Anda di halaman 1dari 37

STUDI KASUS FARMASI INDUSTRI

RANCANGAN FORMULA Orally Disintegrating Tablets (ODT) Loratadine

Dosen pengampu :

Dr. apt. Iswandi, M. Farm.

Dr. apt. Ilham Kuncahyo, S. Si., M. Sc.

Kelompok 1 B1

Ferdiansah 2120424728

Fitria Anggraini 2120424730

Jihan Khabibatul Aulia 2120424739

Lala Esti Khoirulina 2120424743

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian ODT
Orally Disintegrating Tablet merupakan tablet yang tidak bersalut ditujukan untuk
ditaruh di dalam mulut dimana tablet akan terdispersi dengan cepat sebelum ditelan (UK
Department of Health 2013)
B. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat
dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain
cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar
yang digunakan untuk obat hewan, umumnya untuk hewan besar. Tablet cetak dibuat
dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses
pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
C. Uji mutu fisik menurut FI VI
1. Uji keseragaman bobot
2. Uji keseragaman kandungan
3. Uji waktu hancur dan disolusi
D. Bahan Formula
BAHAN KEGUNAAN
Loratadine Zat Aktif
Avicel pH 102 Pengisi
Aerosil 200 Penghancur
PVP K-30 Pengikat
Mannitol Pengisi
Aspartame Pemanis
Crosspovidone Penghancur

BAB II
PPIC dan FORMULA
A. Pengertian PPIC
PPIC kepanjangan dari Production Planning and Inventory Control, yang artinya
adalah pekerjaan untuk mempersiapkan proses manufaktur dan mengelola stok
persediaan bahan baku hingga akhirnya diproduksi menjadi barang jadi. PPIC di dalam
perusahaan manufaktur termasuk ke dalam departemen yang bertugas untuk
merencanakan dan mengendalikan proses produksi. Sehingga proses tersebut bisa
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Untuk menjalankan tugasnya,
departemen PPIC harus bekerja secara berdampingan dengan departemen lainnya salah
satunya departemen marketing. Departemen ini mempunyai forecast dan estimasi
mengenai jumlah produk yang akan dijual ke konsumen. Dengan begitu departemen
PPIC sudah bisa menentukan dan mengendalikan jumlah stok persediaan bahan baku
yang akan diproduksi. Sehingga barang yang diproduksi bisa sesuai dengan kebutuhan
konsumen yang diperoleh dari departemen marketing. Karena sangat erat kaitannya
dengan stok barang bahan baku, departemen PPIC juga harus menghitung kebutuhan
material yang dibutuhkan untuk diproduksi. Proses ini disebut sebagai Perencanaan
Kebutuhan Material, sehingga PPIC juga harus bekerja sama dengan departemen
Purchasing. PPIC harus memastikan barang yang sudah masuk ke pabrik untuk kemudian
akan diproses lebih lanjut menuju proses produksi. PPIC harus memastikan bahwa pihak
gudang sudah mencatat barang tersebut ke dalam stok. Pihak Quality Control juga bisa
mengambil sampel barang tersebut untuk memastikan kualitasnya.
B. Formula

KOMPOSI JUMLAH
BAHAN SI YANG DIGU
(Mg) NAKAN
Loratadine 10 120 kg
Avicel pH 102 40 480 kg
Aerosil 200 4,5 54 kg
PVP K-30 3 36 kg
Mannitol 27 324 kg
Aspartame 0,5 6 kg
Crosspovidone 15 180 kg
C. Profil bahan
1. Loratadine

Nama Loratadine
Struktur

Rumus C22H23ClN2O2
Pemerian Serbuk berwarna putih tulang
Kelarutan tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol,
aseton dan kloroform.
Berat molekul 382,88 g/mol
Kegunaan Zat aktif

2. Avicel ph 102

Nama mikrokristalin selulosa


Rumus (C6H10O5)n
Pemerian Serbuk putih, tidak berbau, tidak berwarna
Kelarutan Larut dalam 5% NaOH, asam encer
Berat molekul 36.000 g/mol
Kegunaan Pengisi

3. Aerosil 200

Nama Aerosil 200


Rumus SiO2
Pemerian Serbuk halus, putih atau hampir putih, bubuk amorf, dengan
ukuran partikel sekitar 15 nm, tidak berasa, tidak berbau
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam asam mineral, kecuali
asam florida
Berat molekul 60,08 g/mol
Kegunaan Pelincir
4. Aspartam

Nama Aspartam
Struktur

Rumus C14H18N2O5
Pemerian Berbentuk bubuk putih yang tidak berbau
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol (95%), sedikit larut dalam air
Berat molekul 294,31 g/mol
Kegunaan Pemanis

5. Mannitol

Nama Mannitol
Struktur

Rumus C6H14O6
Pemerian Berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau.
Kelarutan larut dalam air, sangat sukar larut dalam alkohol, dan tidak
larut hampir dalam semua pelarut organic.
Berat molekul 182,172 g/mol
Kegunaan Pengisi

6. Pvp k 30

Nama Pirolidon K-30


Struktur

Rumus (C6H9O)n
Pemerian Serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau
tidak berbau, higroskopik
Kelarutan Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),
aseton metanol dan air, praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon dan minyak mineral.
Berat molekul 111,14 g/mol
Kegunaan Pengisi

7. Crosspovidone

Nama Polyvinylpyrrolifone
Struktur

Rumus C6H13NOP2
Pemerian Berwarna putih hingga putih krem, terbagi halus,
mengalir bebas, praktis tidak berasa, tidak berbau atau
hampir tidak berbau, bubuk higroskopis
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan pelarut organic yang
paling umum.
Berat molekul 351,4 g/mol
Kegunaan Penghancur

8. Biaya Formula
1
KOMPOSI BATCH JUMLAH
BAHAN SI 12 PEMESANA TOTAL RUPIAH
(Mg) JUTA N
(kg)
Loratadine 10 120 120 kg 1.920.000
Avicel pH 102 40 480 480 kg 12.778.500
Aerosil 200 4,5 54 54 kg 6.480.000
PVP K-30 3 36 36 kg 2.129.760
Mannitol 27 324 324 kg 16.200.000
Aspartame 0,5 6 6 kg 887.400
Crosspovidone 15 180 180 kg 14.391.000
TOTAL Rp. 54.786.720
9. Vendor Formula
Bahan Baku Vendor Harga Minimal Vendor Pilihan dan
Order Alasan
Loratadine PT.Rajvi Enterprise Rp 16.000/Kg 25Kg Vendor yang dipilih :
Vendor Diazepam
Avicel pH 102 Shandong Honrel Co., Rp 44.370/Kg 1 Kg Vendor pilih an :
Limited Guangzhou Zio
Chemical Co.,Ltd
Guangzhou Zio Rp 26.622/Kg 10kg Alasan : harga memang
Chemical Co.,Ltd lebih murah namun
sudah terverifikasi
menjadi supplier.

Aerosil 200 Pt. Insoclay Aditama Rp 120.000/kg 1 Kg Vendor pilihan :


Cv. Niju Indonesia Rp 189.000/kg 1 Kg Pt. Insoclay Aditama
Cemerlang Alasan :
Harga lebih murah,
sudah terverikasi
sebagai Suplier
PVP K-30 Haihang Industri Co., Rp 59.527/Kg 1 Kg Vendor pilihan :
LTD ZhongTang (Dalian)
ZhongTang (Dalian) Rp 59.160/ Kg 1 Kg Materials Co., Ltd
Materials Co., Ltd Alasan : Harga lebih
murah, sudah menjadi
suplier selama 10 tahun
Manitol Cv.Arumdaeun Kimia Rp 50.000/Kg 1 Kg Vendor pilihan :
Pt. Insoclay Aditama Rp 968.500/Kg 1 Kg Cv.Arumdaeun Kimia
Alasan :
Harga lebih murah,
memiliki rating yang
bagus yaitu 5/5, sudah
terverifikasi dan
menjadi suplier selama
11 tahun sehingga lebih
dapat dipercaya
Aspartam ChemFine Rp 147.900/Kg 1 Kg Vendor pilihan :
International Co., Ltd ChemFine
Gansu Kinbo Industry Rp 161,211/Kg 1 Kg International Co., Ltd
Co., Ltd Alasan : walaupun lebih
baru menjadi supplier
dibandingkan Gansu
Kinbo Industry Co., Ltd
rating cukup bagus yaitu
4.4/5
Crosspovidone ChemFine Rp 79,950/Kg 25kg Vendor pilihan :
International Co., Ltd ChemFine
Shandong HRC Rp 221.850/Kg 25kg International Co., Ltd
chemichal Co., Ltd Alasan : lebh lama
dipercayai menjadi
supplier dengan harga
yang murah dan telah
terverifikasi

Bahan Kemas Vendor Harga Lead time Vendor Pilihan dan


Alasan
Alumunium strip Shanghai Haishun Rp. 84.000/rol 15 hari Vendor pilihan:
foil for tablet New Shanghai Haishun
packaging Pharmaceutical New Pharmaceutical
Packaging Co. Packaging Co.
(Shanghai, China)
Alasan: harga lebih
Jiangsu Hanlin Rp 79.044/rol 20 hari murah, waktu tunggu
Pharmaceutical 15 hari, pabrik sudah
Packaging terverivikasi sebagai
technology Co., Ltd supplier
(Shanghai, China)
Kemasan Shanghai Rp. 750/pcs 7-15 hari Vendor pilihan:
Sekunder (box) Cntopprint Co., Ltd Guangdong
(Shanghai, China) Xintengcai Printing
Technology Co.,Ltd.
Guangdong Rp 591.60/pcs 10-13 hari Alasan: pabrik sudah
Xintengcai Printing ter verifikasi sebagai
Technology supplier, harga lebih
Co.,Ltd. murah,
(Guangdong, China)
Kemasan Tersier Dongguan Naiya Rp. 1.400/pcs - Vendor pilihan:
Karton Packaging Co., Ltd Dongguan naiya
(Guangdong, China) Packaging Co., Ltd.
Qingzhou Rp 1.437/pcs 15 hari Alasan : pabrik sudah
Dingsheng Industry terverifikasi sebagai
Co., Ltd supplier
(Shandong, China)
Brosur obat PT Garuda Sakti Rp 320/lbr - Vendor Pilihan:
Mandiri PT. Sinar Jakarta
PT. Sinar Jakarta Rp. 100/lbr - Print
Print Alasan : lebih murah
Seal tape Guangdong Newera Rp 6.179/rol - Vendor pilihan:
Packing Material Shanghai Mingshen
Co., Ltd Electronic Technology
(Guangdong, China) Development Co., Ltd
Shanghai Mingshen Rp. 3.100/rol - Alasan : pabrik sudah
Electronic terverifikasi sebagai
Technology supplier, lebih murah
Development Co.,
Ltd
(Shanghai, China)

10. Bahan pengemas


Bahan Pengemas Harga Jumlah Total harga
Alumunium strip foil
for tablet packaging +
custome Rp. 84.000 85 roll/100 meter Rp. 7.140.000,00
Kemasan Sekunder
(box) Rp. 591.60 50000 Rp. 29.580.000,00
Kemasan Tersier
Karton Rp. 1.400 950 Rp 1.330.000,00
Brosur obat Rp. 100 40000 Rp. 4.000.000,00
Seal tape Rp. 3.100 6 roll/ 15 meter Rp. 18.600,00
    Total Rp. 42.068.600,00

11. Biaya lain-lain


1. Direct labor
Manhour = waktu x pekerja
= 8x25 = 200

Labor cost = (UMR/21) x manhour

=2.013.810/21x200

=19.179.142,9

2. Machine cost
Machine KW Harga Wakt Kapasitas
hour h u
0,3
Timbangan Rp960/kWh 3  500 kg
Kw
4
Super Mixer Rp960/kWh 2 40-10000 L
kW
1,5
Ayakan Rp960/kWh 2
kW
Alat kempa 4 125.000 tablet
Rp960/kWh 32
tablet KW perjam
Pengemas 0,75
Rp960/kWh 134 30 ribu pcs/jam
primer Kw
Lain lain 7 Rp960/kWh 168  

Machine cost =Beban Listrik x Machine Hour


=17,55 x 960 x341
=5.745.168
3. Factory expenses
Factory Expences
Harga
Paper Rp 70.000,00
Tax Rp 120.000,00
Total Rp 190.000,00

4. Production cost
Bahan Produksi Rp. 54.786.720
Bahan Pengemas Rp. 41.015.500
Man Hour Rp. 19.179.142
Machine Hour Rp. 5.745.168
Factory Expences Rp 190.000
Total Rp 120.916.530

5. Harga Jual

Harga Jual Harga


Production cost/batch Rp 148.255.386
Profit 30% Rp 44.476.615.8
PPN 10% Rp 14.825.538,6
Harga Jual Loratadine Per tablet Rp. 750
Kompetitor Alloris 10 mg Rp. 6.449

6. Mesin pembuatan
Pada produksi tablet dengan metode kempa langsung di suatu industri diperlukan
beberapa alat-alat skala industri seperti :
a. Penimbangan bahan menggunakan timbangan analitik.
Nama Mesin : Timbangan digital want

Produsen : Want Balance Instrument Co.Ltd


China

Harga : Rp. 2.030.000

Model : Timbangan digital duduk

Kapasitas : 500 kg

Akurasi : 1 / 10 g

Power supply : 0,3 kW


b. Pencampuran bahan menggunakan alat Super Mixer V - type effective mixer
Nama Mesin : V-Mixer Machine
Produsen : Jiangying Baoli Mchinery
Manufacturing Co., Ltd. China
Harga : Rp 229.589.760
Power supply : 4 kW

Kecepatan rotasi : 50-3000 r/min

Kapasitas : 40-10000 L
c. Alat untuk mengayak menggunakan ayakan
Produsen : Xinxiang Hongda Vibration
Equipment Co., Ltd. Henan, China
Harga : Rp 91.000.000
Power : 1,5 kW
Berat : 350 kg

d. Alat Kempa Langsung


Nama Mesin : RZW-29 Rotary Tablet Press

Produsen : Minipress.RU, Rusia

Jumlah Press : 29

Diameter maksimum tablet : 25mm

Tinggi maksimum tablet : 6mm

Kecepatan rotor : 14-36 rpm

Produktivitas : 125.000 tablet perjam

Power suply : 4 KW, 1440 putaran/menit, 380V


Harga : Rp. 406.000.000
e. Alat Pengemas Primer Strip
Produsen : Zhejiang Lianyuan Machinary
Co., Ltd.

Harga : Rp 228.623.310,00

Kapasitas : 800 pcs/menit

Power supply : 0,75 Kw


BAB III

METODE ANALISIS DAN IPC

A. Metode analisis
a. Identifikasi tablet loratadine
Uji identifikasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan pengencer
campuran kloroform P-metanol P (1:1) serta fase gerak campuran etil eter P-dietilamina P
(40:1) dalam bejana yang dinding bagian dalamnya dilapisi kertas saring.
a. Larutan baku
Timbang saksama sejumlah Loratadin BPFI, larutkan dan encerkan dengan pengencer
hingga kadar lebih kurang 4 mg per mL
b. Prosedur
Totolkan secara terpisah masing masing 10 µL larutan uji dan larutan baku pada
lempeng kromatografi. Lakukan kromatografi lapis tipis.
c. Larutan uji
Timbang saksama sejumlah tablet setara dengan lebih kurang 20 mg loratadin,
masukkan ke dalam tabung sentrifuga, tambahkan 5,0 mL pengencer, sentrifus selama 30
menit, hingga diperoleh kadar 4 mg per mL. Harga Rf dan intensitas bercak utama yang
diperoleh dari larutan uji sesuai dengan larutan baku
b. Penetapan Kadar
Penetapan kadar dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
a. Dapar A
Larutan kalium fosfat dibasa 0,01 M, dibuat dengan melarutkan kalium fosfat dibasa
dengan air hingga kadar 1,74 gram per liter.
b. Dapar B
Larutan kalium fosfat dibasa 0,6 M, dibuat dengan melarutkan kalium fosfat dibasa
dengan air hingga kadar 105 gram per liter.
c. Larutan Asam Klorida 0,05 N
Masukkan 500 mL air ke dalam labu tentukur 1000 mL, tambahkan 83 mL asam
hidroklorida P, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 50 mL larutan ini ke dalam labu
tentukur 1000-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
d. Fase gerak
Buat campuran asetonitril P-metanol P-Dapar A (60:60:70). Atur pH hingga 7,2 dengan
penambahan asam fosfat 10%, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuian.
e. Pengencer
Pipet 400 mL asam hidroklorida 0,05 N dan 80 mL Dapar B ke dalam labu tentukur
1000-mL, encerkan dengan campuran asetonitril P-metanol P (1:1) sampai tanda.
f. Larutan baku
Timbang saksama sejumlah Loratadin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
g. Larutan Uji
Masukkan 10 tablet ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan 100 mL asam
hidroklorida 0,05 N, kocok selama 40 menit atau sampai tablet hancur sempurna.
Tambahkan 75 mL campuran asetonitril P-metanol P (1:1) dan 20 mL Dapar B, campur
selama 5 menit. Encerkan dengan campuran asetonitril P-metanol P (1:1) sampai tanda.
h. Sistem kromatografi
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom
antara 25° dan 35°. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,7; simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%; faktor kapasitas tidak kurang dari 3,5.
i. Prosedur
Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase loratadin, C22H23ClN2O2 dalam tablet yang digunakan dengan
rumus:

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak larutan uji dan Larutan baku; C S adalah
kadar Loratadin BPFI dalam mg per mL larutan baku; C U adalah kadar loratadin dalam
mg per mL larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.

B. Skema Produksi dan IPC

Penimbangan

Penyiapan Dispersi Padat

Pengayakan

IPC :
Homogenitas, Sudut Pencampuran
diam, Laju alir,
Kompresibilitas.
Pencetakan Tablet

IPC :
Keseragaman
Kandungan, Waktu
Hancur, Disolusi,
Keseragaman
Ukuran, Kekerasan,
Kerapuhan Pengemasan IPC :
Penampilan,
Kebocoran,
Penandaan,
Produk Jadi Kelengkapan

C. Tahapan produksi :
1. Penimbangan : Penimbangan bahan aktif yaitu Loratadine dan bahan tambahan yaitu
Avicel PH 102, PVP K-30, Aerosil, Crosspovidone, Manitol, dan Aspartam
2. Penyiapan Dispersi padat :
a. Metode pelarutan
Serbuk Allopurinol dan Avicel PH 102 dilarutkan dalam pelarut methanol. Campuran
diuapkan sampai pelarut hilang dan terbentuk massa kering/dispersi padat
b. Pengayakan :
Campuran serbuk diayak dengan menggunakan ayakan 20 mesh.
c. Pencampuran :
Bahan tambahan seperti Polyplasdone XL, Aerosil, Mg. Stearat, dan Avicel PH 102
ditambahkan dan dicampur dengan mixer.
d. Pencetakan tablet :
Tablet dicetak menggunakan mesin Gmp Aet Tablet Compression dengan pukulan
permukaan datar 10 mm. Kekerasan tablet dipertahankan pada 4,0-5,0 kg/cm2
c. Pengemasan :
Tablet dikemas ke dalam kemasan primer yaitu strip dan kemasan sekunder yaitu box karton
D. IPC (In Process Control)
a. Pengertian
Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang penting
dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat,
prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan
yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi
karakteristik produk selama proses berjalan.
Tujuan IPC untuk memastikan hasil sesuai dengan yang diinginkan, mengetahui sedini
mungkin bila terjadi masalah sehingga lebih mudah diawasi dan lebih efisien dan efektif,
pengendalian mutu produk antara, ruahan dan produk jadi, pemeriksaan barang
kembalian dari distributor, pemeriksaan ulang pada retained sample,dan memonitor
stabilitas.

IPC(In Process Control)dalam proses produksi


1. Penimbangan Bahan
 Penimbangan dilakukan oleh 2 orang dari personalia produksi, dimana satu orang
menimbang bahan dan satu orang lainya mengawasi/ mengecek kebenaran penimbangan
 Melakukan pemeriksaaan kebersihan ruang penimbangan (lantai, dinding, dan langit-
langit) timbangan, peralatan penimbangan, wadah untuk menimbang, dan wadah bahan
baku yang akan ditimbang. Bagian IPC akan memastikan bahwa ruang penimbangan
bebas dari material pengotor , terutama debu dan material lain.
 Melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa timbangan yang sudah dipasang
dengan benar dan sudah dikalibrasi juga
 Memeriksa kelengkapan pakaian operator penimbangan
 Melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik bahan yang akan di timbang (kebersihan
dan keutuhan) dan memastikan label pada bahan baku yang akan ditimbang (nama bahan
baku, nomor analisa, tanggal kedaluwarsa, status “diluluskan” dari bagian QC)
 Melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik raw material (kebersihan dan keutuhan)
dan memastikan label yang terpasang pada bahan baku yang akan ditimbang yang
memuat nama bahan baku, nomor analisa, tanggal kedaluwarsa, status “diluluskan” dari
bagian QC, dan jadwal re-test bahan awal yang bersangkutan
 Setelah ditimbang dilakuakan, lalu melakukan penempelan label pada produk yang telah
ditimbang. Label berisikan nama, tanggal, jumlah, tanggal ED dan paraf personalia yang
menimbang.
 Setelah penimbangan selesai, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kebersihan wadah dan
tutup bahan awal yang telah ditimbang dan pengecekan berat penimbangan masing-
masing bahan awal.
2. Pencampuran (Mixing)
a. Homogenitas
Pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa zat aktif terdistribusi merata di dalam
campuran. Parameter homogenitas sangat penting dalam sebuah pencampuran atau
pengadukan. Hal ini dilakukan dengan cara dilakukan sampling pada 9 titik yaitu 3 titik
dibagian atas, 3 titik di bagian tengah dan 3 titik di bagian paling bawah campuran. Pada
masing masing titik tersebut dengan posisi (pojok kanan, pojok kiri dan bagian tengah)
dilakukan 3 kali replikasi. Setelah pengambilan sampel kemudian dilakukan penentuan
kadar dengan alat HPLC dan hasil tidak lebih dari 3% penyimpangannya (Fitrul et al
2018).
b. Sudut Diam
Sudut diam diukur setelah pengujian waktu alir dengan mengukur tinggi (h)
tumpukan granul dan jari-jari (r) dari alas tumpukan, kemudian dihitung sudut diamnya.
Sudut diam dipengaruhi juga oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel maka
kohesivitas partikel semakin tinggi dan akan mengurangi kecepatan alir sehingga sudut
diam yang terbentuk lebih besar. Sudut diam yang baik tidak lebih dari 30 o. Pengukuran
dilakukan menggunakan instrumen Granule flow tester.
c. Laju Alir
Laju alir adalah kecepatan yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir
melalui corong. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengalirkan granul melalui corong
yang dilakukan 3 kali pengulangan. Kecepatan aliran dipengaruhi oleh bentuk, ukuran,
densitas dan gaya gesek partikel serta kondisi percobaan. Pengukuran dilakukan
menggunakan instrumen Granule flow tester. Tabel syarat waktu alir granul ialah :
Nilai (detik) Gambaran alir
>10 Mengalir bebas
4 – 10 Mudah mengalir
1,6 – 4 Kohesif
<1,6 Sangat kohesif
Prosedur yang dilakukan yaitu serbuk sebanyak 100 gram yang telah dicampur, diuji
waktu alir dengan metode corong. Kemudian diukur waktu serbuk keluar dari corong dan
dicatat. Setelah itu dilakukan uji sudut diam dan kemudian diukur tinggi dari serbuknya
dan jari-jari permukaan serbuknya, sehingga dapat diperoleh nilai dari tangen sudut
diamnya, yang akibatnya besar sudut antara serbuk dengan permukaannya dengan tinggi
serbuk dapat diketahui. Semakin kecil sudut diam menggambarkan serbuk memiliki
kohefisitas yang kecil pada antar partikelnya sehingga keampuan alirnya menjadi semakin
baik. Diameter alat uji sudut diam adalah 34,3 cm. Persyaratan sudut diam yang baik
adalah tidak lebih dari 400 dan kurang dari 300 (Sulaiman 2007).
d. Kompresibilitas
Uji pengetapan bertujuan untuk mengetahui kompresibilitas dari campuran serbuk.
Semakin kecil nilai dari indeks pengetapannya maka semakin baik sifat alir serbuknya dan
semakin minimal ruang kosong yang akan terbentuk. Dengan kata lain jika campuran
serbuk yang memiliki sifat alir yang baik, amak campuran serbuk itu akan memiliki ruang
kosong yang minimal, sehingga bila dibuat tablet secara kempa langsung akan terbentuk
tablet yang memiliki sifat keseragaman bobot yang baik. Kriteria pengetapan yang baik
yakni kurang dari 20%.
Sejumlah serbuk dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur sampai volume 100 ml
dan dicatat sebagai Vo. Gelas ukur dipasang pada alat dan alat dihidupkan. Perubahan
volume pada tap ke 5, 10, 15 dicatat dan seterusnya sampai volume serbuk konstan dan
dicatat sebagai Vt. Kemudian bobot serbuk ditimbang. Pengurangan volume serbuk
akibat pengetapan dinyatakan sebagai harga tap (%) dengan rumus :
Vo−Vr
Tap ( % )= x 100 %
Vo
3. Pengempaan
IPC pada proses pengempaan terdapat titik kritis berupa keseragaman kandungan, waktu hancur,
disolusi, keseragaman ukuran, kekerasan tablet, dan kerapuhan.
1. Keseragaman Kandungan
Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet tidak bersalut tau salut selaput,
memiliki kandungan zat aktif 25 mg atau kurnag yang merupakan 25% atau kurang
terhadap bobot tablet. Ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan seperti berikut
untuk bentuk sediaan yang dimaksud. Tetapkan kadar masing-masing 10 satuan
menggunakan metode analisis yang sesuai. Hitung nilai keberterimaan.
Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai keberterimaan 10 unit sediaan
pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai keberterimaan lebih besar dari
L1%, lakukan pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai keberterimaan.
Memenuhi syarat jika nilai keberterimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau sama
dengan L1% dan tidak ada satu unitpun kurang dari [1 – (0,01)(L2)]M atau tidak satu
unitpun lebih dari [1 + (0,01)(L2)]M seperti tertera pada Perhitungan nilai
keberterimaan dalam Keseragaman kandungan atau Keragaman bobot. Kecuali
dinyatakan lain L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0 (Depkes RI, 2020)
2. Waktu Hancur
Uji waktu hancur bertujuan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau
kapsul merupakan tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan secara
bertahap atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih. Alat yang
digunakan pada uji waktu hancur yaitu disintegration tester.

Disintegration tester
Secara acak diambil enam tablet, masing-masing tablet dimasukkan kedalam alat uji
waktu hancur. Kemudian dimasukkan cakram pada tiap tabung. Air bersuhu (37±2)°C
sebanyak 650 mL digunakan sebagai media. Alat uji waktu hancur dijalankan dan
dihitung waktu hancur tablet mulai saat keranjang tercelup sampai semua tablet hancur
sempurna. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari menit
15 menit dan bersalut tidak lebih dari 60 menit. Apabila terdapat 2 tablet tidak hancur
sempurna maka pengujian diulang dengan 12 tablet lainya, syarat yang ditentukan yaitu
tidak kurang dari 16 tablet harus hancur sempurna.
3. Disolusi
Tablet diuji dengan alat dissolution tester dengan padle berbentuk dayung
(Aparatus 2). Media yang digunakan berupa 900 mL larutan HCl 0,01 N dengan
kecepatan 75 rpm selama 45 menit dipertahankan pada suhu 370C.
Dissolution tester
Sampel sebanyak 5 mL diambil dengan pipet volum yang telah diberi kertas saring
pada menit ke 3, 6, 9, 12, 15, 20, 25, 30, 35, 45 menit. Tiap sampel yang diambil diganti
dengan HCl 0,1 N bersuhu 370C dengan volume yang sama sehingga volume medium
tetap sama. Kadar allopurinol diperiksa pada spektrofotometri uv-vis ( λ= 250 nm). Profil
disolusi kemudian dibandingkan satu sama lain. Persyaratan uji tablet Allopurinol ialah
tablet harus larut tidak kurang dari 75% (Q), C5H4N4O, dari jumlah yang tertera pada
etiket dalam waktu 45 menit (Depkes RI, 2020).
4. Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran bertujuan untuk memberikan pengawasan terhadap
ketebalan tablet agar volume bahan beragam. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat
jangka sorong untuk mengamati diameter dan tebal tablet. Pada umumnya diameter tablet
konstan namun ketebalan tablet dapat juga bervariasi (Anwar et al 2007).

Jangka sorong
Pengujian dilakukan dengan cara sebanyak 10 tablet diambil secara acak, kemudian
diukur menggunakan jangka sorong satu persatu. Persyaratan ukuran tablet yaitu
1
diameternya tidak boleh lebih dari tiga kali atau tidak kurang dari 1 kali tebal tablet (FI
3
Ed III).
5. Kekerasan
Uji kekerasan tablet bertujuan untuk memperoleh gambaran ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik yang mungkin terjadi selama pengemasan, penyimpanan atau
transportasi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat hardness tester dengan
mengamati nilai kekerasan tablet hingga tablet pecah (Anwar 2012).

Hardness Tester
Pengujian dilakukan dengan cara tablet diletakkan/dijepitkan secara ringan dengan
posisi tegak pada alat dan dipastikan tablet tidak bergerak. Kemudian putar spiral pada
tablet, hingga tablet pecah secara sempurna. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali
replikasi. Persyaratan kekerasan untuk tablet oral yaitu 4-8 kg.
6. Kerapuhan
Uji kerapuhan bertujuan untuk memprediksi kemampuan tablet untuk dapat
bertahan terhadap goncangan selama proses pembuatan, pengemasan, distribusi sampai
penggunaan oleh konsumen.
Friability tester
Penetapan kerapuhan dilakukan pada 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu,
kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam friabilator diputar selama 4 menit atau
sebanyak 100 putaran dengan kecepatan 25 rpm. Tablet yang telah diuji kerapuhan
kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Syarat dari uji kerapuhan yait kurang dari
0,5% - 1%. Adapun perhitungan yang dapat digunakan pada uji keapuhan yaitu:

Keterangan :
W1 = Berat tablet awal
W2 = Berat tablet setelah uji kerapuhan
4. Pengemasan

Fungsi pengemasan adalah sebagai berikut:


1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk
tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang
dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10,
1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini
penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau
poduk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna,
maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan
sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli.
8. Sarana informasi dan iklan.
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai.
Menurut CPOB 2018 ada beberapa persayaratan yang harus dipenuhi, beberapa
aturan yang ada dalam CPOB 2018 terkait pengemasan adalah :
a. Setelah dilakukan pengemasan hendaklah disertai dengan penempelan label agar
menghindari dari ketercampuran, dan apabila tidak ditempel label sebaiknya dipastikan
dengan alur pengemasan yang baik.
b. Proses pengemasan dilakukan dengan pengendalian agar mutu dan kualitas produk tetap
terjaga
c. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan langkah untuk memastikan
bahwa area kerja, jalur pengemasan, mesin pencetakan dan peralatan lain telah bersih
serta bebas dari produk lain, bahan, atau dokumen yang digunakan sebelumnya, jika tidak
diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan. Kesiapan jalur pengemasan
hendaklah dilaksanakan sesuai daftar periksa yang tepat.
d. Informasi tercetak dan dalam bentuk huruf timbul pada bahan pengemas hendaklah
terlihat jelas, tidak memudar dan tidak mudah terhapus.
e. Pengawasan pada jalur pengemasan selama proses pengemasan hendaklah meliputi
paling sedikit hal-hal sebagai berikut:
- tampilan kemasan secara umum;
- apakah kemasan sudah lengkap;
- apakah produk dan bahan pengemas yang dipakai sudah benar;
- apakah prakodifikasi sudah benar
- apakah monitor pada jalur sudah berfungsi dengan benar

Pada saat pengemasan, untuk menghindari mixed up maka dilakukan beberapa


hal, meliputi:
a. Semua material, kontainer massa, peralatan utama dan ruangan harus diberi label atau
identifikasi.
b. Label yang digunakan pada kontainer, peralatan atau ruangan harus jelas, tidak ambigu
dengan menggunakan format perusahaan yang telah ditetapkan.
c. Akses keluar masuk ke bangungan produksi harus dijaga, hanya orang yang berkeperluan
produksi yang boleh masuk.

Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas:


a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman.
b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak
karton untuk wadah strip obat dan sebagainya.
c. Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.
Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian
dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.

Untuk Mencegah Mixed Up pada proses pengemasan dapat dilakukan tindakan


sebagai berikut :
1. Pelabelan
Setiap produk yang telah dikemas secara primer kemudian dilakukan pelabelan yang
sesuai SOP penomoran batch produk yang diproduksi. Pengecekan kelengkapan dan
kebenaran pelabelan dilakukan sebelum jam istirahat dan sebelum pulang kerja.
2. Brosur dan etiket
Salah satu tahap pengemasan sekunder adalah penambahan brosur dan etiket obat.
Brosur dan etiket ini digunakan sebagai informasi obat yang akan diedarkan, sehingga
kebenaran dan kelengkapannya harus diperiksa dengan seksama. Pengecekan dan
kebenaran brosur yang ditambahkan dilakukan sebelum jam istirahat dan sebelum
pulang kerja.
3. Penandaan nomor bets dan expired date
Penandaan nomor bets dan expired date harus tertera pada kemasan sekunder.
Kebenaran dan kelengkapannya harus diperiksa dengan seksama. Pengecekan dan
kebenaran nomor bets dan expired date yang ditambahkan dilakukan sebelum jam
istirahat dan sebelum pulang kerja.

E. Validasi Proses
Validasi proses berlaku untuk pembuatan semua bentuk sediaan obat. Hal ini mencakup
validasi awal dari proses baru, validasi bila terjadi perubahan proses, transfer lokasi
pembuatan, dan verifikasi proses on-going. Proses pengembangan produk yang tangguh
diperlukan agar validasi proses berhasil.
Proses pembuatan dapat dikembangkan dengan menggunakan pendekatan tradisional atau
pendekatan verifikasi kontinu. Bila memungkinkan, program validasi prospektif hendaklah
diterapkan pada proses pembuatan yang menggunakan pendekatan tradisional sebelum
mendapatkan izin edar. Validasi retrospektif merupakan pendekatan yang tidak lagi dapat
diterima.

a. Validasi prospektif
Validasi Prospektif adalah validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi
rutin dari produk yang akan dipasarkan. Jumlah bets yang digunakan untuk validasi
prospektif adalah 3 bets berurutan tanpa ada perubahan pada komposisi, tahapan proses
produksi, dan mesin yang digunakan.

b. Validasi Konkuren
Validasi konkuren adalah validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk
untuk dijual.
c. Validasi Retrospektif
Validasi retrospektif merupakan validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang
telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets
d. Pendekatan hibrida
Hibrida dari pendekatan tradisional dan verifikasi proses kontinu digunakan
bilamana sudah diperoleh pengetahuan dan pemahaman yang tinggi mengenai produk dan
proses yan g diperoleh dari pengalaman pembuatan dan data riwayat bets. Pendekatan ini
juga dapat digunakan untuk kegiatan validasi pascaperubahan atau selama verifikasi
proses on-going meskipun produk tersebut pada awalnya divalidasi menggunakan
pendekatan tradisonal.
e. Verifikasi proses on-going
Validasi proses merupakan tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa
proses yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif
dan member hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi
spesifikasi dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya.
f. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan (Cleaning Validation) adalah pembuktian bahwa prosedur
yang di tetapkan untuk membersihkan suatu peralatan pengolahan, hingga pengemasan
primer mampu membersihkan sisa bahan aktif obat dan detergen yang digunalan untuk
proses pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba pada tingkat yang
dapat diterima.
Tujuan validasi pembersihan adalah: (Priyambodo, 2017).
1. Membersihkan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pembersihan yang
berlaku yang dilakukan sudah tepat dan dapat dilakukan berulang-ulang
2. Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang negatif karena efek
pembersihan
3. Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti prosedur
pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan
4. Cara pembersihan menghasilkan tingkat kebersihan yang sudah ditetapkan

Berikut metode untuk pengambilan sampel (Cuplikan):


a. Metode Apus (swab sampling method)
- Prinsip: Residu diperoleh dengan mengapus (swab) langsung pada permukaan
alat/ruangan yang kontak dengan produk. Hasil swab dianalisis untuk kandungan
residu setelah melalui proses ekstraksi atau untuk kandungan mikroorganisme
setelah melalui kultur mikroba dan inkubasi.
- Merupakan metode pengambilan sampel dengan cara menggunakan bahan apus
(swab material) yang dibasahi dengan pelarut yang langsung dapat menyerap
residu dari permukaan alat.
- Bahan yang digunakan untuk sampling harus kompatibel dengan solvent dan
metode analisisnya
- Tidak ada sisa-sisa serat yang mengganggu analisa
- Ukuran material harus disesuaikan dengan area sampling
    Sedangkan bahan pelarut (solvent), harus :
• Disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang diperiksa.
• Tidak mempengaruhi stabilitas bahan yang diuji.
• Sebelum dilakukan validasi, harus dilakukan pemeriksaan/ uji perolehan
kembali (recovery test) dengan larutan yang diketahui kadarnya.

Kelebihan:
 Contoh yang sudah mengering atau sulit larut dapat ”dilepaskan” dari permukaan
secara fisik.
 Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan swab sehingga memungkinkan
evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau jumlah residu setiap
(permukaaan)

Kekurangan:
 Adanya variasi hasil yang disebabkan oleh pemilihan lokasi, tekanan yang
digunakan dan totalitas permukaan yang digunakan dan totalitas permukaan yang
digunakan dan totalitas pdan totalitas pmukaan yang di swab
 Pelarut swab dapat mempengaruhi residu
 Proses analisis ekstraksi dapat mempengaruhi /mengurangi recovery rate
 Sampel yang terbatas dapat mempengaruhi sensitivitas hasil analisis.
Kriteria penerimaan
Kriteria penerimaan ditetapkan secara rasional berdasarkan risiko terbawanya sisa
bahan aktif obat ke produk lain berikutnya serta risiko cemaran mikroba.
a. Kebersihan secara visual
Kriteria: tidak tampak sisa-sisa pengotor di permukaan peralatan setelah pembersihan
yang mungkin mencemari produk berikutnya
b. Tingkat cemaran bahan aktif obat
Bila lebih dari satu produk diproses dengan peralatan yang sama, batas ditetapkan sebagai
maximum Allowable Carryover (MACO) untuk penetapan residu bahan obat. MACO
dibatasi pada 1000 mg/kg
c. Penetapan batas cemaran.
No Langkah produksi Pengambilan sampel Parameter pengujian
1. Pencampuran awal Pengambilan sampel dilakukan dari Homogenitas campuran
3 titik dalam mesin super mixer
Keseragaman kadar zat
sebelum granulasi basah, yaitu kiri
atas, tengah dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing
sampel sebanyak 10 gram dan
kemudian dimasukkan dalam
kantong plastic kemudian tutup
rapat
2. Pengeringan Pengambilan sampel dilakkan dari Kadar air
3 titik dalam fluid bed dryer,yaitu
Rendemen
kiri atas, tengah dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing
sampel sebanyak 10 gram dan
kemudian dimasukkan dalam
kantong plastic kemudian tutup
rapat
3. Pencampuran akhir Pengambilan sampel dilakukan dari Keseragaman zat aktif
3 titik dalam drum mixer,yaitu kiri
Ukuran partikel
atas, tengah dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing Densitas
sampel sebanyak 20 gram dan Kadar air
kemudian dimasukkan dalam
Kandungan lembab
kantong plastic kemudian tutup
rapat Granul

Kecepatan aliran granul

Profil pemampatan
4. Pencetakan Pengambilan sampel dilakukan dari Pemerian tablet
3 titik dalam,yaitu kiri awal, tengah
dan akhir selama proses percetakan. Dimensi tablet
Pengambilan masing-masing
Keeragaman bobot
sampel sebanyak 50 tablet dan
kemudian dimasukkan dalam Kekerasan
kantong plastic kemudian tutup Kerapuhan
rapat
Waktu hanur

Disolusi

Kadar zat akfit

Dimensi tablet

Fiabilitas

keseragaman

d. Pencegahan kontaminasi silang


Perbedaan tekanan udara pada ruang produksi sediaan farmasi karena adanya sistem
HVAC yang menyuplai udara bersih ke dalam ruang produksi farmasi. Fungsi dari adanya
perbedaan tekanan ini adalah: Pencegahan Kontaminasi Silang, kontaminasi silang perlu
dihindarkan karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan keamanan produk. Dengan
adanya perbedaan tekanan udara partikel serbuk/kotoran akan mencegah serbuk/kotoran
berpindah antar ruangan. Dengan tidak adanya partikel yang saling berpindah resiko
kontaminasi sangat kecil. Kontaminasi ini bisa dari obatnya sendiri atau dari alat/personil.
Kontaminasi dari obat bisa dari antar batch atau antar produk.

Kontaminasi silang dapat dicegah dengan beberapa cara, meliputi :


1) Produksi di tempat/gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti penisilin, sitotoksik
tertentu, vaksin dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta
produk darah).
2) Tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara.
3) Memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang atau
masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara tidak memadai.
4) Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang berisiko tinggi
terhadap pencemaran silang diproses.
5) Melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, karena
pembersihan alat yang tidak efektif umumnya merupakan sumber pencemaran silang.
6) Menggunakan sistem sarana khusus dan self-contained.
7) Pada proses yang menangani material kering seperti serbuk, harus ada penanganan
khusus dalam menghilangkan debu. Dalam industri dapat digunakan weighing booth pada
penimbangan/sampling.
8) Pasokan udara yang disaring hendaklah dapat menjaga perbedaan tekanan positif dan
aliran udara ke area sekelilingnya dengan kelas kebersihan lebih rendah pada seluruh
kondiri operasional berkisar 10-15 pascal dan hendaklah dapat membilas airea tersebut
dengan efektif.
F. Validasi Metode
Validasi metoda adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan
percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi
persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa
metode analisis tersebut dapat sesuai untuk peruntukannya. Validasi metode dilakukan untuk
menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit
yang akan dianalisis (Gandjar, 2007).
a. Spesifitas
Spesifitas merupakan kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara tepat dengan
adanya komponen – komponen lain dalam matriks sampel seperti ketidakmurnian,
produk degradasi, dan komponen matriks. Untuk mengetahui adanya koelusi dari
substansi yang lain, kemurnian peak analit juga dapat ditentukan. Pada HPLC, kemurnian
peak dapat dievaluasi dengan spectra tiga dimensi menggunakan PDA, atau bisa juga
menggunakan MS. Prektra peak analit diukur pada upslope, apex slope, dan downslope,
atau prektrum secara keseluruhan dari peak kropmatogram dapat dibandingkan. Hal ini
dapat dilakukan pada sistem HPLC yang dilengkapi dengan detector PDA. Jika nilai
kemurnian antara 0,000 – 0,8900, itu menunjukan tidak murni, jika nilai kemurnian
antara 0,9000 – 0,95000 berarti peak terkontaminasi. Untuk penentuan indentitas peak,
dapat dilakukan dengan membandingkan data spectra keseluruhan dari standard an analit,
dan nilai r atau MF (Match Factor) dihitung menggunakan software HPLC dengan PDA.
b. Presisi
Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dari serangkaian pengukuran
ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini mencerminkan keselahan acak yang terjadi dalam
sebuah metode. Penentuan presisi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu keterulangan
(repeatability), presisi antara (intermediate precision), dan ketertiruan (reproducibility).
c. Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menujukan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)
analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat tergantung dengan sebaran galat
sistematik didalam keseluruhan tahapan analisis (Gandjar, 2007). Untuk pengujian
senyawa obat, akurasi diperbolehkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan
bahan rujukan standar (Gandjar dan Rohman, 2014).
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan akurasi suatu metode analisis
yaitu:
1. membandingkan hasil analisis denga CRM (certified refrence material) dari organisasi
internasional.
2. Uji perolehan kembali atau perolehan kembali dengan memasukkan analit ke dalam
matriks blanko (spoked placebo).
3. Penambahan baku pada matriks sampel yang mengandung analit (standard addition
method) (Gandjar dan Rohman, 2014).
d. Linieritas
Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil
pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang terdapat pada sampel pada kisaran
konsentrasi tertentu. Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada
konsentrasi yang berbeda – beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan
metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),
intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2014).
Linieritas dapat dilihat melalui kurva kalibrasi yang menunjukkan hubungan antara
respon dengan konsentrasi analit pada beberapa seri larutan baku. Dari kurva kalibrasi ini
kemudian akan ditemukan regresi linearnya yang berupa persamaan y=bx+a, dimana x
adalah konsentrasi, y adalah respon, a adalah intersep y yang sebenarnya dan b adalah
slope yang sebenarnya. Tujuan dari dibuatnya regresi ini adalah untuk menentukan
estimasi terbaik untuk slope dan intersep y sehingga akan mengurangi residual error,
yaitu perbedaan nilai hasil percobaan dengan nilai yang diprediksi melalui persamaan
regresi linear (Harvey, 2000). Sebagai parameter adanya hubungan linear digunakan
koefisien korelasi r pada analisis regresi linear. Hubungan linear yang ideal dicapai jika
nilai b adalah 0 dan r adalah +1 atau -1 terganting arah garis (Harmita, 2004).
e. Limit deteksi dan limit kuantitas
Limit deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah yang masih dapat
dideteksi meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan batas kuantifikasi
didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan
dengan presisi dan akurasi pada kondisi analisis yang digunakan.
Terdapat beberapa metode dalam menentukan LOD dan LOQ untuk metode HPLC.
Metode yang sering digunakan adalah menentukan kadar sampel yang menghasilkan
rasio signal-to-noise 2:1 atau 3:1 untuk LOD dan 10:1 untuk LOQ. Cara yang lain adalah
menentukan LOD dan LOQ dengan standar deviasi dari respon dengan rumus LOD =
3.3(SD/S) dan LOQ = 10(SD/S) dimana SD adalah standar deviasi dari bank, standar
deviasi residual dari kurva kalibrasi, dan standar deviasi dari y-intersep dari kurva
kalibrasi dan S adalah slope dari kurva kalibrasi.
f. Stabilitas
Stabilitas merupakan tahap prevalidasi yang penting untuk menunjukkan stabilitas yang
cukup selama jangka waktu analisis (Yuwono dan Indrayanto, 2005). Variasi area puncak
analit harus berkisar ±1-2% bila dibandingkan dengan area puncak awal
g. Robustnes (Ketahanan)
Robustness dari suatu metode analisis dapat diartikan sebagai pengukuran kapabilitas dari
suatu metode untuk tetap tidak terpengaruhi oleh adanya variasi parameter metode yang
kecil. Ketahanan dievaluasi dengan melakukan evaluasi parameter – parameter metode
seperti presentase pelarut organik (±2 hingga 5%), pH (hingga ±0,5 unit pH), suhu (±1
hingga 5oC) dan sebagainya. Parameter dari uji kesesuaian system diantaranya RSD area
puncak dari lima kali replikasi 2000.
Contoh Kemasan

1. Kemasan primer

LORATADINE 10 mg

Tablet ODT

Manufactured by :
PT.Sukses Jaya Farma
Solo- Indonesia

LORATADINE 10 mg

Tablet ODT

Manufactured by :
PT.Sukses Jaya Farma
Solo- Indonesia

LORATADINE 10 mg

Tablet ODT

Manufactured by :
PT.Sukses Jaya Farma
Solo- Indonesia

LORATADINE 10 mg

2. Kemasan sekunder
Komposisi:
Isi : 10 strip x 10 TableT Komposisi: Isi : 10 strip x 10 Tablet Tiap tablet ODT mengandung
Tiap tablet ODT mengandung
loratadine 10 mg
loratadine 10 mg
LORATADINE 10 mg LORATADINE 10 mg Indikasi:
Indikasi:
Tablet ODT Lihat pada brosur
Tablet ODT Lihat pada brosur
Dosis:
Dosis:
Manufactured by : Manufactured by : Lihat pada brosur
Lihat pada brosur
PT.Sukses Jaya Farma PT.Sukses Jaya Farma Simpan pada suhu ruang
Simpan pada suhu ruang
Hindari terkena sinar
Solo- Indonesia Hindari terkena sinar Solo- Indonesia
Matahari langsung
Matahari langsung

3. Kemasan tersier

4. Kemasan pembanding
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hadisoewignyo, L & A.Fudholi. 2016. Sediaan Solida Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Riview Artikel,
Majalan Ilmu Kefarmasian. Vol.1 No.3:117-135 ISSN: 1693-9883, Jakarta: Departemen
Farmasi MIPA UI
Harvey, David, 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill
Lachman, L., Herbert, A.L., & Joseph, L.K. 2008. Teori dan Praktek Industri Farmasi edisi III.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Siregar, C.J.P, dan Wiraksa, S. 2010. Teknologi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Perhitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Voight, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh soewandhi, S.N. Edisi
V. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Voight, R. 1994. Buku Pengantar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan Oleh Soedani, N. edisi V.
Yogyakarta: universitas Gadjah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai