Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Sediaan farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya Apoteker.
kepada masyarakat
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
mereka yang berdasarkan peraturan perundang- sumpah jabatan Apoteker.
undangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker.
Surat Izin Apotik atau SIA adalah Surat izin yang Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau SIA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat Apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan
tertentu. Apotek.
4 PASAL 1 (e)
5 PASAL 1 (f)
Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
peraturan perundang-undangan yang berlaku membantu Apoteker dalam menjalankan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Asisten Apoteker; Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis
Farmasi.
Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
Dokter Gigi, Dokter Hewan kepada Apoteker dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker,
Pengelola Apotik untuk menyediakan dan baik dalam bentuk kertas maupun elektronik
menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan
perundang-undangan yang berlaku farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat
Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika. tradisional, dan kosmetika.
9 PASAL 1 (14)
10 PASAL 2
11 PASAL 3 (1)
12 PASAL 4
13 PASAL 5
14 PASAL 6 (1)
PASAL 6 (2)
Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
PASAL 6 (3)
15 PASAL 7
16 PASAL 8
17 PASAL 9
18 PASAL 10
Permohonan Izin Apotik diajukan kepada Kepala Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mengajukan permohonan tertulis kepada
menggunakan contoh Formulir Model APT-1; Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
menggunakan Formulir 1.
Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat- sejak menerima permohonan dan dinyatakan
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima telah memenuhi kelengkapan dokumen
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan (2), Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
setempat terhadap kesiapan apotik untuk menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan
melakukan kegiatan; pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek
dengan menggunakan Formulir 2.
PASAL 13 (4)
23 PASAL 7 (4)
Terhadap permohonan izin apotik yang ternyata Apabila pemohon tidak dapat memenuhi
tidak memenuhi persyaratan dimaksud pasal 5 dan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud
atau pasal 6, atau lokasi Apotik tidak sesuai pada ayat (8), maka Pemerintah Daerah
dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) dengan menggunakan Formulir 6.
hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan
disertai dengan alasan-alasannya dengan
mempergunakan contoh Formulir Model APT-7
25 PASAL 13 (10)
26 PASAL 14
(1) Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan
SIA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(6), maka penerbitannya bersama dengan
Tidak dijelaskan
penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
(2) Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku
SIPA.
27 PASAL 15 (1)
PASAL 15 (2)
PASAL 15 (3)
28 PASAL 12 (1)
30 PASAL 18
31 PASAL 19(1)
PASAL 19 (2)
PASAL 19 (4)
32 PASAL 19
33 PASAL 20
34 PASAL 21 (2)
PASAL 21 (3)
PASAL 21 (5)
36 Pasal 23
(1) Resep bersifat rahasia.
(2) Resep harus disimpan di Apotek dengan baik
paling singkat 5 (lima) tahun.
(3) Resep atau salinan Resep hanya dapat
diperlihatkan kepada dokter penulis Resep,
Tidak dijelaskan pasien yang bersangkutan atau yang merawat
pasien, petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
37 Pasal 24
(1) Pengadaan obat dan/atau bahan obat di
Apotek menggunakan surat pesanan yang
mencantumkan SIA.
(2) Surat pesanan sebagaimana dimaksud dalam
Tidak dijelaskan ayat (1) harus ditandatangani oleh Apoteker
pemegang SIA dengan mencantumkan nomor
SIPA.
38 Pasal 25
(1) Apotek dapat bekerja sama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan
asuransi lainnya.
Tidak dijelaskan
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan rekomendasi
dinas kesehatan kabupaten/kota.
Apabila Apoteker Pengelola Apotik meninggal Apabila Apoteker pemegang SIA meninggal
dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh dunia, ahli waris Apoteker wajib melaporkan
empat jam, ahli waris Apoteker Pengelola Apotik kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; PASAL 26 (2)
PASAL 26 (3)
PASAL 26 (4)
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan
mencabut surat izin apotik apabila: Menteri ini dapat dikenai sanksi administratif.
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
yang dimaksud pasal 5 dan atau; PASAL 31 (2)
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
dalam Pasal 12 dan Pasal 15 ayat (2) dan atau; ayat (1) dapat berupa: a. peringatan tertulis; b.
c. Apoteker Pengelola Apotik terkena ketentuan penghentian sementara kegiatan; dan pencabutan
dimaksud dalam pasal 19 ayat (5) dan atau; SIA.
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 dan atau;
e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotik
dicabut dan atau;
f. Pemilik sarana Apotik terbukti terlibat dalam
pelanggaran Perundang-undangan di bidang obat,
dan atau;
g. Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan
dimaksud dalam pasal 6.
PASAL 25 (2)
PASAL 32 (1)
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum
melakukan pencabutan sebagaimana dimaksud Pencabutan SIA sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) berkoordinasi dengan Kepala Balai POM Pasal 31 ayat (2) huruf c dilakukan oleh
setempat. pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan:
a. hasil pengawasan; dan/atau b. rekomendasi
Kepala Balai POM.
Pasal 26 (1a)
PASAL 32 (2)
Peringatan secara tertulis kepada Apoteker
Pelaksanaan pencabutan SIA sebagaimana
Pengelola Apotik sebanyak 3 (tiga) kali berturut-
dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
turut dengan tenggang waktu masing-masing 2
dikeluarkan teguran tertulis berturut-turut
(dua) bulan dengan menggunakan contoh
sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu
Formulir Model APT-12.
masing-masing 1 (satu) bulan dengan
menggunakan Formulir 8.
PASAL 32 (3)
PASAL 32 (5)
41 PASAL 26 (1b)
Pasal 26 (2)
Pasal 26 (2)
42 PASAL 29 (a)
PASAL 29 (b)
PASAL 29 (c)
Pembinaan terhadap apotik dilaksanakan secara Pembinaan dilakukan oleh Menteri, kepala dinas
berjenjang dari tingkat Pusat sampai dengan kesehatan provinsi dan kepala dinas kesehatan
Daerah, atas petunjuk teknis Menteri kabupaten/kota secara berjenjang sesuai dengan
PASAL 30 (2) kewenangannya terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan kefarmasian di
Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan Apotek.
Apotik sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan dan Badan POM;
44 PASAL 28 (1)
PASAL 28 (2)