Anda di halaman 1dari 16

TUGAS REVISI REVIEW MATERI MATA KULIAH

FARMAKOEKONOMI

Oleh :

Ina Pengkia Astari


3351201077
PSPA A - XXX

Dosen Pengampu: Drs. apt. Soeryadi, MM.

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani
2020
OBAT YANG DITEMUKAN DIBANDINGKAN DENGAN OBAT YANG ADA DIPASAR
Obat yang telah melalui proses Tahap Pertama, yaitu therapeutic area targeted serta Tahap Kedua
yaitu Uji Coba Klinis Tahap I, II, dan III, secara skala-lab sudah bisa mendaftar untuk
mendapatkan registrasi resmi. Obat yang sudah jadi secara skala-lab yang perlu diuji
"kedigdayaan" -nya sebelum masuk Tahap Ketiga: " Business Analysis and Marketing Decision '.
Dua keunggulan yang harus diuji, yaitu: Unggul kemanjuran dan bersaing dalam harga.
1. Seleksi Kemanjuran (Analysis Effectiveness)
Obat baru dibandingkan terhadap obat yang sudah ada di pasar dari sisi kemanjuran pada
wilayah terapi yang sama. Ada tiga kemungkinan hasilnya adalah lebih efektif, sama
efektif atau kurang efektif.
• Bila terbukti kurang efektif dari pada yang sudah ada di pasar sebaiknya tidak
diproduksi dan dipasarkan (X) karena:
a) Mengelabui konsumen, karena obatnya baru tapi memiliki efektivitasnya dibawah obat
sejenis yang sudahberedar dipasaran dan biasanya selalu lebih mahal.
b) Peluang obat baru untuk bersaing biasanya perlu waktu lama dengan kemungkinan
tidak laku. Apalagi obat baru dengan efektivitas yang lebih rendah. Meskipun
dipaksakan maka perlu promosi yang masif.
• Bila terbukti efektifitas sama dengan yang sudah ada di pasar, apalagi lebih efektif,
maka dilanjutkan dengan seleksi harga.
2. Seleksi Harga (Cost Analysis )
Setelah penapisan yaitu meloloskan obat baru yang lebih manjur atau sama manjur, maka
dilakukan seleksi atas dasar harga. Prioritas yang didahulukan adalah bagi obat baru
yang lebih manjur (efektivitas). Harga obat baru yang lebih manjur kemungkinan lebih
mahal atau sama atau justru lebih murah.
1. Pilihan pertama jatuh pada obat yang lebih manjur tetapi lebih murah (I), sedang
pilihan kedua adalah obat yang lebih manjur dengan harga yang sama. (I)
2. Bagi obat yang lebih manjur tetapi lebih mahal uji farmakoekonomi CEA, dilakukan
Cost-Effectiveness Analysis, membandingkan kenaikan kemanjuran (efektivitas) dengan
kenaikan harga (cost). Pilihan ketiga adalah obat dengan kenaikan kemanjuran
(efektivitas) yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harganya (II). Langkah
berikut obat baru dengan kemanjuran sama (efektivitas). Kemungkinan harganya lebih
mahal atau sama atau lebih murah. Pilihan keempat adalah obat dengan kemanjuran
sama tetapi harganya lebih murah (II).
Praktek di Indonesia ternyata berbeda, Badan POM memberi izin edar "obat baru" yang
efektivitasnya kurang dibanding obat yang sudah ada. Kombinasi parasetamol dan
ibuprofen sudah disetujui Badan POM untuk beberapa merek misalnya Neo Rheumacyl,
Mixagrip Rheuma dan Paramex Nyeri Otot. Dari namanya saja masyarakat pasti
berasosiasi bahwa obat-obat tersebut ada untuk "perawatan" encok alias rematik. Secara
rasional kombinasi obat-obat tersebut sebagai analgetika, pereda nyeri.
Parasetamol merupakan antipiretika yang digunakan di Indonesia sejak 1970-an. Selain
sebagai antipiretika parasetamol juga merupakan analgetika daya rendah sedang
Ibuprofen masuk golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflammation Drug) generasi awal,
dimana sudah banyak NSAID yang lebih baru, tentu yang lebih baik. Beberapa peneliti
menyatakan kombinasi ibuprofen dan parasetamol dapat meningkatkan daya
antipiretiknya. Sebagai analgetika kombinasi parasetamol dan ibuprofen bekerja lebih
kuat dibandingkan dengan parasetamol atan ibuprofen saja. Namun sebagai anti-
inflamasi masih ada NSAID yang bekerja lebih kuat. Kelebihan kombinasi parasetamol
dan ibuprofen dari pada NSAID terletak pada golongan obat. Yang satu masuk obat
keras yang harus dengan resep dokter, yang lain masuk obat bebas terbatas yang bisa
dibeli tanpa resep dokter.

