FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN, PUSKESMAS
KECAMATAN JAGAKARSA, DAN PUSKESMAS
KECAMATAN TEBET KOTA ADMINISTRASI JAKARTA
SELATAN
PERIODE 01 MARET – 31 MARET 2019
Disusun Oleh:
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah serta
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Suku Dinas Kesehatan, Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, dan Puskesmas
Kecamatan Tebet Kota Administrasi Jakarta Selatan yang dilaksanakan pada tanggal
01 Maret – 31 Maret 2019 dengan baik. Dalam pelaksanaan PKPA ini, telah diperoleh
tambahan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, pengalaman, bimbingan serta bantuan
dari berbagai pihak yang berada di Suku Dinas Kesehatan, Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa, dan Puskesmas Kecamatan Tebet Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pada
kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada Bapak
Danang Ari Wibowo, S.Si., Apt. selaku pembimbing dari Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Ibu Dra. Diana Serlahwaty, M.Si., Apt. selaku
pembimbing dari Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang telah memberikan
petunjuk, pengarahan, dan bimbingan selama PKPA dan penyusunan laporan ini.
Ungkapan terima kasih juga kami ucapkan kepada:
1. Prof. Dr. Shirly Kumala, M.Biomed., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila.
2. Dra. Titiek Martati, M.Si., Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker
Universitas Pancasila.
3. Seluruh Direksi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar serta bimbingan dan
kerjasama selama pelaksanaan PKPA.
4. Seluruh Staf di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Puskesmas Kecamatan
Tebet.
5. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan material serta teman-teman
angkatan 62 Program Profesi Apoteker Universitas Pancasila.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan segala kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun. Akhir kata,
semoga ilmu, keterampilan serta pengalaman yang didapatkan selama melaksanakan
kegiatan PKPA ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat sebagai bekal
pengabdian seorang Apoteker kepada masyarakat serta semua pihak yang membaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Lampiran 1 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan ..................................................................................... 86
Lampiran 2 Struktur Organisasi Seksi Sumber Daya Kesehatan ............................ 87
Lampiran 4 Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa ..................................... 90
Lampiran 5 Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Tebet ........................................... 93
Lampiran 6 Kegiatan Survey Clarissa Putri Firayanda, S.Farm .............................. 97
Lampiran 7 Kegiatan Survey Cristy Florencia, S.Farm........................................... 99
Lampiran 8 Kegiatan Survey Dea Elvia Amanda, S.Farm ...................................... 101
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal penting dalam pembangunan suatu
bangsa dan salah satu mutunya dipengaruhi oleh kesehatan. Kesehatan merupakan
hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis, maka dari itu pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis
(1).
Dalam pembangunan kesehatan pemerintahan bertanggung jawab dalam
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat
dan bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (1). Kementerian Kesehatan (KEMENKES)
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan
untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara (2).
Sebagai unsur pelaksana yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
kesehatan adalah Dinas Kesehatan (DINKES) dan Suku Dinas Kota merupakan
unit kerja Dinas Kesehatan pada kota administrasi (SUDINKES) yang mempunyai
tugas, salah satunya adalah melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan,
pengendalian dan pengembangan kesehatan masyarakat, serta kesehatan
perseorangan. Suku Dinas Kota dalam menyelenggarakan salah satu fungsinya
adalah pengoordinasian kegiatan puskemas dan rumah sakit dalam pelayanan
kesehatan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan (3).
1
2
B. TUJUAN
1. Mengetahui gambaran umum mengenai kegiatan operasional pekerjaan
kefarmasian di fasilitas kesehatan lembaga pemerintahan.
2. Mengetahui dan memahami peran Apoteker dalam standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas yang meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik.
3. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi di Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan terutama pada seksi sumber daya kesehatan
khususnya bagian kefarmasian.
3
C. MANFAAT
1. Mendapatkan gambaran nyata dan memahami peran apoteker dalam pekerjaan
kefarmasian di fasilitas kesehatan di lembaga pemerintahan.
2. Memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas.
3. Menambah wawasan dan keterampilan secara langsung dalam pelayanan
klinik di puskesmas.
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
5
2. Struktur Organisasi
Suku Dinas Kota terdiri dari:
a. Kepala Suku Dinas, mempunyai fungsi:
1) Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas Kesehatan;
2) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi, Puskesmas,
RSUD/RSKD, dan Subkelompok Jabatan Fungsional Suku Dinas
Kesehatan;
3) Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan SKPD/UKPD
dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan;
4) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Suku Dinas Kesehatan (3).
b. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kota dalam
pelaksanaan administrasi Suku Dinas Kesehatan, dipimpin oleh seorang
Kepala Subbagian berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
1) Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran;
2) Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran;
3) Mengoordinasikan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan
anggaran;
4) Melaksanakan kegiatan pengelolaan kepegawaian;
5) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kepegawaian;
6) Melaksanakan pengelolaan keuangan dan barang;
7) Mengoordinasikan pengelolaan asset;
8) Melaksanakan kegiatan pengelolaan ketatausahaan dan
kerumahtanggaan;
9) Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara;
10) Melaksanakan kegiatan pengelolaan surat menyurat dan kearsipan
7
c. Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kota
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan di bidang
kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga yang
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas Kota. Seksi Kesehatan
Masyarakat mempunyai fungsi:
1) Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
sesuai dengan lingkup tugasnya;
2) Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran;
3) Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan
maternal, pelayanan kegawat daruratan maternal, kelangsungan hidup
balita dan anak prasekolah, kualitas hidup balita dan anak prasekolah,
kesehatan usia sekolah dan remaja diluar sekolah, kesehatan reproduksi
dan keluarga berencana, KTA/KTP, akses dan kualitas kesehatan usia
lanjut serta fasilitas pelayanan kesehatan;
4) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan maternal, pelayanan kegawatdaruratan
maternal, kelangsungan hidup balita dan anak prasekolah, kualitas
hidup balita dan anak prasekolah, kesehatan usia sekolah dan remaja
diluar sekolah, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
KTA/KTP, akses dan kualitas kesehatan usia lanjut serta fasilitas
pelayanan kesehatan;
5) Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan maternal, pelayanan kegawatdaruratan
maternal, kelangsungan hidup balita dan anak prasekolah, kualitas
hidup balita dan anak prasekolah, kesehatan usia sekolah dan remaja
diluar sekolah, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
KTA/KTP, akses dan kualitas kesehatan usia lanjut serta fasilitas
pelayanan kesehatan;
9
Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS). Proses seleksi ini harus
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter
gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun
dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan
data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari
stok berlebih (5).
b. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat (5).
c. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas
secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
18
c. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman
yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Kegiatan:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien;
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat
tersebut, dan lain-lain;
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat;
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kriteria pasien:
a) Pasien rujukan dokter;
b) Pasien dengan penyakit kronis;
c) Pasien dengan Obat yang berindeks terapeutik sempit;
d) Pasien geriatrik;
e) Pasien pediatrik.
2) Sarana dan prasarana :
a) Ruangan khusus;
b) Kartu pasien/catatan konseling
25
Tujuan:
1) Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat;
2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan
Obat.
Kriteria pasien:
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui;
2) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis;
3) Adanya multidiagnosis;
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati;
5) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit;
6) Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
Kegiatan:
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria;
2) Membuat catatan awal;
3) Memperkenalkan diri pada pasien;
4) Memberikan penjelasan pada pasien;
5) Mengambil data yang dibutuhkan;
6) Melakukan evaluasi;
7) Memberikan rekomendasi (5).
f. Evaluasi penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
1) Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu;
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai
standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO)
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang
mudah dilihat (5).
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
27
28
5. Pelayanan Kefarmasian
Pada fasilitas farmasi tenaga kesehatan terdiri dari 1 Apoteker Penanggung
Jawab Apotek, 1 Apoteker Penanggung Jawab Gudang, dan
9 Asisten Apoteker. Unit farmasi menyediakan obat-obatan yang
dibutuhkan pasien sesuai dengan resep dokter baik racikan maupun non
racikan. Selain itu, unit farmasi menyediakan layanan konseling tentang
penggunaan obat maupun masalah terkait obat bagi pasien yang memiliki
penyakit kronik, pasien anak, maupun lanjut usia. Pelayanan kefarmasian
di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dalam satu hari dapat melayani kurang
lebih 400 resep.
4) KERJASAMA
Berkerja dengan harmonis untuk mencapai satu tujuan.
5) VISIONER
Berfikir jauh kedepan dan tanggap terhadap perubahan.
7. Tata Letak Bangunan
a. Tata Letak Puskesmas
Puskesmas Kecamatan Tebet terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama
terdapat : Loket, Apotek Puskesmas, Gudang Obat, Poli PTM, UGD,
Poli Gigi, Laboratorium, PTRM. Pada lantai kedua terdapat Poli KIA,
Poli KB, Poli Imunisasi, Poli MTBS, Poli Gizi, Poli Umum, Poli
Sahabat/Jiwa, Poli DOTS. Pada lantai ketiga terdapat R. Tata Usaha,
R. Keuangan, R. Binkesmas, R. Pengadaan dan R. Kepala Puskesmas.
b. Tata Letak Ruang Farmasi Puskesmas
Apotek puskesmas berada di lantai 1, berhadapan dengan loket dan
bersisian dengan tangga dan gudang obat berada di bawah tangga.
8. Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kecamatan Tebet
Puskesmas Tebet melaksanakan dua jenis kegiatan pelayanan kesehatan,
yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP), yang dijabarkan sebagai berikut :
a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), terbagi menjadi :
1) UKM Esensial, meliputi :
a) Pelayanan Promosi Kesehatan dan Unit Kesehatan Sekolah :
(1) Pelayanan Promosi Kesehatan
(2) Pelayanan PSM
(3) Pelayanan Unit Kesehatan Sekolah
b) Pelayanan KIA / KB
c) Pelayanan Kesehatan Lingkungan
d) Pelayanan Gizi
e) P2P:
(1) Pelayanan Imunisasi
(2) Pelayanan TB Paru
39
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes)
Kota Administrasi Jakarta Selatan, Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, dan Puskesmas
Kecamatan Tebet berlangsung mulai tanggal 01 Maret hingga 31 Maret 2019. PKPA
di Sudinkes dilakukan pada tanggal 01 - 08 Maret 2019 dan 27 – 31 Maret 2019,
sedangkan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Puskesmas Kecamatan Tebet
dilakukan pada tanggal 11 - 26 Maret 2019. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar
mahasiswa mengetahui tugas pokok serta fungsi profesi Apoteker di Suku Dinas
Kesehatan dan Puskesmas.
43
44
Administrasi Jakarta Selatan dipimpin oleh seorang kepala Seksi SDK yang
membawahi 3 Koordinator, yaitu Koordinator Tenaga Kesehatan (NaKes),
Koordinator Alat Kesehatan (AlKes), serta Koordinator Kefarmasian. Ketiga
koordinator ini bertanggung jawab langsung kepada kepala Seksi SDK dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya masing-masing. SDK mempunyai tugas pokok
yaitu melaksanakan pemberian rekomendasi sarana kefarmasian tertentu dan
sarana lainnya yang berhubungan dengan kesehatan serta pelaksanaan pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian terhadap perbekalan kesehatan.
SDK terdapat subseksi kefarmasian. Koordinator kefarmasian mempunyai
tugas pokok dalam perencanaan, perizinan, pengelolaan serta pengawasan
pekerjaan kefarmasian. Oleh karena itu, koordinator ini erat kaitannya dengan
bidang farmasi terutama bagi apoteker dalam menjalankan tugas profesi
kefarmasiannya di lingkup pemerintahan. Subseksi Kefarmasian mengendalikan
kegiatan seperti melaksanakan pengelolaan izin apotek, Toko Obat, Usaha Mikro
Obat Tradisional (UMOT), Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), melakukan
Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL) fasilitas kesehatan
kefarmasian, penyuluhan keamanan industri pangan rumahan, pengelolaan laporan
Psikotropika dan Narkotika wilayah Jakarta selatan (SIPNAP) dan melaksanakan
rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) yang
dikirim dari seluruh Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta Selatan.
Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian merupakan tugas pokok dan
fungsi dari Subseksi Kefarmasian. Hal ini berfungsi untuk memantau proses dan
produk-produk layanan di bidang kesehatan maupun pangan secara efektif dan
efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada
masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat
dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada. Pembinaan adalah
kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan, seperti
misalnya melakukan penyuluhan. Pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan
untuk memastikan bahwa keadaan sarana farmasi sesuai dengan yang seharusnya,
seperti contohnya sidak yang dilakukan ke Puskesmas. Pengendalian
45
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar sarana farmasi tetap
berfungsi sebagaimana seharusnya, seperti misalnya memberikan peringatan atau
sanksi kepada sarana farmasi yang melakukan pelanggaran.
2) Permintaan/Pengadaan
Berdasarkan Permenkes No. 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, Puskesmas mengajukan permintaan yang
sesuai dengan perencanaan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai.
Namun untuk daerah Jakarta, Puskesmas tidak melakukan permintaan,
melainkan pengadaan.
Pengadaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh
Apoteker penanggung jawab farmasi kepada bagian pengadaan
Puskesmas. Pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dilakukan dengan menggunakan sistem e-catalogue melalui e-
purchasing. Pengadaan secara e-purchasing merupakan pembelian
obat melalui sistem katalog elektronik (e-catalogue), yaitu sistem
informasi elektronik yang memuat daftar, merek, jenis, harga serta
jumlah ketersediaan barang tertentu dari berbagai Penyedia. Obat dan
bahan medis habis pakai yang tidak terdapat pada e-catalogue dapat
diadakan melalui pembelian langsung. Selain itu, pengadaan juga dapat
dilakukan dengan cara hibah/sumbangan dan Obat Program seperti obat
TB, obat HIV, obat IMS, obat tambah darah, obat kusta, vaksin, dan
beberapa obat poli jiwa.
3) Penerimaan
Barang atau perbekalan farmasi yang datang dari PBF diterima oleh
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). Tim PPHP wajib melakukan
pengecekan terhadap kesesuaian fisik obat/perbekalan farmasi yang
diterima berdasarkan surat pesanan dan faktur. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi nama obat dan bahan medis habis pakai, jumlah,
nomor bets, tanggal kadaluarsa, serta kondisinya. Selanjutnya, PPHP
menyerahkan obat dan bahan medis habis pakai kepada Apoteker untuk
dilakukan pemeriksaan kembali.
48
4) Penyimpanan
Penyimpanan obat dilakukan oleh petugas farmasi, baik di gudang
farmasi, ruang farmasi (apotek), maupun unit-unit. Untuk penyimpanan
di gudang farmasi, obat disimpan berdasarkan stabilitas penyimpanan,
bentuk sediaan, obat golongan tertentu (narkotika, psikotropika,
prekursor farmasi, obat-obat tertentu). Sedangkan penyimpanan obat di
apotek disusun berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaan. Obat LASA
diletakkan tidak berdekatan dengan obat LASA lainnya, melainkan
diselingi oleh minimal 2 obat non LASA lainnya. Penyimpanan obat
dipuskesmas juga mengikuti sistem FEFO dan FIFO serta memberi
label warna sesuai tahun kadaluarsa pada kemasan terluar. Untuk
penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika, dilakukan
dalam lemari 2 kunci, namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa
obat narkotika dan psikotropika yang disimpan di dalam rak
penyimpanan bersamaan dengan obat lainnya untuk memudahkan
pengambilan obat.
5) Pendistribusian
Pendistribusian obat di Puskesmas Kecamatan dilakukan dengan
menggunakan Surat Permintaan Barang ke gudang dan gudang akan
mengeluarkan Surat Bukti Barang Keluar. Surat Penyerahan Barang
dibuat 2 rangkap, lembar asli untuk petugas gudang dan lembar copy
untuk petugas puskesmas yang meminta barang (obat). Petugas gudang
menyiapkan obat dari gudang sesuai daftar permintaan dari unit
pelayanan/kelurahan. Namun, tidak semua barang yang dipesan akan
diberikan, karena akan disesuaikan dengan ketersediaan yang ada di
gudang. Petugas mengambil obat sesuai dengan sitem FEFO dan FIFO.
Setelah barang disiapkan, petugas dari puskesmas kecamatan maupun
kelurahan langsung mengambil barang/obat yang telah dipesan.
Petugas mendistribusikan obat ke farmasi kecamatan (1 bulan sekali)
dan kelurahan (2 bulan sekali), kecuali permintaan cito.
49
6) Pemusnahan
Obat-obat yang telah memasuki waktu kadaluarsa, rusak, ataupun obat
dalam kondisi tertentu (tidak memenuhi spesifikasi) harus
dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan 2 kali dalam 1 tahun yaitu pada
bulan April dan Oktober serta dibuat pelita acara pemusnahan.
7) Pengendalian
Pengendalian dilakukan dengan menggunakan kartu stok pada tiap
obat. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
obat. Setiap bulan dilakukan stok opname di ruang farmasi dan di
gudang farmasi. Pengendalian obat-obat expired dilakukan dengan
memberikan warna pada kotak obat.
8) Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek penting dari
pengelolaan obat, karena dapat membantu dalam mengevaluasi seluruh
rangkaian pengelolaan perbekalan farmasi.
a) Pencatatan kartu stok
Obat-obat yang disimpan, baik di gudang maupun Apotek harus
memiliki kartu stok. Kartu stok digunakan untuk pencatatan mutasi
obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, kadaluarsa). Setiap
kartu stok hanya berisi catatan mutasi untuk satu jenis obat. Kartu
stok diletakkan pada lokasi penyimpanan obat. Pencatatan di kartu
stok obat harus dilakukan secara rutin dari hari ke hari. Setiap
terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak,
kadaluarsa) langsung dicatat di dalam kartu stok, sehingga dapat
digunakan sebagai alat bantu pengendalian. Penerimaan dan
pengeluaran di jumlahkan pada setiap akhir bulan. Dengan
penyampaian informasi ini secara berkala dan berkelanjutan
diharapkan penggunaan obat yang lebih tepat di puskesmas akan
dapat ditingkatkan.
50
obat dan sudah berjalan dengan waktu yang lama ditanyakan apakah
mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi obat. Proses penyerahan
obat juga didokumentasikan berupa tanda tangan pasien di belakang
form resep. Hal ini untuk memastikan bahwa pasien telah mendapatkan
obat yang telah diresepkan dan mendapatkan informasi mengenai
pengobatan yang sedang dijalani.
Alur pelayanan obat di puskesmas kecamatan Jagakarsa meliputi:
a) Pasien datang ke loket penyerahan resep
b) Pasien mendapat nomor antrian resep
c) Resep racikan dipisahkan dengan resep non racikan
d) Obat akan disiapkan sesuai instruksi pada resep baik nama obat,
kekuatan sediaan, dan jumlah
e) Jika obat harus di racik, maka dilakukan peracikan obat
f) Obat dibungkus dengan plastik obat dan diberi etiket
g) Proses penyerahan obat, Apoteker/asisten apoteker memanggil
pasien dengan menyebutkan nomor antrian pasien,
mengindentifikasi pasien, menyerahkan obat serta memberikan
informasi obat pada pasien.
h) Apoteker/asisten apoteker meminta tanda tangan/paraf
pasien/keluarga pasien penerima obat sebagai bukti pasien telah
menerima obat.
2) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
diberikan kepada pasien maupun kepada sesama profesi kesehatan dan
telah berjalan cukup optimal. Pelayanan informaso obat dapat diberikan
kepada dokter, apoteker, perawat, asisten apoteker dan pasien yang
dapat dilayani segera atau melalui lisan, tulisan, maupun telepon. Selain
itu, informasi obat yang diberikan dapat juga dapat melalui leaflet dan
poster. Pada kegiatan PKPA di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa,
mahasiswi PKPA dapat berkesempatan secara langsung melakukan
pelayanan informasi obat melalui Penyuluhan
54
ini diperlukan sumber data dan jenis data. Sumber data yang diperlukan
di puskesmas adalah pencatatan dan pelaporan obat. Jenis data yang
dikumpulkan meliputi LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat yang berisi stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa
stok, lalu data obat hilang/rusak/kadaluwarsa, kekosongan obat dan
stok pengaman, serta daftar obat yang terdapat dalam FORNAS dan
Formularium Puskesmas. Untuk melaksanakan metode ini perlu
diperhitungkan dan dibuat Rencana Kebutuhan Obat (RKO)
berdasarkan rekapitulasi data pemakaian obat rata-rata periode
sebelumnya melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO), data yang biasa digunakan adalah data periode tahun
sebelumnya. Contoh apabila ingin membuat RKO tahun 2018 maka
data yang digunakan adalah LPLPO tahun 2016 perencanaan yang
dibuat disesuaikan dengan anggaran yang ada.
b. Metode Epidemiologi/Morbiditas
Metode ini didasarkan atas jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan
standar pengobatan yang ada. Jadi dilihat seberapa banyak pasien yang
menderita penyakit tertentu tersebut dan pemberian obat pada pasien
tersebut dalam waktu setahun. Contoh terdapat pasien yang menderita
diare dalam setahun seribu orang kemudian perorang tersebut diberikan
obat oralit sebanyak enam sachet tiap pasien, maka perencanaan untuk
obat oralit tersebut adalah jumlah pasien dikali jumlah obat yang
diberikan perpasien (1000x6 = 6000 sachet oralit).
Metode yang digunakan pada Puskesmas Kecamatan Tebet adalah
metode konsumsi. Selanjutnya Apoteker akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan sediaan farmasi puskesmas di wilayah
kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari
stok berlebih. Rumus yang digunakan dalam perencanaan terhadap obat-
obatan dibuat buffer sebanyak 6 bulan, sehingga dengan
57
kata lain RKO yang diajukan setiap tahunnya dibuat untuk 18 bulan namun
dikurangi dengan sisa stok persediaan obat tersebut.
2) Pengadaan/Permintaan
Pengadaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis
habis pakai di puskesmas sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat. Pengadaan obat di puskesmas dilakukan oleh bagian pengadaan di
puskesmas kecamatan yang menjadi tanggung jawab apoteker. Pengadaan
obat dilakukan berdasarkan RKO (Rencana Kebutuhan Obat) yang telah
dibuat oleh Apoteker Puskesmas Kecamatan Tebet. Pengadaan obat di
Puskemas wilayah DKI Jakarta dilakukan oleh Puskesmas itu sendiri.
Pengadaan obat yang direncanakan sendiri oleh Puskesmas kecamatan
menggunakan sumber dana pengadaan obat dari BLUD (Badan Layanan
Umum Daerah). Puskesmas Kecamatan melakukan pengadaan obatnya
sendiri karena dianggap mampu mengadakan kebutuhan obatnya sendiri.
Namun, untuk obat program pengadaan obat bersumber dari Kementrian
Kesehatan.
Proses pengadaan di Puskesmas Kecamatan dilakukan dengan melalui 2
cara yaitu:
a. Pengadaan secara mandiri
1) Pengadaan secara E-Purchasing melalui E-Catalogue
Pengadaan obat secara E-Purchasing merupakan pembelian obat
melalui sistem katalog elektronik (E-Catalogue), yaitu sistem
informasi elektronik yang memuat daftar, jenis spesifikasi teknis,
harga serta penyedia. Pembelian secara E-Purchasing ini dilakukan
untuk obat-obat Fornas. Obat harus dibeli melalui E- Catalogue jika
daftar obat memang ada dalam daftar E-Catalogue tersebut, jika
tidak ada dilakukan metode pengadaan lainnya sesuai PERPRES
No 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
58
2) Pengadaan Langsung
Pengadaan secara langsung ini dilakukan untuk pembelian obat
dengan beberapa kriteria seperti pembelian obat yang bernilai
dibawah 200 juta rupiah, dilakukan untuk obat-obat dengan
kebutuhan CITO dan obat-obat yang tidak ada dalam daftar E-
Catalogue. Pengadaan langsung dilakukan melalui PBF (Pedagang
Besar Farmasi) yang telah memiliki izin PBF.
b. Hibah
1) Obat Program
Pengadaan obat-obat program berasal dari pemerintah, dalam hal
ini adalah Kementerian Kesehatan. Obat program adalah obat yang
digunakan untuk kebutuhan program kesehatan yang telah
ditetapkan secara nasional oleh kementerian kesehatan. Alur
pengelolaan obat program diawali dari Kementrian Kesehatan
mendistribusikan obat ke Dinas Kesehatan Provinsi selanjutnya
obat program didistribusikan ke Suku Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kemudian obat program didistribusikan ke
Puskesmas wilayah masing-masing. Obat-obat program tersebut di
antaranya adalah obat TB, obat ARV, obat kusta, vaksin, dan
beberapa obat kesehatan jiwa dan terdapat dari Kementrian
Kesehatan melalui RSKO yaitu obat metadon untuk kebutuhan
untuk Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Bila anggaran
yang ada di Puskesmas Kecamatan lebih kecil dari pengadaan yang
direncanakan, maka obat-obat yang direncanakan akan diseleksi
kembali dengan analisa VEN dan Pareto.
2) Fasilitas Kesehatan Lainnya
Pengadaan obat non program berasal dari fasilitas kesehatan
lainnya
3) Penerimaan
Barang atau perbekalan farmasi yang datang dari PBF diterima oleh
petugas penerima obat/perbekalan farmasi (user). Sebelum
59
lemari pendingin, obat-obat solid, liquid dan semi solid disimpan pada
ruang yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung.
f. Farmakologi
Obat disimpan berdasarkan khasiatnya. Misalnya penyimpanan
berdasarkan kelompok obat antibiotik, kelompok obat hipertensi,
kelompok obat kolesterol, kelompok obat diabetes, kelompok obat
analgetik antipiretik, dan lain-lain.
g. Lemari khusus
Obat yang dismpan dalam lemari khusus adalah obat narkotika,
psikotropika, dan obat-obat tertentu. Disimpan dalam lemari double
lock (kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis dan lemari
tersebut terpasang menempel pada dinding serta dilengkapi dengan
kartu stok dan harus dalam keadaan terkunci. Obat ARV (Anti
Retroviral) disimpan dilemari khusus tersendiri.
h. Fast moving
Obat yang disimpan ditempat yang paling mudah dijangkau untuk
memudahkan pada saat penyiapan obat.
i. LASA (Look Alike Sound Alike)
Obat yang memiliki kemasan yang terlihat mirip atau obat yang
memiliki nama yang terdengar mirip diberi label penandaan LASA dan
penyimpanannya diselingi obat lain, serta pemberian nama obat yang
LASA dibedakan huruf yang tampaknya sama dengan obat yang mirip.
Setiap penyimpanan baik obat maupun alkes ataupun vaksin selalu
dilengkapi dengan kartu stok. Kartu stok, berfungsi untuk memonitor
pemasukan dan pengeluaran obat, alkes ataupun vaksin tersebut. Setiap
pemasukan dan pengeluaran obat ataupun alkes dan vaksin, wajib dicatat
dengan lengkap oleh petugas, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kehilangan dan memudahkan penelusuran jika terdapat barang yang kurang
ataupun tak sesuai dengan persyaratan. Penyimpanan juga dilengkapi
dengan penerangan yang cukup, pendingin ruangan (Air
61
Conditioner) dan alat pengukur suhu ruangan yang dilengkapi dengan kartu
pemonitor suhu ruangan. Penyimpanan obat dalam dus di gudang harus
dialasi dengan palet agar mencegah terjadi lembab akibat lantai yang dingin
dan jumlah penumpukan kerdusnya pun sudah ditentukan, tidak boleh
terlalu banyak ditumpuk agar obat yang berada paling bawah tidak rusak.
5) Pendistribusian
Pendistribusian obat program kepada Puskesmas Kecamatan dilakukan
secara sentralisasi, dimana semua obat dikelola oleh apoteker pada bagian
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Di Puskesmas
Kecamatan Tebet pendistribusian obat dilakukan dari Suku Dinas
Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Selatan kemudian didistribusikan ke
gudang besar farmasi Puskesmas Kecamatan Tebet, selanjutnya puskesmas
kecamatan mendistribusikan obat ke puskesmas kelurahan, unit-unit
layanan di puskesmas kecamatan dan apotek atau ruang farmasi untuk
pendistribusian kepada pasien. Pendistribusian untuk obat non- program
kepada puskesmas kecamatan dilakukan oleh distributor yang
bersangkutan secara langsung ke gudang besar farmasi puskesmas
kecamatan.
Untuk setiap permintaan sediaan farmasi dan alat kesehatan ke
gudang harus menggunakan Surat Permintaan Barang (SPB) dan gudang
besar farmasi akan mengeluarkan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) hal
ini dilakukan dengan tujuan agar tidak terdapat kekeliruan didalam
pemberian pesanan yang akan mempengaruhi stok yang ada di gudang.
Setelah semua lengkap, maka akan ada Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
yang didalamnya terdapat nomor surat, dan tertera pernyataan bahwa hari
tersebut, tanggal, bulan dan tahun telah terjadi serah terima barang dari dan
kepada unit yang meminta serta ditandatangani oleh oihak yang menerima.
SBBK dibuat 2 rangkap, lembar asli untuk petugas gudang dan lembar copy
untuk petugas puskesmas kelurahan yang meminta barang (obat) sehingga
dapat menyesuaikan barang yang datang
62
atau poli lain yang mengirimkan surat permintaan barang. Petugas gudang
akan menyiapkan barang yang dipesan oleh masing-masing puskesmas
kelurahan. Namun tidak semua barang yang dipesan akan diberikan, karena
akan disesuaikan dengan pengadaan yang ada di gudang. Setelah barang
disiapkan, petugas dari puskesmas kelurahan langsung mengambil
barang/obat yang telah dipesan.
Pendistribusian sistem resep perorangan bagi pasien yaitu
mendistribusikan obat kepada pasien secara langsung. Pendistribusian ini
biasanya dilakukan di ruang farmasi berdasarkan resep yang dituliskan oleh
dokter. Alur pelayanan resep di ruang farmasi mulai dari hasil resep yang
telah diinput dokter kemudian resep tercetak secara otomatis di ruang
farmasi lalu dilakukan penyiapan obat tersebut, yang sebelumnya apoteker
akan melakukan verifikasi resep. Jika resep racikan, maka apoteker akan
melihat dan memvalidasi dosis dan obat yang diberikan dengan berat badan
pasien. Jika semua sudah cocok maka akan dilakukan dispensing
resep/penyiapan obat diantaranya meracik dan menyiapkan obat serta
penulisan etiket, kemudian paraf resep oleh petugas yang meracik dan
menyiapkan obat, kemudian setelah selesai maka akan dicek lagi
kesesuaiannya oleh orang yang berbeda, kemudian apoteker akan
memanggil nama pasien dan berasal dari poli lalu apoteker meminta no
antrian yang selanjutnya akan dicocokan dengan data identitas pasien yang
ada di resep. Kemudian penyerahan obat dan pemberian informasi
mengenai obat selengkap-lengkapnya oleh Apoteker. Jika obat tersebut non
racikan maka jika akan segera disiapkan sesuai jumlah dan nama obat.
Kemudian akan dicek kembali sebelum diserahkan oleh orang yang
berbeda, jika sudah siap maka akan dilakuakn pemanggilan dan penyerahan
obat oleh apoteker dan pemberian informasi sejelas-jelasnya.
6) Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai untuk memastikan
tercapainya sasaran sesuai dengan strategi dan program yang telah
63
dan cara penyimpanan obat. PIO kepada tenaga medis juga dilakukan
untuk mengkonfirmasi kembali dan memberi informasi jika ada
ketidaksesuaian obat, dosis atau waktu penggunaan pada resep.
diantaranya nama obat, khasiat, waktu dan cara minum obat, efek
samping dan cara penyimpanan obat
g. Ketika menyerahkan obat, pasien dimintai tanda tangan sebagai bukti
pengambilan obat dan nomor telpon. Penyerahan obat kepada pasien
hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, mengingat
pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin kondisinya tidak stabil.
2) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien melalui penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan melalui kegiatan :
a. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan dan
memberi informasi melalui telepon, pesan atau tatap muka.
b. Membuat leaflet, brosur, label obat, poster, majalah dinding dan lain-
lain.
c. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien serta masyarakat.
d. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis
pakai.
3) Konseling
Pelaksanaan konseling di Puskesmas Kecamatan Tebet belum berjalan
dengan optimal karena adanya keterbatasan ruangan dan tenaga kesehatan.
4) Monitoring Efek Samping Obat
Puskesmas Kecamatan Tebet melakukan pencatatan MESO secara manual
dengan format yang telah ditentukan, terdapat lembar form yang diisi oleh
dokter dan apoteker. Pencatatan dilakukan untuk memberikan
68
b. Pelayanan PTRM
Jadwal pelaksanaan pelayanan PTRM dilakukan pada hari Senin hingga
Jumat pukul 13.00-15.00 dan hari Sabtu, Minggu, dan hari libur pada pukul
11.00-13.00 WIB yang dijaga oleh dokter dan apoteker atau petugas
lainnya. Pasien yang dapat mengikuti PTRM adalah pasien yang memang
sudah terdaftar di puskesmas kecamatan tebet sebagai pasien metadon.
Tahapan atau alur pasien yang dilakukan untuk dapat mengikuti PTRM
adalah mendaftar ke bagian loket untuk mendapatkan nomor identitasnya
yang sudah terdaftar dan membayar, selanjutnya pasien datang ke poli
metadon menyerahkan nomor identitas dan menyebutkan nama lalu
petugas akan mengambil biodata dan laporan pemakaian harian pasien
tersebut kemudian di tandatangan, dan petugas akan menyiapkan metadon
sesuai dosis yang terdapat dalam laporan harian tersebut lalu diberikan
kepada pasien untuk diminum sampai habis, petugas yang berjaga harus
benar-benar memastikan bahwa metadon tersebut sudah ditelan. Metadon
yang diberikan dalam bentuk liquid dan perlu diencerkan secukupnya
dengan sirup berwarna yang manis karena rasa metadon yang sangat pahit.
Dosis pada setiap pasien metadon berbeda antara pasien yang satu
dengan pasien yang lain tergantung kondisi penyakit lainnya yang
diderita. Semakin banyak penyakit maka memerlukan dosis metadon yang
lebih tinggi, hal ini dikarenakan terdapat beberapa jenis penyakit yang
dapat menyerap metadon sehingga konsentrasi metadon berkurang dan
efek obat yang diharapkan tidak tercapai. Pemberian dosis metadon untuk
penyakit tersebut (seperti TBC, HIV) maka pemberian dosis dibagi 2 yaitu
dosis yan dapat diminum di hadapan petugas langsung dan dosis split.
Dosis split merupakan dosis metadon yang dapat dibawa pulang/take
home dose (THD) karena untuk mencegah pasien mengalami efek sakaw
(rasa menggigil di
71
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil tinjauan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilakukan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa, dan Puskesmas Kecamatan Tebet mulai tanggal 01 Maret –
31 Maret 2019, dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Apoteker dalam menjalankan tugasnya di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan terpusat pada seksi sumber daya kesehatan
(SDK), yaitu subseksi kefarmasian yang memiliki peran untuk pelaksanaan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian farmasi, makanan dan minuman di
wilayah kerja Jakarta Selatan.
2. Apoteker di Puskesmas memiliki tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang
meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan, serta pemantauan dan
evaluasi pengelolaan. Selain itu Apoteker juga bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan pelayanan farmasi klinik yang meliputi pengkajian
resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat, pelayanan informasi
obat (PIO), konseling, pemantauan dan pelaporan efek samping obat,
pemantauan terapi obat, serta evaluasi penggunaan obat.
B. SARAN
Penambahan sumber daya manusia (SDM) terutama Apoteker baik di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan maupun di Puskesmas daerah Jakarta
Selatan untuk memaksimalkan pencapaian kerja. Selain itu, perlu ditambahkan
sarana dan prasarana yang memadai pada masing-masing tempat.
84
DAFTAR PUSTAKA
3. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur No. 278 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta; 2016.
85
LAMPIRAN
Usaha
Kecamatan
Seksi
Masyarakat Kesehatan
Penyakit
Kelurahan
Lampiran 2. Struktur Organisasi Seksi Sumber Daya Kesehatan
Lampiran 3. Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Tebet
Tempat racik Lemari obat
91
Gudang Berita Acara
Penyuluhan Konseling
92