactured by : Manufactured by : Lihat pada brosur
Lihat pada brosur
PT.Sukses Jaya Farma PT.Sukses Jaya Farma Simpan pada suhu ruang
Simpan pada suhu ruang
Hindari terkena sinar
Solo- Indonesia Hindari terkena sinar Solo- Indonesia
Matahari langsung
Matahari langsung
3. Kemasan tersier
4. Kemasan pembanding
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hadisoewignyo, L & A.Fudholi. 2016. Sediaan Solida Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Riview Artikel,
Majalan Ilmu Kefarmasian. Vol.1 No.3:117-135 ISSN: 1693-9883, Jakarta: Departemen
Farmasi MIPA UI
Harvey, David, 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill
Lachman, L., Herbert, A.L., & Joseph, L.K. 2008. Teori dan Praktek Industri Farmasi edisi III.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Siregar, C.J.P, dan Wiraksa, S. 2010. Teknologi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Perhitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Voight, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh soewandhi, S.N. Edisi
V. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Voight, R. 1994. Buku Pengantar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan Oleh Soedani, N. edisi V.
Yogyakarta: universitas Gadjah Mada Press.