METODOLOGI FARMAKOEKONOMI
Menurut Lynn A.Uber, Outcomes Management Coordinator dari Medical University of South
Carolina, ada lima metoda Farmakoekonomi. Hasil Metodologi Farmakoekonomi :
1. Cost Effectiveness Analysis (CEA)
2. Cost Benefit Analysis (CBA)
3. Cost utility Analysis (CUA)
4. Cost offset Analysis (COM)
Sedang menurut Yachien Tina Shih, Profesor pada Departemen Biostatistics and Applied
Mathematics dari Anderson Cancer Center. Metoda Famakoekonomi ada enam yaitu:
1. Cost Minimization Analysis (CMA)
2. Gost Benefit Analysis (CBA)
3. Cost Efipctiveness Analysis (CEA)
4. Cost Utility Analysis (CUA)
5. Cost- of-lness Analysis (Col)
6. Budget Impact Analysis (BIA)
Artinya Ilmu Farmakoekonomi memiliki banyak analisis metodologi, tetapi yang utama ada
empat yaitu Analisis Biaya Termurah (CMA: ‘Cost Minimization Analysis’), Analisis Biaya dan
Kemanjuran (CEA: ‘Cost Effectiveness Analysis’), Analisis Biaya dan Kenyamanan (CUA:
‘Cost Utility Analysis ) serta Analisis Biaya dan Perolehan (CBA: ‘Cost Benefit Analysis’).
Dan beberapa metoda lainnya, seperti Analisis Pengaruh pada Anggaran (BIA : 'Budget Impact
Analysis'), Analisis Biaya Sakit (COI: ‘Cost of Illness’) dan Analisis Manfaat Biaya (COA: 'Cost
Offset analysis Analysis'). Metoda analisis Farmakoekonomi adalah alat / perangkat untuk
analisis, sehingga manfàat sebuah metoda tergantung dari pemakaianya. Ibarat pisau 'bermanfaat
bagi ibu-ibu didapur, tetapi bagi ‘garong’ pisau dapat berfungsi sebagai alat pencabut nyawa.
Sebagaimana diuraikan didepan metodologi analisis Farmakoekonomi bermanfaat bagi
Pelayanan Kesehatan / Kefarmasian, Pasien, Pemerintah, Masyarakat, Perusahaan, Pengusaha,
Rumah Sakit dan juga Industri Farmasi.
Analisis Farmakoekonomi adalah analisis yang menyandingkan komponen biaya dengan dampak
('outcomes'). Satuan Biaya / Cost adalah satuan moneter misalnya Rupiah atau US Dollar.
Sedang satuan dampak "outcomes” tergantung dari dampaknya, apakah klinik, Manusiawi atau
ekonomi.
• Bila dampak ekonomi seperti CBA maka satuannya adalah unit moneter yaitu mata uang,
sehingga hasilnya adalah unit mata uang saja.
• Bila dampa klinik seperti CEA maka satuannya adalah unit klinik yang terkait, seperti
tekanan darah untuk hipertensi, gula darah untuk diabetes, kolesterol untuk lemak darah,
kreatinin untuk fungsi ginjal, SGOT / SGPT untuk fungsi hati dan lain-lain sebagainya.
Hasilnya adalah rupiah untuk tiap unit klinik terkait.
• Bila dampak humanistik seperti CUA maka satuannya berkaitan dengan kenyamanan
pasien. Fokus tiap metoda analisis berbeda, ada yang mencari biaya minimal pada
kemanjuran yang sama (CMA), ada yg berhitung untung-rugi (CBA), ada yang melakukan
pembandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan kemanjuran (CEE) atau kenyamanan
(CUA) yang diperoleh. Metoda analysis yang Akan dipakai terpulang kepada sudut pandang
masing-masing. Yang menarik adalah apapun metoda analisisnya semua beibicara tentang
Biaya ("Cost).

ANALISIS BIAYA TERMURAH


CMA : „COST MINIMIZATION ANALYSIS‟
Analisis Biaya Termurah (CMA) dilakukan dengan membandingkan biaya pengobatan / obat
dengan golongan terapi yang sama serta kemanjuran (efektivitas) yang sama pula. Bila ada dua /
lebih intervensi pengobatan / pengobatan dengan dampak yang sama maka Analisis Biaya
Terendah (CMA) berguna untuk memilih yang termurah. Analisis Cost-Minimization
Membandingkan total perbedaan biaya yang relevan antara pengobatan alternatif (produk
layanan) yang dianggap menghasilkan outcomes yang identic.
Analisis Biaya Terendah (CMA) dapat dilakukan pada tiga situasi yaitu:
1) Pada pasar obat yang hak patennya sudah habis akan ada tiga jenis obat yang masuk yaitu obat
originator, obat generik bermerek dan obat generik. Jenis ketiga obat tersebut memiliki
kandungan zat berkhasiat yang sama dengan jumlah yang sama serta cara pemakaian yang sama
pula. Ketiga jenis obat tersebut kemudian dibandingkan dengan harga dan dipılih yang termurah.
2) Membandingkan harga yang harus dibayar dari obat yang sama dengan pemakaian tunggal
atau jamak. Contoh misalnya murah mana antara Allopurinol sehari sekali. 100 mg sehari tiga
kali atau 300 mg sehari sekali.
3) Membandingkan harga obat yang harus dibayar dari obat yang sama, tetapi cara pakainya
berbeda. Misalnya Tablet Voltadex / Voltaren dengan Voltadex / Voltaren Cream.

