Anda di halaman 1dari 21

Post 6

Nama Post : Administrasi Perapotekan


Ruang Lingkup : Pengarsipan dokumen apotek
Kompetensi :
1. Memahami teknik perencanaan dan pengadaan obat yang baik dan benar
2. Menginput dan mengarsipkan faktur pembelian obat
3. Memahami tata cara pemberian harga obat
4. Memahami cara pereturan dan pemusnahan obat
5. Memahami teknik pengumpulan data pembeli / pasien

Tugas yang harus diselesaikan :


1. Memahami prinsip Pareto / VEN-ABC dalam perencanaan sediaan farmasi @
80 point / aktivitas
2. Membuat video tutorial cara menulis surat pesanan serta menghafal jenis surat
pesanan (SP) @ 100 point (dalam bentuk Raw Video yang telah tersusun)
3. Melakukan pemesanan obat melalui WA, telepon, aplikasi minimal 5 kali /
mahasiswa / gelombang @ 10 point / pesanan
4. Mengetahui nama Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Industry Farmasi
minimal 3 perusahaan / hari (Target 20 perusahaan / mahasiswa /
gelombang)@ 50 point / 20 PBF dan @ 50 point / 20 Industry
5. Mengumpulkan data pembeli / pasien minimal 1 pasien / hari / mahasiswa
(Target 10 pasien / mahasiswa / gelombang) @ 50 point / pasien

6.1 Perencanaan dan Pengadaan Obat yang Baik dan Benar


Berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat. Maka dari itu, untuk menjamin
kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui
jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan[1].
Buku defecta harus dipersiapkan untuk mendaftar obat apa saja yang habis
stocknya atau menipis. Dari buku defecta inilah, seorang apoteker mengambil
keputusan untuk pemesanan barang. Metode yang sering digunakan dalam
perencanaan kebutuhan obat, yaitu[2]:
1. Metode Konsumsi.
Pada metode konsumsi perhitungan kebutuhan dilakukan berdasarkan pada data
pengeluaran dalam satu periode tertentu, misalnya pengeluaran rata-rata per
bulan pada semester pertama tahun lalu, atau rata-rata perrbulan pada 3 bulan
terakhir. Dari data tersebut obat dapat dikelompokkan ke dalam kategori yang
perputarannya cepat (fast moving) dan perputarannya lambat (slow moving).
Metode konsumsi digunakan pada situasi sebagai berikut:
a. Jika pola penggunaan obat pada beberapa tahun terakhir dapat dikatakan
stabil dalam jumlah dan jenis obatnya.
b. Data penggunaan obat pada tahun sebelumnya tersedia secara lengkap dan
mudah didapat.
c. Sistem suplai/ pengiriman obat dari PBF baik dan lancar.
d. Pola peresepan mudah diidentifikasi dan memneuhi kriteria penggunaan obat
secara rasional.
e. Tidak mengalami/ terganggu oleh kejadian luar biasa suatu penyakit yang
dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan secara mendadak, atau
sebaliknya terjadinya perubahan musim yang menyebabkan pola
penggunaan obatnya berubah.
f. Manajemen persediaan dalam kategori baik dengan ketersediaan
dokumentasi secara lengkap dan valid.
g. Pelaporan dilakukan secara kontinyu.

