Anda di halaman 1dari 24

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI LIKUIDA DAN SEMI SOLIDA

PRAKTIKUM IV
SALEP CLOBETASOL PROPIONATE

Dosen Pengampu: 1. Apt. Fauzia Ningrum Syaputri, M. Farm


2. Titian Daru Asmara Tugon, M. Farm

Asisten Laboratorium: Fitri Wahyu Widyawati

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Candra Fajar Arfah 190106005
2. Dini Rahmawati 190106012
3. Herlina Eka Sari 190106020
4. Kiki Wahyudi 190106027
5. Monica Stela Hidayat 190106073
6. Nabila Hurulaini N. 190106032

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi dalam
dasar salep yang cocok (Depkes, 1979).
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan
pada kulit sehat, sakit atau terluka dimaksudkan untuk efek topikal. Salep
digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga
diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit agar dapat memberikan
efek yang diinginkan (Voigt, 1984).
Suatu obat dalam bentuk sediaan salep untuk dapat mencapai
efektifitas yang maksimum, perlu dipelajari dengan baik mengenai struktur
kulit dan formulasi sediaan antara lain pemilihan bahan pembawa atau
basis, karena pembawa akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dan
absorbsinya pada lapisan kulit (Aiache, 1982).
Clobetasol propionate adalah obat golongan kortikosteroid yang
digunakan untuk mengobati kondisi kulit seperti eksim, dermatitis kontak,
dermatitis seboroik, dan psoriasis. Clobetasol propionat dapat digunakan
pada area dengan kulit yang tebal seperti scalp, telapak tangan, tumit
(Jessop, 2009). Clobetasol propionate dibuat dalam bentuk salep, karena
salep merupakan sediaan dengan konsentrasi yang cocok untuk terapi
penyakit kulit (Naibaho dkk, 2013).

1.2 Perumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana rancangan formulasi sediaan salep clobetasol
propionate?
1.2.2 Bagaimana evalusi sediaan salep clobetasol propionate?

1.3 Tujuan Praktikum


1.3.1 Untuk mengetahui rancangan formulasi sediaan salep clobetasol
propionate.
1.3.2 Untuk mengetahui evaluasi sediaan salep clobetasol propionate.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Singkat Sediaan


Salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan,
umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar
untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak
boleh berbau berbau tengik. tengik. Kecuali Kecuali dinyatakan dinyatakan
lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau
narkotik adalah 10 % (Anief, 2005).
Salep pada umumnya terdiri dari dua bagian yaitu bagian padat dan
bagian cairan. Bila bagian yang padat berada dalam jumlah yang tinggi
maka salep dinyatakan sebagai pasta, sebaliknya bila bagian cair yang
berada dalam jumlah yang tinggi maka salep dinyatakan sebagai krim
(Voigt, 1984).
Salep dalam pengobatan berfungsi sebagai pembawa obat-obat
topikal, sebagai pelunak kulit, sebagai pembalut pelindung/pembalut
penyumbat (oklusif). Pemakaian sediaan salep antara lain pada membran
mukosa seperti pada rectal, buccal (di bawah lidah), mukosa vagina,
membran uretra, saluran telinga luar, mukosa hidung dan mata (kornea)
(Lachman dkk, 1986).
Dalam pembuatan salep, harus memperhatikan peraturan-peraturan
pembuatan salep, yaitu diantaranya:
 Peraturan Salep Pertama (zat-zat yang dapat larut dalam campuran
lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan).
 Peraturan Salep Kedua (bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika
tidak ada peraturan-peraturan lain, dilarutkan terlebih dahulu kedalam
air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya
oleh basis salep : jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis).
 Peraturan Salep Ketiga (bahan-bahan yang sukar atau hanya dapat
larut dalam lemak dan dalam air harus diserbukkan dahulu, kemudian
diayak dengan ayakan no 40).
 Peraturan Salep Keempat (salep-salep yang dibuat dengan cara
mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin) (Depkes,
1979).
Pada dasarnya salep yang baik mengandung kualitas yang baik pula.
Kualitas dasar salep yang baik adalah :
 Mudah dipakai
 Lunak, harus halus dan homogen
 Dasar salep yang cocok
 Dapat terdistribusi secara merata
 Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban dan harus bebas
dari inkompatibilitas selama pemakaian (Syamsuni, 2006).
Menurut efek terapinya, salep terbagi menjadi:
 Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk
melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak
diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, adstrigen untuk
meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa
hidrokarbon (vaselin).
 Salep Endodermic
Salep dimana obatnya menembus kedalam, tetapi tidak melalui kulit
dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir
diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
 Salep Diadermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi sepenuhnya, misalnya
pada salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida dan Belladone.
Dasar salep yang baik adalah Adeps Lanae dan Oleum Cacao (Ansel,
1989).
2.2 Teori Zat Aktif

Golongan Anti radang kortikosteroid (Obat keras)


Mekanisme kerja Dengan cara mengoleskan salep ke kulit dan menga
ktifkan protein khusus yang bisa menghambat perad
angan.
Indikasi Clobetasol adalah obat untuk meredakan gatal,
kemerahan, peradangan, dan rasa tidak nyaman,
pada kulit akibat eksim, psoriasis, dermatitis, lichen
planus, atau lupus.
Kontraindikasi Rosacea, perioral dermatitis, acne
Efek samping Kulit terasa gatal, iritasi, kemerahan, atau terasa pan
as,Muncul jerawat,Muncul benjolan merah kecil atau
ruam di sekitar mulut,Muncul benjolan kecil putih ata
u merah pada kulit,Muncul bercak merah, ungu atau
garis di bawah kulit.
Interaksi obat Clobetasol dapat meningkatkan risiko terjadinya efek
samping serius jika digunakan bersama obat infeksi
HIV, seperti ritovanir, dan obat antijamur, seperti itrac
onazole.
Dosis  Dewasa: 1–2 kali sehari selama 1 minggu.
Jika digunakan 2 kali sehari, pastikan ada
jarak sekitar 8–12 jam dari penggunaan
pertama.
 Anak-anak: dosis krim yang digunakan akan
disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien.
Pada anak di bawah 12 tahun, jangan
menggunakan obat ini lebih dari 5 hari, kecuali
atas saran dokter.
2.3 Preformulasi Zat aktif dan Tambahan
a. Clobetasol propionate (Depkes, 1995)

Nama Zat Clobetasol propionate

Struktur Kimia

Nama Lain Klobetasol propionate

Nama Kimia -

Rumus Molekul C25H32ClFO5

Berat Molekul 466,97 g/mol

Pemerian Serbuk hablur putih hingga krem.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sukar larut


dalam benzen dan dalam dietil eter,agak
sukar larut dalam etanol; larut dalam
aseton, dimetil sulfoksida, kloroform,
metanol dan dioksan.

Bentuk zat Serbuk

Bentuk sediaan salep

pH stabilitas 4,7 - 5,7 4

Wadah dan Penyimpa Dalam tube atau dalam wadah tertutup rapat
nan

Stabilitas terlindung dari cahaya pada suhu kamar dan


dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas -
b. Paraffin Cair (paraffin liquidum) (HOPE 6th ed. p 314-315)

Nama Zat Paraffin liquidum

Struktur Kimia

Nama Lain :Avatech, Citati ch, Citation; heavy liquid petro


uid petrolatum; heavy mineral oil; eral oil;
liquid petrolatum; paraffin oil; white mineral oil.

Nama Kimia Mineral oil

Rumus Molekul CnHm

Berat Molekul -

Pemerian Transparan, tidak berwarna , tidak berwarna, cai


ran kent na, cairan kental, bebas dari flour al, be
bas dari flouresensi. esensi. Praktis tidak berasa
dan tidak berbau ketika didinginkan, dan mempu
nyai bau yang lemah ketika dipanaskan
Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah l
arut dalam kloroform, dalam minyak menguap, d
alam hampir semua minyak lemak hangat, sukar
larut dalam etanol mutlak.

Bentuk zat Cair

Bentuk sediaan Salep


Wadah dan Penyi sebaiknya disimpan dalam nya disimpan dalam
mpanan wadah kedap udara, wadah kedap udara, terlind
ung dari cahaya, pada tempat yang sejuk dan ke
ring.
Stabilitas Paraffin cair teroksidasi ketika terpapar panas
dan cahaya.
Inkompatibilitas Dengan bahan pengoksidasi kuat

c. Vaseline album (HOPE 6th ed. p 331)

Struktur kimia -

Nama kimia Heksadekan-i-ol

Rumus molekul CnH2n+2

Berat molekul -

Pemerian Warna putih atau kuning pucat massa


berminyak transparan dalam lapisan tipis
setelah di didihkan pada suhu 0 derajat

pH/pka -

Bentuk zat yang digun Sediaan setengah padat


akan

Bentuk sediaan salep

Kelarutan Praktis tida tan : Praktis tidak larut dalam eta


n k larut dalam etanol, aseton ol, aseton, etan
ol (95% , etanol (95%) panas atau ) panas at
au
kering, gliserin dan air: larut di benzene, karb
on disulfide, kloroform, eter,
heksana dan banyak minyak lemak dan miny
ak atsiri.

Stabilitas bagian stabil dari komponen hidrokarbon ala


m non-reaktif, banyak masalah stabilitas terja
di
karena adanya sejumlah kecil kontaminan.
Inkompatibilitas vaselin Putih adalah material inert dengan be
berapa inkompabilitas.

Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat dan baik


penyimpanan

d. Metil Paraben (HOPE 6th ed. p.442)

Struktur kimia

Rumus molekul C8H8O3

Berat molekul 152,15 g/mol

Pemerian Kristal tidak berwarna atau kristal putih, tidak


berbau dan memiliki sedikit rasa terbakar.

pH/pka 3-6

Bentuk zat yang digun serbuk


akan

Bentuk sediaan salep


Kelarutan Etanol 1 : 2,
etanol (95%) 1 :3,
etanol (50%) 1 : 6,
eter 1 : 10,
gliserin 1 : 60, minyak mineral praktis tidak lar
ut, minyak kacang 1 : 200,
propilenglikol 1 : 5,
air 1 : 400 1 : 400 (1 : 5 di 5o C, 1 : 30 di 80o
C)

Stabilitas Larutan air dari Metil Paraben pada pH 3-6 di


sterilisasi oleh autoklaf pada suhu 120º C sel
ama 20 menit, tanpa dekompo tanpa dekomp
osisi. Larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang
(kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekita
r 4 tahun pada suhu pada suhu kamar, s ka
mar, sedangkan larutan sedangkan larutan ai
r pada pH 8 di atas dikenakan dikenakan hidr
olisis hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah
penyimpanan).
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan bahan lain seperti b
entonit,magnesium trisilikat, talk, tragakan,
natrium alginat, minyak esensial,sorbitol dan
atropin.

Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat dan baik


penyimpanan

e. Butylated Hydroxytoluene (BHT) (HOPE 6th ed, p. 766)

Struktur kimia -

Rumus molekul C15H24O


Berat molekul 220,35

Pemerian hablur padat, putih bau khas

pH/pka -

Bentuk zat yang digun serbuk


akan

Bentuk sediaan salep

Kelarutan tidak larut dalam air dan dalam propilen gliko


l, mudah larut ilen glikol, mudah larut dalam e
tanol, dalam kloroform, dan dalam eter

Stabilitas Dipengaruhi oleh paparan cahaya dan


kelembapan
Inkompatibilitas tidak bercampur dengan kalium permanganat

Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat dan baik


penyimpanan

BAB III

METODOLOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan yang digunakan

No. Alat Bahan


1. Alu Clobetasol Propionate
2. Batang pengaduk Butylated Hydroxytoluene (BHT)
3. Gelas kimia Liquid Paraffin
4. Gelas ukur Vaselin album
5. Kertas perkamen Propyl paraben
6. Mortir
7. Timbangan
8. Tube
3.2 Permasalahan dan Penyelesaian Masalah dalam Formulasi

No Masalah Penyelesaian
1. Clobetasol propionate Ditambahkan liquid paraffin sebagai
ditambah vaseline akan emollient.
berasa kaku saat
diaplikasikan.
2. Liquid paraffin mudah Pada liquid paraffin ditambahkan
teroksidasi . BHT 0,0075-0,5%.
3. Sediaan yang dibuat adalah Pada sediaan salep ditambahkan
salep dengan pengguanaan pengawet yaitu metilparaben
berulang (multiple dose) sebagai anti mikroba.
sehingga rentan
terkontaminasi mikroba.

3.3 Pendekatan Formula (HOPE 6th ed)

No Bahan Konsentrasi Fungsi bahan


1. Klobetasol 0,05% Bahan aktif (cortico steroid)
propiyonate
2. Butylated 0,5% Antioksidan
hydroxytoluene
(BHT)
3. Liquid paraffin 25% Emollient
4. Vaselin album ad 10 gr Basis salep
5. Propyl paraben 0,2% Pengawet

3.4 Perhitungan Bahan dan Penimbangan


1 tube sediaan = 10 g
Sediaan = 10 g x 2
= 20 g

No Nama Bahan Perhitungan


.
1. Clobetasol propionate 0.05
x 20 g
100
0,05%
¿ 0,01 g

Jumlah dengan tambahan 10 %


0,01 g+(10 % x 0,01 g)
¿ 0,01 g +0,001 g
¿ 0,011 g
2. Butylated Hydroxytoluent 0,5
¿ x 20 g
100
(BHT) 0,5%
¿ 0,1 g

Jumlah dengan tambahan 10 %


0,1 g+(10 % x 0,1 g)
¿ 0,1 g +0,01 g
¿ 0,11 g
3. Liquid paraffin 25% 25
¿ x 20 g
100
¿5 g

Jumlah dengan tambahan 10 %


5 g+(10 % x 5 g)
¿ 5 g+0,5 g
¿ 5,5 g
4. Propil paraben 0,2% 0,2
x 20 g
100
¿ 0,04 g

Jumlah dengan tambahan 10 %


0,04 g+(10 % x 0,04 g)
¿ 0,04 g+0,004 g
¿ 0,044 g
5. Vaselin album ad 20 g = 20 g – (0,011 + 0,11 + 5,5 + 0,044)
= 14,335 g
Penimbangan

No Nama Bahan Perhitungan


.
1. Clobetasol propionate 0,011 g
0,05%
2. Butylated Hydroxytoluent 0,11 g
(BHT) 0,5%
3. Liquid paraffin 10% 2,2 g
4. Propil paraben 0,2% 0,044 g
5. Vaseline album 14,335 g

3.5 Prosedur Kerja


A. Prosedur Pembuatan Sediaan
1) Clobetasol propionate ditimbang sebanyak 25 mg
2) Vaseline album, paraffin cair, dan BHT dan nipagin ditimbang berturut
turut.
3) Pembuatan basis salep vaseline album di cawan penguap, kemudian
dipindahkan ke mortar gerus.
4) Zat aktif clobetasol propionate, dan nipagin yang telah ditimbang
dimasukkan kedalam mortar, digerus sampai halus sambil
ditambahkan sedikit demi sedikit basis salep hingga homogen.
5) Kemudian ditambahkan BHT ke dalam mortar, digerus sampai halus
sambil ditambahkan sedikit demi sedikit basis salep hingga homogen
6) Lalu bahan-bahan yang sudah tercampur ditambahkan liquid paraffin
dan diaduk ad homogen.
7) Salep yang sudah jadi ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan
ke dalam tube secara aseptis.
8) Ujung tube ditutup dengan alat penekuk (gunting) lalu diberi etiket
dan dikemas didalam kotak disertai brosur.
B. Prosedur Evaluasi Sediaan (Depkes RI, 1995)
a) Evaluasi Fisika

No. Evaluasi Fisika Prosedur Syarat


1. Uji Organoleptis Dilakukan pengamatan Bau, rasa dan
warna, bau, rasa dan warna sesuai
kejernihan secara dengan
visual. spesifikasi yang
ditentukan
(Depkes RI,
1995).
2. Uji Dilakukan dengan cara Salep yang
Homogenitas mengamati hasil homogen
pengolesan salep pada ditandai dengan
plat kaca. Salep yang tidak terdapatnya
diuji diambil dari tiga gumpalan pada
tempat yaitu bagian hasil pengolesan
atas, tengah dan sampai titik akhir
bawah dari wadah pengolesan.
salep (Depkes, 1995).
3. Uji Daya Sebar Sebanyak 0,5 gr setiap Sediaan salep
diletakkan diatas kaca yang nyaman
bulat yang berdiameter digunakan
15cm, kaca lainnya memiliki
diletakkan diatasnya daya sebar 5-7
dandibiarkan selama cm (Grag et al.,
15 menit, kaca lainnya 2002).
diletakkan diatasnya
selama 1 menit.
Diameter sebar salep
diukur. Setelahnya
ditambahkan 100gr
beban tambahan dan
didiamkan selama 1
menit lalu diukur
diameter yang konstan
(Astuti, et al, 2010)
4. Uji Iritasi Dilakukan dengan Reaksi iritasi
mengoleskan sediaan positif ditandai
pada lengan bawah, dengan adanya
kemudian dibiarkan kemerahan,
terbuka selama 5 gatal-gatal, atau
menit bengkak pada
kulit lengan
bawah yang
diberi perlakuan
(Tranggono dan
Latifah, 2007).
5. Uji Daya Lekat Salep yang sudah Waktu daya lekat
ditimbang sebesar salep meningkat,
0,25 g diletakkan di berkisar antara 6-
atas gelas obyek yang 14 menit
telah ditentukan (Prabandari dan
luasnya, lalu diletakkan Silvia, 2018).
gelas obyek yang lain
di atas salep tersebut
dan ditekan dengan
beban 1 kg selama 5
menit. Selanjutnya
dipasang gelas obyek
pada alat tes. Dilepas
beban seberat 80 gram
dan dicatat waktunya
hingga kedua gelas
obyek tersebut
terlepas
(Naibaho dkk., 2013).
6. Viskositas Pengukuran viskositas Memiliki
sediaan salep viskositas yang
dilakukan dengan menunjukkan
menggunakan alat daya alir atau
Rion Rotor Viskotester kekentalan
VT-04 (Depkes suatu zat cair
RI, 1995). atau semipadat
(Schramm,
1998).
7. Uji Kebocoran 1. Pilih 10 tube salep, Tidak boleh
dengan segel khusus. terjadi kebocoran
Bersihkan dan selama atau
keringkan permukaan setelah pengujian
luar tube dengan kain selesai untuk
penyerap. menjaga sediaan
2. Letakkan tube pada steril yang dibuat
posisi horizontal di ada.
atas lembaran kertas
penyerap dalam
oven dengan suhu
yang diatur pada 60 °C
± 3 °C selama 8 jam.
8. Uji Difusi bahan 1. Sejumlah salep Menguji difusi
aktif sediaan dioleskan pada pelat bahan aktif dari
salep difusi, ditutup dengan sediaan salep
membran, diusahakan menggunakan
tidak terjadi rongga suatu sel
udara. Plat dipasang difusi dengan
pada penyangga cara mengukur
bawah dan ditutup konsentrasi
dengan cincin, bahan aktif dalam
kemudian dihubungkan cairan penerima
dengan penyangga pada
atas. selang waktu
2. Sel difusi tertentu.
dimasukkan ke dalam
penangas air bersuhu
37oC
3. Cairan penerima
disirkulasikan dengan
kecepatan 10 mL per
menit memakai
pompa peristaktik
4. Cairan penerima
dipipet pada waktu-
waktu tertentu dan
diganti dengan cairan
yang sama bersuhu
37o
5. Kadar zat aktif
ditentukan dengan
metode yang sesuai.

b) Evaluasi Kimia

No. Evaluasi Kimia Prosedur Syarat


1. Uji Kadar zat Ditimbang ± 60 mg Tidak kurang dari
aktif dengan seksama, 97,0% dan tidak
lakukan penetapan lebih dari 102,0%
seperti yang tertera (Depkes RI,
pada Pembakaran 2020)
dengan Labu Oksigen
(50 L) menggunakan
labu 1000 mL dan
campuran 10 mL air
dan 5,0 mL hydrogen
peroksida LP sebagai
cairan penyerap.
Jika pembakaran telah
sempurna isi bibir labu
dengan air. Panaskan
isi labu sampai
mendidih dan didihkan
selama lebih kurang 2
menit. Dinginkan dan
titrasi dengan natrium
hidroksida 0,1 N NV
menggunakan
indikator fenolftalein
LP. (Depkes
RI, 1995).
2. Uji pH Dilakukan uji pH salep Nilai pH salep
dengan menggunakan yang baik adalah
pH meter yang telah 4,5-6,5
dibakukan dengan atau sesuai
larutan dapar tertentu. dengan nilai pH
kulit manusia
(Tranggono dan
Latifa, 2007)

c) Evaluasi Biologi

No. Evaluasi Biologi Prosedur Syarat


1. Uji Efektivitas Wadah sediaan dapat a. Jumlah bakteri
Pengawet ditembus secara viabel pada ha l
Antimikroba aseptik pada hari ke 14
menggunakan jarum berkurang hingga
suntik melalui sumbat tidak lebih dari 0,
karet, lakukan dari 0,1% dari
pengujian pada jumlah awal.
5 wadah asli sediaan. b. Jumlah kapang
Jika wadah sediaan dan khamir viabel
tidak dapat ditembus selama 14 hari
secara pertama adalah
aseptik, pindahkan 20 tetap atau kurang
ml sampel ke dalam dari jumlah awal.
masing-masing 5 c. Jumlah tiap
tabung bakteriologik mikroba uji selama
bertutup, berukuran hari tersisa dari 28
sesuai dan steril. hari pengujian
Inokulasi masing- adalah tetap atau
masing wadah atau kurang dari
tabung dengan salah bilangan yang
satu suspensi mikroba disebut pada a
baku, menggunakan dan b (Depkes RI,
perbandingan 0,10 ml 1995)
inokula setara dengan
20 ml sediaan, dan
campur.
sediaan yang diuji
dengan metode
lempeng. Inkubasi
wadah yang telah
diinokulasi pada suhu
200 hingga 250.
Daftar Pustaka

Aiache, J.M. (1982). Farmasetika 2. Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah :Widji


Soeratri. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press

Anief, M, 2005. Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta

Ansel, H.C. 21989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas


Indonesia Press

Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi VI. Jakarta.
Jessop, S., Whitelaw, DA., Delamere, FM. 2009. Drugs for Discoid Lupus
Erythematosus. Cochrane Database System Review. pp.4-10
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II. Ed ketiga. Jakarta: UI Press.
Naibaho, O. H., Yamlean, P. V. Y., & Wiyono, W. 2013. Pengaruh Basis Salep
Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L.) Pada Kulit Punggung Kelinci Yang Dibuat Infeksi
Staphylococcus aureus, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 2 No. 02.
Prabandari, Rani. dan Silvia, Adita. 2018. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Salep
Minyak Cengkeh (Syzigium Aromaticum) Dalam Basis Larut Air.
Purwokerto: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa.
Schramm, G., 1998. A Practical Approach to Rheology and Rheometry, 2nd
Edition, 20-21, Gebrueder HAAKE GmbH Karlsruhe, Federal Republic
of Germany
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Tranggono, R.I. danLatifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani
Noeroto S.,UGM Press, Yogyakarta. Hal: 337-338
Lampiran

 Desain Kemasan

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


 Brosur

BENZOAT®
Clobetasol Propionate

KOMPOSISI :
Tiap 10 gram mengandung :
Clorobetasol propionate............................0,05%
INDIKASI :
Pengobatan jangka pendek inflamasi dan pruritus pada corticosteroid-
responsive dermato setingkat sedang sampai berat, seperti psoriasis, eksim
membandel liken planus, discoid lupus erythematosus dan pada kondisi
dimana steroid yang kurang aktif tidak memberikan hasil yang memuaskan.
FARMAKOLOGI :
Clobederm gel merupakan golongan kortikosteroid sintetik untuk
penggunaan topical pada kasus dermatologi. Clobetasol merupakan analog
dari prednisolone yang memiliki tingkat aktivitas glukokortikoid yang tinggi
dan tingkat aktivitas mineral kortikoid yang rendah.
EFEK SAMPING :
Rasa terbakar, pedih ,gatal, atrofi kulit, kulit pecah-pecah, cushing’s
syndrome, hiperglikemia, dan glukosuria pernah dilaporkan.
Peringatan
-Tidak digunakan untuk anak-anak dibawah 12 tahun. Apabila terpaksa,
harus selal dimonitor efek penggunaan setiap minggu.
-Tidak digunakan untuk pemakaian jangka panjang dalam jumlah yang
cukup tinggi atau terlalu luas dan terus-menerus (tidak boleh lebih dari 2
minggu)
-Tidak digunakan untuk wanita hamil dan menyusui
-Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
-HANYA UNTUK PEMAKAIAN PADA KULIT, TIDAK DIGUNAKAN
UNTUK MATA
ATURAN PAKAI DAN PENGGUNAAN :
Gunakan 2 kali sehari pada pagi dan malam
PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar 25-30oC, terlindung dari cahaya.
KEMASAN :
1 dusberisi 1 tube @10 gram
No. Batch : 1200421
No. Reg : DKL1912418830A1
Mfg. Date : Apr 2021
Exp. Date : Apr 2024

PT. ARFAH.LAW RAYA

BANDUNG– INDONESIA
 Golongan Obat

Obat Keras

 No Registras
No Reg: DKL1912418830A1

 No Batch
No Batch: 1200421

 Etiket

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Anda mungkin juga menyukai