PERBANDINGAN COST MINIMIZATION ANALYSIS (CMA), COST ANALYSIS (CA),


DAN EFFECTIVENESS ANALYSIS (EA)
Analisis Biaya Termurah Berbeda dengan Analisis Biaya, demikian pula Analisis Biaya
Terendah berbeda dengan Analisis Kemanjuran. CMA juga berbeda dengan "Analisis
Efektifitas" atau "Analisis Efektivitas" yang hanya berfokus pada "hasil".
Analisis Biaya Termurah (CMA) harus dibedakan dengan Analisis Kemanjuran, Analisis
Efektivitas atau Analisis Harga, Cost Analysis. Dalam penentuan pilihan ada tiga analisis yang
sering dicampur-adukkan yaitu 'cost analysis’ Analisis Biaya,’ Effectiveness Analysis ' analisis
kemanjuran dan Analisis Farmakoekonomi, baik analisis biaya terendah dan biaya' Analisis
Efektivitas Biaya '.
•"Cost Analysis” adalah pemilihan yang hanya pada pertimbangan biaya saja. Pertimbangan
biaya bisa rendah tetapi bisa juga tinggi. Pertimbangan biaya rendah misalnya yang terjadi pada
seorang istri penjual cendol (berlangganan) yang sering pusing karena hipertensi. Setiap hari
makan "Paramex" yang tidak pusing, akhirnya meninggal karena pembuluh darah di otak pecah.
("Paramex" murah, ke dokter mahal). Analisis Biaya adalah analisis untuk memilih produk
dengan harga terendah, mengabaikan kualitas, pokoknya bagus dan indah dilihat. Dalam
kehidupan Sehari-hari kita sering membeli komoditi dengan pertimbangan murah.
• ‘Effectiveness Analysis ', adalah pertimbangan pertimbangan kemanjuran "efektivitas' saja.
Tidak ada yang salah dengan pertimbangan tersebut, semua dokter memiliki kewajiban untuk
menyembuhkan penyakit pasiennya. Salah satu caranya dengan memilihkan obat yang paling
manjur, efektif, sampai disini juga tidak paling penting Ada pelayanan kesehatan yang salah.
Namun permasalahan yang timbul bila pasien tidak mampu membeli obat yang dipilihkan dokter.
Akibat yang paling fatal adalah obat yang mahal (padahal yang efektif) tidak dibeli. Sepertinya
tidak sembuh. Dalam sehari-hari sering dijumpai hal ini terutama pada resep Dokter atau di
kalangan ‘the have’. Dokter yang melakukan hal tersebut karena tanggung jawab memberi obat
yang termanjur meski sering melupakan kemampuan ekonomi pasien. Malah di masyarakat,
terutama golongan yang punya pemikiran bahwa yang lebih bagus pasti lebih mahal, sehingga
tidak mau yang murah. Pertimbangan bahwa yang lebih bagus pasti lebih mahal benar-benar
adanya Sebuah. artinya tidak salah. Tetapi memilih yang lebih mahal pasti mendapat yang
lebih baik adalah cara pikir yang tidak tepat. Cara pikir tersebut kadangkala ada juga di
kalangan dokter sebagai akibat promosi para 'medrep'. Dampak dari cara pikir tersebut
mengakibatkan munculnya pendapat bahwa obat generik (berlogo) yang murah dianggap
‘murahan’, sehingga tidak laku di indonesia hanya sekitar 10%. Bandingkan misalnya dengen di
negara-negara maju atau di dunia pada umumnya yang sudah mencapai 40-50% dari seluruh
pangsa pasar obat. Pangsa obat generik di Indonesia baru naik dua kali lipat setelah asuransi
kesehatan diterapkan melalui BPJS , baik BPJS Kesehatan atau BPJS ketenagakerjaan.
CMA, Cost Minimization Analysis mensyaratkan kemanjuran vang sama, baru dicari biaya yang
termurah, sehingga tak ada lagi kesangsian tentang kemanjuran atau biaya.
1. Analisis biaya (Cost Analysis)
Pengambilan keputusan berdasar analisis biaya (cost analysis) biasa dipergunakan dalam
rangka bisnis, seperti misalnya biaya "travel" Bandung-Jakarta, ada yang jemput-antar dari
rumah ke rumah, ada pula yang dari satu titik ke titik yang lain (point to point). Ada yang
Rp.160ribu ada pula yang Rp.105rb, juga ada yang Rp.80ribu. Bila anda memilih dengan
cara analisis biaya maka pilihannya adalah Rp.80ribu, akibatnya satu mobil diisi oleh 16
orang. Analisis biaya adalah analisis yang menghasilkan rekomendasi hanya berdasarkan
pertimbangan biaya saja. Ini dlakukan dalam rangka persaingan pemasaran dengan harga