2. Metode Morbiditas (Metode Epidemiologi).


Perencanaan kebutuhan obat dengan morbidtas adalah perencanaan pengadaan
yang perhitungan kebutuhannya berdasarkan pada pola penyakit yang terjadi
selama satu periode tertentu. Dengan mengetahui pola penyakit, maka kebutuhan
obat dapat dipetakan. Namun, perlu diketahui bahwa metode morbiditas tidak
selalu valid dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan obat, dan penggunaan
metode morbiditas hanya terbatas pada kondisi dimana[2]
a. Data konsumsi obat tidak ada/ tidak lengkap.
b. Terbatasnya anggaran yang seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan
anggaran belanja obat hasil perhitungan.
c. Kebutuhan obat seringkali mengalami fluktuasi yang besar.
6.2 Analisis ABC
6.2.1 Pengertian Analisis ABC
Analisis ABC adalah analisis yang digunakan dalam beberapa sistem
persediaan untuk menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari total konsumsi untuk
semua jenis obat. Analisis ABC (Always, Better, Control) merupakan pembagian
konsumsi obat dan pengeluaran untuk perencanaan. Metode ini cenderung pada profit
oriented product karena berdasar pada dana yang dibutuhkan dari masing-masing
obat.
Analisis ABC digunakan untuk menganalisa tingkat konsumsi semua jenis obat.
Analisis ini mengenai 3 kelas yaitu[3]:
A. (Always)
Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam
pengadaannya. Persentase kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A tersebut
menunjukkan 10%-20% macam persediaan memiliki 70%-80% dari total biaya
persediaan. Hal ini berarti persediaan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga
memerlukan pengawasan ekstra dan pengendalian yang harus baik.
B. (Better)
Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana 10-15% dari
keseluruhan anggaran obat. Persentase kumulatifnya antara 80-95%.
C. (Control)
Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun jumlah obat
sangat banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia maka
pengendalian pada tingkat ini tidak begitu berat. Persentase kumulatifnya antara
95%-100%.
Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbeda
antara perusahaan satu dengan yang lainnya[4] .Kelompok A adalah kelompok yang
sangat kritis sehingga perlu pengontrolan secara ketat, dibandingkan kelompok B
yang kurang kritis, sedangkan kelompok C mempunyai dampak yang kecil terhadap
aktivitas gudang dan keuangan[4].
6.2.2 Prosedur Analisis Pareto - ABC
Prinsip Pareto (bahasa Inggris: The Pareto principle) yang juga dikenal sebagai
aturan 80/20 menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada
efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Prinsip ini diajukkan oleh pemikir
manajemen bisnis Joseph M. Juran, yang menamakannya berdasarkan penemunya
yakni ekonom Italia “Vilfredo Pareto” (15 Juli 1848 – 19 Agustus 1923), yang pada
1906 mengamati bahwa 80% dari pendapatan di Italia dimiliki oleh 20% dari jumlah
populasi.
Dalam implementasinya, prinsip 80/20 ini dapat diterapkan untuk hampir
semua hal, misalnya :
1. 80% dari keluhan pelanggan, muncul dari 20% ketidakberesan dari produk atau
jasa.
2. 80% dari keterlambatan jadwal, timbul dari 20% dari kemungkinan penyebab
penundaan.
3. 20% dari produk atau jasa mencapai 80% dari keuntungan.
4. 20% dari penjualan produk atau jasa, memproduksi 80% dari pendapatan
perusahaan.
5. 20% dari cacat sistem menyebabkan 80% masalah
Prinsip utama analisis Pareto - ABC dalam bidang farmasi adalah dengan
menempatkan jenis-jenis perbekalan farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan
jenis yang memakan anggaran terbanyak. Urutan langkah sebagai berikut :
1. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satu metode
perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yangdiperlukan untuk
tiap nama dagang. Kelompokkan ke dalam jenis-jenis/katagori, dan jumlahkan
biaya per jenis/ katagori perbekalan farmasi.
2. Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing prosentase jenis perbekalan
farmasi terhadap anggaran total.
3. Urutkan kembali perbekalan farmasi di atas mulai dari yang memakan prosentase
biaya paling banyak.
4. Hitung prosentase kumulatif, dimuali dengan urutan 1 dan seterusnya.
5. Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ± 70% anggaran perbekalan total.
6. Perbekalan farmasi katagori A menyerap anggaran 80%
7. Perbekalan farmasi katagori B menyerap anggaran 15%
8. Perbekalan farmasi katagori C menyerap anggaran 5%
6.2.3 Cara Perhitungan Analisis ABC
Cara perhitungan analisis ABC dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan cara
mengalikan jumlah obat dengan harga obat.
2. Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.
3. Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
4. Hitung kumulasi persennya.
5. Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 80%.
6. Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 80-95%.
7. Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 95-100%.
6.2.4 Tahapan-Tahapan Analisis ABC dengan Menggunakan Program
Microsoft Excel
Berikut merupakan tahapan analisis ABC dengan menggunakan program
Mirosoft Excel, yaitu[4]:
1. Buat daftar list semua item dan cantumkan harganya.
2. Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu.
3. Kalikan harga dan jumlah kebutuhan.
4. Hitung persentase harga dari masing-masing item.
5. Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada di atas.
6. Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total harga.
7. Tentukan klasifikasinya A, B atau C.
Analisis klasifikasi ABC memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien.
2. Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan cost
benefit yang besar bagi perusahaan.
3. Dapat memanfaatkan modal kerja (workingcapital) sebaik-baiknya
sehingga dapat memacu pertumbuhan perusahaan.
4. Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien yang pada
akhirnya dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi fungsi-fungsi produksi.
Contoh Perhitungan analisis ABC
Tabel 4. Tabel penjualan obat bulan maret
Jumlah / Harga /
No Nama Obat Total Harga
Tablet Tablet (Rp)
1 Phenitoin 100 mg caps. 3.295 800 2.636.000
2 Vitamin B6 tab. 2.965 100 296.500
3 Proclozam 100 mg tab. 1.458 2.500 3.645.000
4 Frego 5 mg tab. 1.457 7.500 10.927.500
5 Pratropil 800 mg tab. 1.307 4.500 5.881.500
6 Analsik kaplet 1.286 1.000 1.286.000
7 Alganax 0.5 mg tab. 1.280 4.500 5.760.000
8 Divalpi EC 250 mg tab. 1.190 7.500 8.925.000
9 Hexymer 2 mg tab. 1.070 1.000 1.070.000
10 Esilgan tab. 1.064 7.000 7.448.000
11 Rebal Plus kapsul tab. 795 2.500 1.987.500
12 Farmasal 100 mg tab. 742 1.000 742.000
13 Paracetamol 500 mg tab. 698 500 349.000
14 Bamgetol 20 mg tab. 690 2.500 1.725.000
15 Amlodipin 5 mg tab. 654 100 65.400
16 Orinox 60 mg tab. 630 8.000 5.040.000
17 Asam mefenamat 500 mg tab. 615 180 110.700
18 Dexametason 0.5 mg tab. 610 100 61.000
19 Govotil 2 mg tab. 597 2.000 1.194.000
20 Lansoprazole 30 mg tab. 584 750 438.000

Tabel 5. Tabel penentuan kategori pareto

Harga / Presentase
Jumlah Harga Obat Presentase Kategori
No Nama Obat Tablet Terhadap Total
(Tablet) (Rp) Kumulatif (%) Pareto
(Rp) Harga (%)

4 Frego 5 mg tab. 1.457 7.500 10.927.500 18.33 18.33 A

8 Divalpi EC 250 mg tab. 1.190 7.500 8.925.000 14.97 33.31 A

10 Esylgan tab. 1.064 7.000 7.448.000 12.49 45.81 A

5 Pratropil 800 mg tab. 1.307 4.500 5.881.500 9.87 55.68 A

7 Alganax 0.5 mg tab. 1.280 4.500 5.760.000 9.66 65.35 A

16 Orinox 60 mg tab. 630 8.000 5.040.000 8.45 73.81 A


3 Proclozam 100 mg tab 1.458 2.500 3.645.000 6.11 79.92 A

1 Phenitoin 1000 mg cap. 3.295 800 2.636.000 4.42 84.35 B

11 Rebal Plus cap 795 2.500 1.987.500 3.33 87.68 B

14 Bamgetol 200 mg tab. 690 2.500 1.725.000 2.89 90.58 B

6 Analsik kaplet 1.286 1.000 1.286.000 2.15 92.73 B

19 Govotil 2 mg tab. 597 2.000 1.194.000 2.00 94.74 B

9 Hexymer 2 mg tab. 1.070 1.000 1.070.000 1.79 96.53 C

12 Farmasal 100 mg tab. 742 1.000 742.000 1.24 97.78 C

20 Lansoprazole 30 mg cap. 584 750 438.000 0.73 98.51 C

13 Paracetamol 500 mg tab. 698 500 349.000 0.58 99.10 C

2 Vitamin B6 tab. 2.965 100 296.500 0.49 99.60 C

17 Asam mefenamat 500 mg 615 180 110.700 0.18 99.78 C

15 Amlodipin 5 mg 654 100 65.400 0.10 99.89 C

18 Dexametason 0.5 mg 610 100 61.000 0.10 100 C

∑(Jumlah ) = 59.588.100

Keterangan :
Pareto A : Persentase kumulatif sampai dengan 80%
Pareto B : Persentase kumulatif 80-95%
Pareto C : Persentase kumulatif 95-100%

Penentuan presentase (%) terhadap total harga :


harga obat
X 100%
∑ (jumlah) harga semua obat

6.3 Analisis VEN


6.3.1 Pengertian Analisis VEN
Analisis VEN merupakan analisa yang digunakan untuk menetapkan prioritas
pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman dan harga penjualan obat.
Kategori dari obat-obat VEN yaitu:
1. V (Vital)
Merupakan obat-obat yang harus ada, yang diperlukan untuk menyelamatkan
kehidupan, masuk dalam kategori potensial life saving drug, mempunyai efek samping
withdrawl secara signifikan (pemberian harus secara teratur dan penghentiannya tidak
tiba-tiba) atau sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan. Kriteria nilai
kritis obat ini adalah kelompok obat yang sangat essensial atau vital untuk
memperpanjang hidup, untuk mengatasi penyakit penyebab kematian ataupun untuk
pelayanan pokok kesehatan. Pada obat kelompok ini tidak boleh terjadi kekosongan[3]
2. E (Essensial)
Merupakan obat-obat yang efektif untuk mengurangi rasa kesakitan, namun
sangat signifikan untuk bermacam-macam penyakit tetapi tidak vital secara absolut,
hanya untuk penyediaan sistem dasar. Kriteria nilai kritis obat ini adalah obat yang
bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan yang
banyak digunakan dalam pengobatan penyakit terbanyak. Kekosongan obat
kelompok ini dapat ditolelir kurang dari 48 jam[3]
3. N (Non Essensial)
Merupakan obat-obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri
dan obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis. Kriteria nilai
krisis obat ini adalah obat penunjang agar tindakan atau pengobatan menjadi lebih
baik, untuk kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan. Kekosongan obat kelompok
ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam[3]
Penggolongan Obat Sistem VEN dapat digunakan untuk :
a. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia.
b. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok vital agar
diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.
c. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria penentuan
VEN. Dalam penentuan kriteria perlu mempertimbangkan kebutuhan masing-
masing spesialisasi.
Langkah-langkah menentukan VEN, yaitu:
1. Menyusun kriteria menentukan VEN.
2. Menyediakan data pola penyakit.
3. Standar pengobatan.
6.4 Kombinasi VEN & ABC
Alasan dipakainya dua kombinasi ini adalah apabila hanya dengan analisis
ABC saja, tidak efektif karena tidak hanya masalah uang yang menjadi prioritas, tapi
juga tingkat kekritisan obat yang masuk dalam golongan VEN juga harus
diklasifikasikan.
Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar
yang diperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya
harus Edan sebagain V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis obat dengan status N
harusnya masuk dalam kategori C[4]
Analisis kombinasi VEN dan ABC juga digunakan untuk menetapkan prioritas
pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai kebutuhan.
Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat.
Mekanismenya adalah sebagai berikut:
1. Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi atau
dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori
NB menjadi prioritas selanjutnya dan x obat yang masuk kategori NA menjadi
prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini dana yang
tersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.
2. Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB, NA
dimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA [4].

6.5 Jenis Surat Pesanan


Macam-macam surat pesanan, yaitu:
1. Surat pesanan obat biasa.
Surat pesanan yang digunakan dalam rangka memesan obat-obat biasa
seperti obat keras, obat wajib apotek, obat bebas, obat bebas terbatas, serta alat-
alat kesehatan dan produk lainnya. Surat pesanan ini terdiri dari 2 rangkap,
dimana rangkap yang asli diserahkan kepada pemasok dari PBF yang di
dalamnya tertulis nama obat serta jumlah obat yang akan dipesan dan rangkap
copy-annya untuk arsip di apotek[5]. Contoh surat pesanan obat biasa (Lampiran
1).
2. Surat pesanan narkotika.
Surat pesanan ini digunakan untuk memesan narkotika di mana surat pesanan
narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis narkotika[6]. Selain itu, surat
pesanan narkotika terdiri dari 4 rangkap dengan warna yang berbeda yaitu warna
putih, kuning, dan biru untuk PBF, 1 lembar salinan sebagai arsip [7]. Contoh surat
pesanan narkotika (Lampiran 2).
3. Surat pesanan psikotropika.
Surat pesanan ini digunakan untuk memesan psikotropika, surat ini hanya
dapat digunakan untuk 1 (satu) atau beberapa jenis psikotropika[6]. Surat pesanan
psikotropika terdiri dari 2 rangkap yaitu, rangkap pertama untuk PBF dan rangkap
kedua untuk arsip apotek[7]. Contoh surat pesanan psikotropika (Lampiran 3).
4. Surat pesanan prekusor farmasi.
Surat pesanan ini digunakan untuk memesan prekusor farmasi, surat ini hanya
dapat digunakan untuk 1 (satu) atau beberapa jenis prekusor farmasi [6]. Surat
pesanan untuk prekursor juga terdiri dari 2 rangkap, rangkap pertama untuk PBF
dan rangkap kedua untuk arsip apotek[7]. Contoh surat pesanan prekusor farmasi
(Lampiran 4).
5. Surat pesanan obat-obat tertentu.
Surat pesanan ini digunakan untuk memesan obat-obatan tertentu (obat-
obatan yang bekerja pada sistem saraf pusat selain narkotika dan psikotropika, di
mana apabila penggunaan obat ini melebihi dosis tertentu dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas pada mental dan perilaku). Beberapa contoh
dari obat-obatan tertentu yaitu tramadol, triheksifenidil, klorpromazin, amitriptilin,
haloperidol, dan dekstrometorphan. Surat pesanan obat-obat tertentu dibuat
sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap. Contoh surat pesanan obat-obat tertentu
(Lampiran 5).
6.6 Pengarsipkan Faktur Pembelian Obat
Dalam proses pemeriksaan dan penerimaan barang, petugas gudang wajib
memeriksa dan menerima fisik barang dari supplier sesuai dengan Surat Pesanan
(SP), faktur barang dan membuat tanda terima barang di faktur (stempel dan tanda
tangan) berdasarkan fisik barang yang diterima. Dalam pemeriksaan faktur, petugas
pembelian memeriksa jumlah, jenis, harga, dan diskon serta masa pembayaran hasil
negosiasi dengan supplier dan mengirimkan seluruh faktur pembelian barang yang
telah diperiksa ke fungsi tata usaha. Selain itu, dalam pembukuan, petugas tata usaha
berdasarkan faktur yang telah ada tanda terima gudang dan paraf petugas, mencatat
sebagai pembelian barang apotek. Lalu, membukukan pembelian barang di kartu
hutang sebagai hutang dagang apotek dan membuat laporan pembelian dan saldo
hutang setiap bulannya, kemudian melaporkannya ke APA (Apoteker Pengelola
Apotek) [7].

6.7 Penetapan Harga Obat


Pengertian biaya adalah setiap pengorbanan yang dikeluarkan selama proses
produksi yang dapat dinilai dengan uang, dengan ciri[8]:
1. Merupakan pengorbanan yang tidak dapat dielakkan.
2. Dapat diduga sebelumnya.
3. Secara kuantitatif dapat diukur.
Pembentukan harga produk meliputi dua bagian, ialah [1]:
1. Perhitungan harga pokok (H.P.).
2. Perhitungan harga jual (H.J.).
Perhitungan harga pokok, meliputi unsur-unsur biaya yang lazim
diperhitungkan, ialah[8]:
1. Biaya material langsung.
2. Biaya tenaga kerja lansung.
3. Biaya manufacturing overhead.
Urutan perhitungan harga jual, ialah[8]:
I. Harga Pokok Pabrik = H.P.P.
II. Keuntungan pabrik = K.U.P.

III. Harga Jual Pabrik = H.J.P.


IV. Potongan Harga = P.H.P

V. Harga Eceran (Harga Jual Apotek) = H.E/ H.J.A

Agar apotek dapat bebas menentukan harga eceran pada konsumen oleh PBF
(Pedagang Besar Farmasi) ditentukan harga dengan H.N.A = harga netto apotek[8].
Harga jual pabrik dan harga netto apotek antara lain tergantung pada kekuatan
produk (besarnya permintaan) dan kekuatan pabrik yang bersangkutan[8].
1. Obat yang laku keras, perhitungan harga pokok dihitung berdasarkan biaya
penuh = biaya tetap + biaya variable diperhitungkan dalam harga obat,
sedangkan keuntungan pabrik diharapkan memadai.
2. Obat yang laku sedang, perhitungan harga pokok dihitung berdasarkan biaya
penuh sedangkan keuntungan yang diharapkan lebih kecil.
3. Obat yang kurang laku, perhitungan harga pokok dihitung berdasarkan biaya
variable saja, sedangkan biaya tetap dibebankan pada perhitungan laba-rugi
pada akhir tahun.
Harga selalu berhubungan dengan penghasilan dan laba. Yang disebut
penghasilan total adalah harga per unit x volume (jumlah unit terjual). Bila harga
rendah volume penjualan naik dan biaya per unit akan turun karena skala ekonomi,
sedangkan profit naik. Harga yang tinggi mengakibatkan volume penjualan turun,
biaya per unit dan laba akan turun[8].
Dalam perekonomian perusahaan, biaya marjinal ialah tambahan biaya karena
bertambahnya volume produksi 1 unit, termasuk di dalamnya biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya marjinal untuk setiap tambahan unit output tidak akan sama, ini
disebabkan oleh sifat biaya yaitu biaya tetap selalu tetap sedangkan biaya variabel
akan berubah. Penghasilan marjinal ialah bertambahnya penghasilan karena ada
tambahan menjual satu unit output, dengan istilah lain ialah penghasilan total baru
dikurangi penghasilan total lama yang disebabkan adanya tambahan penjualan satu
unit[8].

6.8 Pereturan dan Pemusnahan Obat


Beberapa ketentuan yang diatur tentang pemusnahan dan penarikan
berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek ialah sebagai berikut[1]:
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian
lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

6.9 Daftar Nama PBF (Pedagang Besar Farmasi) dan Industri Farmasi
Tabel 6. Daftar Nama PBF (Pedagang Besar Farmasi) dan Industri Farmasi
No. Nama PBF Nama Industri Farmasi
1 PT. Arfani Citra Perkasa PT. Aventis Pharma
2 PT. Bina San Prima PT. Bayer Indonesia
3 PT. Binaya Jaya PT. Dexa Medica
4 PT. Merapi Utama Pharma PT. Sanbe Farma
5 PT. Mojong Mitra Maju PT. Kalbe Farma Tbk.
6 PT. Pharma Indo Sukses PT. Kino Indonesia
7 PT. Tempo PT. Konimex
8 PT. Siporennu PT. Meiji Indonesia
9 PT. Penta Valent PT. Biofarma
10 PT. Rajawali Nusindo PT. Lapi Laboratories
11 PT. Enseval Putera Megatrading PT. Novartis Indonesia
12 PT. Sapta Sari Tama PT. Novell Pharmaceutical Laboratories
13 PT. Kalista Prima PT. Nulab Pharmaceutical
14 PT. Braga Trading Company PT. Otsuka Indonesia
15 PT. Cempaka Indah Murni PT. Phapros Tbk
16 PT. United Dico Citas PT. Takeda Indonesia
17 PT. Antar Mitra Sembada PT. Soho Industri Indonesia
18 PT. Lenko Surya Perkasa PT. Merck Tbk.
19 PT. Duvin Lokolestari PT. Interbat
20 PT. Feliv Lestari PT. Yarindo
DAFTAR PUSTAKA

1. Pemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73


Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:
Pemerintah RI.
2. Hartayu, T.S., Wijoyo, Y., and Manik, D.J. 2018. Manajemen dan Pelayanan
Kefarmasian di Apotek dengan Metode Problem-Based Learning dalam Kerangka
Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
3. Quick, J.D., Hume, M.L., Rankin, J.R., O’Conor, R.W.1997. Managing Drug
Supply, Management Science for Health, 7th printing. Massachussets:
Management Sciences for Health.
4. Maimun, A., 2008. Perencanaan Obat Antibiotic Berdasarkan Perencanaan
Kombinasi Metode Konsumsi Dengan Analisisi ABC Dan Reorder Point Terhadap
Nilai Persediaan Dan Turn Over Ratio Di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah
Kendal. Semarang: Universitas Diponegoro.
5. BPOM, 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun
2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekusor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarka:
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
6. Permenkes RI, 2015. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor Farmasi. Jakarta: Pemerintah RI.
7. Umar, M. 2016. Manajemen Apotek Praktis Cetakan Ke IV, Edisi Revisi. Jakarta:
Wira Putra Kencana.
8. Anief, M. 2014. Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lampiran 1. Surat Pesanan Obat Biasa

Jl. Rappocini Raya No 10 Makassar 90222


Tlp. 085242882250 Email :aveola.care@gmail.com

SIA : 503/01054/DPM-PTSP/KES/XII/2020

SURAT PESANAN (SP)

Tgl. ......................................... No. .........................

Kpd. Yth. ................................

No Nama Barang Kemasan Jumlah

Penerima SP Hormat Kami

(Nama & Ttd) apt. Eltuin,S.Si


503/219.1.12/SIPA-KES/DPM-PTSP/XI/2020
Lampiran 2. Surat Pesanan Narkotika
Lampiran 3. Surat Pesanan Psikotropika

SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PSIKOTROPIKA

Nomor SP : / SPB / PSI /

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : apt. Eltuin S.Si
Jabatan : APA
Alamat Rumah : Jl. Dirgantara Lr. 9 No. 14 Makassar
Mengajukan permohonan obat kepada :
Nama PBF :
Alamat :
Tlp. :
Jenis psikotropika sebagai berikut :
1.
2.
3.
Untuk keperluan Pedagang Besar Farmasi/Apotek/Rumah Sakit/Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi/Lembaga Penelitian dan/atau
Lembaga Pendidikan* :
Nama : Apotek Aveola
Alamat : Jl. Rappocini Raya No. 10, Makassar

Makassar,

Apt. Eltuin, S.Si


Apoteker Penanggungjawab Apotek
SIPA. 503/219.1.12/SIPA-KES/DPM-PTSP/XI/2020
SIA 503/01054/DPM-PTSP/KES/XII/2020
Lampiran 4. Surat Pesanan Prekusor Farmasi

SURAT PESANAN OBAT MENGANDUNG PREKURSOR FARMASI


Nomor SP : 01 / SPB / PRK / 23032021
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : apt. Eltuin S.Si
Jabatan : APA
No. SIPA : 503/219.1.12/SIPA-KES/DPM-PTSP/XI/2020
Nama PBF : PT. BINA SAN PRIMA
Alamat : Jl. Ir. Sutami Komp. Pergudangan & Industri Parangloe Indah Blok L 1 No.2,3 & 6 - Makassar.
Tlp. : 0411- 4730510

Jenis obat prekursor yang dipesan adalah :


No. Nama Obat Zat Aktif Prekursor Bentuk & Kekuatan Sediaan Satuan Jumlah Ket.
1. Tremenza Sirup Pseudoephedrine HCl Sirup & 30 mg Botol 5 (Lima) -

Obat yang mengandung prekursor tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan :
Nama Sarana : Apotek Aveola
Alamat Lengkap : Jalan Rappocini Raya No. 10 Makassar
Surat Izin Sarana : 503/01054/DPM-PTSP/KES/XII/2020 Makassar Maret 2021

Apt. Eltuin, S.Si


Apoteker Penanggungjawab Apotek
SIPA. 503/219.1.12/SIPA-KES/DPM PTSP/XI/2020.
Lampiran 5. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu

SURAT PESANAN OBAT – OBAT TERTENTU


Nomor SP : / SPB / OOT /
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : apt. Eltuin S.Si
Jabatan : APA
No. SIPA : 503/219.1.12/SIPA-KES/DPM-PTSP/XI/2020
Mengajukan permohonan obat kepada :
Nama PBF :
Alamat :
Tlp. :

Jenis obat – obat tertentu yang dipesan adalah :


No. Nama Obat Bentuk & Kekuatan Sediaan Satuan Jumlah Ket.

Obat – obat tertentu tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan :


Nama Sarana : Apotek Aveola
Alamat Lengkap : Jalan Rappocini Raya No. 10 Makassar
Surat Izin Sarana : 503/01054/DPM-PTSP/KES/XII/2020

Apt. Eltuin, S.Si


Apoteker Penanggungjawab Apotek
SIPA. 503/219.1.12/SIPA-KES/DPM-PTSP/XI/2020

Anda mungkin juga menyukai