Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG APOTEK
DI
APOTEK KIMIA FARMA 271 MEDITAMA SEMARANG
Periode 02 April - 30 April 2018

Disusun oleh :
Lasmini 175020006
Kartikaningsih 175020048
Lean Syam Prayogo 175020056
Nella Fadilah 175020073

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2018
Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG APOTEK

DI

APOTEK KIMIA FARMA 271

Jln. KH. Ahmad Dahlan No.9 SEMARANG

APRIL 2018

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi

Universitas Wahid Hasyim Semarang

Disetujui oleh:

Pembimbing PKPA

Pembimbing Apotek Apoteker Pengelola Apotek

Aqnes Budiarti, M.Sc., Apt Ronal Ornando, S.Farm., Apt

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) bidang Apotek pada tanggal 2 – 30 April 2018 dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program

Studi Profesi Apoteker Universitas Wahid Hasyim Semarang dan bertujuan

memberikan bekal pengetahuan dan wawasan yang luas bagi kami sebagai calon

apoteker dalam melakukan pengelolaan manajemen dan pelayanan kefarmasian di

Apotek.

Terselesaikannya kegiatan praktek kerja profesi dan proyek ini tidak

terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun

materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini

hingga selesai, terutama kepada yang kami hormati:

1. Ibu Aqnes Budiarti, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Wahid Hasyim dan dosen pembimbing PKPA yang selalu

memberikan bimbingan, saran dan nasehat selama praktek kerja dan

penyelesaian laporan ini.

2. Bapak Yance Anas, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi

Apoteker Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
3. Bapak Ronal Ornando, S.Farm., Apt. selaku preseptor Apotek di Apotek

Kimia Farma 271 yang telah memberikan bimbingan, wawasan, saran dan

nasehat selama praktek kerja dan penyelesaian laporan ini.

4. Bapak Petrik Ariska Pratama, S.Farm., Apt. selaku Apoteker Pendamping

serta seluruh karyawan Apotek Kimia Farma 271 yang telah membantu dan

mengarahkan selama praktek kerja apotek.

5. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha program Profesi Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim yang telah membantu

kelancaran dalam perkuliahan dan penyusunan laporan ini.

6. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang,

perhatian, kesabaran, dorongan, semangat dan doa yang tidak henti-hentinya.

7. Segenap mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker angkatan XII dan

Almamater tercinta, Universitas Wahid Hasyim Semarang.

8. Rekan-rekan selama praktek kerja, Dian Wahyu Harmiyani dan Esti Lisna

Mawarni, terimakasih atas kebersamaan, kekompakan dan kerjasama selama

pelaksanaan praktek kerja profesi apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma

271.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu

memberikan dukungan dan bantuannya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam PKPA dan penulisan

laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini amat jauh dari

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
kesempurnaan. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan

dalam penyempurnaan laporan ini agar dapat bermanfaat bagi sesama.

Semarang, April 2018

Penulis

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Tujuan Praktek Kerja Apoteker di Apotek................................ 3
C. Manfaat Praktek Kerja Apoteker di Apotek.............................. 4

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG APOTEK................................. 5

A. Aspek Legalitas dan Organisasi ................................................ 5


1. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan apotek 5
2. Sumpah dan kode etik profesi apoteker ............................. 6
3. Tata cara perizinan pendirian apotek ................................. 6
4. Studi kelayakan pendirian apotek ...................................... 8
5. Struktur organisasi apotek .................................................. 8
B. Aspek Bisnis.............................................................................. 8
1. Permodalan .......................................................................... 8
2. Perhitungan Break Event Point (BEP) ................................ 9
3. Strategi Pengembangan Apotek .......................................... 9
4. Perpajakan ........................................................................... 10
C. Aspek Pengelolaan Sumber Daya ............................................. 11

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
1. Sumber Daya Manusia ....................................................... 11
2. Sarana dan Prasarana .......................................................... 11
3. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Lainnya ............................................................................... 11
D. Aspek Administrasi ................................................................... 14
1. Administrasi Umum ............................................................ 14
2. Administrasi Pelayanan ....................................................... 14
E. Aspek Asuhan Kefarmasiaan .................................................... 15
1. Konseling, Promosi dan Edukasi ....................................... 15
2. Pengobatan Sendiri (Self Medication) ............................... 15
3. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care) 15
4. Pemantauan Terapi Obat .................................................... 15
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) .......................... 15
F. Aspek Pelayanan Kefarmasiaan ................................................ 16
1. Pengkajian Resep ............................................................... 16
2. Dispensing .......................................................................... 16
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO) ....................................... 17
4. Konseling ........................................................................... 17
5. Monitoring Penggunaan Obat ............................................ 18
G. Pengelolaan Obat Wajib Apotek (OWA) .................................. 18
H. Pengelolaan Obat Keras, Narkotika dan Psikotropika .............. 19
1. Pengelolaan Obat Keras ..................................................... 19
2. Pengelolaan Obat Narkotika .............................................. 19
3. Pengelolaan Obat Psikotropika .......................................... 20
4. Pengelolaan Obat Prekursor ............................................... 20
I. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat
Tradisional, Kosmetik, Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Lainnya .................................................................... 21
1. Obat Bebas ......................................................................... 21

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
2. Obat Bebas Terbatas .......................................................... 21
3. Obat Tradisional ................................................................. 22
4. Kosmetik ............................................................................ 22
5. Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Lainnya .......... 22
J. Pengelolaan Obat Rusak, Kedaluwarsa, Pemusnahan Obat dan
Resep ......................................................................................... 23
K. Evaluasi Mutu Pelayanan .......................................................... 23
1. Mutu Manajerial ................................................................. 23
2. Mutu Pelayanan Farmasi Klinik......................................... 23

BAB III. TINJAUAN APOTEK DAN PEMBAHASAN ........................... 25


A. Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ................................ 25
1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ............................ 25
2. Arti Simbol PT. Kimia Farma Tbk .................................... 27
B. Tinjauan PT. Kimia Farma Apotek .......................................... 28
1. Visi dan Misi ...................................................................... 29
2. Bisnis Manager Semarang PT. Kimia Farma Apotek ........ 30
C. Tinjauan Apotek Kimia Farma 271 Meditama ........................ 33
1. Lokasi Apotek Kimia Farma 271 Meditama ..................... 33
2. Apotek Kimia Farma 271 Meditama................................. 36
3. Sumber Daya Kefarmasian ............................................... 37
D. Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kimia Farma 271 Meditama 44
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi .............................................. 44
2. Pelayanan Farmasi Klinik ................................................... 57

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 71


A. Kesimpulan............................................................................... 71
B. Saran ......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73

LAMPIRAN ................................................................................................ 76

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Perizinan Pendirian Apotek ........................................... 7

Gambar 2. Struktur Organisasi Apotek Secara Umum ............................... 8

Gambar 3. Logo Obat Keras ....................................................................... 19

Gambar 4. Lambang Penandaan Narkotika ................................................ 20

Gambar 5. Lambang Penandaan Psikotropika ............................................ 20

Gambar 6. Simbol PT. Kimia Farma Tbk ................................................... 27

Gambar 7. Denah Apotek Kimia Farma 271 Meditama ............................. 36

Gambar 8. Struktur organisasi Apotek Kimia Farma 271 Meditama ........ 39

Gambar 9. Alur pengadaan barang di apotek .............................................. 47

Gambar 10. Alur Pengadaan Obat Narkotika di Apotek Kimia


Farma 271 Meditama ............................................................... 48
Gambar 11. Alur Pengadaan Obat Psikotropik di Apotek Kimia
Farma 271 Meditama ............................................................... 49
Gambar 12. Alur Pengadaan Obat Prekusor di Apotek Kimia Farma 271
Meditama.................................................................................. 49
Gambar 13. Alur Pelayanan Obat Tunai/Resep Dokter di Apotek
KF 271 Meditama..................................................................... 59
Gambar 14. Alur Pelayanan Resep Kredit di Apotek Kimia Farma 271
Meditama.................................................................................. 60
Gambar 15. Alur Pelayanan Obat Bebas/HV di Apotek Kimia
Farma 271 Meditama ............................................................... 61
Gambar 16. Alur Pelayanan Obat UPDS di Apotek Kimia Farma 271
Meditama.................................................................................. 62

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bangunan Apotek ................................................................... 77

Lampiran 2. Swalayan Apotek Kimia Farma 271 Meditama ..................... 78

Lampiran 3. Tempat Pelayanan Apotek Kimia Farma 271......................... 79

Lampiran 4. Tempat Penyimpanan Obat Etikal Apotek Kimia Farma


271 ......................................................................................... 80

Lampiran 5. Klip Obat dan Klip Puyer Apotek Kimia Farma 271 ........... 82

Lampiran 6. Etiket Apotek Kimia Farma 271 ............................................. 83

Lampiran 7. Form Copy Resep Apotek Kimia Farma 271 ......................... 84

Lampiran 8. Form Kuintasi Apotek Kimia Farma 271 ............................... 85

Lampiran 9. Form Kartu Stok Apotek Kimia Farma 271 ........................... 86

Lampiran 10. Form Layanan Obat Swamedikasi Apotek Kimia Farma


271 ......................................................................................... 87
Lampiran 11. Surat Pesanan Apotek Kimia Farma 271 .............................. 88

Lampiran 12. Form Catatan Pengobatan Pasien Apotek Kimia Farma


271 ......................................................................................... 92
Lampiran 13. Resep Apotek Kimia Farma 271 .......................................... 93
Lampiran 14. Laporan Rekap Pasien Narkotika Apotek Kimia Farma

271 ....................................................................................... 94

Lampiran 15. Laporan Rekap Pasien Psikotropika Apotek Kimia Farma

271 ....................................................................................... 95

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 16. Buku Laporan Plus Minus Obat Apotek Kimia Farma 271 . 95

Lampiran 17. Buku Resep Harian Apotek Kimia Farma 271 ..................... ` 96

Lampiran 18. Buku Defekta Apotek Kimia Farma 271 .............................. 96

Lampiran 19. Buku Kitir Kimia Farma Lain Apotek Kimia Farma 271 .... 97

Lampiran 20. Catatan Telefarma Apotek Kimia Farma 271....................... 98

Lampiran 21. Kegiatan Home Care ............................................................ 99

Lampiran 22. Tugas Home Care Kimia Farma 271 .................................... 101

Lampiran 23. Tugas Leaflet ........................................................................ 103

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan

suatu masyrakat. Masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan yang memadai

dan berkualitas. Salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

masyrakat adalah Apotek. Apotek menurut PP Nomor 51 Tahun 2009, merupakan

sarana pelayanan kefarmasiaan tempat dilakukan praktek kefarmasiaan oleh

Apoteker. Pekerjaan kefarmasiaan dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,

keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan pasien

atau masyrakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar

dan persyaratan keamanan, mutu, dan manfaat (Republik Indonesia, 2009)

Penyelenggaraan standar pelayanan kefarmasian di Apotek menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.73 tahun 2016, dinyatakan bahwa pelayanan

kefarmasian pada saat ini telah mengacu pada pelayanan yang semula hanya fokus

pada pengolahan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif

(product oriented ke patient oriented) yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas kehidupan pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut diperlukan

sarana dan prasarana Apotek. Apotek wajib menyediakan obat-obatan dan

perbekalan farmasi serta seorang apoteker yang dapat memberikan informasi,

konsultasi, dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan oleh masyarakat

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat terwujud (Menteri Kesehatan RI.,

2016).

Dampak dari perubahan kegiatan pelayanan kefarmasian adalah apoteker

dituntut untuk mampu meningkatkan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk-

bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi,

monitoring penggunaan obat, dan mengetahui tujuan akhir terapi sesuai harapan

dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker sebagai pengelola Apotek tidak hanya

berbekal ilmu kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki keahlian manajemen

karena mengelola sebuah Apotek sama halnya dengan mengelola perusahaan.

Apoteker dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

perilakunya dalam hal pelayanan komprehensif tersebut. Peningkatan tersebut

dapat dilakukan dengan selalu melakukan pengembangan diri. Namun untuk calon

Apoteker merupakan hal baru yang harus dilakukan ketika akan berpraktek

nantinya sebagai Apoteker. Oleh sebab itu perlu adanya praktek kerja bagi calon

Apoteker, agar diperoleh gambaran pekerjaan kefarmasian di fasilitas pelayanan

kefarmasian.

Terdapat tiga peran penting apoteker dalam menjalankan praktik

kefarmasian di apotek antara lain yaitu sebagai seorang profesional, manajer, dan

retailer. Seorang apoteker professional dalam menjalankan perannya di apotek

dituntut dapat memahami segala permasalahan yang sering timbul dalam suatu

apotek serta mampu mengambil tindakan korektif untuk mengatasi masalah

tersebut Apoteker sebagai manajer dan retailer harus memiliki kemampuan dalam

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
bidang manajemen pengelolaan apotek sebab di dalam usaha bisnis apotek

terdapat unsur dagang (bisnis), sosial dan profesi. Apoteker pengelola apotek

harus senantiasa meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat

berinteraksi langsung dengan pasien.

Agar calon apoteker dapat memahami dan melihat secara langsung

bagaimana sebenarnya peran, tugas dan tanggung jawab dari seorang apoteker

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mengelola apotek, maka

dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma

271Meditama Semarang pada tanggal 2 sampai 30 April 2018.

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bertujuan agar mahasiswa dapat

mengaplikasikan kompetensi yang telah diperoleh selama diperkuliahan dengan

mengikuti pendidikan di dunia kerja sesuai dengan kondisi sebenarnya di dunia

kerja. Disamping itu, dilakukan PKPA ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran fungsi dan tanggung

jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Apotek.

2. Membekali calon Apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman praktik untuk melakukan pekerjaan kefarmasian

di Apotek.

3. Memberikan kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan

mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka

pengembangan praktek farmasi komunitas di Apotek.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
4. Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga

farmasi yang profesional.

5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di

Apotek

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma diantaranya,

yaitu:

1. Agar mahasiswa calon Apoteker mampu menyesuaikan diri dengan dunia kerja

yang sesungguhnya.

2. Agar mahasiswa calon Apoteker mengetahui, memahami tugas dan kewajiban

Apoteker dalam mengelola Apotek.

3. Agar calon Apoteker mendapat pengalaman praktik mengenai pekerjaan

kefarmasian di Apotek.

4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang profesional di

Apotek.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG APOTEK

A. Aspek Legalitas dan Organisasi

1. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan apotek

Pemerintah melakukan fungsinya sebagai kontrol dan pengawasan dengan

mengeluarkan berbagai undang-undang serta peraturan terkait apotek yang

berlandaskan pada:

a. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

b. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika

c. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

d. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

e. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin Kerja

Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.

149/Menkes/Per/II/1998

f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek

g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek

h. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek

i. Keputusan Menteri Kesehatan No. 73/Menkes/SIK/X/2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
j. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2010 tentang Prekursor

k. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit.

2. Sumpah dan kode etik profesi apoteker

Kode etik apoteker dibagi menjadi empat bagian yaitu (ISFI, 2009):

a. Kewajiban umum

b. Kewajiban apoteker terhadap penderita

c. Kewajiban apoteker terhadap teman sejawat

d. Kewajiban apoteker/farmasis terhadap teman sejawat petugas kesehatan

lainnya.

3. Tata cara perizinan pendirian apotek

Persyaratan pendirian apotek berdasarkan Permenkes Nomor 9 Tahun

2017 sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 2017):

a. Lokasi

Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengatur persebaran apotek di

wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan kefarmasian.

b. Bangunan

Bangunan apotek harus bersifat permanen, dapat merupakan bagian

dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah

kantor, rumah susun dan bangunan yang sejenis.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
c. Sarana, prasarana dan peralatan

Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:

penerimaan resep; pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara

terbatas); penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan; konseling;

penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan arsip. Prasarana apotek

paling sedikit terdiri atas: instalasi air bersih; instalasi listrik; sistem tata udara;

dan sistem proteksi kebakaran. Peralatan apotek meliputi semua peralatan yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan kefarmasian (Menteri Kesehatan RI, 2017).

d. Ketenagaan

1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu

oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga

administrasi.

2) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin

praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Adapun skema perizinan pendirian apotek dapat dilihat pada Gambar 1:

Gambar 1. Skema Perizinan Pendirian Apotek (Menteri Kesehatan RI., 2002)

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
4. Studi kelayakan pendirian apotek

Studi kelayakan (Feasibility Study) merupakan metode penjajakan

mengenai gagasan suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya suatu

proyek untuk dilaksanakan (Burham, U. dan Nitisemito, 2004). Tujuan studi

kelayakan dalam hal ini studi kelayakan dilakukan untuk mengetahui layak

tidaknya sebuah apotek didirikan baik dari sisi bisnis (financial benefit) dan sisi

pengabdian profesi (social benefit).

5. Struktur organisasi apotek

Secara umum, apotek mempunyai struktur organisasi seperti pada

Gambar 2 :

Gambar 2. Struktur Organisasi Apotek Secara Umum (Umar, M., 2005)

B. Aspek Bisnis

1. Permodalan

Setiap usaha pasti memerlukan modal. Modal dapat berasal dari

perseorangan atau pribadi, gabungan saham atau kerjasama dengan pihak lain,

atau pinjaman. Modal dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu modal lancar dan

modal tetap (Anief, M., 2001).

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
2. Perhitungan Break Event Point (BEP)

Break Event Point berkaitan erat dengan biaya, harga jual, tingkat

produksi atau penjualan dan laba atau rugi. Secara garis besar, biaya dapat dibagi

menjadi biaya tetap dan biaya variabel yang dirumuskan sebagai berikut (Anief,

M., 2001) :

Keterangan :
BEP :Break Event Point
FC : Fixed Cost (biaya tetap)
VC : Variable Cost (biaya variabel)
TR : Total Revenue (pendapatan total)
Biaya tetap (fixed cost) adalah jenis biaya yang selama satu periode

jumlahnya tetap dan tidak mengalami perubahan. Sebagai contoh gaji karyawan,

biaya sewa bangunan dan biaya tidak langsung lainnya, meskipun tidak semua

biaya tidak langsung merupakan biaya tetap. Biaya tidak langsung yang dimaksud

antara lain biaya operasional listrik dan biaya pemeliharaan gedung (Anief, M.,

2001).

Biaya variabel (variable cost) ialah biaya yang naik turun bersamaan

dengan volume kegiatan. Biaya langsung (direct cost) ialah biaya yang langsung

membentuk hasil produksi, seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung

(Anief, M., 2001).

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
3. Strategi Pengembangan Apotek

Cara menentukan strategi pengembangan apotek salah satunya

menggunakan metode analisa SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and

Threats). Apotek dituntut untuk mampu memanfaatkan kondisi internal maupun

eksternalnya dalam pengembangan usahanya. Melalui analisa yang strategis

terhadap lingkungan internal (kondisi karyawan, pelayanan, barang) akan dapat

diketahui kekuatan dan kelemahan apotek. Analisa terhadap lingkungan eksternal

(kondisi konsumen, pemasok, pesaing, peraturan pemerintah) juga perlu diketahui

untuk melihat ancaman dan peluang bagi apotek (Umar, M., 2005).

4. Perpajakan

Apotek merupakan sebuah badan usaha, perpajakan merupakan salah

satu masalah penting dalam menjalankan suatu usaha. Seorang Apoteker

Penanggungjawab Apotek (APA) ketika ingin memperoleh NPWP, sebelumnya

harus memperoleh izin tempat usaha terlebih dahulu setelah diperoleh ijin tempat

usaha, baru bisa memperoleh Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan NPWP.

(Hartono, 2003).

Pajak yang dikenakan untuk usaha apotek dibedakan menjadi (Dirjen

Pajak, 2012):

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak

yang bersangkutan.

b. Pajak tak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dilimpahkan ke pihak

lain.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
c. Pajak bumi dan bangunan (PBB)

d. Pajak reklame

e. Pajak inventaris

f. Pajak Penghasilan Final (PPh Final)

C. Aspek Pengelolaan Sumber Daya

1. Sumber Daya Manusia

Menurut PerMenKes Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek, pasal 11

bagian ketenagaan, bahwa Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan

oleh Apoteker, dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian

yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja

dan/atau tenaga administrasi (Menteri Kesehatan RI., 2017).

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan

Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi: ruang penerimaan

resep; ruang pelayanan resep dan peracikan; ruang penyerahan obat; ruang

konseling; ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai; ruang arsip (Menteri Kesehatan RI., 2016).

3. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai di apotek meliputi sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI., 2016):

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
a. Perencanaan

Hal-hal yang diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan

sediaan farmasi perlu dilakukan seleksi terlebih dahulu dengan melihat :

1) Pola penyakit

Apotek harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar mengenai

kebutuhan obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan pengobatan yang

dilakukan, sehingga apoteker perlu memperhatikan kondisi dan pola

penyakit yang paling sering terjadi di sekitar masyarakat.

2) Pola konsumsi

Perencanaan obat dengan mempertimbangkan pola konsumsi masyarakat

yaitu dengan melihat dari data pengeluaran atau obat- obatan yang paling

sering dikonsumsi oleh masyarakat.

3) Tingkat perekonomian masyarakat

Perencanaan obat-obatan di apotek perlu mempertimbangkan tingkat

ekonomi masyarakat di sekitar apotek, sehingga masyarakat dengan

tingkat perekonomian menengah ke bawah mampu menjangkau harga obat

yang tersedia, seperti obat generik berlogo. Masyarakat dengan tingkat

perekonomian menengah ke atas yang cenderung memilih membeli obat

paten.

4) Budaya masyarakat

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Kebiasaan masyarakat dalam melihat iklan obat, merk obat, pabrik

obat yang memproduksi sediaan yang sering digunakan masyarakat dapat

mempengaruhi masyarakat dalam memilih dan membeli obat di apotek.

b. Pengadaan

Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu

yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu, untuk

menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi

harus melalui jalur resmi (Menteri Kesehatan RI., 2016).

c. Penerimaan

Penerimaan sediaan farmasi di apotek dimulai dengan nama apotek,

alamat apotek, proses pengecekan/kesesuaian jumlah, nama, bentuk fisik,

tanggal kedaluwarsa dan nama apotek yang dituju antara barang datang dengan

surat pesanan.

d. Penyimpanan

Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan

dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis. Pengeluaran obat

memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out).

e. Pemusnahan

Pemusnahan obat untuk obat yang kedaluwarsa atau rusak dan resep yang

telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun. Pemusnahan obat dan

resep dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan saksi yang disesuaikan dengan

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
peraturan yang ada. Berita acara diperlukan sebagai bukti telah melakukan

pemusnahan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

f. Pengendalian

Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan

cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama

Obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa

persediaan.

g. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat

pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk

penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan

terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan

pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek. Pelaporan

eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan

narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya (Menteri Kesehatan RI., 2016).

D. Aspek Administrasi

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di apotek, dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di

apotek, perlu adanya kegiatan administrasi yang meliputi (Menteri Kesehatan RI.,

2016):

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
1. Administrasi Umum

Administrasi umum meliputi pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,

psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Administrasi Pelayanan

Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan catatan

pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring dan efek samping

penggunaan obat.

E. Aspek Asuhan Kefarmasiaan

1. Konseling, Promosi dan Edukasi

Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan

pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan

kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien (Menteri Kesehatan RI., 2016).

2. Pengobatan Sendiri (Self Medication)

Pengobatan sendiri bertujuan agar masyarakat mampu membuat keputusan

dalam mengobati gejala penyakit yang ringan secara aman dan efektif serta

mampu mencegah, mengantisipasi dan mengambil tindakan jika terjadi masalah

dalam pengobatan.

3. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan

Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
4. Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan terapi obat merupakan proses yang memastikan bahwa

seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan

memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis.

F. Aspek Pelayanan Kefarmasiaan

Menurut PerMenKes Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, dalam pelayanan kefarmasiaan meliputi (Menteri

Kesehatan RI., 2016) :

1. Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik

dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi:

a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan.

b. Nama dokter, nomor surat izin praktik (sip), alamat, nomor telepon dan paraf.

c. Tanggal penulisan resep.

Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian

(dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep

hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan

pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan

setelah pemberitahuan.

2. Dispensing

a. Peracikan.

Merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas

dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat

harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan

jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

b. Etiket.

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

c. Kemasan Obat yang Diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

sehingga terjaga kualitasnya.

d. Penyerahan Obat.

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan

akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling

kepada pasien.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi.

4. Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki

kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit

tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.

5. Monitoring Penggunaan Obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovasku-

lar, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

G. Pengelolaan Obat Wajib Apotek

Kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep menurut Peraturan

Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/1993, yaitu (Menteri Kesehatan RI., 1993):

1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah

usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit.

3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan

4. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Rasio khasiat keamanan

adalah perbandingan relatif dari keuntungan penggunaannya dengan

mempertimbangkan resiko bahaya penggunaannya.

H. Pengelolaan Obat Keras, Narkotika dan Psikotropika

1. Pengelolaan Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter

dan pada kemasannya terdapat tanda bulatan dengan garis lingkar dan huruf K

warna hitam dengan warna dasar merah. Contoh obat keras adalah obat analgetik,

antipiretik, antelmintik, antiparasit dan antibiotik. Logo obat keras dapat dilihat

pada Gambar 3 :

Gambar 3. Logo Obat Keras


2. Pengelolaan Obat Narkotika

Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta

dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila

disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
dan saksama. Pengelolaan obat narkotika di apotek berpedoman pada Undang-

Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang menyatakan bahwa narkotika

dapat menyebabkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila digunakan

tanpa pembatasan dan pengawasan yang seksama. Oleh karena itu pengelolaan

narkotika di apotek harus dilakukan secara khusus (Republik Indonesia, 2009).