jual yang termurah. Analisis biaya tidak tepat untuk penentuan obat dan pengobatan, karena
penyebab kemanjuran, sehinggà gagal menyembuhkan, membahayakan pengobatan,
mungkin dapat menyebabkan kematian. Efektivitas Keputusan atas dasar analisis biaya
yang sukses di Indonesia cukup banyak, misalnya produk-produk isi ulang atau kemasan
ekonomis, seperti isi ulang air minum, parfum, sabun cair. Analis biaya sebaiknya tidak
menjadi prioritas utama dalam pelayanan pengobatan / obat, karena biaya yang murah
dengan data kemanjurannya, suatu hal yang sangat berbahaya dalam pelayanan kesehataza /
kefarmasian.
2. Analisis Kemanjuran (Effectiveness analysis)
Analisis kemanjuran adalah analisis yang berdasarkan pertimbangan kemanjuran saja. Ini
biasa dilakukan oleh setiap penyedia kesehatan (pelaku pelayanan kesehatan) dengan tujuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Hal tersebut sangat baik, sekiranya
semua pasien dipayungi oleh asuransi kesehatan. pada kenyataannya tidak ada negara /
pemerintah. Namun yang mampu memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyatnya.
Sebagai akibatnya maka dalam mendapat resep obat yang paling manjur. tetapi tidak terbeli
atau terbeli sebagian sehingga hasilnyapun tidak optimal. Pada umumnya dokter memiliki
komitmen terhadap kesembuhan pasien, maka dokter memilihkan obat yang termanjur.
Disini dokter memakai Analisis Efektivitas. Senyatanya obat yang termajur biasanya juga
yang termahal. Pertanyaan timbul bagaimana kalau pasien tak marmpu membelinya?
Pasien tidak sembuh. Kejadian seperti ini sudah diantisipasi oloeh Pemerintah melalui
Peraturan Menteri Kesehatan apoteker diberi hak yaitu untuk menggantiya dengan obat
generik (berlogo / bermerek) yang lebih murah, dengan persetujuan dokter atau pasien.
Malah apoteker di apotek dilarang mengganti obat generik (berlogo) dengan obat generik
bermerek. Bagaimana bila pasien memilih obat yang termurah tanpa masalah
kemanjurannya. Disini pasien mempergunakan Analisis Biaya. Tidak sembuh!
Kekurangan pada dua keadaan ektrem tersebut yaitu "Analisis Biaya 'dan' Analisis
Efektivitas 'dapat dihindari dengan metodologi analisis farmakoekonomi Analisis Biaya
Termurah (CMA) dimana kemanjuran tetap terjamin, namun diperoleh harga termurah.
Proses Analisis Biaya Terendah tidak sesederhana seperti diatas hanya pada obat Tujuan
dari pengobatan adalah memberi kemanjuran, maka masih harus dihitung berapa kekuatan
obat sehari dimakan berapa kali untuk berapa hari. Artinya satu paket sampai sembuh.
Kemudian dihitung pula biaya lain yang dikeluarkan misalnya untuk dokter, tenaga
kesehatan dan lainnya seperti pemeriksaan laboratorium atau alat kesehatan. Analisis
Minimisasi Biaya
Contoh: membandingkan obat generik berperingkat AB dengan padanan nama mereknya
membandingkan, biaya jadwal dosis berganda dengan jadwal sekali sehari yang sama-sama
aman dan efektif menganalisis biaya pemberian dan pemantauan obat yang sama di dua
pengaturan berbeda.
Untuk melaksanakan Analisis Biaya Terendah ada tiga hal yang harus dilakukan:
1. Membandingkan Obat Generik dengan Obat Generik Bermerek yang kandungan zat
berkhasiat sama jenis dan kadarnya (Paracetamol 500mg dengan Panadol)
2. Membandingkan antara dosis ganda dengan dosis tunggal (misalnya Allopurinol 100 mg
sehari 3 kali dengan Allopurinol 300 mg sehari sekali)
3. Membandingkan obat yang sama dengan kadar yang sama pula, tetapi cara pakainya beda
(misalnya suntikan atau infus)
Coba pasien rawat inap di rumah sakit, sebagian besar dipasangi infus, kenapa?
1. Menjamin kadar obat dalam darah merata, tidak naik turun, sehingga daya kerjanya pun
optimal
2. Kerja yang lebih cepat, lebih efektif dari pada per oral
3. Tidak pernah membangunkan pasien untuk makan obat atau untuk disuntik.
4. Efisiensi tenaga kerja di rumah sakit.
Pengeluaran biaya yang lebih besar (pasang infus) memperoleh pengobatan yang jauh lebih
efektif, memberikan kenyamanan bagi pasien serta biaya operasional rumah sakit bisa dihemat.
ANALISIS BIAYA DAN KEMANJURAN
CEA: COST EFFECTIVENESS ANALYSIS
Analisis Kemanjuran dengan Biaya (Cost Effectiveness Analysis, CEA) merupakan metoda
farmakoekonomi yang paling luas dipakai dimana satuan biaya adalah rupiah, sedangkan satuan
kemanjuran yang diukur dalam unit masing-masing, seperti misalnya mm Hg pada tekanan darah
atau mg gula darah atau derajat Celcius suhu badan atau bisa juga jumlah pasien tersembuhkan
atau nyawa terselamatkan atau berapa tahun usia bertambah dan seterusnya tergantung dari apa
yang diukur. Analisis Biaya dan Kemanjuran (CEA) adalah analisis yang membandingkan biaya
yang dikeluarkan dengan kemanjuran yang diperoleh. Satuan biaya tidak sama dengan satuan
dampak kemanjuran.
Mengingat kemanjuran bersifat spesifik, maka CEA hanya bisa dipakai bila dampaknya pula,
membandingkan perubahan tekanan darah atau perubahan pasien yang tersembuhkan. Tak bisa
untuk macam-macam dampak klinik, apalagi dampak klinik dengan dampak humanistik atau
ekonomik. Tujuan CEA adalah menentukan biaya termurah untuk satu jenis dampak atau
wilayah terapi. Hanya Analisis Biaya dan Kemanjuran, yang populer dengan CEA (Cost-
EffectivenessAnalysis) untuk membandingkan dua atau lebih opsi pengobatan pada kondisi
tertentu. CEA adalah analisis antara biaya yang dikeluarkan dengan efektivitas obat dalam
rangka memilih obat, kombinasi obat atau program pelayanan kesehatan / kefarmasian yang
paling efektif dan paling murah. Warner dan Luce (1982) serta Dao (1985) telah menyusun
langkah-langkah dasar bagi semua aplikasi CEA yang oleh Lyle Bootman dkk (1991) dirangkum
dan diberi judul Basic steps of Cost effectiveness Analysis. Pada kajian CEA hasil digambarkan
dalam rasio yaitu ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) atau sebagai ICER (Incremental
Cost Effectiveness Ratio).
𝐴𝐶𝐸𝑅 = Rata−rata Biaya Efektivitas Terapi
𝐼𝐶𝐸𝑅 = ∆ Biaya ∆ Outcome (9
Dalam memahami Cost Effectiveness Analysis ada beberapa catatan yang harus diperhatikan:
1) Dalam proses CEA jangkauannya bisa sampai sembuh tetapi bisa juga pada beberapa tahap
penyembuhan , sampai sejauh mana kemanjuran / efektivitas yang ingin dicapai, efektivitas
100%.
2) Satuan biaya / biaya adalah satuan finansial (rupiah), sedangkan satuan kemanjuran /
efektivitas adalah satuan klinik, sehingga hasil akhir adalah satuan finansial per satuan klinik.
3) Analisis Biaya-Kemanjuran (CEA) ada keterbatasan, yaitu hanya dapat dipergunakan untuk
membandingkan antar penyakit yang sama. Tidak dapat membandingkan untuk membandingkan
antar penyakit yang berbeda.
4) Analisis Biaya-Kemanjuran (CEA) merupakan metoda analisis yang paling banyak dipakai.
tidak mutlak sampai sembuh,
CEA adalah evaluasi ekonomi yang bertujuan untuk melakukan identifikasi, menguji dan
membandingkan intervensi pengobatan dengan berbagai macan obat dalam satu wilayah terapi.
Biaya yang dikeluarkan dalam satuan moneter (uang). sedangkan dampak pengobatannya yang
diukur dalam satuan tersebut seperti misalnya jumlah nyawa yang terselamatkan atau jumlah
penyakit yang tersembuhkan atau usia yang mungkin diperoleh (karena dapat dihindarkan dari
kematian). Pada CEA ada yang rawan: ketika mengukur efektivitas Obat atau dampak kesehatan.
CFA tidak mungkin dipakai dipakai untuk macam-macam intervensi. CEA hanya bisa dipakai
pada wilayah memiliki terapi yang sama.
Nilai sebuah CEA terdiri atas dua unit nomenklatur unit dalam satu kesanuan yaitu unit
kemanjuran (effectiveness) seperti turun berapa tahun usia mampu bertahan, berapa banyak
nyawa yang dapat diselamatkan, berapa mm Hg tekanan darah dapat diturunkan atau berapa 9%
kadar gula darah serta unit moneter untuk mengukur berapa biaya yang hanus dikeluarkan.
Nilai CEA yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai CEA obat lain yang memenuhi
kriteria paling efektif sekaligus paling murah.

ANALISIS BIAYA DAN KEPUASAN


CUA : COST UTILITY ANALYSIS
"Kepuasan" atau utilitas yang bersifat subjektif tergantung pada masing-masing individu, juga
tergantung pada momen dengan indikator rasa puas. Utilitas adalah istilah ekonomi yang
diperkenalkan oleh Daniel Bernouili, preferensi yang mengacu pada kepuasan atas produk atau
jasa yang diperoleh. Utilitas dalam teori ekonomi sangat penting, karena kepuasan rasa atau
kepuasan akan kepuasan yang akan mendorong orang untuk memperolehnya atau membelinya
lagi. Analisis Biaya dan Kepuasan, Analisis Biaya-Utilitas pertimbangan dalam pemesanan atau
penggunaan produk atau jasa. CUA dipergunakan untuk menentukan berapa biaya yang harus
dikeluarkan untuk setiap tiìngkat kenyamanan / kepuasan yang tercapai.
Pada kajian CUA terlebih dahulu dicari life years (LY) dan utilitas untuk mendapatkan nilai
quality adjusted life years (QALY). Hasil CUA digambarkan dalam Cost Utility Ratio dan
Incremental Cost Utility Ratio (ICUR).
𝑄𝐴𝐿𝑌 = 𝐿𝑌 x utilitas
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Biaya/QALY
𝐼𝐶𝑈𝑅 = ∆ Biaya/∆ QALY
Menurut Wikipedia CUA adalah analisis perangkat yang umum diterapkan dalam analisis
Farmakoekonomi. Kepuasan / kenyamanan amat subyektif tergantung siapa dimana dan kapan
terjadinya.
Life years, QALYS, Berapa tahun lagi dapat menjalani hidup mendekati normal dengan biaya
pengobatan / obat berapa. Sebetulnya Analisis Biaya dan Manfaat, CUA, Cost- Utility Analysis
adalah varian CEA dengan preferensi pasien sehingga proses CUA hampir sama dengan CEA,
beda pada hasil akhir saja. Kalau CEA hasil akhir adalah kemanjuran, CUA hasil akhirnya
adalah lama kehidupan dengan kualitas hidup setara Quality Adjusted Life Years Save (QALYS).
Mengingat utilitas tidak korelatif dengan jenis penyakit maka CUA bisa dipakai untuk
membandingkan terapi bermacam-macam penyakit. Misal kanker dibawah ini:
1. Obat A (orang tua) dan ObatB (oral) dipakai untuk merawat mammae carcinoma.
2. Obat A harus disuntikkan oleh dokter sebulan dua kali dengan biaya dokter @ Rp.150.000, -
sedang Obat B tidak perlu ke dokter karena per oral.
3. Obat A atau Obat B memiliki efek samping yang harus ditanggulangi dengan makan obat lain
dari Rp. 500.000, - masing-masing.
4. Obat A memberi kualitas hidup yang baik selama 2 bulan, sedangkan Obat B hanya 1 bulan
saja.
5. Rasio biaya-nyaman Obat A adalah Rp. 1,9 juta per bulan sedang Obat B Rp. 2 juta per bulan.
6. Pilih yang mana?
CUA mengintegrasikan biaya dan manfaat sebuah terapi dan dapat dibandingkan dengan terapi
lainnya. Utilitas adalah istilah ekonomi untuk sebuah kepuasan, perasaan sehat dan nierupakan
upaya untuk menterjemahkan kualitas kesehatan seseorang, bukan kuantitasnya seperi tensi atau
kadar gula darah yang tinggi dan lain sebagainya. Satuan utilitas / kepuasan adalah Quality
Adjusted Life Year (QALY).
1. Tanpa pengobatan, penderita sirosis atau kanker hati usianya 5 tahun lagi. Bila diobati usia
bisa 10 tahun
2. Tanpa pengobatan, kualitas hidupnya 50% dari normal; dengan pengobatan X kualitas
hidupnya 70%
3. Selama lima tahun tanpa pengobatan, kualitas hiudp adalah = (5x0.5) = 2.5 QALYs
4. Denga pengobatan X selama 10 thun, kualitas hidup = (10 x 0.7) = 7.0 QALYs
5. Dengan pengobatan X, terjadi peningkatan kualitas hidup = 7 – 2.5 = 4.5 QALYs
6. Bila biaya pengobatan adalah Rp 180juta, maka biaya yang harus ditanggung adalah Rp 180
juta dibagi 4.5 =Rp40 uta QALYs
Beberapa catatan tentang Analisis Biaya dan Kemanfaatan, CUA; Cost Utility Analysis 'serta
QALY adalah sebagai berikut:
1. Utility (kegunaan, keuntungan nilai keuntungan) adalah keadaan yang berguna,
menguntungkan dan menguntungkan. Dalam bahasa Indonesia digunakan sebagai utilitas atau
tentang kenyamanan.
2. Ruang lingkup manfaat dalam kehidupan sehari-hari amat luas, mulai dari kamar mandi
sampai istana negara. Namun pada sisi lain manfaat juga sangat relatif, tergantung pada individu
masing-masing, juga waktu, juga suasana kebutuhannya.
3. Mengukur utilitas pada pasien itu sulit, pada penyakit yang sama tingkat penderitaan orang
yang berbeda-beda.
4. CUA kita bisa memilih alternatif yang dikehendaki. Mau hidup 10 tahun lagi, meski tak
mewujudkan normal atau menyerah saja pada nasib yang hanya bisa hidup 5 tahun lagi.
5. Dengan satuan QALYS, penggunaan CUA dapat diatur dengan cara yaitu, hidup secara
normal atau dibawah normal.
6. Contoh soal yang sudah diberikan diharapkan mampu menggambarkan apa itu Utilitas, CUA
dan QALYS.

ANALISIS BIAYA DAN PEROLEHAN


CBA : „COST BENEFIT ANALYSIS‟
Analisis CBA ini adalah analisis yang membandingkan antara biaya yang dikeluarkan dengan
perolehan yang didapat dimana satuannya sama yaitu satuan moneter rupiah. Untuk dapat
melakukan analisis CBA ini, semua dampak yang terjadi, baik dampak ekonomi, humanistik dan
juga dampak klinik harus dapat masuk dalam satuan meteran. Seorang salesman pedagang besar
farmasi punya pendapatan Rp.10 juta per bulan (pendapatan tetap Rp. 2,5 juta plus insentif
peniualan rata-rata Rp. 7,5 juta) suatu ketika ia tidak bisa berdiri, apalagi kadar asam urat dalam
darah lebih dari 10. Selama 15 hari dia berobat biaya biaya Rp. 1 juta (biaya 2 kali ke dokter,
biaya beli obat dan transportasi) dan baru sembuh dan bisa bekerja kembali setelah cuti sakit 1
bulan. Dengan CBA ia keluar "cost" 1 juta, kehilangan insentif Rp. 7,5 juta, tetapi dia akan
menyelamatkan Rp. 7,5 juta pada bulan-bulan berikutnya. CBA memungkinkan periset
melakukan perbandingan yang amat luas, baik penanggulangan tuberkulosis atau pengobatan
kanker dini (operasi atau penyinaran atau kemoterapi?) CBA bisa dibandingkan program
penanggulangan penyakit apapun, sepanjang dampak (outcome) dapat alat ukur dalam satuan
moneter. Misalnya kita bisa membandingkan keuntungan (manfaat) dari pengobatan hipertensi
dengan pengobatan kolesterol atau imunisasi sekalipun, sepanjang keuntungan tersebut dapat
dijabarkan dengan satuan rupiah. Secara umum finansial dengan CBA adalah proses dimana
satu aktivitas atau satu proyek diurai dan dicermati manfaatnya ditinjau dari aspek perolehan,
dampak sosial dan kesejahteraan masyarakat, misalnya pendirian industri di satu kawasan selain
menguntungkan secara finansial pasti ditentukankan limbah, atau kemacetan lalu lintas yang
merugikan lingkungan, kemudian dilakukan analisis dan evaluasi sehingga diperoleh hasi! akhir
apakah menguntungkan atau merugikan.
CBA sulit untuk dilakukan karena memerlukan baik biaya dan manfaat yang diukur (atau diubah
menjadi), istilah moneter Pendekatan Modal Manusia Pendekatan Kesediaan untuk Membayar
Meskipun demikian Analisis Biaya dan Perolehan ('CBA') punya keunggulan dibandingkan
metodologi farmakoekonomi lainnya . Karena Analisis ini tidak ada komponen kemanjuran dan
kenyamanan maka Analisis Biaya dan Perolehan (CBA ') ini dapat dipakai untuk
membandingkan berbagai program kesehatan, untuk mencari yeng paling menguntungkan bagi
masyarakat atau bagi Pemerintah. Semua pemerintahan di dunia sangat paham bahwa
pemberantasan penyakit yang utama adalah pencegahan, karena itu program imunisasi
merupakan kebijakan dasar semua negara, termasuk Badan Kesehatan Dunia (WHO). Program-
program pencegahan berbagai penyakit dan segala imunisasi untuk berbagai penyakit yang
dipilih berdasar pertimbangan 'Cost-Benefit-Analysis' terhadap semua penyakit, tak perduli
penyakit apapun. Analisis Ekonomi Kesehatan dan Farmakoekonomi lainnya tak mampu
melakukannya, karena keterbatasan kemanjurannya. Pada kajian Cost Benefit Analysis dapat
dilakukan perhitungan manfaat bersih dan Cost Benefit Ratio.
Manfaat Bersih = Manfaat − Biaya
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Manfaat/𝐵𝑖𝑎𝑦a
ANALYSIS BIAYA SAKIT
COI :“COST OF ILNESS”
Semua orang tahu bahwa sakit itu sengsara, baik sengsara perasaan (utilitas), sengsara sakit
(klinik) dan juga sengsara biaya (ekonomis). Semua orang juga sadar bahwa penyembuhan dari
sakit memerlukan biaya, baik biaya ke dokter / rumah sakit, biaya beli obat atau biaya
pengobatan lainnya. Akibat biaya sakit, fakta tidak sadar hanya pada pengobatan dan obat.
Biaya sakit jauh lebih besar, lebih luas hanya sebatas yang disebut tadi. Bila anak sakit, orang
tuanya menderita. Bila bapak sakit, ibu yang paling sibuk ;, anak-anaknya yang juga sedih-
khawatir. Bila ibu sakit maka seluruh keluarga sengsara. Pemerintah juga khawatir bila derajat
morbiditas rakyat tinggi, karena akan menurunkan produktivitas negara yang dicerminkan oleh
turunnya Produk Domestik Bruto (PDB) yang menurunkan kekuatan ekonomi bangsa.
Gambaran di atas membuktikan bahwa harga sebuah sakit bukan sekedar pengobatan dan obat
Oleh karena itu lahirlah ilmu yang dinamakan Ekonomi Kesehatan, 'Health Economics', induk
Pharmacoeconomics '.
Biaya sakit Cost of Illness ', COI, tidak saja biaya langsung, tetapi leBih besar berupa biaya tak
langsung, seperti hilang atau berkurangnya pendapatan yang sakit, biaya pengobatan dan obat,
biaya untuk memperoleh pengobatan dan obat, produktivitas tempat kerja turun, timbulnya biaya
tak langsung dari keluarga pasien, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih yang tidak bisa diukur,
'intangible cost' dan lain-lain. Di Indonesia Biaya Sakit belum cukup mendapat perhatian, tetapi
di negara lain seperti di Amerika terdata bahwa Kanker tahun 2002 menyebabkan kerugian
negara dan rakyat Amerika sebesar $ 171,6 milyar dimana sebagian besar karena biaya akibat
akibat morbiditas dan mortalitas.

ANALISIS TERHADAP PENAMBAHAN BIAYA DAN PENINGKATAN KINERJA


COA: COST OFFSET ANALYSIS
Cost Offset Analysis bisa digambarkan sebagai berikut: Dalam rangka memberi pengobatan /
obat yang lebih baik atau lebih cepat atau lebih mudah perlu ada peringkatan kinerja.
Peningkatan kinerja perlu biaya tambahan, apakah biaya tambahan tersebut dapat membangun
(Offset) oleh kelebihan manfaat atau yang dapat dikembangkan.
Cost Offset Analysis dilakukan pada proses pengobatan / obat, seperti:
1. Rumah Sakit sebagian besar pengobatan utama dilakukan melalui infus, bukan cukup
dengan suntikan atau obat oral saja. Sebuah.
a. Dengan infus maka akan diperoleh kadar obat yang stabil hingga efek kerja yang
optimal. dibandingkan bila beberapa kali secara periodik, apalagi memberikan obat
per oral.
b. Dengan infus perawat tak perlu mondar mandir beri suntikan atau oral, perawat bisa
melakukan pelayanan kesehatan yang lain.
c. Dengan infus perlu tambahan biaya yaltu pengadaan peralatan infus.
d. Keuntungan (a) dan (b) dibandingkan dengan pengeluaran (c)
2. Di tempat praktek dokter atau klinik pratama sebagian besar pengobatan melalui resep,
bukan lagi suntikan apalagi infus. Bila penyakitmya berat tinggal kirim ke rumah sakit.
Sebuah.
a. Pasien datang ke praktek dokter atau klinik pratama biasanya sakit sakit ringan.
b. Penyuntikan atau apalagi infus terlalu mahal dan memakan waktu.
3. Setelah eperasi seorang ibu diberi antibiotika per oral Levofloxacin sehari sekali bukan
Cyprofloxacin sehari tiga kali.
a. Habis operasi di Indonesia biasanya ada infeksi sehingga perlu antibiotika.
b. Habis operasi perlu istirahat dan pembiusan belum habis, sehingga pengobatan
beralang amat mengganggu.
Cost Offset Analysis adalah evaluasi apakah pengobatan / obat baru memiliki keunggulan yang
melebihi ongkos pengobatan yang harus dibayar. Bila pengobatan / obat baru dimakan sehari
sekali yang mampu mengungguli yang biasanya tiga kali sehari, maka Pengobatan / pengobatan
baru menghemat waktu perawatan.

ANALYSIS BIAYA KESEHATAN TERHADAP ANGGARAN


BIA: 'BUDGET IMPACT ANALYSIS‟
Analisis dampak jauh pengaruh biaya pengobatan terhadap anggaran, baik anggaran rumah
tangga masing-masing atau anggaran daerah atau anggaran nasional anggaran perusahaan.
Konstitusi semua negara pasti Berbicara jaminan negara kesejahteraan warganegaranya.
Budget Impact Analysis (BIA) memperkirakan efek finansial dari intervensi pada rencana atau
program kesehatan BIA sering diminta oleh organisasi perawatan terkelola di AS atau program
asuransi kesehatan nasional (misalnya, Kanada, Inggris). Di Amerika Serikat jaminan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah sudah ada sejak tahun 1966 dengan nama Medicare dan
Medicaid yang memberikan asuransi kesehatan bagi warganegaranya dan juga penduduk tetap.
Setiap warga akan mendapatkan jaminan kesehatan dengan membayar premi potongan gaji.
Bagi yang usianya 65 tahun keatas tak harus membayar premi lagi karena selama ia bekerja
upahnya dipotong untuk program asuransi kesehatan Mediaid. Demikian juga bagi penderita
disabilitas. Sedang bagi yang pendapatannya rendah dilindungi. Medicare dimana premi di
tanggung negara. Persis dengan program di Indonesia yaitu melalui Kartu Indonesia Sehat,
BPJS Kesehatan / Ketenegakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai