Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu bentuk pelayanan penunjang medis
adalah pelayanan farmasi yang diselenggarakan oleh instalasi farmasi rumah
sakit.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang upaya pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah
sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Bagian yang berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan obat di rumah
sakit adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Instalasi Farmasi Rumah
Sakit adalah suatu departemen atau suatu sistem pelayanan farmasi dalam suatu
rumah sakit yang berada dibawah pimpinan seorang Apoteker. Seiring
perkembangan zaman, profesionalisme apoteker semakin diperlukan, karena
pekerjaan kefarmasian tidak lagi berorientasi pada produk semata (product
oriented), tetapi cenderung berorientasi pada pasien (patient oriented). Perubahan
orientasi pekerjaan tersebut menuntut apoteker untuk memiliki pengetahuan yang
luas dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, baik dalam pengelolaan
perbekalan farmasi maupun pelayanan farmasi klinik.

1
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan praktis, maka dilaksankan kerja sama antara Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA dengan Rumah Sakit
dr. Suyoto Bintaro, Jakarta Selatan dalam penyelenggaraan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA), sehingga calon apoteker memiliki bekal yang dapat diterapkan
dalam mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan kompeten di
bidangnya guna meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien dan masyarakat.

B. Tujuan PKPA di Rumah Sakit


Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit dr. Suyoto Bintaro, Jakarta Selatan adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Meningkatkan pemahaman mengenai peran, fungsi, posisi, dan tanggung
jawab apoteker dalam kegiatan manajerial di Rumah Sakit.
3. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di Rumah Sakit.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.

2
BAB II
TINJAUAN RUMAH SAKIT dr. SUYOTO

A. Sejarah Rumah Sakit dr. Suyoto


Sejarah pendirian Rumah Sakit dr. Suyoto tidak bisa dipisahkan dari sejarah
induk organisasinya yaitu Pusat Rehabilitasi (Pusrehab) Departemen Pertahanan
(Dephan). Diawali dengan sebuah keinginan untuk memberikan penghargaan
kepada penyandang cacat (penca) ABRI/Veteran tahun 1960, beberapa tokoh
Veteran membuat sebuah gagasan membangun suatu fasilitas rehabilitasi bagi
penyandang cacat (penca) dalam bentuk Rumah Sakit Veteran. Pada tahun 1968
Gagasan itu dihimpun dan dituangkan dalam bentuk naskah tertulis sebagai
Naskah Proyek Rehabilitation Center (RC) ABRI/Veteran berupa rencana
membangun R.C. ABRI/Veteran secara lengkap (fullfledged) di Bintaro, Jakarta
Selatan.
Rumah Sakit dr. Suyoto merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
lingkungan Kementerian Pertahanan yang pengelolaan operasionalnya
bertanggung jawab kepada Kapus Rehab Kemhan. Berada dilokasi yang sangat
strategis, tepatnya di dalam lingkungan kompleks Pusrehab Kemhan, di jalan
Veteran 178 Bintaro kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Rumah Sakit dr. Suyoto mendapatkan surat izin penyelenggaraan Rumah Sakit
pada tahun 2007 dari Departemen Kesehatan untuk melayani anggota penca TNI,
anggota Kemhan (TNI dan PNS dilingkungan Kemhan dan keluarganya) maupun
masyarakat umum.
Rumah Sakit dr. Suyoto pada tahun 2009 telah terakreditasi untuk lima
pelayanan. Pada tahun 2012 Status Rumah Sakit dr. Suyoto adalah Rumah Sakit
tipe B dan pada tahun 2016 telah melakukan Akreditasi 12 pelayanan (paripurna),
memiliki 225 tempat tidur dengan berbagai kelas perawatan meliputi Super VIP,

3
VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III serta perawatan khusus seperti Perinatologi, ICU
(Intensive Care Unit), dan PICU (Pediatric Intensive Care Unit), serta 19 poli
rawat jalan.
B. Visi, Misi, Motto dan Falsafah Rumah Sakit dr. Suyoto
1. Visi
Mewujudkan rumah sakit dengan unggulan rehabilitasi medik menuju
pelayanan kesehatan prima bagi personel Kementerian Pertahanan dan TNI, PNS
Kemhan serta masyaratakat.
2. Misi
Misi Rumah Sakit dr. Suyoto adalah meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal, melalui :
a. Menyelenggarakan pelayanan perumahsakitan dan pengembangan di bidang
rehabilitasi medik komprehensif.
b. Menyelenggarakan rujukan teknis rehabilitasi medik.
c. Menyelenggarakan siaga kesehatan dalam membantu korban bencana.
d. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program pelayanan
kesehatan bagi masyarakat umum sebagai Sub Sistem Kesehatan Nasional.
3. Motto
Respek Sigap Dalam Situasi.
4. Falsafah
Melayani dan mewujudkan penyandang disabilitasi personel pertahanan dan
TNI serta masyarakat umum yang mandiri dan produktif.
C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dr.Suyoto
Struktur organisasi instalasi farmasi merupakan bagan yang menggambarkan
garis koordinasi, kewenangan, pembagian tugas dan fungsi organisasi instalasi
farmasi, terdiri dari 5 orang apoteker, 5 orang PNS Tenaga Teknis Kefarmasian
dan 9 orang pegawai honorer Tenaga Teknis Kefarmasi.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dr. Suyoto dipimpin oleh seorang Apoteker,
dan dibantu oleh 4 orang Apoteker sebagai koordinator urusan farmasi.
Koordinator urusan farmasi satu bertanggung jawab terhadap depo farmasi umum,

4
dibantu satu orang apoteker yang bertanggung jawab terhadap pelayanan farmasi
rawat jalan serta rawat inap pasien umum. Sedangkan koordinator urusan farmasi
dua bertanggung jawab terhadap depo farmasi BPJS, dibantu satu orang apoteker
yang bertanggung jawab pelayanan farmasi rawat jalan dan rawat inap pasien
BPJS.

1. Kegiatan Pelayanan Instalasi Farmasi


Kegiatan Pelayanan di Instalasi Farmasi meliputi :
a. Layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b. Layanan Farmasi Rawat Jalan
c. Layanan Farmasi Rawat Inap
d. Layanan Farmasi Kamar Operasi (OK)
e. Layanana Farmasi ruang perawatan intensif
2. Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan
Pelayanan resep rawat jalan adalah pelayanan pemberian obat sesuai dengan
resep oleh instalasi farmasi kepada pasien yang berobat ke poliklinik RS Dr.
Suyoto Pelayanan resep bertujuan memberikan pelayanan resep secara cepat,
tepat, akurat dan aman serta rasional sehingga pasien merasa puas. Pelaksanaan :
a. Pasien menyerahkan resep ke loket instalasi farmasi RS. dr. Suyoto
b. Petugas memeriksa kelengkapan resep, meliputi : nama/identitas pasien, asal
poliklinik, nama obat, tanggal resep, alamat
c. Petugas farmasi melakukan verifikasi resep
d. Petugas farmasi menginput resep jika resep sudah memenuhi syarat
kelengkapannya
e. Bila obat tersedia, petugas farmasi memberikan informasi harga obat dan
memastikan ketersediaan pasien untuk mengambil obat. Jika pasien
menyetujui, pasien dipersilahkan membayar ke kasir, dan kasir akan
memberikan kwitansi tanda lunas untuk pengambilan obat di instalasi farmasi.
f. Bila obat tidak tersedia/kosong, petugas menghubungi dokter pemberi resep
untuk meminta persetujuan kemungkinan substitusi dengan obat sejenis.

5
Apabila obat kosong/tidak tersedia di instalasi farmasi umum maka petugas
farmasi akan memberitahu pada pasien tentang kondisi tersebut dan membuat
copy resep.
g. Petugas menyiapkan obat sesuai dengan resep dokter dan diperiksa ulang,
meliputi jumlah obat, etiket, aturan pakai, no resep, tanggal resep dan identitas
pasien
h. Petugas menyerahkan obat pada pasien
3. Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap
Sistem yang digunakan adalah sistem Individual Pescribing (IP) dimana obat
diberikan sesuai dengan resep dokter. Ada juga menggunakan sistem Unit Dose
Dispensing, dimana obat diberikan untuk pemakaian 1x 24 jam
a. Petugas menyerahkan obat pada pasien
b. Petugas farmasi menerima resep dari perawat
c. Petugas farmasi menerima resep dari perawat
d. Petugas farmasi melakukan verifikasi pengkajian resep
e. Petugas farmasi menginput resep dan memberi harga
f. Petugas farmasi menyiapkan obat dan selanjutnya obat diletakan dalam lemari
sesuai dengan ruang rawat inap pasien
g. Perawat akan mengambil dari tempat yang telah disediakan dengan terlebih
dahulu meneliti sesuai dengan yang diresepkan.
4. Pelayanan Bahan Habis Pakai (BHP)
Pelayanan bahan habis pakai menggunakan sistem Floor Stock. Pemenuhan
BHP disetiap unit pelayanan di Rumah Sakit sesuai kebutuhan diberikan 1 bulan
sekali.
5. Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi
Pengelolaan obat di instalasi farmasi terdiri dari :
a. Seleksi
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) belum berperan dalam seleksi obat di
instalasi farmasi. Formularium Rumah Sakit Dr. Suyoto sudah dibuat sejak
tahun 2012 dan perlu direvisi karena beberapa obat yang terdapat di

6
formularium sudah tidak ada stok (obat tidak aktif). Kriteria pemilihan obat
dengan memprioritaskan obat esensial dan berpedoman pada formularium
Rumah Sakit dr. Suyoto.
b. Perencanaan
Perencanaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit dr. Suyoto mengacu
pada kebutuhan dan pertimbangan anggaran. Metode yang diterapkan dalam
perencanaan dapat ditinjau dari :
1) Banyaknya pemakaian bulan lalu
2) Jumlah kebutuhan obat
3) Jumlah sisa stok obat di apotik dan di gudang
Perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi masih dilakukan secara
manual, belum ada daftar kebutuhan minimal obat. Sistem informasi yang ada
belum mendukung perencanaan.
c. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui yang bertujuan agar tersedianya obat dengan jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dengan mutu yang terjamin.
Instalasi farmasi Rumah Sakit dr. Suyoto menggunakan sistem pembelian
langsung. Dari hasil observasi, beberapa permintaan obat tidak dapat
terpenuhi karena kekosongan.
d. Penerimaan
Penerimaan barang dilakukan oleh petugas gudang farmasi, dengan
melakukan peengecekan antara faktur dan jenis barang, jumlah barang,
kondisi fisik barang dan kadaluwarsa barang.
e. Penyimpanan
Merupakan kegiatan penyelenggaraan dan pengaturan sediaan farmasi di
dalam ruang penyimpanan, untuk menjamin kualitas barang/obat tetap baik,
memudahkan dalam pencarian, memudahkan pengawasan persediaan/stok dan
barang ED, menjamin keamanan dari pencurian dan kebakaran serta
menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

7
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan:
1) Suhu dan lokasi
2) Penyimpanan normal pada suhu 250C (tablet, kapsul, injeksi, cairan).
3) Penyimpanan dingin dalam lemari pendingin (2-80C), untuk MatKes
tertentu dengan syarat penyimpanannya seperti suppositoria, insulin,
sediaan hormonal.
4) Narkotika disimpan dalam lemari narkotika, sesuai standar Depkes.
Barang yang tidak boleh kontak langsung dengan cahaya, disimpan khusus
di kamar gelap.
a) Bentuk/jenis barang yang disimpan :
1) Obat-obatan disimpan terpisah dari bahan beracun
2) Obat luar dipisahkan dari obat dalam.
3) Obat dipisah berdasarkan bentuk sediaan.
b) Pengaturan ruangan :
1) Tempat penyimpanan obat dengan alkes terpisah.
2) Ruang khusus untuk obat rusak ( Expired Date) tidak ada.
c) Sistem penyimpanan :
1) Berdasarkan alfabet
2) Berdasarkan bentuk sediaan (tablet, sirup, krim/salep, injeksi, cairan
infus)
3) Sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)
4) Berdasarkan suhu
5) Berdasarkan kepekaan terhadap cahaya
6) Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari terkunci,
double pintu dan double kunci
7) Obat-obat high allert sudah diberi tanda dan disimpan dilemari
tersendiri, untuk obat high allert yang termolabil sudah disimpan
dilemari pendingin.

8
f. Pendistribusian Obat
Dalam melakukan distribusi obat, Rumah Sakit dr. Suyoto menerapkan 3
macam sistem distribusi. Adapun distribusi bekal kesehatan (termasuk obat)
yang dilaksanakan meliputi :
a) Ward Floor Stock (WFS)
Sistem distribusi Ward Floor Stock di Rumah Sakit Dr. Suyoto masih
belum dilakukan di semua ruangan, unit-unitnya antara lain ruang kenanga,
ruang anyelir, kebidanan, UGD dan OK.
b) Individual order (IO)
Resep individual adalah order/ resep yang ditulis dokter akan ditebus
sendiri oleh pasien atau keluarganya di apotek karena di ruangan tempat
pasien menginap tidak disediakan obat. Semua obat yang diperlukan untuk
pengobatan di disiapkan dari apotek. Resep orisinil oleh perawat dikirim
ke apotek, kemudian resep itu diproses sesuai dengan kaidah cara
disiapkan yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada
penderita tertentu. Diterapkan di apotek rawat jalan dan ruangan rawat
inap. Penebusan resep dilayani di apotek BPJS untuk pasien BPJS dan
keluarganya, sedangkan untuk pasien umum (bukan BPJS) maka akan
dilayani di instalasi farmasi umum (Pelayanan Masyarakat Umum). Untuk
pasien anggota atau keluarga rawat jalan dapat mengambil resep di
Apotek BPJS, obat-obat yang disediakan di apotek rawat jalan ini
sebagian besar merupakan obat generik. Hal ini sesuai dengan standar
pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Suyoto. Obat
disimpan berdasarkan alfabet dan FIFO dengan tanggal kadaluarsa sebagai
patokan. Sistem distribusi Individual order di Rumah Sakit dr. Suyoto
masih dilakukan di semua ruangan.
c) UDD (Unit Dose Dispensing)

9
Satuan unit dosis merupakan sistem distribusi dimana obat yang
diminta disiapkan, diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis
tunggal siap pakai selama 24 jam. Obat yang ada dalam resep diberikan
oleh apotek rumah sakit dan diserahkan kepada pasien untuk satu hari
pamakaian. Sistem distribusi unit dose dispensing (UDD) merupakan
salah satu sistem distribusi material kesehatan yang diterapkan di Rumah
Sakit Dr. Suyoto. Sistem distribusi unit dose di Rumah Sakit dr. Suyoto
sudah dilakukan di semua ruangan.
g. Penghapusan
Penghapusan dilakukan jika ada barang yang rusak/ kadaluarsa,
penghapusan hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
negara. Penghapusan sediaan farmasi di rumah sakit perlu dibuat tim
penghapusan dan berita acara penghapusan. Semua kekayaan negara yang
telah dihapuskan harus segera dicatat dari daftar kekayaan rumah sakit dan
harus dilaporkan.
2. Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit dr. Suyoto
Pelayanan farmasi klinik yang telah dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dr. Suyoto yaitu :
a. Pengkajian resep
Setiap resep yang akan dilayani oleh apotek dilakukan pengkajian atau
skrining resep yang meliputi skrining administrasi, skrining farmasetik,
skrining farmakokinetik.
b. Konseling Obat
Pelaksanaan konseling obat pada pasien di Rumah Sakit dr. Suyoto belum
terlaksana secara maksimal, pemberian informasi obat masih terjadi di ruang
penyerahan obat saat menyerahkan obat ke pasien di apotek.
c. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat di Rumah Sakit dr. Suyoto dilakukan oleh
apoteker pada pasien, dokter, perawat dan atau tenaga kesehatan lainnya
ketika membutuhkan informasi tentang obat. Untuk pelayanan informasi obat

10
kepada pasien di lakukan pencatatan tertulis mengenai obat apa saja yang
telah di berikan informasi agar apabila terjadi kekeliruan di kemudian hari
dapat di pertanggung jawabkan.
3. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Kegiatan keselamatan pasien (Patient Safety) di Instalasi Farmasi RS
dr.Suyoto sudah berjalan hal ini dapat di lihat dengan pelabelan obat-obat high
alert dan skrining resep sebelum penyiapan obat. Walaupun skrining resep sudah
sering di lakukan namun terkadang masih saja terjadi keadaan yang tidak di
harapkan seperti kesalahan dalam penyiapan obat dan membaca resep. Untuk itu
perlu di lakukan pencatatan setiap Kejadian tidak di harapkan (KTD) dan
Kejadian nyaris cidera (KNC) untuk selanjutnya menjadi bahan evaluasi di
Instalasi Farmasi.

11
BAB III
KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Harian
Kegiatan harian yang didapat selama PKPA di Rumah Sakit dr.Suyoto adalah
sebagai berikut :

Tempat Uraian Kegiatan


Depo Gudang 1. Mengamati sistem penyimpanan obat dan alkes
2. Menyiapkan permintaan barang dari setiap Depo farmasi
3. Melakukan stok opname
4. Melakukan pencatatan barang masuk dan keluar di kartu stok
5. Menyiapkan BMHP yang dipesan oleh ruang perawatan
6. Mengambil dan mengantarkan obat dari gudang ke depo
Depo Farmasi 1. Depo Tunai
Rawat Jalan a. Mempelajari alur pelayanan resep di depo tunai
b. Mambantu mengerjakan resep racikan dan menulis etiket
c. Melakukan penerimaan dan penyerahan resep didampingi
oleh Apoteker
2. Depo non Tunai (BPJS)
a. Mempelajari alur pelayanan resep di depo non tunai
b. Mambantu mengerjakan resep racikan dan menulis etiket
c. Mengambil obat di gudang
d. Menyusun obat pada rak obat
Depo Farmasi 1. Melakukan pelayanan kefarmasian diantaranya: skrinning
Rawat Inap resep baik resep non kredit ataupun kredit, meracik/
menyiapkan obat dan alkes.
2. Menyusun perbekalan farmasi, disesuaikan dengan sistem
penyimpanannya di Depo Farmasi Rawat Inap.
3. Menyiapkan obat untuk pasien di rawat inap sesuai resep
4. Mengambil obat di gudang
5. Menyusun obat pada rak obat
Depo OK 1. Cek stok fisik persediaan
2. Menyiapkan paket operasi

12
3. Membantu mencatat laporan operasi
4. Melakukan stok opname
5. Menyusun obat pada rak obat
Depo UGD 1. Membantu menyiapkan permintaan resep UGD
2. Melakukan penyusunan obat sesuai dengan tempatnya
Tabel 1. Uraian Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker

B. Pembahasan
Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Rumah
Sakit Dr Suyoto Jalan RC. Veteran Raya No. 178 Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta
Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai dari tanggal 02 Mei sampai dengan 31
Mei 2017 pukul 07.00-15.30 WIB.
Sistem pendistribusian di Instalasi Farmasi RS. Dr. Suyoto menerapkan
sistem desentralisasi karena pasien tidak langsung mendapatkan perbekalan
farmasi dari sentral atau gudang melainkan dari depo farmasi sehingga kegiatan
PKPA di RS. Dr. Suyoto dibagi ke dalam beberapa depo.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Instalasi Farmasi RS dr.Suyoto Pusrehab
Kemhan telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan sistem penyimpanan yang tertata dengan baik, sesuai dengan
fungsinya di bagian gudang farmasi. Selain itu juga sistem distribusi dan
penyaluran obat-obatan serta perbekalan farmasi lainnya dilakukan secara baik,
dengan alur yang relatif cepat sehingga dapat secara efektif dan efisien digunakan
dalam pelayanan kesehatan di RS dr.Suyoto Pusrehab Kemhan. Pelaksanaan tugas
dan fungsi unit depo farmasi, dan apotek telah dilakukan dengan baik. Untuk
pasien yang akan dioperasi telah diselenggarakan dengan cepat dan tepat oleh
depo farmasi sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di RS dr.Suyoto Pusrehab Kemhan
terdiri dari kegiatan pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan sampai
dengan penyimpanan telah dilaksanakan dengan baik. Dalam upaya menyediakan
obat-obat dan alat kesehatan dengan harga yang sesuai dan tepat waktu
pengiriman, sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan disertai dengan mutu yang
baik.

13
Perencanaan pembelian barang farmasi di Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab
Kemhan ini dilakukan berdasarkan kepada kebutuhan tiap ruangan, sisa persediaan
di gudang farmasi, penggunaan obat bulan lalu, pola penyakit (Epidemiologi),
formularium rumah sakit dan dana yang tersedia. Tim perencanaan membuat
rencana pembelian, kemudian di serahkan ke pimpinan rumah sakit untuk di
setujui. Tim pembelian melakukan pembelian barang dengan tender (diatas 200
juta), sistem pembelian langsung (sampai 5 juta), dan sistem penunjukan langsung
(< 200 juta). Untuk pembelian langsung harus diketahui dan ditandatangani oleh
panitia perencanaan barang farmasi, pimpinan utama, dan ketua panitia pengadaan
rumah sakit.
Sistem perencanaan di RS dr.Suyoto Pusrehab Kemhan telah berjalan dengan
baik, karena alur perencanaannya berdasarkan epidemiologi dan pola konsumsi
bulan terdahulu. Usulan tersebut kemudian ditampung untuk selanjutnya diajukan
kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Setelah itu, baru kemudian dilakukan
pengadaan perbekalan farmasi oleh bagian pengadaan melalui Surat Pesanan (SP)
berdasarkan laporan obat dan alat kesehatan yang telah menipis dari gudang
farmasi. Tahapan selanjutnya, SP tersebut ditandatangani oleh Panitia Pembelian
dan Pengadaan barang dan kemudian diserahkan kepada distributor atau Pedagang
Besar Farmasi (PBF). Pada bagian penerimaan dilakukan proses pemeriksaan
perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan surat pesanan dan faktur, seperti
kesesuaian barang dengan SP, jumlah barang, jenis, kadaluarsa, nomor dan tanggal
faktur. Selanjutnya dicap tanda lolos pemeriksaan administrasi, dan diperiksa
kembali oleh bagian verifikasi barang. Jika barang tersebut sesuai maka bagian
penerimaan barang menandatangani faktur dan diserahkan kepada bagian gudang.
Penyimpanan barang dilakukan di gudang farmasi agar tidak terjadi penumpukan
barang di setiap unit bagian pelayanan obat, dan agar mempermudah dalam
pengelolaan obat, terutama karena obat mempunyai masa kadaluarsa.

14
Pemesanan atau pembelian semua kebutuhan untuk menunjang kegiatan
operasional Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan, termasuk perbekalan
kesehatan dilakukan oleh bagian pembelian. Proses pemesanan atau pembelian
perbekalan kesehatan apotek umum dan BPJS, yaitu pertama pegawai apotek
umum dan gudang apotek umum mengecek atau memeriksa dan membuat daftar
perbekalan kesehatan yang habis atau ingin dibeli, kemudian daftar tersebut di
catat di dalam defekta (pengajuan kebutuhan barang) beserta jumlah yang
diinginkan. Kemudian defekta tersebut diajukan kepada Wakarumkit untuk
disetujui. Setelah disetujui, defekta tersebut diserahkan kepada Bagian Pembelian
untuk kemudiandilakukan pemesanan kepada PBF atau Industri Farmasi. Setelah
itu barang atau perbekalan kesehatan akan dikirim sesuai dengan surat pemesanan
order (SPO).
Pengadaan perbekalan farmasi di lakukan oleh bagian pembelian tetapi
perencanaan dan daftar permintaan pembelian barang tetap berasal dari Instalansi
Farmasi.
Metode atau sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang diterapkan di RS
dr.Suyoto Pusrehab Kemhan adalah berdasarkan dengan LASA (Look Alike Sound
Alike) dan Non-LASA. Hal ini sudah sesuai dengan system persyaratan
penyimpanan yang ada. Kondisi penyimpanan perbekalan farmasi di gudang
Instalasi dr.Suyoto Pusrehab Kemhan sudah sangat baik karena sudah dilengkapi
AC, menggunakan rak dan palet, obat Narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus dan terkunci, obat yang tidak stabil pada suhu kamar disimpan
dalam lemari pendingin dengan suhu yang disesuaikan dengan stabilitasnya, zat
yang berbahaya serta mudah terbakar disimpan dalam ruangan khusus, dan sudah
dilengkapi dengan Adanya alat pencegah kebakaran (APAR) dan system keamanan
(alarm). Adapun Penyimpanan obat di depo farmasi berdasarkan:
1. Alpabetis,
2. Berdasarkan bentuk dan jenis sediaan,
3. Berdasarkan suhu yang dilakukan pengecekan setiap hari.

15
4. Untuk obat-obatan high alert (contoh : obat DM, narkotika, ) maka dalam
penyimpanan diberi tanda high alert dan disimpan ditempat dimana aksesnya
dibatasi.
5. Obat-obatan LASA (Look A Like, Sound A Like), dalam penyimpanan bila
bentuk sediaan sama, satu jenis berbeda kadar obatnya maka disimpan dan
disusun berjarak dengan diberi label LASA.
6. Penyimpanan narkotika dan psikotropika terpisah dalam lemari, untuk
penyimpanan narkotika disimpan dalam lemari double lock. Penanggung jawab
penyimpanan dilakukan oleh satu orang untuk setiap shifnya, dimana setiap
pergantian shif dilakukan penyerahan kunci lemari penyimpanan narkotika.
yang ditunjuk untuk mengawasi serta mencatat keluar dan masuknya narkotika
dan psikotropika
Untuk pengeluaran perbekalan farmasi didasarkan pada prinsip FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Administrasi barang yang terdapat
di gudang farmasi telah dilakukan dengan tertib, setiap penerimaan dan
pengeluaran barang di RS Dr Suyoto ditulis dalam kartu stok.
Instalansi Farmasi di Rumah Sakit dr Suyoto mendistribusikan perbekalan
farmasi ketiga depo yang ada yaitu Depo Watsif, Depo Ok dan Depo IGD.
Pendistribusian perbekalan farmasi di ketiga depo tersebut di lakukan dalam kurun
waktu seminggu 2 kali oleh petugas gudang. Sistem distribusi yang dilakukan di
Rumah Sakit dr Suyoto menerapkan sistem distribusi unit dose daily (UDD).
Sistem distribusi unit dose adalah suatu sistem distribusi obat – obatan yang
disiapkan dalam bentuk satuan unit atau kemasan unit untuk sekali pemakaian,
yang di sediakan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam dan diantarkan keruangan
oleh farmasi. Sistem distribusi obat di depo farmasi yaitu untuk pasien rawat jalan
dan rawat inap.
Sistem pendistribusian perbekalan farmasi di IFRS dr.Suyoto Pusrehab
Kemhan dilakukan dengan baik oleh unit pelayanan kefarmasian, yaitu pelayanan
rawat jalan dan depo farmasi. Pelayanan obat di apotek rawat jalan terdiri dari
pelayanan untuk pasien umum, pasien BPJS, Jamkesda, Jamkesmas dan KIS.

16
Pelayanan rawat jalan menggunakan sistem resep individual, yaitu sejumlah obat
berdasarkan resep dokter diberikan kepada pasien untuk pengobatan jangka waktu
tertentu. Sistem sentralisasi di RS dr.Suyoto Pusrehab Kemhan dilakukan oleh
gudang farmasi untuk permintaan dari unit pelayanan apotek rawat jalan dan depo
farmasi. Untuk pasien rawat inap diterapkan sistem unit individual dan floor stock.
Keuntungan sistem unit individual bagi pasien rawat inap adalah resep dikaji oleh
apoteker dan ada interaksi antara apoteker dengan tenaga medis lainnya. Selain itu
juga dengan sistem unit individual ini, meringankan pekerjaan IFRS dan
mempermudah penagihan biaya pengobatan pasien.
Pelayanan farmasi klinik yang dipraktekan langsung meliputi pengkajian
kerasionalan resep (aspek administratif, aspek farmasetik dan aspek klinis),
memberikan penyuluhan dan edukasi terkait obat pada pasien pulang. Untuk
kegiatan farmasi klinik dalam mengkaji Drug Related Promblems (DRP’s),
Evaluasi penggunaan Obat (EPO), pelaporan Reaksi Obat yang Merugikan (ROM)
dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) belum dilaksanakan karena
terbatasnya sumber daya manusia. Melalui kegiatan farmasi klinik yang telah
dilaksanakan dilapangan diharapkan diperoleh kepatuhan penggunaan obat oleh
pasien dan pemberian obat yang rasional (tepat pasien, tepat obat, tepat indikasi,
tepat dosis, tepat rute pemberian, tepat waktu, tepat lama pemberian, dan tepat
informasi obat) sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
dan berperan dalan kemajuan terpai yang diberikan selama masa perawatan.
Untuk sistem formularium, Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di RS dr.Suyoto
Pusrehab Kemhan telah menjalankan fungsinya dengan baik, dalam upaya
mengevaluasi, menilai dan memilih berbagai bahan obat dan sediaan obat yang
ada, yang paling efektif bagi pengobatan pasien. Hasil dari sistem formularium
tersebut dituangkan dalam buku Formularium Rumah Sakit.
Stock opname (SO) di Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan dilaksakan
sebulan sekali. Petugas pelaksanan SO adalah para pegawai apotek. Tujuan
pelaksanaan SO adalah untuk mencocokan jumlah barang yang tercatat pada kartu

17
stok dengan jumlah yang sebenarnya juga untuk mengetahui waktu kadaluarsa dari
obat-obat tersebut.

Pemusnahan resep di Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan dilakukan


selama lima tahun sekali dengan cara dibakar. Pemusnahan resep sekurang-
kurangnya disaksikan dua orang petugas apotek dan dibuat Berita Acara
Pemusnahan Resep yang ditandatangani oleh Apoteker pengelola Apotek.

Pelayanan unit sterilisasi Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan meliputi


kepentingan internal, berupa pemenuhan kebutuhan alat instrument steril, bahan
steril guna menunjang kelancaran operasional rumah sakit antara lain: kamar
operasi, UGD, ICU, rawat inap, poliklinik, penunjang medis dan ruang bayi.
Barang/bahan yang disterilkan antara lain : set ganti verban (kain kassa, gunting,
klam, pinset), kain linen, baju operasi, alat-alat operasi.
Rumah sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan dalam proses sterilisasi
menggunaan sistem stim yaitu sistem suhu tinggi kering (autoklaf). Dimana suhu
tinggi 134ºC selama kurang lebih 2 jam dapat digunakan untuk strerilisasi alat atau
instrument berbahan dasar logam sedangkan suhu rendah 121ºC untuk alat-alat
berbahan plastic, linen. Alur masuknya produk untuk disterilisasi yaitu sistem
sekali jalan. Pintu masuk dan keluar harus berbeda untuk menghindari alat yang
sudar tersterilisasi tidak terkontaminasi.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilakukan di Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan Bintaro Jakarta Selatan,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan merupakan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dari lingkungan Kementerian Pertahanan yang pengelolaan
operasionalnya bertanggung jawab kepada Kapus Rehab Kemhan. Pada tahun
2009 telah terakreditasi untuk lima pelayanan. Pada tahun 2012 Status Rumah
Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan adalah Rumah Sakit tipe B dan pada tahun
2016 telah melakukan Akreditasi 12 pelayanan (paripurna), memiliki 212
tempat tidur dengan berbagai kelas perawatan meliputi Super VIP, VIP, Kelas
I, Kelas II, Kelas III serta perawatan khusus seperti Perinatologi, ICU, dan
PICU, serta 21 poli rawat jalan.
2. RS dr.Suyoto Pusrehab Kemhan memiliki standar pelayanan kefarmasian
dengan menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengelola seluruh perbekalan
kesehatan, meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, peyimpanan,
pendistribusian seluruh perbekalan kesehatan yang digunakan.
3. Sistem distribusi obat di Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan
menggunakan sistem kombinasi yang mencakup sistem distribusi obat resep
individu (individual prescription), persediaan di ruang (floor stock) dan unit
dosis (unit dose dispensing).
4. Pengadaan perbekalan farmasi di RS dr.Suyoto Pusrehab Kemhan dilakukan
dengan tahapan perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian.
5. Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan di RS dr.Suyoto Pusrehab
Kemhan telah memberikan pengetahuan mengenai prospek kerja nyata bagi
seorang calon apoteker, khususnya dalam pekerjaan kefarmasian.

19
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian kepada pasien di
RS dr.Suyoto Pusrehab Kemhan, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perbaikan sistem pengadaan agar ketersediaan obat di Rumah Sakit terjaga,
sehingga pelayanan kefarmasian lebih optimal, baik untuk pasien maupun untuk
program itu sendiri.
2. Sebaiknya pelayanan mengenai informasi obat (PIO), konseling (KIE) dan
visite pasien lebih dioptimalkan untuk memaksimalkan konsep Pharmaceutical
care sehingga diharapkan dapat turut serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Perlunya peningkatan sarana informasi obat kepada penderita, seperti
penyediaan brosur-brosur obat, majalah kesehatan, dan lain-lain untuk
meningkatknan pengetahuan kesehatan masyarakat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Pengolahan


Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Perubahan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 3 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekusor Farmasi. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

21
22

Anda mungkin juga menyukai