DEFINISI:
Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum
Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923).
Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%)
yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari
General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam
klasifikasi barang persediaan.
Analisis ABC digunakan untuk menganalisa tingkat konsumsi semua jenis obat. Analisis ini
dibagi 3 kelas yaitu:
a) A (Always)
Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam pengadaannya. Persentase
kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A tersebut menunjukkan 10%-20% macam persediaan
memiliki 70%-80% dari total biaya persediaan. Hal ini berarti persediaan memiliki nilai jual
yang tinggi sehingga memerlukan pengawasan ekstra dan pengendalian yang harus baik
(Quick, 1997).
b) B (Better)
Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana 10-15% dari keseluruhan
anggaran obat. Persentase kumulatifnya antara 80-95% (Quick, 1997).
c) C (Control)
Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun jumlah obat sangat banyak,
yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia maka pengendalian pada tingkat ini tidak
begitu berat. Persentase kumulatifnya antara 95%-100% (Quick, 1997).
A 10-20 % item 80 %
B 20-40% item 15 %
C 60% item 5%
METODE VEN (VITAL,ESSENSIAL,NON ESENSIAL)
Metode VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan kepada dampak tiap jenis
obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan kedalam tiga
kategori yakni (Maimun, 2008) :
1. Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving drug), obat-obatan
untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi penyakit
penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang termasuk jenis obat Vital adalah
adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung,
2. Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk menyembuhkan
penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien. Contoh obatyang termasuk jenis obat
Essensial adalah antibiotic, obat gastrointestinal, NSAID dan lain lain.
3. Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakanuntuk
penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease), perbekalanfarmasi yang
diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang mahal namuntidak mempunyai
kelebihan manfaat disbanding perbekalan farmasi lainnya.Contoh obat yang termasuk
jenis obat Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain.
Diketahui : Alokasi dana untuk penyediaan obat dan perbaikan kesehatan yang tersedia
untuk RSUD DR. TEUKU MANSYUR TanjungBalai adalahRp. 140.000.000,-
Berdasarkan perencanaan obat dan perbekalan kesehatan yang akan dibeli adalah sebagai
berikut :
Kemasa Harga Kuantu Jumlah No.
No
Jenis Obat n (Rupiah) m Harga urut
Botol /
1
Metampirol tablet 500 mg 1000 60.000 500 30.000.000 2
Botol /
2
Diazempam tablet 5 mg 1000 35.000 50 1.750.000 10
Botol /
3
Ibuprofen tablet 200 mg 1000 7.500 600 4.500.000 6
Kloromfenikol Salep
4
Mata 1% Tube 5 g 2000 1.000 2.000.000 9
Kotak
5 Pirantel Tablet (base) 125 30x2
mg tablet 12.000 350 4.200.000 7
Paracetamol tablet 500 Botol /
6
mg 1000 52.000 1.250 65.000.000 1
Botol /
7
Reserpin tablet 0,25 mg 1000 20.000 40 800.000 12
Kotak
8 100
Garam Oralit 200 ml sachet 30.500 50 1.525.000 11
Amoksilin Sirup 125 Botol 60
9
mg/5 ml ml 4000 4.500 18.0000 3
Botol
10
Klorokuin tablet 150 mg 1000 66.000 50 3.300.000 8
11 Kapas pembalut 250 g Bungkus 12.000 500 6.000.000 5
Botol 60
12
Kotrimoksazol suspensi ml 3000 2.500 7.500.000 4
Soal :Obat atau perbekalan kesehatan mana yang harus dikurangi berdasarkan analisa ABC-
VEN ?
Jawab
Langkah 1 : menghitung jumlah harga dan menentukan No. urut dari jumlah terbesar hingga
terkecil
No. Jenis Obat Kemasan Harga Kuantum Jumlah
(Rupiah) Harga
1. Paracetamol tablet
500 mg Botol / 1000 52.000 1.250 65.000.000
2. Metampirol tablet 500
mg Botol / 1000 60.000 500 30.000.000
3. Amoksilin Sirup 125
mg/5 ml Botol 60 ml 4000 4.500 18.0000
4. Kotrimoksazol
suspensi Botol 60 ml 3000 2.500 7.500.000
5. Kapas pembalut 250 g Bungkus 12.000 500 6.000.000
6. Ibuprofen tablet 200
mg Botol / 1000 7.500 600 4.500.000
7.
Pirantel Tablet (base) Kotak 30x2
125 mg tablet 12.000 350 4.200.000
8 Klorokuin tablet 150
mg Botol 1000 66.000 50 3.300.000
9. Kloromfenikol Salep
Mata 1% Tube 5 g 2000 1.000 2.000.000
10. Diazempam tablet 5
mg Botol / 1000 35.000 50 1.750.000
11.
Kotak 100
Garam Oralit 200 ml sachet 30.500 50 1.525.000
12. Reserpin tablet 0,25
mg Botol / 1000 20.000 40 800.000
Langkah 2 :
- Menghitungjumlahhargakumlatif, % kumulatif, dangolongan ABC-VEN
- Menentukanobatatauperelatankesehatan yang harusdikrangiberdasarkananalisaABC-
VEN
Jumlah Jumlah Harga
No Jenis Obat % Kumulatif ABC VEN
Harga Kumulatif
1. Paracetamol A E
tablet 500 mg 65.000.000 65.000.000 20,75%
2. Metampirol tablet
500 mg 30.000.000 95.000.000 1,21% A E
3.
Amoksilin Sirup 18.000.000 130.000.00 3,11%
125 mg/5 ml 0 B E
4.
Kotrimoksazol 7.500.000 120.500.00 1,38%
suspensi 0 B E
5. Kapas pembalut 6.000.000 126.500.00
250 g 0 2,90% B N
6.
Ibuprofen tablet 4.500.000 131.000.00 44,95%
200 mg 0 B E
7.
V E N
A AV AE AN
B BV BE BN
C CV CE CN
Dari hasil pengurangan di atas didapatkan dana yang diperlukan Rp. 138.575.000 sedangkan
dana yang tersedia Rp. 140.000.000,-
Sehingga masih ada dana lebih untuk membeli Kapas pembalut 250 g sebesar Rp.1.425.000,-
(118 bungkus)