Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada
tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas
yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara
teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional
kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya
Sedangkan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pelayanan
kefarmasian di puskesmas merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian di puskesmas harus
mendukung tiga fungsi pokok puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat
pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakkat (Kementrian Kesehatan
Republik Idonesia, 2014a).
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan
kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care). Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi dua
kegiatan, yaitu kegiatan bersifat menejerial berupa pengelolaan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan kefarmasian klinik (Kementrian
Kesehatan Republik Idonesia, 2014a).
2

Mengingat akan pentingnya tugas dan fungsi seorang apoteker dalam hal
pelayana kefarmasian di puskesmas, maka dilakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan Cakung sebagai bentuk pelaksanaan
tugas khusus. Praktek kerja ini dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi
calon apoteker untuk meningkatkan pengetahuan terhadap pelaksanaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas dan tentunya unuk mengetahui Fungsi dan tugas dari
masing masing instansi baik Suku Dinas Kesehatan maupun Puskesmas Cakung.
Pencatatan dan Pelaporan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO), Penggunaan Obat Rasional (POR) serta penggunaan obat generik
merupakan kegiatan yang akan dilakukan oleh Apoteker di puskesmas yang
termasuk dalam pelayanan kefarmasian dipuskesmas. Oleh karena itu, mahasiswa
juga diberikan tugas khusus untuk mengkaji laporan-laporan tersebut di
puskesmas Kecamatan Cakung.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas
Kecamatan Cakung adalah
a. Mengetahui dan mengkaji pelayanan kefarmasian dinpuskesmas Cakung.
b. Mengetahui dan mengkaji Laporan Penggunan Obat Rasional (POR)
periode bulan Januari –Januari 2018
c. Mengetahui dan mengkaji laporan Penggunaan Obat Generik periode
Januari – Januari 2018 di Pusekesmas Kecamatan Cakung.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur


Suku Dinas Kota merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada Kota
Administrasi. Suku Dinas Kota dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, serta secara
operasional dikoordinasikan oleh Walikota (Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta2017).
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 278 Tahun
2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, Suku Dinas Kota
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, pengendalian
dan pengembangan kesehatan masyarakat, serta kesehatan perorangan. Dalam
melaksanakan tugas tersebut Suku Dinas Kota menyelenggarakan fungsi,
diantaranya sebagai berikut.
a. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku Dinas
Kesehatan Kota.
b. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Suku
Dinas Kesehatan Kota.
c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan
keluarga, peningkatan program gizi dan Peningkatan Peran Serta
Masyarakat(PPSM), serta promosi dan informasi kesehatan.
d. Mengkoordinasi kegiatan Puskesmas dan rumah sakit dalam pelayanan
kesehatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP).
e. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya
peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.
f. Pelayanan kesehatan perorangan dan komunitas, pelayanan kesehatan
keahlian dan tradisional, serta pengendalian penanggulangan
kegawatdaruratan, bencana danKejadian Luar Biasa (KLB).
g. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak
menular serta pelaksanaan surveilans kesehatan.
4

h. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan haji


dan bimbingan kesehatan jamaah haji.
i. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan farmasi.
j. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pengembangan penerapan sistem
manajemen mutu kesehatan.
k. Pengendalian pencapaian standarisasi sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
l. Melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
perizinan dan non perizinan di bidang kesehatan.
m. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) dalam rangka penetapan dan pemberian sanksi atas
pelanggaran atau penyalahgunaan perizinan dan non perizinan di bidang
kesehatan.
n. Pengoordinasian, penegakan peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan pada lingkup kota administrasi.
o. Pengelolaan dan pengembangan data dan teknologi informasi.
p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas Kesehatan
Kota.
q. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas Kesehatan Kota.
r. Perencanaan, pengawasan, pembangunan dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan.
s. Pelaksanaan rehab berat dan rehab sedang sarana dan prasaran kesehatan.
t. Pengelolaan kearsipan Suku Dinas Kesehatan Kota.
u. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Suku Dinas
Kesehatan Kota.
v. Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Suku Dinas Kesehatan
Kota.
w. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas Kesehatan Kota.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur mempunyai Visi dan Misi. Adapun
Visi dan Misi dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu :
5

a. Visi
Jakarta Timur sehat, mandiri dan bermutu untuk semua.
b. Misi
1) Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia (SDM).
2) Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.
3) Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai perkembangan
teknologi.
4) Menggalang kemitraan dengan Lintas Program, Lintas Sektor, Lembaga
Swadaya Masyarakat dan organisasi terkait.
5) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Berdasarkan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 278 Tahun
2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas
Kota adalah sebagai berikut.
a. Kepala Suku Dinas
b. Subbagian Tata Usaha
c. Seksi Kesehatan Masyarakat
d. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
e. Seksi Pelayanan Kesehatan
f. Seksi Sumber Daya Kesehatan
g. Puskesmas Kecamatan
h. Puskesmas Kelurahan
i. Subkelompok Jabatan Fungsional

