Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL KEGIATAN

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI INSTANSI PEMERINTAHAN
Fakultas Farmasi
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Moh Kahfi II, Srengseng Sawah, Jagakarsa, RT.13/RW.9, Srengseng Sawah
Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12630

PROGRAM STUDI
PROFESI APOTEKER - FAKULTAS FARMASI
INSTITU SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam
memberikan dan mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan rakyat (Menteri Kesehatan RI, 2008). Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
nondiskriminatif dan norma-norma agama.Salah satu badan pemerintah berwenang
yang dibentuk di tingkat Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
provinsi DKI Jakarta.Suku Dinas Kesehatan merupakan percabangan dari Dinas
Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan dan
Walikota yang bersangkutan (Presiden Republik Indonesia, 2004).
Dinas kesehatan adalah unsur pelaksanan otonomi daerah bidang kesehatan,
dinas kesehatan dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur melalui sekretaris daerah sedangkan suku dinas
kesehatan adalah unit kerja dinas kesehatan pada kota administrasi yang dipimpin oleh
seorang kepala suku dinas yang secara teknis dan administrasi bertanggung jawab
kepada kepala dinas serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertangjawab
kepada Walikota.Beberapa tugas atau peran apoteker pada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota/Sudin antara lain di BPOM, kantor wilayah yaitu dinas kabupaten kota
atau dinas kabupaten provinsi, puskesmas dan gudang farmasi.
Apoteker dapat melakukan pelayanan kefarmasian berupa farmasi klinik dan
manajerial yang meliputi diantaranya pengelolaan, pengaturan obat serta alat kesehatan.
Dalam melakukan manajerial hal-hal yang perlu diketahui Apoteker adalah pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian serta
pencatatan/dokumentasi.Sedangkan farmasi klinik yang dilakukan dan dimiliki
pemerintah adalah Puskesmas, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota.
Adapun tugas dinas kesehatan kabupaten/kota secara umum di antaranya adalah
berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Pembinaan, Pengawasan dan
Pengendalian (BinWasDal). Berdasarkan SPM diantaranya menjaga atau menjamin
ketersediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar/tingkat pertama misalnya
puskesmas maka akan selalu ada instalasi Farmasi di kabupaten kota sedangkan pada
BinWasDal di antaranya perizinan dalam rangka pengawasan yang mana tugasnya pada
sarana pelayanan kefarmasian yaitu instalasi farmasi, Rumah Sakit Daerah, Apotek,
Makanan&minuman/kosmetik.Misalnya pada pembinaan dilakukan dengan diundang
ke Dinas Kesehatan atau langsung ke Sarana pelayanan untuk dilakukan pengecekan,
Pada pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan setempat pada sarana tersebut atau
pelaporan seperti SIPNAP yang diawasi oleh BPOM dan Dinkes Kota. Pada
pengendalian dilakukan dengan menjamin suatu tindakan yang berhubungan dengan
sangsi atau peringatan dan hukuman dapat juga berupa pemberitahuan/pemberhentian
kerja sementara kegiatan pelayanan kefarmasian bahkan pencabutan dan yang
mengeluarkan surat-surat adalah Dinas Kesehatan kemudian dibantu oleh BPOM dalam
bentuk peringatan dan lain sebagainya.
Pusat kesehatan Masyarakat adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja.Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
kecamatan.Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan.Kegiatan kefarmasian di Puskesmas meliputi
kegiatan pengelolaan obat dan pelayanan obat.
Hal ini yang melatarbelakangi, perlunya dilakukan PKPA oleh calon Apoteker
ISTN untuk dapat menerapkan ilmu kefarmasian di instansi pemerintahan, membekali
diri dengan pengetahuan dan pengalaman sehingga menghasilkan Apoteker-apoteker
yang berkompeten serta profesional pada bidangnya.Fakultas Farmasi ISTN berharap
mahasiswa PSPA dapat melaksanakan kegiatan PKPA dengan baik dan ilmu yang
diperoleh dari instansi pemerintahan dapat bermanfaat dalam pengabdian mereka kelak
sebagai seorang apoteker.
B. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dalam praktek kefarmasian di instansi pemerintahan
adalah meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan tanggung
jawab apoteker dalam melaksanakan praktek kefarmasian di pemerintahan.Melatih
kemampuan calon apoteker dalam berkomunikasi, berinteraksi, membuat keputusan
ketika melaksanakan pekerjaan kefarmasian berdasarkan ilmu pengetahuan yang
mengikuti standar praktek kefarmasian, serta etika profesi yang tetap berlandaskan
landasan hukum yang berlaku.

C. Sasaran
Mahasiswa tingkat profesi dari Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional yang telah memenuhi persyaratan untuk
mengikuti Praktik Kerja Profesi Apoteker di instansi pemerintahan yang akan mendapat
bimbingan dari pembimbing ISTN dan pembimbing dari Instansi pemerintah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang


kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta (Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150, 2009).
Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/Dinas
Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota
administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suku
Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari Pegawai
Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara
teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional
kepada Walikota Administratif yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya.
(Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150, 2009).
Suku dinas kesehatan dipimpin oleh seorang kepala suku dinas yang dalam
menjalankan tugas dan fungsinya bertanggung jawab secara teknis kepada Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Wakil Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI
Jakarta dan secara operasional kepada walikota. Setiap subbagian atau seksi dipimpin
oleh seorang kepala subbagian atau kepala seksi yang dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya bertanggung jawab.
Seksi sumber daya kesehatan memiliki tiga kegiatan, yaitu kegiatan yang
berhubungan dengan tenaga kesehatan, kegiatan yang berhubungan dengan farmasi,
makanan dan minuman, serta kegiatan yang berhubungan dengan standardisasi mutu
kesehatan. Adapun sasaran mutu dari seksi sumber daya kesehatan adalah jumlah obat
kadaluarsa mencapai 0% dan waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan paling
lama 12 hari kerja.
Kegiatan terkait tenaga kesehatan pada seksi sumber daya kesehatan mencakup
sebagai berikut (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009): a.Pemberian perizinan praktik
tenaga kesehatan (dokter, apoteker, tenaga teknis kefarmasian, perawat, bidan, optisien,
terapi wicara, fisioterapi, dan radiografer). b.Pelaksanakan kegiatan bimbingan teknis
tenaga kesehatan. c.Pelaksanaan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
Kegiatan terkait farmasi, makanan, dan minuman pada seksi sumber daya
kesehatan mencakup sebagai berikut (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009):
a.Pemberian perizinan sarana farmasi, makanan, dan minuman seperti apotek, pedagang
eceran obat, usaha mikro obat tradisional (UMOT), industri rumah tangga pangan
(IRTP). b.Pelaksanaan kegiatan Binwasdal sarana farmasi, makanan, dan minuman.
c.Pemantauan dan pengendalian harga obat. d.Pengelolaan perbekalan dan persediaan
obat.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Setiap
apoteker yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki
surat izin sesuai tempat apoteker bekerja. Surat izin bagi apoteker terbagi menjadi 2
macam, yaitu Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) bagi apoteker penanggung jawab dan
apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek, puskesmas, instalasi
farmasi rumah sakit, klinik dan praktik bersama dokter) dan Surat Izin Kerja Apoteker
(SIKA) bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau
fasilitas distribusi/penyaluran (industri farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau
Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PBBBF).
Sejak diberlakukan permenkes No.889/Menkes/Per/V/2011, perizinan surat izin
praktik, surat izin praktik apoteker (SIPA), surat izin kerja apoteker (SIKA), surat izin
kerja tenaga teknis kefarmasian (SIKTTK) dilimpahkan ke suku dinas kabupaten/kota,
sehingga perizinan sarana dan tenaga kesehatan merupakan salah satu tugas pokok Suku
Dinas Kesehatan. Kebijakan dan pedoman serta persyaratan dalam pelaksanaan
perizinan, pengawasan, pembinaan, serta pengendalian sarana dan tenaga kesehatan
diregulasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Agar proses perizinan
berlangsung tertib dan lancar, dibuatlah suatu sistem tata cara perizinan sarana dan
tenaga kesehatan di Suku Dinas Kesehatan. Proses pelaksanaan perizinan tenaga dan
sarana kesehatan dilakukan dengan sistem satu pintu dimana seluruh proses perizinan
dilakukan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Semua proses perizinan melalui tahap yang sama baik perizinan sarana maupun
tenaga kesehatan, hanya berbeda persyaratan yang harus dipenuhi dalam perizinan. Pada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, pemohon dapat memperoleh informasi mengenai
persyaratan-persyaratan administrasi yang harus disertakan untuk mengajukan perizinan
tenaga atau sarana kesehatan. Seluruh berkas untuk perizinan diserahkan lalu diperiksa.
Jika memenuhi syarat, maka berkas permohonan akan dibawa ke subbagian Tata Usaha
untuk mendapatkan nomor surat dan nomor registrasi perizinan. Apabila ada berkas
yang kurang sesuai, pemohon diminta untuk memperbaiki atau melengkapi berkas
tersebut.Kemudian seluruh berkas tersebut diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan
(SDK) bagian farmasi makanan dan minuman untuk diproses lebih lanjut. Petugas
bagian farmasi makanan dan minuman kemudian memeriksa kembali dokumen tersebut
sebelum proses pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan dilakukan
dalam bentuk peninjauan lokasi. Sebelum izin dikeluarkan, peninjauan lokasi dilakukan
terlebih dahulu untuk pembutan surat izin sarana kesehatan, cabang penyalur alat
kesehatan. Dalam proses tersebut petugas suku dinas memeriksa kesesuaian antara
persiapan persyaratan dokumen tertulis yang diserahkan pemohon dengan kondisi di
lapangan.
Tujuan dari pemeriksaan lapangan adalah untuk menilai apakah lokasi pemohon
layak untuk didirikan atau dilaksanakan pelayanan kesehatan, memeriksa persyaratan
fisik dan bangunan, memeriksa kelengkapan ketenagaan serta memeriksa kelengkapan
peralatan yang diperlukan untuk peracikan / produksi dan lainnya. Aspek-aspek yang
diperiksa oleh petugas suku dinas kesehatan dalam proses perizinan apotek mencakup
sumber daya manusia yang sesuai persyaratan, keadaan bangunan, kelengkapan sarana
dan prasarana pendukung kegiatan sarana kesehatan, serta dokumen asli. Aspek
bangunan yang harus ada meliputi papan nama, bentuk dan luas bangunan, kelengkapan
ruangan seperti ruang racik, penyerahan resep, administrasi, kamar kerja apoteker,
toilet, dan ruang tunggu. Kelengkapan bangunan lain yang diperiksa meliputi
penerangan, sumber air, ventilasi, sanitasi, dan alat pemadam kebakaran.
Adapun kelengkapan dari perlengkapan yang harus ada untuk sebuah apotek
adalah peralatan pembuatan dan peracikan obat, penyimpanan, wadah dan etiket, serta
peralatan administrasi.Aspek tenaga kefarmasian yang harus ada adalah apoteker dan
asisten apoteker.Jika pemeriksaan memenuhi syarat maka izin dapat dikeluarkan.
Setelah disetujui dan disahkan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, surat izin dapat
diambil oleh pemohon di Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Jika sarana kesehatan masih
belum memenuhi persyaratan, maka sarana kesehatan tersebut diberi kesempatan untuk
melengkapi persyaratan dalam jangka waktu sampai satu bulan.
Namun apabila kelengkapan berkas tidak dapat dipenuhi dalam kurun waktu
satu bulan, pemohon dianggap mengundurkan diri.Untuk melanjutkan perizinan,
pemohon harus mengulang tahapan-tahapan perizinan dari awal dengan mengajukan
kembali permohonan ke bagian pelayanan terpadu seperti yang telah dijelaskan di atas.
Waktu penyelesaian proses perizinan tenaga atau sarana kesehatan di Suku Dinas
Kesehatan maksimal lima belas hari kerja, terhitung sejak berkas permohonan yang
lengkap dan memenuhi persyaratan administrasi masuk ke Suku Dinas Kesehatan
melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dua belas hari kerja menjadi salah satu sasaran
mutu yang harus dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta. Untuk
mencapai sasaran mutu tersebut, maka waktu penyelesaian proses perizinan yang
dilayani oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan yang
memberlakukan suatu sistem pemantauan, yaitu dengan melampirkan sebuah formulir
yang berisi tahapan-tahapan proses perizinan, mulai dari waktu masuknya berkas
sampai dengan waktu penyelesaian surat izin, dalam tiap berkas permohonan. Dalam
formulir tersebut akan dicatat tanggal masuknya berkas permohonan di tiap tahapan
proses perizinan, mulai dari masuknya berkas permohonan ke Pelayanan Terpadu Satu
Pintu, Tata Usaha, Kepala Suku Dinas, Seksi terkait (SDK) hingga surat izin dapat
diambil kembali di Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Pada akhirnya, dapat dihitung berapa
hari kerja yang diperlukan oleh suatu berkas permohonan untuk dapat diselesaikan.
Tugas lainnya dari Seksi Sumber Daya Kesehatan adalah memberikan
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal) kepada sarana apotek, pedagang
eceran obat, UMOT, dan IRTP.Binwasdal bertujuan untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, terjamin, dan terjangkau bagi masyarakat dengan sarana
kesehatan yang menunjang pelayanan kesehatan prima.Kegiatan binwasdal tidak hanya
dilakukan dengan meninjau langsung ke lokasi sarana kesehatan, tetapi juga dengan
memberikan sosialisasi dan penyuluhan. Kegiatan pembinaan dilakukan dengan
memberikan sosialisasi dan penyuluhan, kegiatan pengawasan dilakukan dengan
melaksanakan kunjungan ke lokasi sarana kesehatan melalui kegiatan supervisi,
kegiatan pengendalian dilakukan dengan memberikan tindakan terhadap pelanggaran
yang dilakukan seperti surat peringatan ataupun sanksi. Dari kegiatan binwasdal
tersebut akan dibuat berita acara sebagai hasil supervisi yang dilakukan oleh Suku Dinas
Kesehatan yang kemudian akan didokumentasikan oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan.
Kegiatan binwasdal ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tugas lain dari Seksi Sumber Daya Kesehatan yaitu mengelola perbekalan dan
persediaan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Tugas penyediaan obat di
gudang obat dijalankan bersama-sama dengan subbagian tata usaha sehingga
manajemen persediaan obat dapat berjalan dengan lancar.Penyimpanan obat di gudang
obat Suku Dinas Kesehatan ditujukan sebagai stok penjaga apabila puskesmas dan
RSUD tiba-tiba membutuhkan obat tertentu atau ketika terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB). Obat-obat untuk keperluan program tertentu, seperti program TBC, demam
berdarah, filariasis.
Obat yang ditetapkan oleh Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan serta untuk
program KIA dan gizi yang ditetapkan oleh Seksi Kesehatan Masyarakat, juga disimpan
di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Obat-obat yang diterima di gudang obat berasal
dari hasil pengadaan sendiri dan pemberian dari Kementerian Kesehatan. Obat – obat
dengan pengadaan sendiri berdasarkan Perpres no. 70 tahun 2012, dilakukan dengan
membuat rencana 1 tahun pengadaan dengan memerintahkan PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) untuk membuat HPS (Harga Perkiraan Sendiri) yang dibuat dengan melihat
harga pasar. Tugas PPK yaitu survei harga pasar, membuat HPS, membuat SPPBJ
(Surat Penunjukkan Penyedia Barang Jasa), membuat SPK (Surat Perintah Kerja) /
SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja). Perencanaan dilakukan menggunakan sistem E-
Budgeting dengan menuliskan nama barang dan volume. Proses penerimaan obat di
Sudinkes Jakarta dilakukan oleh PPHP (Panitia Penerima Hasil Pekerjaan). Sebelum
obat diterima maka petugas wajib memeriksa kondisi fisik barang meliputi nama obat,
jumlah/volume, kemasan, nomor batch, pabrik yang memproduksi serta tanggal
kadaluarsa dari obat tersebut. Pemeriksaan disesuaikan dengan surat pengiriman barang
(Delivery Order/DO). Apabila barang yang diterima sudah sesuai dengan dokumen
pengiriman barang maka petugas penerima barang menandatangani surat penerimaan
barang, selanjutnya barang tersebut dicatat di kartu stok barang. Pencatatan yang
dilakukan meliputi tanggal penerimaan, nama barang, nama pabrik, nomor batch,
jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa obat. Tetapi jika barang yang diterima ternyata
tidak sesuai dengan dokumen penerimaan barang, maka petugas penerima barang
berhak menolak barang tersebut.
Distribusi obat adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
penerimaan obat-obatan yang bermutu dari gudang obat secara merata dan teratur dan
dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.Tujuannya adalah terjaminnya mutu dan
keabsahan obat serta ketepatan, kerasionalan, dan efisiensi penggunaan obat.Faktor
yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian adalah ketepatan, kecepatan, keamanan
serta sarana fasilitas.
Puskesmas adalah unit pelayanan teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah tertentu.Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat
diterima, dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran aktif masyarakat, dengan biaya
yang ditanggung oleh pemerintah mengikuti diberlakukannya sistem SJSN (Sistem
Jaminan Sosial Nasional) mulai tahun 2014.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung
jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah yaitu desa/ kelurahan.Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat.Misi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat.
Bentuk pelayanan pengobatan di puskesmas diarahkan kepada kemampuan
diagnosa penyakit dan pengobatan yang sederhana dan mendasar. Sarana dan prasarana
din Puskesmas mendasar, maka bentuk-bentuk pelayanan yang dapat diberikan
tergantung kepada kemampuan yang ada. Dalam diagnosa dan pengobatab yang lebih
canggih dilaksanakan di unit kerja yang lebih tinggi kecanggihannya, seperti Rumah
Sakit Kabupaten, Rumah Sakit Khusus, rumah Sakit provinsi.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II yang
bertanggungjawab langsung seara teknis dan adminitratif dengan Kepala Dinas
Kessehatan Daerah Tingkat II.Puskesmas dalam urutan hirarki pelayanan kesehatan,
sesuai dengan sistem Kesehatan Nasional, maka puskesmas berkedudukan pada tingkat
fasilitas pelayanan kesehatan pertama.
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA PROFESI
APOTEKER (PKPA) DI PEMERINTAHAN

Adapun persiapan yang dilakukan ISTN sebelum kegiatan PKPA dilakukan,


adalah :
1. Didahului dengan pengajuan proposal, lalu pengurusan surat izin untuk
diadakannya kegiatan PKPA di instansi pemerintahan dan melampirkan data calon
Apoteker yang akan praktik.
2. Mengatur jadwal PKPA selama 1 bulan, kemudian menunggu konfirmasi dari
instansi pemerintahan sehingga dapat dilaksanakannya praktik di Suku Dinas
Kesehatan selama 2 minggu dan Pusat Kesehatan Masyarakat selama 2 minggu.
3. Kegiatan PKPA dilaksanakan, serta didampingi oleh pembimbing lahan yang telah
ditentukan.
Kegiatan PKPA ini merupakan bentuk PKPA yang bertujuan untuk
menerapkan ilmu kefarmasian dalam bidang pekerjaan kefarmasian di instansi
pemerintahan.Dalam melakukan praktik kerja profesi, calon Apoteker ini perlu
membekali diri dengan pengetahuan dan pengalaman sehingga menghasilkan Apoteker-
apoteker yang berkompeten serta profesional pada bidangnya.
Dalam institusi Pemerintahan diharapkan pencapaian pembelajaran dapat
diperoleh usai praktik misalnya seperti pemberian pre test/post test, ikut langsung
dalam praktek kerja misal berkunjung ke Apotek/Puskesmas, membuka diskusi melalui
forum komunikasi dalam penemuan masalah ketika di lapangan dan penyelesaian
masalah sekaligus dapat refreshing materi yang mereka dapatkan semasa di kelas,
pemberian tugas-tugas individu serta kelompok, dan evaluasi akhir yang mungkin dapat
dilakukan untuk tercapainya capaian pembelajaran serta membangkitkan semangat,
motivasi, dan kesadaran akan tugas, fungsi, tanggung jawab sebagai calon apoteker.
Adapun capaian pembelajaran calon Apoteker ISTN di Pemerintahan yang telah
ditentukan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peran Apoteker dalam penentuan
kebijakan obat baik nasional maupun regional, distribusi dan ketersediaan obat
sampai sarana pelayanankesehatan.
b. Memperoleh gambaran nyata tentang pekerjaan kefarmasian dalam lembaga
pemerintahan yang meliputi pengelolaan pengawasan, perijinan, pengujian,
pembuatan kebijakan tentang pengaturan, pemilihan, pengadaan, distribusi baik
dalam skala kecil maupun skalanasional.
c. Menerapkan dan memiliki ketrampilan dalam melaksanakan manajemen dan
kepemimpinan yang efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
regulasi, pembinaan dan pengawasan pekerjaan kefarmasian dan perbekalan
farmasi yang bermutu, aman dan berkahasiat / bermanfaat bagi klien / masyarakat
yangmembutuhkan.
Setelah mahasiswa/I calon Apoteker melakukan praktik kefarmasian di
pemerintahan, bekal ilmu yang didapatkan diharapkan di kemudian hari saat memasuki
dunia kerja para calon Apoteker telah siap dan percaya diri dalam melaksanakan serta
menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawab kefarmasian mereka dengan benar
apabila ditempatkan pada di Instansi Pemerintahan. Adapun kemampuan akhir yang
diharapkan dimiliki oleh calon Apoteker ISTNdi Pemerintahan yang telah ditentukan
adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan kefarmasian di
pemerintahan berdasarkan ilmu pengetahuan, standar praktik kefarmasian,
perundang-undangan yang berlaku, dan etika profesi farmasi.
b. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang
lain dan tenaga kerja di bidanglainnya.
c. Mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan serta
pengembangan sumber dayamanusia.
d. Mampu menyusun rencana pengembangan praktik kefarmasian di pemerintahan
e. Memahami peraturan perundang-undangan tentang ijin praktik dan perijinan lainnya
yang berada di bawah tugas dan wewenang lembaga kefarmasian dipemerintahan.
Institut Sains dan Teknologi Nasional dalam menghasilkan Apoteker-apoteker
yang berkompeten telah menyiapkan rincian kegiatan berupa materi-materi
pembelajaran saat PKPA di Instansi Pemerintahan, sehingga selama dilaksanakan
PKPA para calon Apoteker kami dapat dibekali materi-materi di bawah ini :
No Pertemuan Materi
Peraturan dan Perundang-undangan Farmasi secara umum di
Instansi Farmasi Pemerintahan mencakup :
- Cakupan wilayah, produk, dan konsumen.
- Hasil kegiatan instansi (output dan outcome)
1. Minggu - Kompetensi Apoteker yang diperlukan
Pertama Penyelenggaraan Praktik Kefarmasian di Instansi Dinas
Kesehatan, mencakup :
- Sumber Daya Manusia
- Organisasi Kefarmasian
- Standar Prosedur Operasional
- Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Peran, Tugas Pokok, dan Fungsi Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian di InstansiDinas Kesehatan mencakup :
- Fungsi Regulasi
2 Minggu - Fungsi Pembinaan
Kedua - Fungsi Pengawasan
- Fungsi Pengawasan
- Fungsi Perijinan/Registrasi
- Fungsi Pengujian Produk
Peran, Tugas Pokok, dan Fungsi Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian di Instansi Pemerintahan yaitu di
Puskesmas mencakup :
3 Minggu - Sumber daya manusia
Ketiga dan - Struktur organisasi
Keempat - Dokumen-dokumen Kefarmasian
- Pengelolaan Perbekalan Farmasi
- Pelayanan Obata tau Farmasi Klinis
- Analisis dan Studi Kasus
- Studi Kelayakan Apotek di Puskesmas
Sebelum dimulainya kegiatan PKPA, maka mahasiswa calon Apoteker kami
terlebih dulu diharapkan untuk diberikan arahan mengenai tata tertib pelaksanaan
PKPA dari Instansi Pemerintahan yaitu dalam persiapan dan metode pelaksanaan yang
wajib diketahui juga dipatuhi oleh mahasiswa/I ISTN, agar selama kegiatan
berlangsung diharapkan membangun kedisiplinan calon Apoteker kami dan mencegah
terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan tata tertib yang berlaku pada Instansi
Pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan RI, No 129/Menkes/SK/II/2008

Undang-Undang Republik Indonesia, No 36 Tahun 2009

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 150 tahun 2009

Sistem Jaminan Sosial Nasional, tahun 2014

Peraturan Menteri Kesehatan, No.889/Menkes/Per/V/2011

Peraturan Presiden, Nomor 70 tahun 2012

Presiden Republik Indonesia, tahun 2009a

Anda mungkin juga menyukai