Obat narkotika ditandai dengan simbol palang medali atau palang swastika dapat

dilihat pada Gambar 4 :

Gambar 4. Lambang Penandaan Narkotika

3. Pengelolaan Obat Psikotropika

Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika menyatakan

bahwa ruang lingkup yang diatur dalam undang-undang ini adalah segala kegiatan

yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan

sindrom ketergantungan. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan

pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan. Penyaluran psikotropika dalam

rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, Pedagang Besar

Farmasi (PBF) dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah. Sedangkan

penyerahan psikotropika kepada pasien hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah

sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter (Republik Indonesia, 1997).

Lambang penandaan psikotropika dapat dilihat pada Gambar 5 :

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Gambar 5. Lambang Penandaan Psikotropika
4. Pengelolaan Obat Prekursor

Menurut PP NO. 44 tahun 2010 prekursor adalah zat atau bahan pemula

atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan

Psikotropika. Pembelian obat-obat yang mengandung prekusor dilakukan

menggunakan SP yang dikeluarkan oleh PBF yang mempunyai obat-obat tersebut.

SP dibuat rangkap dua. SP pembelian obat-obat tersebut hanya khusus untuk obat

yang mengandung prekusor farmasi dan tidak boleh dicampur dengan obat lain

(Republik Indonesia, 2010).

I. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Tradisional,

Kosmetik, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

1. Obat Bebas

Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter dan pada

kemasannya terdapat tanda lingkaran hitam yang mengelilingi bulatan warna hijau

( ). Contoh golongan obat bebas adalah obat-obat yang mempunyai aktivitas

farmakologi sebagai vitamin/multivitamin dan mineral (Depkes RI., 2007).

2. Obat Bebas Terbatas

Menurut depkes 2007 bahwa Obat bebas terbatas adalah obat yang

sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa

resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan (Depkes RI., 2007). Tanda

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru ( )

dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM.

Berdasarkan Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas yang

ditetapkan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan

tahun 2006. Pada kemasan obat bebas terbatas selalu tercantum tanda peringatan

sebagai berikut:

a. P. No. 1 : Awas obat keras! Bacalah aturan pakainya.

b. P. No. 2 : Awas obat keras! Hanya untuk kumur, jangan ditelan.

c. P. No. 3 : Awas obat keras! Hanya untuk bagian luar dari badan.

d. P. No. 4 : Awas obat keras! Hanya untuk ditelan.

e. P. No. 5 : Awas obat keras! Tidak boleh ditelan.

f. P. No. 6 : Awas obat keras! Obat wasir, jangan ditelan.

Contoh obat bebas terbatas adalah obat yang mempunyai aktivitas

farmakologi sebagai obat batuk, obat pilek, krim antiseptik dan lain-lain.

3. Obat Tradisional

Pemilihan produsen atau distributor obat tradisional harus selektif yakni

dengan memastikan bahwa produk tersebut sudah teregistrasi oleh Badan POM

(BPOM, RI., 2005).

4. Kosmetik

Berkaitan dalam pengadaan kosmetik, harus diperhatikan bahwa produk

kosmetik yang dibeli dari produsen atau distributor terjamin keamanan, manfaat

dan mutunya. Caranya adalah memastikan bahwa produk kosmetik tersebut sudah
Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
teregistrasi oleh Badan POM dan berasal dari perusahaan yang menerapkan Cara

Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) (BPOM RI, 2011).

5. Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

Tidak semua apotek menyediakan alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan, dikarenakan perputarannya yang lambat. Perputaran disini maksudnya

alat kesehatan jarang dicari atau dibeli konsumen salah satunya dikarenakan

harganya yang mahal.

J. Pengelolaan Obat Rusak, Kedaluwarsa, Pemusnahan Obat dan Resep

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun

2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek bahwa obat kedaluwarsa

atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.

Pemusnahan obat kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau

psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota, sedangkan untuk obat selain narkotika dan psikotropika

dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang

memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Resep yang telah disimpan selama

lebih dari 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh

Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara

dibakar atau dengan cara lain yang lebih memadai, selanjutnya dilaporkan kepada

Dinas Kabupaten atau Kota (Menteri Kesehatan RI., 2014).

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
K. Evaluasi Mutu Pelayanan

Menurut PerMenKes Nomor 73 Tahun 2016 bahwa evaluasi mutu di

apotek dilakukan terhadap (Menteri Kesehatan RI., 2016):

1. Mutu Manajerial

a. Metode Evaluasi

b. Indikator Evaluasi Mutu

1) Kesesuaian proses terhadap standar

2) Efektifitas dan efisiensi

2. Mutu Pelayanan Farmasi Klinik

a. Metode Evaluasi Mutu

b. Indikator Evaluasi Mutu

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah :

1) Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari medication error

2) Lama waktu pelayanan resep antara 15-30 menit

3) Standar Prosedur Operasional (SPO): untuk menjamin mutu pelayanan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

4) Keluaran pelayanan kefarmasian secara klinik berupa kesembuhan

penyakit pasien, pengurangan atau hilangnya gejala penyakit,

pencegahan terhadap penyakit atau gejala, memperlambat perkembangan

penyakit.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
BAB III

TINJAUAN APOTEK DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia

yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini

pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan

kebijaksanaan nasionalisasi atas bekas perusahaan Belanda dimasa awal

kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan

peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara

Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tangggal 16 Agustus 1971,

bentuk badan hukum PNF diubah menjadi perseroan terbatas sehingga nama

perusahaan berubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) (Kimia Farma, 2015).

PT. Kimia Farma (Persero) pada tanggal 4 Juli 2001, kembali mengubah

statusnya menjadi perusahaan publik, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam

penulisan berikutnya disebut perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,

Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang

sekarang telah merger menjadi Bursa Efek Indonesia (Kimia Farma, 2015).

Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang

menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia.

Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan

bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
budaya perusahaan “I CARE” (Innovative, Customer first, accountable,

responsible dan eco friendly), secara konsisten tetap dijalankan sebagai dasar

perusahaan dalam berkarya membangun kesehatan bangsa. Berikut adalah budaya

perusahaan (corporates culture) Kimia Farma (Kimia Farma, 2015):

a. Innovative

Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun produk

unggulan.

b. Customer First

Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja.

c. Accountability

Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh

perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas dan kerja sama.

d. Responsibility

Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran dan

dapat diandalkan serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam

menghadapi setiap masalah.

e. Eco-Friendly

Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan yang ramah

lingkungan.

Sekarang, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk telah memiliki beberapa anak

perusahaan antara lain PT. Kimia Farma Trading & Distribution dan PT. Kimia

Farma Apotek. Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT. Kimia Farma Apotek,

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
melalui pengoperasian apotek sedangkan kegiatan distribusi dilaksanakan oleh PT

Kimia Farma Trading & Distribution (Kimia Farma, 2015).

2. Arti Simbol PT. Kimia Farma Tbk

Gambar 6. Simbol PT. Kimia Farma Tbk

.
Simbol matahari, Simbol matahari menunjukkan suatu gagasan baru,

optimisme, komitmen, sumber energi, dan semangat yang abadi. Paradigma baru

ditunjukkan melalui matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan

yang lebih baik. Optimis ditunjukkan melalui matahari yang memiliki cahaya

sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia

Farma dalam menjalankan bisnisnya. Komitmen ditunjukkan melalui matahari

yang selalu terbit dari timur dan tenggelam ke arah barat secara teratur dan terus

menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan

segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan

kesehatan. Sumber energi ditunjukkan melalui matahari yang menegaskan posisi

Kimia Farma sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. Semangat

ditunjukkan dengan warna orange dan keabadian dilambangkan dengan warna

biru. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu

semangat yang abadi.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Jenis huruf, Jenis huruf dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma

disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma,

karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada.

Sifat huruf, Sifat huruf pada simbol Kimia Farma tersebut menunjukkan

kekokohan, dinamis, dan bersahabat. Kokoh memperlihatkan Kimia Farma

sebagai perusahaan terbesar dalam bidang Farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir

dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. Dinamis

ditunjukkan dengan jenis huruf italic. Bersahabat ditunjukkan dengan jenis huruf.

B. Tinjauan PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk yang didirikan berdasarkan akta pendirian nomor 6 tanggal 4

Januari 2003 yang dibuat dihadapan notaris Ny. Imas Fatimah., SH di Jakarta dan

telah diubah dengan akta nomor 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang dibuat

dihadapan notaris Ny. Imas Fatimah., SH. Akta ini telah mendapat persetujuan

dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan

Surat Keputusan Nomor AHU-45594.AH.01.02 tahun 2009 tanggal 15 September

2009 (PT. Kimia Farma Tbk., 2012).

Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT. Kimia Farma Apotek, melalui

pengoperasian apotek. Penambahan outlet apotek menjadi salah satu strategi KFA

untuk meningkatkan penetrasi pasar, diantaranya melalui program franchise.

Sampai semester 1 tahun 2017, KFA berhasil mengembangkan apotek menjadi

990 apotek, dimana 10 diantaranya merupakan apotek franchise. Apotek Kimia

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan

pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan obat bebas atau

Over The Conter (OTC) atau swalayan, serta pusat pelayanan informasi obat.

Apotek Kimia Farma memfasilitasi jasa pelayanan kesehatan lainnya berupa

klinik kesehatan dan laboratorium klinik.

Klinik kesehatan yang semula berada di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

holding, sejak Maret 2009 dikelolah oleh PT. Kimia Farma Apotek yang

merupakan salah satu produk layanan yang terintegrasi dengan apotek,

menyediakan jasa layanan konsultasi dan pemeliharaan kesehatan. Jenis klinik

yang dikembangkan meliputi klinik pratama, utama dan khusus yang berlokasi di

Jawa dan Bali. Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan

pelayanan medik dasar seperti puskesmas. Klinik utama merupakan klinik yang

menyelenggarakan pelayanan medik dasar yang spesialistik, sedangkan klinik

khusus merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik

yang mengkhususkan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Laboratorium klinik

menyediakan jasa layanan pemeriksaan kesehatan (medical check up).

Laboratorium klinik memiliki lebih dari 30 cabang yang terdiri dari Laboratorium

klinik kelas utama, khusus dan pratama yang berada di Sumatera, Jawa, Bali,

Kalimantan dan Sulawesi (Kimia Farma, 2015).

1. Visi dan Misi

a. Visi

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan

mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat Indonesia.

b. Misi

Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan yang berkelanjutan

berbasis teknologi, informasi, komunikasi, melalui :

1) Pengembangan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi apotek,

klinik, laboratorium klinik, optik, alat kesehatan dan layanan kesehatan

lainnya.

2) Saluran distribusi utama produk sendiri dan pilihan utama saluran

distribusi produk prinsipal.

3) SDM yang memiliki kompetensi, komitmen dan integritas tinggi.

4) Pengembangan bisnis baru

5) Peningkatan pendapatan lainnya (fee-based income)

2. Bisnis Manager Semarang PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek

Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi bisnis manager

dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan.

Manajemen PT Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur

(restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam

rangka mengantisipasi perubahan yang ada.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi

dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek

Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi

pusat pelayanan kesehatan atau health center, yang didukung oleh berbagai

aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai

untuk obat-obatan tradisional Indonesia seperti herbal medicine.

Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui

penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar

di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan

setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap

apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan pelayanan yang baik,

penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa

nyaman.

Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator

yang sekarang disebut sebagai Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan.

Apotek BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu

wilayah. Apotek BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan

administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya.

Adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek

dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan

dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan

penyelesaian masalah.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Secara umum keuntungan yang didapat melalui konsep BM adalah:

a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.

b. Apotek-apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga

mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada peningkatan

penjualan.

c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan

berimbas pada efisiensi biaya administrasi.

d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang

dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range

margin atau HPP rendah.

Bisnis Manager Kimia Farma Apotek Semarang membawahi 23 Apotek

Pelayanan yang terdiri dari:

a. Apotek Kimia Farma No. 17 Jl. Tentara Pelajar 16 A Semarang

b. Apotek Kimia Farma No. 18 Jl. Pemuda 135 Semarang

c. Apotek Kimia Farma No. 19 Jl. Sultan Agung 1 A Semarang

d. Apotek Kimia Farma No. 71 Jl. Dr. Soetomo 3 Semarang

e. Apotek Kimia Farma No. 153 Jl. Jati Raya Banyumanik

f. Apotek Kimia Farma No. 178 Jl. Brigjend. Sudiarto 446 Semarang

g. Apotek Kimia Farma No. 182 Jl. Brigjend. Sudiarto 30 Salatiga

h. Apotik Kimia Farma No. 203 Jl. Diponegoro 212 Ungaran

i. Apotek Kimia Farma No. 237 Jl. Dr. Susanto 31 Pati

j. Apotek Kimia Farma No. 259 Jl. Fatmawati No 42 Semarang

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
k. Apotek Kimia Farma No. 260 Jl. Kampung Kali Semarang

l. Apotek Kimia Farma No. 271 Jl. KH Akhmad Dahlan Semarang

m. Apotek Kimia Farma No. 279 Jl. Lukmonohadi 10 Kudus

n. Apotek Kimia Farma No. 324 Jl. Raya Ngaliyan Semarang

o. Apotek Kimia Farma No. 374 Jl. Tlogosari Raya Semarang

p. Apotek Kimia Farma Jl. Puri Anjasmara Blok B2/12A Semarang

q. Apotek Kimia Farma Jl. Majapahit Semarang

r. Apotek Kimia Farma No 442 Jl. Kelud Semarang

s. Apotek Kimia Farma No. 445 Citarum Semarang

t. Apotek Kimia Farma No. 468 Jl. Gayamsari Semarang

u. Apotek Kimia Farma Abdurahman Saleh Semarang

v. Apotek Kimia Farma Purwodadi

w. Apotek Kimia Farma No. 699 Jl. Ngesrep Timur V No 69 Semarang

C. Tinjauan Apotek Kimia Farma 271 Meditama

1. Lokasi Apotek Kimia Farma 271 Meditama

Apotek Kimia Farma 271 merupakan salah satu apotek milik PT. Kimia

Farma yang berada di bawah tanggung jawab Bisnis Manager (BM) Semarang.

Apotek Kimia Farma 271 bertempat di jalan KH. Ahmad Dahlan No. 9 Semarang

satu bangunan dengan klinik Meditama yang memiliki beberapa fasilitas praktek

dokter, sehingga jumlah resep yang masuk akan meningkat karena pasien akan

langsung menebuskan resepnya setelah selesai berobat dari dokter. Apotek ini

juga terletak di sekitar rumah sakit Telogorejo, pusat perbelanjaan maupun hotel,

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
dan laboratorium klinik, sehingga apotek Kimia Farma 271 memiliki banyak

pelanggan.

Bangunan Apotek Kimia Farma 271 Meditama juga dilengkapi dengan

papan nama yang jelas sehingga lebih memudahkan dalam pencarian Apotek

Kimia Farma 271 Meditama. Kondisi ini sesuai dengan Permenkes No. 9 tahun

2017 menyebutkan bahwa apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenal dan

dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Bangunan Apotek Kimia Farma

271 Meditama sudah cukup baik untuk mendukung terlaksananya pelayanan

kefarmasian.

Desain interior dan eksterior juga perlu diperhatikan dalam pengembangan

apotek sebab hal ini dapat mempengaruhi daya tarik pelanggan untuk datang ke

apotek. Selain itu desain interior dan eksterior juga harus memberikan rasa

nyaman pada pelanggan agar pelanggan betah di apotek dan mampu membuat

pelanggan untuk berkunjung kembali ke apotek. Hal ini dapat terlihat dari adanya

ruang tunggu yang nyaman bagi pasien, penerimaan resep, penyerahan obat, ruang

racik yang disertai tempat pencucian alat serta perabotan apotek yang tertata rapi,

lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun

rapi, bebas dari debu dengan kelembaban, cahaya dan temperatur yang ditetapkan.

Ruangan yang ada di apotek dilengkapi dengan televisi, pendingin ruangan dan

penerangan yang baik sehingga memberikan kenyamanan tersendiri bagi petugas

apotek maupun pasien. Ruang racik obat dilengkapi dengan timbangan, blender,

lumpang dan alu, alat pembagi puyer, wadah kapsul, wadah salep dan krim.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Apotek memiliki pembatas kaca yang tembus pandang sehingga bagian

dalam apotek yang nyaman, bersih dan rapi dapat terlihat oleh pengunjung dari

luar. Pengaturan penyajian/pemajangan barang (store lay out) sangat penting

dalam memaksimalkan penjualan dan mempertahankan profit dengan selalu

mempertimbangkan kenyamanan pelanggan. Kelebihan store lay out adalah

memungkinkan pelanggan bergerak ke seluruh toko serta dapat melihat-lihat

bagian yang bervariasi secara bebas seperti food suplement, milk and nutrition,

obat-obat bebas, vitamin and mineral, personal care, soap and bodywash, skin

care, beauty care, first aid, traditional medicine, masker, produk konsinyasi,

perlengkapan bayi, pampers untuk anak dan dewasa, food and snack, drink and

food serta alat-alat kesehatan dan lain sebagainya. Namun, beberapa produk ini

tidak diberi label harga, sehingga petugas harus ekstra mengontrol keamanan dan

stok barang dan bagian dalam kasir terdapat penyimpanan obat ethical. Berikut

adalah denah apotek Kimia Farma 271:

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Keterangan:
1. Gondola suplemen, Susu, Gula rendah
kalori, Pampers, dan Pembalut wanita.
2. Pintu masuk
3. Toilet
4. Alat Kesehatan
5. Gondola drink& food, food&snack,
traditional medicine,dan first aid
6. Gondol, topikal, medicine,dan
vitamin&mineral
7. Gondola, personal care, soap&body
wash, beauty care, skin care
8. Ruang tunggu
9. tempat cek tensi,gds,kolesterol
10. lemari pendingin (show case)
11. Tempat parkir
a. Penyerahan obat, dan informasi obat
b. Kasir, dan penerimaan resep
c. Almari back counter
d. Rak obat anti nyeri&SSP, Perdarahan,
Pil KB dan tetes mata
e. Rak obat generik, respitory, anti alergi,
dan hormon
f. Rak buku
g. Tempat racik obat
h. Washtafel
i. Rak obat topical
j. Rak obat Antibiotik,dislipidemia,dan
hipertensi
k.Rak DM,Urologi, dan Vitamin.
l. Almari pendingin untuk sediaan obat
m. ruang konseling APT
n. rak obat sirup & drop
:
Gambar 7. Denah Apotek Kimia Farma 271 Meditama

2. Apotek Kimia Farma 271 Meditama

Apotek Kimia Farma 271 Meditama memberikan pelayanan prima yang

dilakukan oleh semua karyawan, mulai dari menyapa pasien yang datang dengan

salam pembuka (Robotic Greeting) “Selamat datang di Kimia Farma, ada yang

bisa dibantu” hingga pasien selesai membeli obat kemudian diakhiri dengan salam

penutup “Terima kasih semoga sehat selalu”. Hal ini dilakukan agar pasien

merasa puas dengan pelayanan apotek.


Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Apotek Kimia Farma 271 Meditama melayani resep dari klinik, ruma sakit

serta instansi yang bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma seperti PLN,

Indosat dan Bank Indonesia. Apotek Kimia Farma 271 Meditama memberikan

pelayanan yang maksimal dengan menyediakan obat dengan lengkap sehingga

kebutuhan pasien terhadap obat dapat terpenuhi. Selanjutnya, pasien bisa

menunggunya apabila obatnya sudah tersedia dan apabila obatnya belum tersedia

maka obatnya bisa dikirim ke rumah. Jika rumahnya luar kota, maka obat dikirim

melalui pos. Semua ini untuk memberikan kenyamanan kepada pasien.

3. Sumber Daya Kefarmasian

a. Sumber Daya Manusia

Apotek Kimia Farma 271 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola

Apotek (APA) yang mempunyai tanggung jawab penuh kepada BM Semarang

terhadap perkembangan dan kemajuan apotek baik dalam hal managerial

maupun farmasi, dengan dibantu oleh APING (Apoteker Pendamping) yang

bertanggung jawab terutama mengenai Good Pharmaceutical Practice (GPP).

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 19

disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggungjawab pengelola

apotek, salah satunya yaitu apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan

melakukan tugasnya pada jam buka apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus

menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang

telah bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau

menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Dalam

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
menjalankan tugasnya, APA juga dibantu seorang koordinator teknis, Tenaga

Teknis Kefarmasian yang bertanggung jawab untuk berkoordinasi dengan APA

mengenai semua kegiatan operasional apotek mulai dari perencanaan,

pengadaan, pembelian, penerimaan, penyimpanan dan pembuatan laporan,

tenaga administrasi dan keuangan, kasir dan pembantu umum yang bertugas

membantu Tenaga Teknis Kefarmasian dalam hal peracikan, pengiriman obat

kepada pasien, serta melakukan pengambilan obat ke apotek lainnya apabila

ada keperluan obat mendadak karena stok obat yang habis.

Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh terhadap

pelaksanaan pekerjaan kefarmasian di apotek didasarkan pada nilai ilmiah,

keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan

pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi

standar dan persyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan. Tenaga

kefarmasian di Apotek Kimia Farma 271 Meditama memenuhi kualifikasi dan

standar profesi seperti ketetapan dalam Peraturan Pemerintah No. 51 tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Salah satu bukti seperti yang tercantum pada pasal 39 bahwa setiap

tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib

memiliki surat tanda registrasi. Surat tanda registrasi yang dimaksud adalah

STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) bagi apoteker dan STRTTK (Surat

Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian) bagi Tenaga Teknis

Kefarmasian (TTK). Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) yang dimiliki

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping (Aping) serta

Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk Asisten

Apoteker (AA) di apotek ini menjadi salah satu landasan hukum legal dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian. Stuktur organisasi Apotek Kimia Farma

271 Meditama dapat dilihat pada Gambar 8:

Gambar 8. Struktur organisasi Apotek Kimia Farma 271 Meditama

Struktur organisasi ini sangat penting di dalam pengelolaan apotek

karena dapat diketahui pimpinan, penanggung jawab, dan pelaksana tugas

masing-masing, sehingga karyawan memiliki kesadaran tinggi mulai dari

pimpinan sampai bawahan yang akan berpengaruh terhadap kemajuan apotek.

Adapun tugas dan tanggungjawab dari setiap bagian adalah :

1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau Apoteker Pendamping (APING)

a) Pengembangan dan kemajuan apotek langsung kepada BM

b) Membuat program kerja berkala di Apotek.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
c) Melakukan pengawasan dan pengendalian SOP dan program dari

masing-masing fungsi kegiatan Apotek

d) Mengatur, mengelola segala bentuk kegiatan pelayanan kefarmasian baik

kegiatan operasional (kegiatan pelayanan kefarmasian dalam jumlah

besar sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku) dan

managerial.

e) Mengevaluasi laporan-laporan tentang obat narkotik dan psikotropik dan

obat generik yang akan dikirim setiap bulan.

f) Memberikan pelayanan informasi obat kepada konsumen.

g) Memberi komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien dalam

menggunakan obat.

2) Tenaga Teknis Kefarmasian

Tenaga Teknis Kefarmasian Apotek Kimia Farma 271 bertugas

melakukan pelayanan resep dan HV (Hand Verkoop), bertanggung jawab pada

lemari penyimpanan obat (dengan pembagian sebagai penanggung jawab antar

lemari, kulkas serta narkotik dan psikotropik), melakukan uji petik, dan

masing-masing ada yang bertanggung jawab dalam:

a) Pelayanan resep kredit (mulai dari membuat arsip, melakukan entry resep

kredit, dan membuat laporan resep kredit).

b) Membuat laporan produk yang tidak laku kurang laku (TLKL).

c) Merchandising dan logistic produk HV (Hand Verkoop) (mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, maupun pengaturan dan penempatan produk

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
serta promosi produk yang dijual dalam swalayan), penjualan produk

Kimia Farma, peti cash dan laporan kasir, pengaturan jadwal dinas dan

manajemen SDM (cuti, tata tertib kerja, libur).

d) Melakukan dokumentasi dan penolakan atas resep narkotik dan

psikotropik, serta membuat lapoaran bulanan atas resep narkotik dan

psikotropik.

3) Reseptir/juru racik

Seorang reseptir/ juru racik mempunyai tugas dan kewajiban antara

lain :

a) Membantu tugas-tugas asisten apoteker dalam menyiapkan obat.

b) Meracik obat.

c) Melaksanakan tugas kebersihan di lingkungan apotek.

d) Menyusun dan mengarsipkan resep.

Apotek Kimia Farma 271 Meditama telah melakukan pelayanan

kefarmasian sesuai dengan falasafah pelayanan yaitu “I CARE” yang merupakan

singkatan dari Innovative (mempunyai budaya berfikir out of the box) dan

membangun produk unggulan, menawarkan suplemen yang bekerja sama dengan

kimia farma), Customer First (mengutamakan pelanggan sebagai mitra atau rekan,

seperti berusaha memenuhi kebutuhan pasien akan obat), Accountability

(bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan),

Responsibility (mempunyai tanggung jawab pribadi), Eco-Friendly (menciptakan

dan menyiapkan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan).

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Apotek Kimia Farma 271 Meditama buka 24 Jam, termasuk hari minggu

dan hari libur. Waktu operasional untuk karyawan apotek Kimia Farma 271 terdiri

dari 3 shift, yaitu :

1) Shift pagi mulai jam 07.30-15.00 WIB

2) Shift siang mulai jam 15.00-22.00 WIB

3) Shift malam mulai jam 22.00-07.30 WIB.

Pada masing-masing pergantian shift, karyawan apotek yang bertanggung

jawab harus melakukan setoran seluruh hasil penjualan apotek yang selanjutnya

dilakukan validasi, yaitu proses pengecekan data transaksi dari hasil entry,

kemudian bukti setoran kas untuk transaksi tunai dicocokkan dengan kas yang

ada. Validasi dilakukan terhadap semua transaksi, baik tunai maupun kredit pada

setiap harinya.

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana Apotek Kimia Farma 271 Meditama memenuhi

standar persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.

73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Sarana dan

prasarana apotek dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai serta kelancaran praktek pelayanan kefarmasian.

Semua sarana dan prasarana mulai dari ruang penerimaan resep, pelayanan

resep dan peracikan, penyerahan obat, konseling, praktek dokter, penyimpanan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, serta ruang arsip

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
tertata rapi dan sistematis sehingga mempermudah alur melakukan pekerjaan

kefarmasian.

Adanya swalayan farmasi yang menyediakan produk-produk seperti

obat bebas (OTC), obat tradisional, alat-alat kesehatan, kosmetika,

multivitamin, makanan dan minuman menjadi nilai tersendiri yang

membedakan dengan apotek lainnya. Konsep merchandising yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, maupun pengaturan dan penempatan produk serta

promosi produk sekaligus evaluasi produk yang dijual di apotek merupakan

salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keunggulan bersaing dari

retailer.

Pelaksanaan merchandising secara efektif dan efisien mampu menjadi

daya tarik bagi pelanggan. Sarana dan prasarana penunjang lain seperti tempat

pencucian dan kamar mandi (WC) tersedia dengan kebersihan yang memadai.

Ventilasi, sanitasi, sumber air, dan penerangan memenuhi persyaratan yang

diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 278 tahun 1981 pasal 4 dan 5.

Apotek dilengkapi oleh buku-buku kesehatan (MIMS, ISO, Jurnal Ilmiah,

Farmakope Indonesia edisi terbaru), komputer, AC (Air Conditioner), telepon,

dan jaringan internet untuk meningkatkan mutu pelayanan pekerjaan

kefarmasian serta pengetahuan tenaga kefarmasian seiring perkembangan

dunia kesehatan khususnya bidang obat-obatan.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
D. Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kimia Farma 271 Meditama

Penulis mengelompokkan hasil kegiatan PKPA tentang pelayanan

kefarmasian di Apotek Kimia Farma 271 Meditama berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016 meliputi pengelolaan sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik sebagai

berikut:

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi

a. Perencanaan

Sistem perencanaan pengadaan barang yang digunakan untuk Apotek

Kimia Farma 271 Meditama berdasarkan :

1) Sistem Super Pareto

Sistem super pareto merupakan perencanaan obat yang mempunyai

nilai diatas nilai obat pareto atau dengan mengombinasikan perhitungan

berdasarkan peringkat jumlah barang dan kuantitas barang serta frekuensi

barang.

2) Sistem Pareto

Sistem pareto merupakan suatu sistem pengadaan barang yang

dilakukan dengan cara menjumlah kebutuhan barang selama beberapa

bulan. Keuntungan menggunakan analisis pareto adalah perputaran barang

lebih cepat sehingga modal dan keuntungan tidak terlalu lama berwujud

barang namun dapat segera berwujud uang sehingga mengurangi resiko

penumpukan barang serta obat kedaluwarsa, mencegah terjadinya

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
kekosongan barang yang bersifat fast moving dan meminimalisir penolakan

resep.

Analisis pareto harus selalu dibandingkan antara kondisi fisik obat

yang ada dengan buku defecta yang dibuat setiap harinya. Hal ini

disebabkan karena terkadang kurang sesuai dengan keadaan yang

sesungguhnya pada saat akan merencanakan pembelian barang. Hal ini juga

disebabkan permintaan pasar yang selalu berubah, baik dari jenis obat

maupun jumlah obat dari pareto yang telah dibuat sebagai pembanding atau

acuan.

3) Sistem Epidemiologi

Sistem ini merupakan sistem perencanaan obat berdasarkan pola

penyakit yang sedang terjadi disuatu wilayah dimana apotek tersebut di

didirikan.

4) Sistem Konsumsi

Sistem konsumsi merupakan sistem perencanaan obat berdasarkan

tingkat kebutuhan atau konsumsi tahun-tahun sebelumnya.

Sistem perencanaan persediaan farmasi poin 1 dan 2 diatas sering

dilakukan oleh gudang Apotek Kimia Farma Bisnis Manager Semarang

yang mengatur pengadaan barang melalui satu pintu untuk seluruh apotek

pelayanan di wilayah Semarang.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
b. Pengadaan

Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun dan

disetujui ole BM. Pengadaan dilakukan melalui pemesanan pada Pedagang

Besar Farmasi (PBF) yang menjalin Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan apotek

Kimia Farma. Kriteria pemilihan PBF adalah legalitas, kecepatan pengiriman

barang, jangka waktu pembayaran, harga yang ditawarkan, dan diskon yang

diberikan. Tata cara pengadaan di Apotek Kimia Farma 271 Meditama adalah

dengan membuat SP BPBA (Barang Permintaan Bon Apotek) yang terbagi

sebagai berikut:

1) SP BPBA rutin (besar)

Permintaan barang yang direncanakan untuk memenuhi persediaan

barang dan dilakukan dengan sistem min-max setiap dua minggu sekali.

Sistem min-max merupakan sistem yang diterapkan dengan melihat data

histori penjualan selama 3 bulan terakhir. Dengan sistem ini BM dapat

menentukan nilai maksimal dan minimal yang dijadikan acuan dalam

penentuan jumlah pesanan sediaan farmasi. Pengadaan dengan sistem min-

max ini dilakukan secara rutin oleh BM yang mengirim barang setiap

minggu ke apotek. Keuntungan dari sistem min-max adala tercapainya

efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya

2) SP BPBA cito

SP BPBA cito merupakan BPBA yang bersifat mendesak untuk

kebutuhan pasien dan dapat dilakukan setiap hari tetapi hanya sekali dalam

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
sehari dengan maksimal 5 items barang. Bila SP BPBA ini tidak terlayani di

PBF sehingga dapat dilakukan permintaan kepada APP (Apotek

Penyelenggara Pelayanan) lain. Proses ini selanjutnya disebut sebagai kitir

barang. Kitir atau dropping antar Apotek Kimia Farma dilakukan untuk

menghindari penolakan obat atau resep dan untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan terhadap pelayanan, maka Apotek Kimia Farma 271 mencatat

permintaan obat di buku kitir apotek kimia farma lainnya yang memiliki

stok barang tersebut, kemudian apotek kimia farma tersebut mengirim

barang dan bukti droppingan ke Kimia Farma 271. Alur pengadaan barang

di apotek bisa dilihat pada Gambar 9.


Apotek Kimia Farma 271
Meditama

SP BPBA
Barang SP asli
BM dan faktur dengan
tandatangan
apoteker

Distributor

Gambar 9. Alur pengadaan barang di apotek

Pemesanan obat narkotika, psikotropika dan prekursor harus disertai

dengan SP yang harus ditanda tangani oleh APA disertai nomor SIK APA dan

stempel apotek. Pemesanan narkotik hanya dilakukan kepada satu PBF, yaitu PT.

Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD). Surat pemesanan narkotika ditulis

dan ditanda tangani oleh apoteker pengelola apotek dengan formulir pemesanan

yang ada di KFTD. SP narkotika terdiri dari empat rangkap yang nantinya di

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
serahkan untuk BPOM Semarang, Dinkes kota Semarang, PBF Kimia Farma dan

arsip apotek. Setiap satu Surat Pemesanan narkotika hanya berisi satu item obat

narkotik saja. Surat pesanan tersebut akan dikirim langsung oleh karyawan apotek

ke PBF Kimia Farma tanpa melalui gudang BM. PBF Kimia Farma langsung

mengirimkan barang ke apotek dengan faktur rangkap tiga, yang satu buat arsip

apotek dan yang dua dibawa oleh PBF Kimia Farma lagi. Selanjutnya, pelaporan

ke dinas kesehatan Kota dan Provinsi setiap satu bulan sekali secara online

melalui SIPNAP (Aplikasi Pelaporan Narkotika dan Psikotropik) dengan

mengirim file saja. Copy SP untuk Badan POM dikirim melalui surat. Alur

pengadaan obat narkotika di Apotek Kimia Farma 271 Meditama terdapat pada

Gambar 10:
Apotek Kimia Farma 271 Meditama

- Membuat surat pemesanan Narkotika


PBF Kimia
- Surat ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola
Farma langsung
Apotik
kirim ke Apotek
- Surat pesanan hanya untuk satu sedian dan satu
& Faktur rangkap
item obat narkotika
3
- Dikirim langsung oleh karyawan ke PBF Kimia
Farma tanpa melalui gudang BM

PBF Kimia Farma

Gambar 10. Alur Pengadaan Obat Narkotika di Apotek Kimia Farma 271 Meditama

Pemesanan obat psikotropik dengan membuat SP khusus psikotropik

terdiri dari empat rangkap yang tiga akan di serahkan ke PBF dan satu sebagai

arsip apotek. Pelaporan ke dinas kesehatan provinsi dan kota setiap satu bulan

sekali secara online melalui SIPNAP (Aplikasi Pelaporan Narkotika dan

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Psikotropik) dengan mengirim file saja. Alur pengadaan obat psikotropik di

Apotek Kimia Farma 271 Meditama bisa dilihat pada Gambar 11:
Apotek Kimia Farma 271 Meditama

- Membuat surat pemesanan Psikotropik


BM langsung - Surat ditanda tangain oleh apoteker pengelola
kirim ke Apotek Apotek
& Faktur - Dikirim langsung oleh karyawan ke PBF melaui
rangkap 3 sales PBF
.
PBF
Gambar 11. Alur Pengadaan Obat Psikotropik di Apotek Kimia Farma 271
Meditama

Pemesanan obat prekusor dilakukan dengan membuat SP khusus prekusor

yang terdiri dari empat rangkap yang tiga akan di serahkan ke BM dan satu

sebagai arsip apotek. Pada obat prekusor ini tidak ada pelaporan ke Badan POM.

Alur pengadaan obat prekusor di Apotek Kimia Farma 271 Meditama bisa dilihat

pada Gambar 12:


Apotek Kimia Farma 271 Meditama

BM langsung kirim - Membuat surat pemesanan Prekusor


ke Apotek & Faktur - Surat ditanda tangain oleh Apoteker Pengelola
rangkap 3 Apotik
- Dikirim langsung oleh karyawan ke gudang BM

PBF

Gambar 12. Alur Pengadaan Obat Prekusor di Apotek Kimia Farma 271 Meditama

c. Penerimaan

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima perbekalan farmasi

yang diserahkan oleh unit-unit pengelola yang lebih tinggi (PBF) kepada unit

pengelola di bawahnya (apotek). Perbekalan farmasi yang dikirim dari PBF ke

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Apotek Kimia Farma 271 akan disertai bukti fraktur. Karyawan apotek akan

melakukan pengecekkan terhadap barang yang datang disesuaikan dengan

BPBA dan diperiksa nama sediaan, bentuk sediaan, jumlah, dosis, expire date

(ED) dan kondisi sediaan. Setelah pengecekkan selesai, faktur ditandatangani

dan diberi stempel apotek oleh karyawan yang menerima. Faktur yang diminta

dari distributor sebanyak dua lembar, lembar pertama untuk arsip apotek dan

lembar kedua diserahkan ke bagian gudang untuk di-entry ke komputer.

Apabila barang tidak sesuai dengan faktur, maka pihak apotek akan melakukan

konfirmasi ketidaksesuaian barang paling lambat 1 hari setelah barang datang,

dan selanjutnya PBF akan melakukan feedback paling lambat 1 hari setelah

dilakukan konfimasi. Penerimaan narkotika, psikotropik dan obat prekusor

yang menerima harus Apoteker Pengelola Apotek.

d. Penyimpanan

Perbekalan farmasi yang telah diterima ditata rapi sesuai tempat yang

disediakan berdasarkan pembagian kelas terapi, alfabetis, bentuk sediaan,

generik, paten dan suhu penyimpanan maupun produk dari Kimia Farma itu

sendiri. Sistem penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 271 Meditama

menggunakan campuran sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO

(First In First Out). Sistem FEFO maupun FIFO bertujuan agar obat yang

sudah mendekati tanggal kedaluwarsanya maupun barang yang datang pertama

kali akan terjual terlebih dahulu sehingga menghindari adanya obat

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
kedaluwarsa di apotek. Penyimpanan obat yang baik dan benar akan menjamin

kestabilan obat sehingga mutu obat dapat terjaga hingga ke tangan pasien.

Obat-obat yang memperlukan tempat penyimpanan khusus seperti

supositoria dan pen insulin disimpan di almari pendingin (cooler) yang

dilengkapi dengan termometer pengontrol suhu. Penyimpanan sediaan narkotik

di Apotek Kimia Farma 271 Meditama telah sesuai dengan UU No. 35 Tahun

2009 tentang Narkotika yaitu sebagai berikut : penyimpanan sediaan narkotik

di Apotek Kimia Farma 271 Meditama di simpan di dalam almari yang

memiliki ukuran 40x80x100 cm yang diletakkan di dinding atau menjadi satu

dengan almari yang besar, almari tersebut mempunyai dua kunci. Obat

psikotropik di simpan berdasarkan peraturan yang berlaku dan terpisah dengan

sediaan obat lain. Obat bebas atau OTC (Over The Counter), obat herbal,

produk makanan dan minuman, suplemen makanan, kosmetika, alat kesehatan

maupun perbekalan kesehatan lainnya tertata rapi di rak-rak swalayan farmasi.

Perbekalan farmasi yang tidak dapat ditata di rak akan di simpan dalam

rak gudang di apotek. Setiap jenis obat memiliki kartu stock untuk mencatat

obat yang masuk dan keluar sehingga akan mempermudah dalam pengendalian

jumlah obat di apotek.

e. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan melalui pengaturan sistem pesanan atau

pengadaaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,

kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan

dilakukan menggunakan kartu stock, baik secara manual atau elektronik. Hal

ini juga dilakukan oleh apotek Kimia Farma 271 Meditama dalam

mengendalikan barang atau persediaan farmasi lainnya dengan melihat kartu

stock manual dan stock barang yang berada di komputer. Selain itu, Apotek

Kimia Farma 271 juga menggunakan buku sampling untuk melakukan

pengendalian yang dilakukan setiap bulannya agar tidak terjadi selisih dengan

jumlah barang dengan jumlah yang ada data komputer.

f. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,

faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan

pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan stock merupakan

inti dari sistem manajemen persediaan yang menjadi petunjuk berapa jumlah

obat yang akan dipesan. Pencatatan ini dilakukan terhadap barang yang masuk

dari pembelian dan barang yang keluar dari hasil penjualan termasuk

pencatatan terhadap obat kitir yaitu obat yang disalurkan ke Apotek Kimia

Farma lain sehingga kejelasan obat dapat terpantau. Pencatatan dilakukan pada

kartu stock manual. Setiap barang masuk dan keluar dicatat pada kartu stock

sehingga akan diketahui sisa stock dari barang tersebut. Pencatatan ini berguna

untuk mempermudah pengawasan terhadap persediaan barang dan kebutuhan


Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
masing-masing obat. Sistem komputrisasi Apotek Kimia Farma 271 Meditama

mempermudah pengawasan persediaan barang, karena setiap ada penambahan

dan pengeluaran obat secara otomatis akan menambah atau mengurangi jumlah

stock obat pada komputer.

Barang tidak laku dan kurang laku (TLKL) juga dilakukan pencatatan

tersendiri. Umumnya, barang yang termasuk barang TLKL akan semakin

mendekati masa kedaluwarsanya sehingga apabila barang tidak dapat terjual

dapat menjadi kerugian bagi apotek. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pencatatan barang TLKL yang nantinya akan menjadi prioritas penawaran pada

saat pelayanan.

Stock opname adalah proses pengecekan antara stock obat yang ada di

apotek dan untuk mengetahui berapa nilai besar modal barang di dalam apotek.

Apotek Kimia Farma 271 Meditama melakukan stock opname setiap tiga bulan

sekali pada akhir bulan dan dilakukan sampling pada setiap bulan. Stock

opname dilakukan bertujuan untuk menyesuaikan antara jumlah stok fisik

dengan jumlah stok yang ada dalam komputer sehingga dapat dievaluasi

apakah terjadi kekurangan barang atau tidak, mengetahui obat-obat yang fast

moving dan slow moving serta yang tidak terjual, mengetahui laba rugi apotek,

dan untuk memeriksa obat-obat yang mendekati tanggal kedaluwarsa. Tahap

pertama yang dilakukan adalah kebersihan dan kerapian stock opname fisik

dengan cara menghitung sisa fisik barang yang ada pada saat berakhirnya

periode stock opname. Stock opname fisik dilakukan terhadap semua barang

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
dagangan dan dilakukan pemisahan terhadap barang yang rusak atau lewat

tanggal kedaluwarsa, serta dilakukan penandaan pada kotak obat apabila

tanggal kedaluwarsa tahun berjalan (merah), tahun depan (kuning), dan lebih

dari 2 tahun (hijau). Pencatatan nilai stock dengan cara menulis jumlah stock

pada kartu stock dan berikutnya data diisikan pada blanko stock opname

(sesuai class). Setelah stock opname fisik barang, dilakukan pengentrian hasil

stock opname dan penghitungan nilai stock. Hasil dari stock opname diperiksa

oleh APA. Jika hasil stock opname sesuai maka dapat disetujui jika tidak sesuai

maka diperiksa kembali dimana letak ketidaksamaannya. Hasil dari stock

opname yang telah disetujui akan dikirim ke Bisnis Manager (BM).

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan

internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan managemen

Apotek Kimia Farma 271 Meditama, meliputi keuangan, barang dan laporan

lainnya. Salah satu contoh laporan keuangan di Apotek Kimia Farma 271

Meditama adalah laporan keuangan berupa setoran kas apotek yang berisi

jumlah penerimaan uang yang berasal dari penjualan obat dengan resep dokter

dan tanpa resep dokter, penjualan alat kesehatan dan dari bagian swalayan.

Jumlah uang yang diterima disetorkan ke bagian administrasi keuangan untuk

dimasukan ke bank yang ditunjuk, disertai dengan buku setoran kasir apotek.

Penyetoran uang dilakukan setiap hari pada pagi hari yang merupakan

gabungan hasil penjualan shift pagi dan shift siang hari sebelumnya.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi

kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi

narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.

Dokumentasi resep dokter di Apotek Kimia Farma 271 akan disimpan

di lemari penyimpanan resep. Pengarsipan resep di Apotek Kimia Farma 18

telah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 yaitu:

1) Resep asli dikumpulkan sesuai dengan tanggal yang sama dan nomer

resepsecara unit dan tertata rapi.

2) Resep dibendel sesuai tanggal, bulan dan tahun

3) Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan

disimpan di lemari penyimpanan resep.

4) Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur

sehingga memudahkan dalam pencarian resep.

5) Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran dikembalikan

padabendel semula tanpa mengubah urutan resep.

6) Resep yang telah disimpan selama tiga tahun atau lebih akan

dimusnahkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan pada SK

No.1027/MENKES/SK/IX/2004.

Setiap pasien yang menebus resep di Apotek Kimia Farma 271 juga

dicatat identitasnya yaitu meliputi nama pasien, alamat pasien, no telp

pasien, obat yang dibeli dan jumlah obat dengan sistem komputerisasi

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
apotek sebagai dokumentasi apotek sehingga bisa ditelusuri riwayat

pengobatan pasien. Data tersebut sekaligus menjadi medical record pasien

yang terkomputerisasi serta bisa digunakan untuk kepentingan tertentu bagi

APA seperti konseling, home care, penelitian dan lain-lain.

Penggunaan resep yang mengandung narkotik dan psikotropik harus

dipisahkan. Tujuannya unutk memudahkan pada saat pelaporan. Pelaporan

narkotika dilakukan setiap 1 bulan sekali melalui SIPNAP. Laporan ini

ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten/Dati II

dengan tembusan kepada:

1) Kepala Dinas kesehatan provinsi Jawa Tengah

2) Arsip Apotek.

Pelaporan psikotropik dibuat setiap 1 bulan sekali. Laporan ini

dibuat rangkap tiga dengan tembusan kepada:

1) Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang

2) Kepala Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah

3) Arsip Apotek

Selain itu Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma 271

Meditama juga dibuat setiap bulan melalui SIPNAP dengan tembusan ke

BPOM.

2. Pelayanan Farmasi Klinik

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan

kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien, berkaitan

dengan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pelayanan farmasi klinik di Apotek Kimia Farma 271 Meditama adalah sebagai

berikut:

a. Pengkajian Resep

Setiap resep yang datang selalu dilakukan pengkajian oleh apoteker

maupun asisten apoteker, seperti yang telah di persyaratkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek. Setiap petugas yang menerima resep dari dokter umum, dokter

spesialis dan dokter gigi yang pertama kali dilakukan adalah skrining resep,

meliputi adminitrasi resep (kelengkapan Nama, SIP dan alamat dokter, Tanggal

penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter, identitas pasien, cara

pemakaian yang jelas/ signa), kesesuaian farmasetis (bentuk sediaan, dosis,

stabilitas, inkompatibilitas, pemberian dan lama pemberian) dan pertimbangan

efek klinis (alergi, efek samping, interaksi, frekuensi dan jumlah obat). Hal ini

bertujuan untuk memastikan kerasionalan penggunaan obat dalam resep

sehingga mencegah terjadinya masalah-masalah yang ditimbulkannya seperti

polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, dan lainnya serta menjamin

legalitas dari resep tersebut. Apoteker dan asisten apoteker menghubungi

dokter penulis resep apabila ada ketidakjelasan dalam penulisan resep seperti

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
dosis, aturan pemakaian, usia pasien dan nama obat serta bentuk sediaannya.

Apoteker juga berdiskusi dengan dokter mengenai solusi-solusi tertentu dalam

penggunaan obat apabila ada penggunaan obat yang tidak rasional.

Pengambilan keputusan oleh apoteker dalam kebijakan ini selalu didasarkan

atas izin dokter penulis resep dan pasien yang bersangkutan.

b. Dispensing

Kegiatan dispensing di Apotek Kimia Farma 271 Meditama memenuhi

persyaratan yang tercantum dalam Peratuan Menteri Kesehatan RI No. 73

tahun 2016. Dispensing yang dilakukan tidak hanya terbatas untuk obat resep

tetapi apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian juga melayani obat non

resep atau pelayanan swamedikasi (Upaya Pengobatan Diri Sendiri/UPDS).

Apoteker maupun asisten apoteker memberikan edukasi kepada pasien yang

memperlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat

bebas atau bebas terbatas yang sesuai. Berikut adalah pelayanan obat maupun

perbekalan farmasi lainnya yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 271

Meditama:

1) Pelayanan Obat Tunai dengan Resep Dokter

Pelayanan atau penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap

pasien yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat dengan

menggunakan resep dokter. Alur pelayanan obat/resep tunai di Apotek Kimia

Farma 271 Meditama dapat dilihat pada Gambar 13:

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Pasien datang Petugas apotek
memberikan
Apoteker / Asisten Apoteker greeting kepada
pasien: “Selamat
datang di Kimia
Skrening adminitrasi, farmasetis dan farmasi klinik Farma”

Pengecekan stock obat

Perhitungan harga obat

Pembayaran harga obat

Racik Penyiapan obat Obat


jadi
Pemeriksaan obat pasien sebelum diserahkan meliputi adminitrasi farmasi klinik

Penyerahan obat dan konseling kepada pasien

Karyawan memberi ucapan “Terimakasih, semoga sehat selalu”


Gambar 13. Alur Pelayanan Obat Tunai/Resep Dokter di Apotek KF 271 Meditama

2) Pelayanan Obat Kredit dengan Resep Dokter

Alur pelayanan yang dilakukan hampir sama dengan pelayanan obat

dengan resep tunai dan penyerahan uang tunai dari pasien kepada apotek Kimia

Farma. Oleh karena itu pencatatan terhadap pelayanan obat dengan resep

dokter secara kredit ini dipisahkan dengan pelayanan obat dengan resep dokter

secara tunai. Struk resep kredit dan surat penagihan diserahkan ke BM yang

selanjutnya akan dilakukan penagihan kepada perusahaan atau instansi yang


Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
bersangkutan. Pelayanan resep kredit ini hanya diberikan kepada pasien yang

merupakan karyawan atau anggota instansi yang membuat kesepakatan kerja

sama dengan apotek Kimia Farma. Alur pelayanan resep kredit di Apotek KF

271 Meditama ditunjukkan pada Gambar 14.


Pasien datang dengan resep

Apoteker/Asisten Apoteker

1. Mengucapkan “ Selamat datang di Kimia Farma, ada yang bisa di bantu?”


2. Skrining resep, administrasi resep farmasetis, klinik
3. Bila sesuai ketentuan, entry data pasien, nama jumlah obat
4. Bila tidak ada persediaan, maka TA dan pasien diberi surat pengambilan obat
5. Bila ada persediaan maka pasien dimohon menunggu (ucapkan “mohon
bapak/ibu menunggu, obat akan kami siapkan)

Penyiapan obat

Pemeriksaan obat sebelum ke pasien meliputi skrining adminitrasi dan farmasi klinik

Penyerahan obat dan KIE serta tanda terima obat (tanda tangan, nama terang, dan No . telpon)

Karyawan mengucapkan “Terimakasih, semoga sehat selalu”

Gambar 14. Alur Pelayanan Resep Kredit di Apotek Kimia Farma 271 Meditama

3) Pelayanan Obat Bebas/HV (Hand Verkoop)

Pelayanan obat bebas yaitu pasien datang dan dilayani langsung oleh

petugas pelayanan serta konsultasi pemilihan obat dilayani dengan baik oleh

TTK maupun apoteker. Pelayanan obat bebas disertai dengan informasi tentang

obat yang akan dibeli oleh pasien. Alur pelayanan obat bebas/HV di Apotek

Kimia Farma 271 Meditama dapat dilihat pada Gambar 15:

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Pasien datang ke apotek Kimia Farma untuk membeli obat bebas/HV

Karyawan apotek “ selamat datang di Kimia Farma, ada yang bisa dibantu?”

Pasien mengutarakan kebutuhan obat yang diinginkan

Petugas membantu meracikan obat sesuai permintaan pasien

Petugas menginformasikan kepada pasien mengenai harga atau solusi alternatif lain apabila
obat yang dibutuhkan tidak tersedia. Apabila pasien setuju, maka bisa dilakukan penyiapan
obat

Obat diserahkan kepada pasien disertai dengan konseling dan PIO serta mengucapkan
“terimakasih, semoga sehat selalu”

Gambar 15. Alur Pelayanan Obat Bebas/HV di Apotek Kimia Farma 271
Meditama

4) Pelayanan Obat UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) atau Swamedikasi

Pelayanan obat UPDS dilakukan atas permintaan langsung dari pasien.

Biasanya, obat terdiri dari obat-obat wajib apotek (OWA) yang dapat diberikan

tanpa resep dokter dengan mengajukan pertanyaan three prime question.

Apoteker atau TTK terlebih dahulu bertanya kepada pasien mengenai keluhan

yang dirasakan, kemudian memberikan beberapa pilihan obat yang biasa

digunakan. Setelah pasien setuju dan menyelesaikan pembayarannya kemudian

obat disiapkan dan disertai dengan PIO serta konseling oleh apoteker. Alur

pelayanan obat UPDS di Apotek Kimia Farma 271 Meditama dapat dilihat

pada Gambar 16:

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Pasien datang ke apotek Kimia Farma untuk membeli obat Obat
Wajib Apotek (OWA)

Karyawan apotek “ selamat datang di Kimia Farma, ada yang bisa


dibantu?”

Pasien mengutarakan kebutuhan obat yang diinginkan

Petugas membantu meracikan obat sesuai permintaan pasien di OWA

Petugas menginformasikan kepada pasien mengenai harga atau solusi alternative


lain apabila obat yang dibutuhkan tidak tersedia. Apabila pasien setuju, maka bisa
dilakukan penyiapan obat

Obat diserahkan kepada pasien disertai dengan konseling dan PIO


serta mengucapkan “terimakasih, semoga sehat selalu”

Gambar 16. Alur Pelayanan Obat UPDS di Apotek Kimia Farma 271 Meditama

Apoteker/TTK wajib memberikan informasi secara lengkap tentang jenis

obat, jumlah obat, cara dan waktu pemakaian obat yang tepat, cara penyimpanan

obat, serta efek samping yang mungkin terjadi. Swamedikasi dapat dilakukan

apabila pasien memerlukan obat untuk penyakit ringan sehingga dengan adanya

informasi yang lengkap dapat menjadi acuan pasien untuk melakukan

swamedikasi di rumah dengan menggunakan obat yang telah dibeli di apotek.

Swamedikasi terhadap pasien yang membeli antibiotik tanpa resep dokter harus

memenuhi beberapa kriteria, diantaranya pasien dengan kondisi penyakit ringan

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
seperti mengalami demam lebih dari 3 hari, jatuh, akibat gigitan binatang dan

sakit gigi dengan gigi berlubang serta diberikan informasi tentang aturan pakai

antibiotik (harus dihabiskan). Hal ini dilakukan untuk membatasi terapi antibiotik

tanpa resep dokter guna mencegah terjadinya keresistenan. Apoteker/TTK

mengisi form swamedikasi yang berisi tentang biodata pasien dan riwayat obat

yang telah diminum dan rekomendasi obat untuk pasien guna menelusuri dan

memonitoring pengobatan pasien.

5) Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika

Pelayanan resep narkotika dan psikotropika yang dilakukan di Apotek

Kimia Farma 271 Meditama hanya untuk resep narkotika dan psikotropika dari

resep asli atau untuk salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma

sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek

tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep

yang ditulis oleh apotek lain. Pelayanan obat-obat narkotika berlaku untuk

resep dari wilayah setempat atau resep dokter setempat. Resep yang

mengandung narkotika harus mencantumkan tanggal, nama obat, yang digaris

bawah merah, jumlah obat, nama dan alamat praktek dokter serta pasien.

Semua resep yang mengandung narkotika dan psikotropika diperiksa

pemeriksaan resep dengan teliti sesuai yang dipersyaratkan dalam petunjuk

teknik Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Resep-resep untuk obat narkotika dan psikotropika dikumpulkan

terpisah. Obat-obat narkotika dan psikotropika yang telah dikeluarkan setiap

harinya dicatat dalam laporan harian narkotika dan psikotropika, untuk

kemudian dilaporkan dalam laporan penggunaan narkotika dan psikotropika

setiap bulan.

6) Pelayanan Swalayan Farmasi

Pelayanan swalayan farmasi meliputi penjualan obat dan perbekalan

farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dokter, seperti obat OTC (over

the counter) baik obat bebas maupun bebas terbatas. Barang-barang yang dijual

seperti suplemen, vitamin, susu, perawatan kulit, perawatan rambut, kosmetik,

herbal health care dan alat-alat kesehatan. Pelayanan swalayan farmasi dapat

dilayani langsung oleh petugas pelayanan, baik oleh AA, maupun apoteker

secara langsung dalam konsultasi pemilihan produk.

Obat dan perbekalan farmasi lainnya di swalayan Apotek Kimia Farma

271 Meditama tersusun rapi di gondola swalayan yang terjaga kebersihannya

sesuai dengan standar display produk dan bentuk kerjasama dengan supplier

(konsinyasi, listing fee, sewa gondola, sewa duratrans). Suatu kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, maupun pengaturan dan penempatan produk serta

promosi produk sekaligus evaluasi produk yang dijual di dalam store dikenal

dengan istilah merchandising. Merchandising ini akan menjadi salah satu

faktor yang berperan dalam menentukan keunggulan bersaing dari retailer.

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak

dievaluasi dengan kritis dan disertai bukti terbaik dalam segala aspek

penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.

Informasi mengenai obat meliputi obat resep, obat bebas dan herbal. Pelayanan

informasi obat dapat dilakukan melalui media seperti poster, leaflet atau

brosur. Pelayanan informasi obat sangat diperlukan untuk menunjang

keberhasilan terapi, terutama bagi pasien dengan penyakit kronik dan

degeneratif memerlukan terapi seumur hidup selain perubahan pola hidup.

Terapi seumur hidup dengan menggunakan obat akan meningkatkan resiko

adanya efek samping obat dan interaksi dengan obat penyakit lain atau obat

bebas yang mungkin digunakan. Peran apoteker untuk memberi konsultasi

informasi obat dan edukasi kepada pasien sangat penting.

Informasi mengenai obat dilakukan pada saat penyerahan obat kepada

pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker dan minimal oleh asisten

apoteker. Tahapan dalam pelayanan informasi obat untuk pasien dengan resep

dokter antara lain apoteker menganalisis resep dan menyiapkan obat,

memanggil pasien, menanyakan informasi yang diberikan dokter. Apoteker

memberikan informasi yang diperlukan pasien mengenai obat dan meminta

pasien untuk mengulangi kembali.

Menanyakan informasi yang diberikan oleh dokter mengenai penyakit

yang diderita pasien merupakan hal yang penting dalam pemberian informasi

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
obat agar terjadi kesesuaian antara diagnosa dokter dengan informasi yang

akan disampaikan oleh apoteker mengenai obat yang diresepkan. Hal ini

terutama dalam menginformasikan kegunaan atau tujuan diberikannya obat

tersebut dalam hasil diagnosis suatu penyakit, apakah untuk mengatasi

penyakit yang bersangkutan, untuk mencegah reaksi alergi tertentu, untuk

mencegah komplikasi yang mungkin terjadi atau untuk mengatasi efek

samping yang dapat ditimbulkan oleh obat lainnya pada terapi dengan

kombinasi obat.

Informasi yang diberikan oleh apoteker meliputi nama obat, kegunaan

atau khasiat obat, cara pemakaian dan interval pemakaian obat, efek samping

yang mungkin terjadi, makanan dan minuman atau aktivitas yang harus

dihindari, cara penyimpanan obat, interaksi obat (bila ada), dan informasi

mengenai obat dengan cara pemberian khusus. Misalnya penggunaan

inhaler/obat semprot untuk obat asma, suppositoria dimasukkan melalui anus,

ovula, dan sebagainya.

Tahapan dalam pelayanan informasi obat untuk pasien yang membeli

obat tanpa resep dokter (UPDS) adalah apoteker menggali informasi

selengkap-lengkapnya mengenai siapa pengguna obat, gejala apa yang

dirasakan, berapa lama gejala tersebut dirasakan pasien, tindakan apa yang

telah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut dan obat apa yang telah

dikonsumsi untuk mengatasi gejala tersebut. Apoteker memilihkan dan

menginformasikan obat yang dibutuhkan, sesuai dengan keluhan pasien.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Informasi obat yang diberikan apoteker sama dengan informasi obat untuk

pasien dengan resep dokter.

Pelayanan informasi obat tidak hanya bersifat lisan dan tatap muka

langsung dengan pasien. Pelayanan informasi juga dapat dilakukan melalui

poster atau leaflet. Apotek Kimia Farma 271 Meditama juga melakukan

pelayanan obat melalui telepon. Pasien dapat bertanya apabila ada kesulitan

atau keraguan dalam menggunakan suatu produk obat. Apotek Kimia Farma

memiliki layanan call center sehingga para konsumen dapat untuk menanyakan

informasi yang berkaitan dengan apotek misalnya alamat apotek, nomor

telefon, info praktek dokter hingga handling complain. Layanan Whatsapp juga

tersedia untuk mempermudah pasien memperoleh informasi obat di apotek

yang bersangkutan hingga memesan obat dengan delivery system juga terlayani

lewat layanan BBM/WA untuk obat yang persediaan masih kosong di apotek

dan menunggu pemesanan terlebih dahulu. Pasien memperoleh pengobatan

dalam jangka waktu panjang, sehingga untuk mengecek persediaan,

pengiriman dan informasi penggunaan obat dapat melalui lanyanan BBM/ WA.

d. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan

pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan

kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan No.73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Apotek, kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling adalah

pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati atau

ginjal, ibu hamil dan menyusui), pasien dengan terapi jangka panjang (DM

(Diabetus Militus), AIDS (Acquiride Immune Deficiency Syndrome), epilepsi),

pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, pasien yang

menggunakan obat dengan instruksi khusus, pasien dengan polifarmasi dan

pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. Apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian apotek Kimia Farma 271 Meditama melakukan konseling pada

saat penyerahan obat baik HV, UPDS ataupun resep.\

Konseling pribadi empat mata (antara apoteker dan pasien) jarang

dilakukan meskipun sudah disediakan tempat. Hal ini dikarenakan waktu yang

tidak memungkinkan, baik dari pihak pasien ataupun apoteker. Pasien yang

datang membeli obat di apotek biasanya sudah mengetahui tentang obat yang

dikonsumsinya. Konseling yang diberikan terbatas pada nama obat, bentuk

sediaan, dosis, aturan pemakaian, dan penyimpanan. Meskipun demikian,

apoteker apotek Kimia Farma 271 Meditama tidak menutup diri untuk

melakukan konseling secara detail kepada pasien yang dinilai

memperlukannya, dan siap menjawab semua pertanyaan mengenai obat dari

pasien. Bagaimanapun bentuk konseling yang diberikan poin pentingnya

adalah tujuan dari konseling itu sendiri bisa tercapai.

e. Home care

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan

pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis. Untuk

aktivitas ini, apoteker harus membuat catatan berupa medication record.

Penulis didampingi dengan apoteker pendamping apotek (aping) melakukan

home care pada hari Senin, 22 April 2018 di salah satu pasien Apotek Kimia

Farma 271 Meditama yang bernama Bapak Andi Marsehat dengan alamat Jalan

Gergaji Balekambang Semarang. Bapak Andi merupakan pasien yang sering

berkunjung ke Apotek Kimia Farma 271 untuk membeli obat dan suplemen

makanan. Beliau rutin mengonsumsi obat untuk mengobati stroke dan

hipertensi yang diderita sejak tahun 2009. Saat ini pasien rutin mengonsumsi

Cardio Aspirin, Lodoz dan Tebokan Forte. Pada pengobatan sebelumnya,

pasien mendapatkan terapi Amlodipin akan tetapi mengalami efek samping

berupa bengkak pada seluruh badan kemudian dilakukan penggantian obat

dengan Captopril. Terapi dengan Captoril, pasien juga mengalami efek

samping berupa batuk kering, kemudian diterapi dengan Micardis, pasien

mengalami efek samping bibir hitam-hitam. Kepatuhan pasien untuk

mengonsumsi obat ataupun suplemen cukup baik, meskipun masih ada

kebiasaan buruk pasien dalam mengonsumsi obat bersamaan dengan minum

kopi.

Apoteker pendamping menyarankan kepada pasien untuk tetap rutin

mengonsumsi obat-obatan yang telah rutin diminum ditambah dengan

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
suplemen. Home care pada bapak Andi ini bertujuan untuk memberikan

semangat dan memberikan edukasi mengenai pentingnya menggunakan obat

secara patuh supaya tujuan terapi tersebut tercapai. Selain wawancara dan

edukasi kepada pasien, kami juga melakukan pengontrolan tekanan darah,

asam urat, gula dara kepada bapak Andi. Bapak Andi senang dengan adanya

home care ini karena rasa peduli pihak apotek kepada pasien.

f. Telefarma

Telefarma dilakukan pada pasien dengan resep dokter dan pasien yang

memperoleh form swamedikasi dalam pengobatannya, misal pada pasien yang

diterapi dengan antibiotik. Telefarma bertujuan untuk Monitoring Efek

Samping Obat (MESO) terhadap pengobatan pasien tanpa menunggu laporan

dari pelanggan dan evaluasi terhadap kepatuhan pasien dalam mengonsumsi

obat. Telefarma. Telefarma dilakukan setelah 3 hari resep ditebus.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mahasiswa PKPA mendapatkan tambahan wawasan, pengetahuan,

ketrampilan dalam pekerjaan kefarmasian dan pengalaman praktis dalam

pelayanan klinis.

2. Mahasiswa PKPA telah mengetahui tugas, fungsi dan kewajiban apoteker

yang tidak hanya memberikan pelayanan kepada pasien tetapi juga

mengetahui cara-cara mengelola apotek yang baik secara professional.

3. Apotek Kimia Farma merupakan apotek yang cukup berhasil dalam

pengelolaannya sebagai suatu unit usaha maupun tempat pengabdian profesi.

4. Tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam kegiatan pengelolaan apotek

Kimia Farma 271 telah dilaksanakan dengan baik dan profesional, terutama

dalam hal managerial.

5. Apotek Kimia Farma 271 melakukan penyimpanan berdasarkan sifat

farmakologi, bentuk sediaan, tersusun secara alfabetis dan kombinasi FIFO

dan FEFO, dan pada penjualannya Apotek melayani penjualan resep tunai dan

resep kredit.

6. Apotek Kimia Farma memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik dan

SDM yang terampil dan berpengalaman, ini ditunjukan dengan adanya piagam

“Indonesia Choice” memberikan arti bahwa Apotek Kimia Farma dapat

memberikan jaminan layanan yang prima dan produk yang baik.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
B. Saran

1. Lebih meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian kepada pasien, terutama

untuk pasien lansia yang membutukan perhatian ekstra dalam segi penjelasan

pemakaian obat serta administrasi.

2. Evaluasi kinerja secara kontinyu untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

3. Meningkatkan kerja sama antara karyawan sehingga dapat lebih memajukan

apotek.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2001, Manajemen Farmasi, Edisi III, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 3-4.
BPOM, RI., 2005, Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional,
Obat Herbal dan Fitofarmaka, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.
BPOM, 2011, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 Tentang
Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika, Jakarta.
Burham, U. dan Nitisemito, 2004, Wawasan Studi Kelayakan Evaluasi Proyek,
Bumi Aksara, Jakarta.
Depkes RI., 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen Pajak, 2012, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 23 Tahun 2012
Tentang Tata Cara Penetapan Secara Jabatan atas Jumlah Biaya yang
Dikeluarkan dan/atau yang Dibayarkan untuk Membangun Bangunan
dalam Rangka Kegiatan Membangu Sendiri, Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, Jakarta.
Hartono, 2003, Manajemen Apotek, Depot Informasi Obat, Jakarta Barat.

ISFI, 2009, Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009 Nomor: 006/KONGRES


XVIII/ISFI/2009 tanggal 8 Desember 2009, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakarta.

Kimia Farma, 2015, Sejarah Kimia Farma,


http://www.kimiafarma.co.id/profil/profil-perusahaan/sejarah.html.
(diakses pada 8 April 2018)

Kimia Farma, 2015, Visi dan Misi Kimia Farma,


http://www.kimiafarma.co.id/profil/visi-misi.html (diakses pada 8 April
2018)

Menteri Kesehatan RI., 1990, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


347/Menkes/SK/VII/1900 tentang Obat Wajib Apotek, Menteri Kesehatan
RI, Jakarta.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Menteri Kesehatan RI., 1993, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922 tahun
1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Menteri
Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI., 1993, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 2,
Menteri Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI., 1998, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.149 Tahun


1998 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Kerja
Apoteker, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Menteri Kesehatan RI., 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922 Tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotik, Menteri Kesehatan RI, Jakarta.

Menteri Kesehatan RI., 2015, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun


2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi, Menteri Kesehatn RI,
Jakarta.

Menteri Kesehatan RI., 2016, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Menteri Kesehatan RI,
Jakarta.

Menteri Kesehatan RI., 2017, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 9 tahun 2017
tentang Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Republik Indonesia, 1990, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1990 Tentang


Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker, Sekretariat Negara, Jakarta.

Republik Indonesia, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tentang


Psikotropika, Sekretariat Negara, Jakarta.

Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan,


Sekretariat Negara, Jakarta.
Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Nomor 35 Tentang Narkotika,
Sekretariat Negara, Jakarta.
Republik Indonesia, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian, Sekretariat Negara, Jakarta.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Republik Indonesia, 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 Tentang
Prekursor, Sekretariat Negara, Jakarta.

Umar, M., 2005, Manajemen Apotek Praktis, CV. Ar-rahman, Solo.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
LAMPIRAN

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 1. Bangunan Apotek

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 2. Swalayan Apotek Kimia Farma 271 Meditama

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 3. Tempat Pelayanan Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 4. Tempat Penyimpanan Obat Etikal Apotek Kimia Farma 271

Tempat penyimpanan obat berdasarkan farmakologinya

Tempat penyimpanan sediaan sirup dan drop

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lemari pendingin

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 5. Klip Obat dan Klip Puyer Apotek Kimia Farma 271

Klip Obat

Klip Puyer

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 6. Etiket Apotek Kimia Farma 271

Etiket Obat Dalam

Etiket Obat Luar

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 7. Form Copy Resep Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 8. Form Kuitansi Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 9. Form Kartu Stok Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 10. Form Layanan Obat Swamedikasi Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 11. Surat Pesanan Apotek Kimia Farma 271
a. Surat Pesanan Obat Bebas/HV/Obat Keras

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
b. Contoh Surat Pesanan Obat Prekursor

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
c. Surat Pesanan Obat Psikotropika

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
d. Surat Pesanan Obat Narkotika

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 12. Form Catatan Pengobatan Pasien Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 13. Laporan Rekap Pasien Narkotika Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 14. Laporan Rekap Pasien Psikotropika Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 15. Buku Laporan Plus Minus Obat Apotek Kimia Farma 271

Lampiran 16. Buku Rekap Resep Harian Apotek Kimia Farma 271

Lampiran 17. Buku Defekta Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 18. Buku Rekap Transaksi Apotek Kimia Farma 271

Lampiran 19. Buku Kitir Kimia Farma Lain Apotek Kimia Farma 271

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 20. Catatan Telefarma Apotek Kimia Farma 271

Lampir
an 21.
Kegiata
n Home
Care

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 22. Tugas Home Care Kimia Farma 271

A. Kasus 1

Tuan Andi Marsehat merupakan pasien yang sering berkunjung ke


Apotek Kimia Farma 271 untuk membeli obat dan suplemen makanan, beliau
rutin mengonsumsi obat untuk mengobati stroke dan hipertensinya yang
diderita sejak tahun 2009. Saat ini pasien rutin mengonsumsi cardio aspirin,
lodoz dan tebokan forte. Pada pengobatan sebelumnya pasien mendapatkan
terapi amlodipin. Tetapi pasien mengeluh mengalami bengkak pada seluruh
badan, kemudian dilakukan penggantian obat dengan captopril. Terapi dengan
captropril pasien juga mengalami batuk kering, kemudian diterapi dengan
Micardis, pasien mengalami efek samping bibir hitam-hitam Kepatuhan pasien
untuk mengonsumsi obat ataupun suplemen cukup baik. Meskipun dengan
minum kopi. Apoteker pendamping menyarankan kepada pasien untuk tetap
rutin mengomsumsi obat-obatannya dengan minum air putih serta rutin
mengonsumsi suplemen makanan.

Diketahui hasil cek diagnostik bapak Andi Marsehat saat ini :


GDS : 85
Asam urat : 8,7
TD : 123/93

Penyelesaian:
a. Subjective
Nama Pasien : Tn.Andi Marsehat
Umur : 54 tahun
Berat Badan :-
Tinggi Badan :-
b. Objective
Data cek diagnostik pasien saat ini:
GDS : 85
Asam urat : 8,7
Td : 123/93
c. Assesment
Terapi terakhir yang diterima pasien sudah tepat, hal ini ditandai dengan
perbaikan kondisi pasien.
Perlu obat : Ya
Salah obat :-
Pasien tidak patuh : Tidak
Kegagalan terapi : Tidak

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
d. Plan
Terapi non farmakologi : Pola hidup yang sehat
Terapi farmakologi : Cardio aspirin, lodoz dan tebokan forte.

Pembahasan

Terapi yang diterima oleh Bapak Andi Marsehat sudah tepat. Bapak Andi
Marsehat diketahui memiliki riwayat stroke dari regimen terapi yang diterima
pasien yaitu Cardio Aspirin dan Tebokan Forte. Cardio aspirin merupakan
antiplatelet yang sering digunakan untuk terapi maintanace agar mencegah
terbentuknya trombosis kembali. Sedangkan tebokan berfungsi untuk
memperlancar aliran darah ke otak. Sedangkan terapi hipertensinya dengan
menggunakan Lodoz yang merupakan obat kombinasi Bisoprolol dan
Hydrochlorothiazide. Lodoz menawarkan suatu cara untuk memecahkan
permasalahan efek samping terkait dengan dosis. Once-daily Lodoz adalah
multimekanisme agen yang pertama dikembangkan untuk memaksimalkan
kemanjuran terkait dengan dosis, dosis rendah kardioselektive β-blocker
adrenergik Bisoprolol (2.5,5 atau 10 mg) dengan suatu dosis rendah (6,25 mg)
hydrochlorothiazide (HCTZ). Penggunaan yang bersama menyebabkan kecanduan
tetapi disertai dengan manfaat yang klasik β-blocker dan diuretic dan profil efek
samping dapat diperbandingkan dengan plasebo.

Penggunaan dosis rendah dua obat dari kelas berbeda membantu ke arah
mencapai kemanjuran dan mengurangi efek samping terkait dengan dosis. Dasar
pemikiran ilmiah untuk pendekatan ini dinyatakan oleh Epstein dan Bakris: "...
jika dosis rendah dua antihipertensi dengan tindakan berbeda lalu dikombinasikan
dapat memperkecil dose-dependent yang menimbulkan efek kurang baik, karena
itu dosis lebih kecil digunakan untuk mencapai target". Lodoz sebagai first-line
terapi untuk penanganan hipertensi menghadirkan sebagai terobosan baru dalam
manajemen hipertensi.

Secara klinis, sudah jelas manfaat Lodoz pada pasien. Dalam studi pada
sedikit pasien menarik dari Lodoz terkait dengan ketiadaan potensi atau ketiadaan
toleransi. Lodoz telah terbukti efektif, dapat mengurangi tekanan sistolik dan
diastolik. Perbandingan Lodoz dibandingkan dengan Amlodipine dan Enalapril
menunjukkan bahwa pemakaian Lodoz terdapat pengurangan pada tekanan darah
diastolik dibandingkan dengan Enalapril dan Amlodipine. Hasil mengesankan ini
adalah dengan mengabaikan umur, ras, atau jenis kelamin.

Berdasarkan wawancara pasien tingkat kepatuhan pasien dalam


menjalankan terapi sudah baik. Sehingga yang perlu ditekankan adalah berusaha
untuk mengurangi kopi dalam mengonsumsi obat yang diterimanya serta selalu
bergaya hidup sehat.

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018
Lampiran 23. Tugas Leaflet

Laporan PKPA Bidang Apotek Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Angkatan XII
di Apotek Kimia Farma 271 Meditama Semarang tanggal 02-30 April 2018

Anda mungkin juga menyukai