2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat


2.2.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
6

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia, 2014b).
2.2.2 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelaynan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar
pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmaisan dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014a).
Pelyanan kefarmasian di puskesmas meliputi pengelolaan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan obat dan
BMHP meliputi perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendisribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan, serta
pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Pelayanan farmasi klinik meliputi
pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat, Pelayan
Informasi Obat, Konseling, ronde/visite pasien (khusus puskesmas rawat inap),
pemantauan dan pelaporan efek sambing obat, pemantauan terapi obat, dan
evaluasi penggunaan obat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014a).
2.2.3 Laporan pemakaian dan lembar permintaan Obat (LPLPO) di
Puskesmas
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas
adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok.
LPLPO yang dibuat oleh petugas puskesmas harus tepat data, tepat isi dan dikirim
teppat waktu serta disiman dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan utuk analisis
penggunaan, perencanaan kebutuhan obat. LPLPO di buat berdasarkan kartu stok
obat dan catatan harian penggunaan obat (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, 2010).
Format LPLPO antara lain (Direktorat jendral Bina kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2007)
a. Nomor dan tanggal pelaporan dan atau permintaan.
b. Nama puskesmas yang bersangkutan
c. Nama kecamatan dari wilayah yang bersangkutan
7

d. Nama kabupaten/kota dari wilayah kecamatan yang bersangkutan


e. Nama provinsi dari wilayah kabupaten/kota
f. Tanggal pembuatan dokumen.
g. Bulan pelaporan dan permintaan puskesmas.
h. Jika hanya melaporkan data pemakaian dan sisa stok obat diisi dengan
nama bulan bersangkutan.
i. Jika dengan mengajukan permintaan obat (termasuk pelaporan data
obat) diisi dengan periode distribusi bersangkutan

2.2.4 Penggunaan Obat Rasional (POR) di puskesmas


WHO memperkirakan bahwa lebih dari 50% dari seluruh obat di dunia
diresepkan, diberikan, dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari
pasien menggunakan obat yang kurang tepat. Maka untuk mengatasi hal tersebut
perlu diterapkannya penggunaan obat rasional untuk menjamin pasien
mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu
yang adekuat dengan harga yang terjangkau (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

2.1.4.1 Kriteria Penggunaan Obat Rasional


Penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria ((Kementrian
Kesehatan RI, 2015) :
a. Tepat dosis
b. Tepat indikasi penyakit
c. Tepat pemilihan obat
d. Tepat dosis
e. Tepat cara pemberian
f. Tepat interval waktu pemberian
g. Tepat lama pemberian
h. Waspada terhadap efek samping
i. Tepat penilaian kondisi pasien
j. Pemberian obat yang efektif, aman, mutu terjamin serta tersedia setiap
saat dengan harga yang terjangkau
k. Tepat informasi
8

2.1.4.2 Indikator Penggunaan Obat Rasional

Dalam melakukan identifikasi masalah maupun melakukan monitoring dan


evaluasi Penggunaan Obat Rasional, WHO menyusun indikator, yang di bagi
menjadi indkator inti dan Indikator tambahan sebagai acuan dalam melakukan
pengukuran terhadap capaian keberhasilan upaya intervensi dalam peningkatan
penggunaan obat yang rasional dalam pelayanan kesehatan (Kementrian
Kesehatan RI, 2015).
Indikator inti terdiri dari (Kementrian Kesehatan RI, 2015):
a. Indikator peresepan
1) Rerata jumlah item didalam tiap resep
2) Presentase peresepan dengan nama generik
3) Peresepan dengan antibiotik
4) Presentase peresepan dengan suntikan
5) Presentase peresepan yang sesuai dengan Daftar Obat Esensial
b. Indikator pelayanan
1) Rerata waktu konsultasi
2) Rerata waktu penyerahan obat
3) Presentase obat yang seseungguhnya diserahkan
4) Presentase obat yang dilabel secara adekuat
c. Indikator fasilitas
1) Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar
2) Ketersediaan Daftar Obat Esensial
3) Ketersediaan key drug.

Indikatot tambahan tidak kurang pentingnya daripada indikator inti,


namun sering data sulit diperoleh atau interpetasi data tersebut mungkin sarat
muatan lokal.

2.3 Profil Puskesmas Kecamatan Cakung

Puskesmas Kecamatan Cakung berdiri tahun 1973, berlokasi di Jl. Raya


Bekasi KM 18 Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta
Timur. Sejak berdiri sampai dengan sekarang, Puskesmas Kecamatan Cakung
9

sudah mengalami 2 kali renovasi yaitu tahun 2003 dan telah memenuhi standar
pada awal tahun 2015. Puskesmas Kecamatan Cakung dipimpin oleh seorang
Kepala Puskesmas yang saat ini dijabat oleh dr. Rita Wedya Astuti. Sebelumnya
sudah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan, yakni berturut-turut :
dr. Setyabudi, dr. Farida Yusuf, dr. Sri Koneng, dr. Nasrun, dr. Zilfa Yenny, dan
dr. M. Manurung, MBA, MARS, Hj. Susi Suzana Astono,Akpt.
Puskesmas Kecamatan Cakung merupakan Badan Layanan Umum Daerah yang
diberi wewenang mengelola sendiri penerimaan keuangannya untuk keperluan
operasional secara langsung dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pada tanggal
6 September 2006 Puskesmas Kecamatan Cakung secara resmi menerapkan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 dan telah diperbarui menjadi ISO 9001
: 2008, artinya sistem manajemen yang dijalankan oleh Puskesmas Kecamatan
Cakung telah memenuhi standar Internasional.
Puskesmas Kecamatan Cakung juga bekerja sama dengan BPJS sehingga kami
melayani peserta BPJS. Jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di PKM
Kecamatan Cakung adalah Poli Umum, Poli Gigi, KIA, MTBS, Poli Gizi, Poli
Lansia, Poli Jiwa, Poli TB, Poli Kusta, Poli Mata, Klinik Konsultsi Remaja,
Rumah Bersalin, Laboratorium, pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Haji dan
pelayanan dasar lainnya. Berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia, PKM
Kecamatan Cakung diharapkan mampu memberikan pelayanan dasar yang
dibutuhkan oleh masyarakat di Kecamatan Cakung dan sekitarnya.
Puskesmas yang terdapat di wilayah kecamatan cakung terdiri atas 1
puskesmas kecamatan (Puskesmas Kecamatan Cakung) dan 8 puskesmas
kelurahan yaitu Puskesmas Kelurahan Jatinegara, Rawa Terate, Cakung Timur,
Cakung Barat, Pulo Gadung, Ujung Menteng, Penggilingan PIK, dan
Penggilingan Elok (Pukesmas Kecamatan Cakung, 2015).
10

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kecamatan Cakung

2.2.1 Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Cakung


Visi:

Menjadi Puskesmas Terbaik Kebanggaan DKI Jakarta

Misi:

1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berkomitmen


tinggi
2. Meningkatkan kualitas pelayanan secara berkesinambungan yang beroientasi
kepada kepuasan pelanggan.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana secara optimal sesuai kebutuhan.
4. Meningkatkan hubungan kerja yang solid dan harmonis.
5. Menjalin kemitraan dengan pihak terkait dalam pembangunan kesehatan.

2.2.2 Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cakung

Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cakung yaitu :

a. Senyum dan Ramah di setiap unit.


b. Energik dalam berinovasi.
c. Handal dalam melaksanakan tugas.
11

d. Arif dan bijaksana.


e. Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan taat pada peraturan.
2.2.3 Jenis pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cakung
Jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan
Cakung adalah Poli Umum, Poli Gizi, Poli Paru, Poli MTBS/Imunisasi, Poli Jiwa,
Farmasi, Laboratorium, Rumah Bersalin, Laboratorium, dan Pelayanan
Pemeriksaan Kesehatan Haji.
12

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan dilakukan pada tanggal 5 – 19 Februari 2018, dimana
pada tanggal 14, 15, 19 Februari 2018 dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur, dan pada tanggal 6 – 13 februari 2018 dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Cakung Jakarta Timur
A. Uraian Kegiatan PKPA
Tabel 4.1Uraian Kegiatan PKPA periode 5-19 Februari 2018
Tempat
Tanggal Uraian Singkat Kegiatan
PKPA
Pada tanggal 6-13 Februari :
1. Melaksanakan pelayanan klinis di
Puskesmas Kec Cakung

2. Membuat laporan harian penggunaan obat


dan mencatat jumlah resep harian di Puskesmas
Kecamatan cakung

Puskesmas 3. Mengamati pelayanan obat dari gudang obat


Kecamatan Puskesmas hingga ke pasien di Puskesmas
cakung Kecamatan cakung
5-19 Februari
dan 5. Mengatur penyimpanan obat dan BMHP di
Sudinkes apotek dan gudang obat Puskesmas Kecamatan
Jaktim cakung
Pada tanggal 14 -19 Februari :
1. Melakukan diskusi dengan pihak Sudinkes
mengenai TUPOKSI masing – masing
bagian SDK dan keterlibatan pihak Sdinkes
dalam penyaluran Obat program dan vaksin
ke Puskesmas Kecamatan.
2. Melakukan Literasi
3. Membuat laporan khusus.
13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Puskesmas


Kecamatan cakung
4.1.1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan BMHP adalah merupakan suatu fungsi
yang menentukan dalam proses pengadaan. Tujuan perencanaan adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah obat dan BMHP sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar termasuk obat program yang telah ditetapkan. Perencanaan
kebutuhan obat dan BMHP dilakukan oleh Seksi Kefarmasian di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur yang diperuntukkan oleh Puskesmas Kecamatan cakung
setiap tahunnya. Hal tersebut sesuai dengan Permenkes No. 74 tahun 2017 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yaitu proses perencanaan
kebutuhan sediaan farmasi pertahun dilakukan secara berjenjang, . Berjenjang
dalam hal ini adalah Puskesmas hanya memberikan data pemakaian obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan
selanjutnya diserahkan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

4.1.2. Pengadaan
Pengadaan obat yang dilakukan oleh Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan
Jakarta menggunakan 2 metode, yaitu e-purchasing dan e-tendering. Pengadaan
untuk obat program sepenuhnya disediakan oleh Kementerian Kesehatan, namun
apabila alokasi yang disediakan oleh Pusat tidak mencukupi kebutuhan program,
maka Dinas Kesehatan dapat mengadakan obat program untuk mengatasi
kekurangan tersebut.
Puskesmas tidak melakukan proses pengadaan, akan tetapi Puskesmas
mengajukan permintaan yang . Permintaan diajukan kepada Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur melalui Gudang Farmasi Sudinkes Jakarta Timur, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
daerah setempat (Kementerian Kesehatan 2017).
14

4.1.3. Penerimaan
Setelah dilakukan proses pengadaan, tahapan selanjutnya yaitu
penerimaan. Penerimaan adalah kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, serta mutu obat dan BMHP. Pada saat penerimaan obat dan
BMHP di gudang induk puskesmas kecamatan Kecamatan Ccakung. , pPetugas
penerima (Apoteker dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian) harus melakukan
pemeriksaan meliputi:
 Kesesuaian faktur/surat pesanan dengan jumlah, jenis item, nomor batch,
nomor Registrasi, dan produsen.
 Untuk obat tanggal kadaluarsa harus > 2 tahun
 Pemeriksaan fisik
Jika terdapat ketidaksesuaian dengan pesanan (dokumen kontrak) maka
petugas penerimaan berhak menolak dan mengembalikan obat tersebut ke
distributor.

4.1.4. Penyimpanan
Obat dan BMHP yang sudah diterima selanjutnya di simpan di gudang
penyimpanan obat dan BMHP. Gudang penyimpanan di Puskesmas Kecamatan
Cakung terdiri dari gudang induk dan gudang apotek. Gudang induk digunakan
untuk menyimpan obat dan BMHP sebelum di distribusikan ke Puskesmas
Kecamatan Cakung dan Puskesmas-puskesmas kelurahan, sedangkan gudang
apotek digunakan untuk menyimpan obat dan BMHP yang akan digunakan di
Apotek Kecamatan Cakung.
Di Puskesmas Kecamatan Cakung Di setiap penyimpanan obat dan BMHP
di Puskesmas Kecamatan Cakung di lengkapi dengan kartu stock yang berisi
keterangan tanggal, nomor dokumen, dari/kepada, penerimaan, pengeluaran, sisa
stock, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan tanda tangan petugas pmemeriksa.
Pencatatan pada kartu ini bertujuan agar semua item obat dan BMHP
tercatat/terdokumentasikan dengan baik sehingga data fisik akan sama dengan
data yang terdapat di laporan. Baik gudang induk maupun gudang apotek di
puskesmas kecamatan Cakung sudah di lengkapi dengan pendingin ruangan, dan
suhunya dimonitoring suhu setiap hari menggunakan termometer ruangan.
15

Gudang induk puskesmas cakung sudah dilengkapi dengan palet, rak, lemari
khusus narkotika dan psikotropika dengan kunci ganda, meja, dan lemari untuk
menyimpan dokumen. Untuk obat yang memerlukan suhu penyimpanan rendah di
simpan di dalam lemari pendingin untuk menjamin kestabilan obat tersebut.
Gudang induk di kunci dengan kunci ganda yang di pegang oleh apoteker atau
TTK penanggung jawab gudang. Secara umum kondisi penyimpanan obat dan
BMHP di gudang induk Puskesmas Kecamatan Cakung sudah memenuhi standar,
namun kondisi penyimpanan obat dan BMHP di gudang apotek Puskesmas
Kecamatan Cakung belum memenuhiu standar. Misalnya di gudang Puskesmas
Kecamatan Cakung tidak belum digunakan palet untuk obat-obat dalam kemasan
dus besar. Hal ini di sebabkan ukuran ruangan tempat penyimpanan yang terbatas.
Penyusunan obat dan BMHP di gudang induk Puskesmas Kcematan Cakung yaitu
secara alfabetis dan untuk obat di sesuaikan dengan bentuk sediaannya.
Penyusunan dengan cara tersebut bertujuan untuk memudahkan petugas gudang
menemukan obat dan BMHP yang dicari. Selain itu, penyimpanan obat dan
BMHP menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out). Obat dan BMHP
yang mendekati masa kadaluarsanya diberi label warna-warni pada kemasan
terluarnya. Warna merah untuk yang masa kadaluarsanya kurang dari 1 tahun,
warna kuning untuk yang msa kadaluarsanya 1- 2 tahun, dan warna hijau untuk
yang masa kadaluarsanya lebih dari 2 tahun. Penandaan ini berfungsi sebagai
pengingat petugas gudang untuk mengeluarkan dan menggunakan obat dan
BMHP yang sudah mendekati masa kadaluarsanya terlebih dahulu.
Penyimpanan dan penyusunan obat di apotek Pukesmas Kecamatan
Cakung tidak jauh berbeda dengan penyimpanan dengan di gudang induk.
Perbedaan cara penyusunan obat di apotek Puskesmas Kecamatan Cakung yaitu
disusun berdasarkan bentuk sediaan dan kelas farmakologi dari masing-masing
obat tersebut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan Apoteker dan/atau TTK
dalam pengammabilan obat pada saat pelayanan resep.
4.1.5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan BMHP dari gudang induk Puskesmas Kecamatan
Cakung ke gudang Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas-puskesmas kelurahan
dilakukan setiap dua bulan sekali. TTK di Puskesmas kelurahan mengirimkan
16

LPLPO setiap bulan kepada Apoteker penanggung jawab farmasi Puskesmas


Kecamatan Cakung. Apoteker penanggung jawab farmasi menghitung obat dan
BMHP yang akan di distribusikan berdasarkan LPLPO Puskesmas Kecamatan
dan Puskesmas Kelurahan serta sisa stock gudang induk. Apoteker penanggung
jawab farmasi selanjutnya membuat formulir distribusi dan jadwal distribusi
untuk kemudian di serahkan kepada TTK gudang induk. Setelah itu gudang induk
menyiapkan distribusi obat dan BMHP sesuai dengan jumlah dan jenis yang akan
di distribusikan. TTK gudang induk akan menyerahkan obat dan BMHP yang
sudah dicek kesesuaian jenis dan jumlahnya kepada TTK puskesmas kelurahan
dan kecamatan. TTK gudang induk dan TTK yang menerima kemudian
menandatangani formulir distribusi serta diketahui oleh Apoteker penanggung
jawab farmasi dan kepala puskesmas kecamatan/kelurahan. TTK gudang induk
akan mencatat pendistribusian pada kartu stock.
4.1.6. Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat dan BMHP merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan barang secara tertib baik barang yang
diterima, disimpan, didistribusikan maupun digunakan untuk pelayanan
masyarakat. Pencatatan dan pelaporan bertujuan sebagai bukti bahwa pengelolaan
obat dan BMHP telah dilakukan, sebagai sumber data untuk melakukan
pengaturan dan pengendalian serta untuk pembuatan laporan.
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan
cakung terkait pengelolaan obat dan BMHP meliputi pencatatan pada kartu stok,
penyimpanan faktur obat dan BMHP, LPLPO, Laporan Penggunaan Obat
Rasional, Laporan Penggunaan Obat Generik, Serta Laporan Penggunaan
Narkotika dan Psikotropika menggunakan sisitem pelaporan Narkotikan dan
Psikotropika (SIPNAP) secara online. Laporan tersebut dkirimkan ke Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur paling lambat tangal 10 setiap
bulanya.

4.1.7. Pemusnahan
Pemusnahan adalah kegiatan penghapusan obat dan BMHP yang rusak
atau kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
17

kesehatan, dan izin edar yang telah dicabut.Semua obat dan BMHP di Puskesmas
Kec.Cakung yang rusak atau kadaluarsa di masing-masing sub unit
Puskesmassegera dikembalikan ke petugas gudang obat Puskesmas, kemudian
dicatat dalam buku barang rusak dan harus dikeluarkan dari kartu stok dan buku
gudang obat Puskesmas. Selanjutnya obat dan BMHP tersebut dikumpulkan di
Gudang farmasi suku dinas kesehatan jakarta timur sesuai berita acara serah
terima barang.Pemusnahan dilakukan bertujuan untuk menghindari pembiayaan
obat dan BMHP yang sudah tidak layak untuk dikelola, menjaga keselamatan dan
terhindar dari pengotoran lingkungan, serta sebagai bentuk pertanggungjawaban
terhadap obat dan BMHP yang dikelola.

4.2. Pelayanan Farmasi Klinis di Puskesmas Kecamatan Cakung


4.2.1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan
cakung adalah persyaratan administrasi, farmasetik dan klinis.Persyaratan
administrasi dilakukan saat penerimaan resep dari pasien, jika persyaratan
administrasi telah selesai dilakukan, maka selanjutnya yang dilakukan adalah
memeriksa persyaratan farmasetik yang dilanjutkan memeriksa persyaratan klinis.
Apabila telah dilakukan pengkajian resep, selanjutnya adalah melakukan kegiatan
penyerahan(dispensing) dan pemberian informasi obat.Kegiatan penyerahan dan
pemberian informasi obat adalah kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan atau meracik obat, memberikan label atau etiket, menyerahkan obat
dengan informasi yang memadai disertai dengan pendokumentasian (Permenkes
No. 74 Tahun 2017).Kegiatan penyiapan dan penyerahan obat di Apotek
puskesmas Kecamatan Cakung dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.

4.2.2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Kegiatan PIO telah dilakukan oleh Apoteker di Apotek puskesmas
Kecamatan Cakung serta dilakukan pelaporan setiap bulannya ke Seksi
Kefarmasian Suku dinas kesehatan jakarta timur.Kegiatan PIO yang dilakukan
oleh Apoteker di Apotek puskesmas Kecamatan cakung menggunakan metode
18

langsung dan tidak langsung.Metode tidak langsung seperti pembuatan


poster.Sedangkan metode langsung, seperti penyuluhan yang dilakukan secara
berkala, menjawab pertanyaan terkait obat dari pasien atau tenaga kesehatan lain.

4.2.3. Konseling
Konseling di apotek Puskesmas Cakung dilakukan pada pasien penyakit
kronis dan pasien dengan pengobatan jangka panjang seperti pada pasien HIV dan
Lansia dan penderita Penyakit degeneratf seperti Diabetes dan Hipertensi.
Konselingyang dilakukan di Puskesmas Kecamatan cakung sudah mulai
dilaksanakan secara rutin pada saat penyerahan obathanya saja belum tersedianya
ruangan khusus konseling.
4.3. Laporan Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Cakung
dilakukan dengan menggunakan 4 indikator peresepan yaitu persentase
penggunaan antibiotik. persentase penggunaan injeksi. rata-ratajumlah item obat
per lembar resep, dan persentase penggunaan obat generik.

Data Penggunaan Obat Rasional (POR) adalah data yang mempresentasikan


penggunaan antibiotik dan/atau sediaan injeksi pada pasien dengan diagnosis
tunggal berupa ISPA non pneumonia. diare non spesifik, dan penyakit sistem otot
dan jaringan (myalgia). Pelaporan data POR mampu memberikan gambaran
mengenai pola peresepan dan kerasionalan obat yang dilakukan pada suatu unit
kesehatan dalam meresepkan obat dengan ketiga diagnosis tersebut.

Pengambilan data POR di Puskesmas Kecamatan Cakung dilakukan dengan


sampling secara acak masing-masing minimal dua resep pasien untuk satu
diagnosis (ISPA non pneumonia, diare nonspesifik, dan myalgia) setiap harinya.
Hasil rekapitulasi POR di Puskesmas Kecamatan Cakung periode bulan Januari-
Desember 20l7 dapat dilihat pada Tabel 4.2
19

Tabel 4.2 Rekapan Laporan Penggunaan Obat Rasional

REKAPAN LAPORAN INDIKATOR PERESEPAN DAN PRESENTASE OBAT


RASIONAL
PUSKESMAS KECAMATAN CAKUNG
2017

JUMLAH % %
TENAGA Pengg Pengg
%
unaan unaan
Penggun Rerata
AB AB Jumlah Keter
aan obat/lem
NO BULAN pada Pada Generik anga
AP Injeksi bar
AA ISPA Diare (%) n
T Pada resep
Non Non
Myalgia
Pneum Spesifi
onia k
1 2 3 4 5 6 7 8 9 12
12,00 12,00
1 2,52
Januari 9 2 % % 0% 99,10%
2 Februari 9 2 8,00% 8,00% 0% 3,10 99,39%
12,00
3 2,29
Maret 9 2 4,00% % 0% 99,39%
Rata-rata 10,67
TW I 8,00% % 0% 2,64 99,29%
4 April 9 2 0% 4,00% 0% 3,25 99%
5 Mei 9 2 0% 8,00% 0% 3,17 99%
6 Juni 9 2 0% 8,00% 0% 2,91 100%
Rata-Rata
TW II 0% 6,67% 0% 3,11 99%
7 Juli 9 1 8,00% 0% 0% 3,16 98%
12,00
8 10 1 0% 2,88
Agustus % 0% 99%
9 September 10 1 4,00% 0% 0% 3,02 100%
Rata-Rata
8,00% 0%
TW III 0% 3,02 99%
16,00
10 10 1 0% 0% 2,60 99%
Oktober %
20,00
11 10 1 0% 0% 2,65 99%
Nopember %
16,00
12 10 1 0% 0% 2,51 100%
Desember %
Rata-Rata 17,33
0% 0% 2,59 99%
TW IV %
13 Januari 10 2 4,00% 12% 0% 2,91 99,34%

Berdasarkan hasil rekapitulasi POR periode bulan Januari-Ddesember2017


diketahui bahwa persentase rata-rata penggunaan antibiotik pada pasien dengan
20

diagnosis ISPA non pneumonia Triwulan I yaitu 8% ,Triwulan ke II 0 %


Triwukan ke III 8% dan pada Triwulan ke IV 17,33% dan pada diare non spesifik
pada Triwulan 1 10,67 pada Triwulan II 6,67 % dan pada Triwulan ke III dan ke
IV yaitu 0%. Dan pada bulan januari 2018 untuk % ISPA non Pneumonia adalah
4% dam untuk diare non spesifik sebesar 12 % dan myalgia sebanyak 0%. Batas
toleransi POR nasional untuk penggunaan antibiotik pada lSPA non pneumonia
adalah 20% sedangkan batas toleransi untuk penggunaan antibiotik pada diare non
Spesifik adalah 8% (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
2014). Maka persentase rata-rata penggunaan antibiotik pada ISPA non
pneumonia telah memenuhi indikator POR nasional. Namun persentase rata-rata
penggunaan antibiotik pada diare non spesifik melebihi batas toleransi POR
nasional. Penggunaan injeksi pada pasien dengan diagnosis myalgia telah
memenuhi indikator POR nasional dengan batas toleransi 1% (Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2014).

Rata-rata jumlah trem obat per lembar resep di Puskesmas Kecamatan


Cakung selama periode bulan Januari-desember2017per Triwulanya adalah 2,84
item obat per lembar resep. Nilai tersebut melebihi batas toleransi POR nasional
untuk rerata jumlah item obat per lembar resep dimana batas toleransi POR
nasional untuk rerata jumlah item obat per lembar resep yaitu 2,6 item (Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan , 2014).

Selain persentase penggunaan antibiotik dan sediaan injeksi, indikator lain


dalam peresepan yang dinilai dalam pemantauan dan evaluasi penggunaan obat
yang rasional (POR) adalah persentase penggunaan obat generik. Pemantauan
penggunaan obat generik terkait dengan Peraturan Menteri Kesehatan R1
No.HK.02.02/Menkes/068/l/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyebutkan bahwa setiap fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah wajib menyediakan obat generik untuk
kebutuhan pasien rawat jalan dan rawat inap. Persentase penggunaan obat generik
di Puskesmas Kecamatan Cakung selama periode Januari-desember2017 sudah
cukup baik yaitu sebesar 99,07%. Sedangkan obat non generik yang diresepkan
diantaranya adalah Diafonn, Burnazyn, Farsycol .Peresepan obat non generik ini
21

dikarenakan belum tersedianya obat generik yang memiliki kandungan zat aktif
yang sama dengan obat-obat tersebut. Prsentase penggunaan obat generik di
puskesmas Kec. Cakung periode januari-desember 2017 dapat dilihat pada tabel

Tabel 4.3 Presentase Penggunaan Obat Generik periode bulann januari-


desember 2017 di Puskesmas Kecamatan Cakung

ITEM OBAT DALAM RESEP NAMA OBAT


TOTAL
BULAN
ITEM JUMLAH
No % OBAT
OBAT ITEM NON GENERIK
GENERIK
PER OBAT
LEMBAR GENERIK
1 JANUARI 334 331 99,10% Diaform
2 FEBRUARI 326 324 99,39% Diaform, Burnazin
3 MARET 319 316 99,06% Diaform
4 APRIL 316 313 99,05% Diaform, Farsycol
5 MEI 307 301 98,05% Farsyco, Reco TM
6 JUNI 297 296 99,66% Diaform
7 JULI 289 282 97,58% Diaform, Farsycol
8 AGUSTUS 316 313 99,05% Diaform, Farsycol
9 SEPTEMBER 319 318 99,69% Farsycol
Diaform,Candistatin
10 OKTOBER 337 334 99,11% drop, Bufacetin
11 NOVEMBER 352 349 99,15% Diaform, Bufacetin
12 DESEMBER 342 339 99,12% Diaform, Bufacetin
13 januari 291 288 98,97% Diaform
22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan :

Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di


Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. a. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Keumatan Cakung terdiri atas Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: List Paragraph,Char Char,List
pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan Paragraph11,heading 3,Heading 2 Char1,HEADING 1,Daftar
Acuan,Heading 11,Heading 12,List Paragraph1,Heading
pelayanan farmasi klinik yang dilaksanakan oleh 3 orang Apoteker dan 111,Heading 1111,Heading 31, Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
10 orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Pengelolaan obat dan BMHP di Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Puskesmas Kecamtan Cakung meliputi perencanaan, pengadaan,


penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pencatatan dan
pelaporan. Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Kecamatan Cakung
meliputi pelayanan resep, Pelayanan Informasi Obat (PlO) dan
konseling.
Formatted: English (Indonesia)

a.b. Berdasarkan hasil rekapitulasi POR periode bulan Januari –Desember r Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

2017 dan Januari 2018 di Puskesmas Kecamatan Cakung diketahui


bahwa : 1) Pengobatan ISPA non pneumonia sudah rasional karena
nilai persentase rata-rata penggunaan antibiotik pada ISPA non
pneumonia (8%) dibawah rata-rata batas toleransi POR Nasional
(20%)
b.c. Pengobatan diare non Spesifik tidak Rasional karena melebihi batas
rata-rata penggunan antibiotik diare non spesifik yaitu 8%
c.d. Pengobatan myalgia sudah rasional karena memiliki nilai presentase
Penggunaan Injeksi Pada Myalgia 0% tidak melebihi batas rasional
nasional 1%
d.e. Presentase Penggunaan Obat Generik di puskesmas Kecamatan
Cakung selama periode Januari-Januari 2018 sudah cukup baik yaitu
99,07%. Obat non generik yang sering diresepkan diantaranya adalah
diaform, Burnazyn, farsycol. Persepan obat non generik ini
23

dikeranekan belum tersedianya obat generik yang memliki kandungan


zat aktif yang sama dengan obat-obat tersebut.
e.f. Jumlah kunjungan resep di Puskesmas Kecamatan Cakung periode
bulan januari-desember 2017 sebanyak 110.940 resep dan perbulanya
adalah 9245 dengan rata-rata resep perharinya adalah 770 lembar resep
f.g. Puskesmas Kecamatan Cakung memiliki 3 apoteker dengan jumlah
resep yang masuk pada puskesmas tersebut sebesar 770 lembar resep
perharinya hal ini belum sesuai dengan Permenkes no 30 tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

2. Saran.

 Puskesmas kecamatan cakung perluPerlu menambah tenaga


Apoteker untuk memenuhi standar pelayanan kefarmsaian di
puskesmas Kecamatan Cakung..
 Diperlukan penambahan dan perbaikan sarana Puskesmas
kecamatan Cakung perlu memperbaiki atau menambahkan
sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian sepperti gudang
penyimpanan dengan ukuran yang lebih besar bersih dan rapih,
dan menambah ruang khusus konseling guna meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian di puskesmas kecamatan
Cakung
 Masih terdapat penggunaan obat yang belum rasional saat
pemberian resep kepada pasien terutama penggunaan antibiotik
pada kasus diare non spesifik dan jumlah item obat per
resepnya. Untuk itu Perlu diharapkan peningkatan pada
diadakan monitoring dan evaluasi untuk penggunaan obat
secara rasional. dikarenakan masih banyak ketidakrasionalan
pada saat peresepan obat teruutama penggunaan antibiotik pada
kasus diare non spesifik dan jumlah item obat per resepnya.
24

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2007). Pedoman


Pengelolaan obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi
Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2014). Kegiatan
Subdit Penggunaan Obat Rasional Tahun 2014. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik lndonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. HK. 02 02 /MENKES/ 068/1/ 2010
tentang Kewajiban Menggunakan Obar Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014a). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014b). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia .
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Modul Penggerakan
Penggunaan Obat Rasional. Marta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 remang
Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta
25

Puskesmas Kecamatan Cakung. (2017). Laporan Tahunan Puskesmas Tahun


2017. Cakung

Lampiran 1. Lain-lain
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai