Anda di halaman 1dari 46

Penyelenggaraan

Pelayanan Kesehatan Kerja

1
Pelayanan Kesehatan Kerja
(Occupational Health Services).
 Suatu pelayanan kesehatan yang dilakukan
dalam rangka pembinaan, pencegahan,
diagnosa, pengobatan, perawatan dan
rehabilitasi terhadap kasus kecelakaan kerja dan
atau penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan  melalui upaya kesehatan preventif,
promotif, kuratif & rehabilitatif di tpt kerja

 Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan salah


satu lembaga K3/unit kerja yang ada di
perusahaan, sebagai sarana perlindungan tenaga
kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.

2
Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK)
Permennakertrans NO. 03 Tahun 1982

 Memberikan bantuan kepada TK dalam


penyesuaian diri dengan pekerjaannya
 Melindungi TK thd. gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
 Meningkatkan kesehatan badan, kondisi
mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga
kerja
 Memberikan pengobatan dan perawatan serta
rehabilitasi TK yang sakit

3
Kewajiban-Kewajiban
Dalam Pelayanan Kesehatan Kerja

Kewajiban Pengurus :
1. Memberikan PKK sesuai kemajuan ilmu & teknologi
2. Memberikan kebebasan profesional kepada dokter yang
menjalankan Pelayanan Kesehatan Kerja.
 Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Kerja diberikan kebebasan untuk
memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan
pemeriksaan-pemeriksan dan mendapatkan keterangan-
keterangan yang diperlukan.
3. Menyampaikan laporan pelaksanaan PKK secara rutin kpd Dinas
Tenaga Kerja setempat dengan tembusan kpd Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi up. Direktur Pengawasan Norma
K3.

Kewajiban dokter dan paramedis perusahaan :


 Memberikan keterangan2 tentang PKK kepada Pegawai
Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja jika diperlukan

4
Tugas Pokok PKK
(Ps. 2 Permenakertrans No 3 Th 1982)
 penyelenggaraan Pelayanan kesehatan kerja secara komprehensif
1) Pemeriksaan kesehatan TK (awal, berkala, khusus)
2) Pembinaan & pengawasan atas penyesuaian pekerjaan thd. TK.
3) Pembinaan & pengawasan terhadap lingkungan kerja.
4) Pembinaan & pengawasan perlengkapan sanitair.
5) Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan TK.
6) Pencegahan dan pengobatan thd. penyakit umum & PAK
7) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
8) Pendidikan kesehatan untuk TK dan latihan untuk petugas P3K
9) Memberikan nasehat mengenai
– perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
– pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan
– gizi serta penyelenggaraan makan di tempat kerja.
10) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK.
11) Pembinaan dan pengawasan thd. TK dg. kelainan tertentu dalam kesehatannya.
12) Memberikan laporan berkala tentang PKK kepada pengurus.

Penanggung jawab teknis  Dokter Perusahaan ssaui Permen 01 Th 1976 5


BENTUK PENYELENGGARAAN
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Permennakertrans No. 03/1982

 Diselenggarakan sendiri oleh pengurus :


– Poliklinik perusahaan
– Rumah sakit perusahaan
 Diselenggarakan melalui pengadaan ikatan/kerja
sama dengan dokter atau pelayanan kesehatan
lain :
– Dokter praktek swasta
– Puskesmas
– Poliklinik swasta
– Rumah sakit
– Dan lain-lain
 Diselenggarakan secara bersama antar beberapa
perusahaan :  di kawasan industri
– Rumah sakit pekerja
– Klinik kesehatan kerja
– Dan lain-lain 6
Fungsi Pelayanan Kesehatan Kerja

 Sebagai sarana perlindungan kesehatan tenaga


kerja melalui
 Menekan angka kecelakaan dan penyakit akibat
kerja (dg upaya promotif dan preventif)
 menangani/mengatasi kasus kecelakaan,
penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan
lainnya (melalui upaya kuratif dan rehabilitatif)
 Mencegah/mengurangi kehilangan jam kerja
 Meningkatkan produktivitas kerja.

7
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja

KepDirjen PPK No. Kep. 22/DJPPK/V/2008

8
Menetapkan :
KESATU : Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada
lampiran keputusan ini;

KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada


amar kesatu digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi
tenaga kerja;

KETIGA : Dengan ditetapkannya Keputusan Direktur


Jenderal ini, maka Keputusan Direktur Jenderal
Binawas Nomor Kep. 157/BW/1999 tentang Tata
Cara dan Bentuk Laporan Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja dinyatakan tidak
berlaku lagi;

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.
9
Juknis Peny. Pelayanan Kes Kerja

1. Tujuan Umum :
• Memberikan pedoman teknis bagi semua pihak yang
terkait dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Kerja guna meningkatkan produktivitas kerja.
2. Tujuan Khusus :
a) Mengoptimalkan fungsi Pelayanan Kesehatan Kerja
secara komprehensif melalui peningkatan fungsi-fungsi
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif;
b) Memberikan pedoman teknis bagi pengelola,
penanggungjawab dan pelaksana dalam penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja;
c) Memberikan pedoman teknis bagi pengawas
ketenagakerjaan dalam melaksanakan pembinaan dan
pengawasan pelayanan kesehatan kerja.

10
Ruang Lingkup Juknis Peny. PKK

 Petunjuk teknis ini mengatur


penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja :
1. Yang dilaksanakan oleh perusahaan sendiri
2. Yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan
pihak di luar perusahaan

11
Hal-hal yang diatur :
1. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Kerja;
2. Syarat Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Kerja;
3. Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Kerja;
4. Jenis-Jenis Program/Kegiatan dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja;
5. Tindak Lanjut Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Kerja;
6. Mekanisme Pengesahan Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja.

12
PRINSIP- PRINSIP PENYELENGGARAAN
PELAYANAN KESEHATAN KERJA

A. Pelayanan kesehatan kerja wajib melaksanaakan


tugas pokok pelayanan kesehatan kerja secara
menyeluruh dan terpadu (komprehensif) dengan
lebih menitik beratkan pada upaya kesehatan
pencegahan dan pembinaan/peningkatan (promotif
dan preventif).
B. Penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja
adalah dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja,
C. Tenaga pelaksananya dapat terdiri dari :
a) Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja
(penanggung jawab merangkap pelaksana),
b) Dokter perusahaan dan atau
c) Paramedis perusahaan.

13
PRINSIP- PRINSIP PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN KERJA (Lanjutan)

C. Teknis penyelenggaraan program/kegiatan pelayanan


kesehatan kerja mengacu pada :
1. Program/kegiatan kesehatan kerja berupa upaya
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu meliputi
upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Upaya kesehatan yang bersifat preventif dan promotif
disesuaikan dengan hasil penilaian risiko potensi
bahaya yang ada di perusahaan.
3. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
minimal berupa pelayanan kesehatan kerja yang
bersifat dasar yaitu :
a) Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) dan  PERSONIL & FASILITAS P3K Tpt
Kerja  Permen 15 Th 2008
b) Pengobatan (rawat jalan tingkat pertama) 
Klinik/RS Psh atau dg pelayanan kesehatan mitra
psh
14
PRINSIP- PRINSIP PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN KERJA (Lanjutan)

4. Perencanaan program dan kegiatan pelayanan kesehatan kerja


dibuat dengan skala prioritas;
5. Program/kegiatan pelayanan kesehatan kerja terutama ditujukan
untuk pencegahan penyakit akibat kerja (PAK), peningkatan
derajat kesehatan tenaga kerja dan peningkatan kapasitas
kerja melaui program/kegiatan :
a) Pemeriksaaan kesehatan tenaga kerja;
b) Penempatan tenaga kerja disesuaikan dengan status
kesehatannya;
c) Promosi/peningkatan kesehatan tenaga kerja;
d) Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) melalui
perbaikan lingkungan kerja (program higiene
industri);
e) Pencegahan PAK melalui perbaikan kondisi kerja
(program ergonomi kerja);
f) P3K, medical emergency respon, pengobatan,
rehabilitasi, rujukan kesehatan, pemberian kompensasi
akibat kecelakaan dan PAK.;
g) Pengembangan organisasi, program dan budaya
kesehatan kerja.
15
PRINSIP- PRINSIP PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN KERJA (Lanjutan)

D. Pelaksanaan program dan kegiatan


kesehatan kerja :
 Diintegrasikan/dikoordinasikan dengan
program panitia pembina keselamatan dan
kesehatan kerja (P2K3)
 Dilaksanakan oleh Dokter Perusahaan dg
melibatkan ahli K3, ahli K3 kimia, hygienis
industri, petugas K3 dan personil K3 lainnya

16
Syarat Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja

A. Syarat lembaga.

B. Syarat personil.

C. Syarat sarana.

D. Rujukan pelayanan kesehatan kerja.

E. Manajemen kesehatan kerja.

17
A. Syarat Lembaga Pelayanan Kesehatan Kerja :

1. Memiliki personil kesehatan kerja yang meliputi :


a) Dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja,
b) Tenaga pelaksanan kesehatan kerja berupa dokter
perusahaan dan atau paramedis perusahaan,
c) Petugas administrasi atau pencatatan dan pelaporan
pelayanan kesehatan kerja.
2. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan kesehatan kerja,
3. Pelayanan kesehatan kerja yang ada di perusahaan
mendapat pengesahan dari instansi di bidang
ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenangannya,
4. Pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh pihak di
luar perusahaan wajib dilengkapi dengan Nota
Kesepahaman (MoU) penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja antara pengusaha dengan kepala unit pelayanan
kesehatan yang bersangkutan dan dilaporkan ke instansi di
bidang ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenangannya.

18
PENGESAHAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA
SESUAI WILAYAH KEWENANGAN

 Di wilayah Kab/Kota ……… oleh Disnaker Kab/Kota


 Lintas Kab/Kota ………...…. oleh Disnaker Provinsi
 Lintas Propinsi/Nasional .………. oleh Depnakertrans
Mekanisme Pengesahan Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja
Melampirkan
berkas persyaratan Surat permohonan dari Psh
(lampiran 2.A)

Pengawas
Ketenagakerjaan : Instansi Ketenagakerjaan :
• Pemeriksaan (Kepala Instansi/Dinas)
administratif
• Pemeriksaan
lapangan
• Membuat laporan Memenuhi Belum memenuhi
persyaratan persyaratan

Check List
Pemeriksaan Peny.
PKK (Lampiran 5)
 Penerbitan SK  Surat
Pengesahan pemberitahuann
(lampiran 3) kekurangan
persyaratan
20
B. Syarat Personil Pelayanan Kesehatan Kerja:
1. Syarat dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja :
a) Ditunjuk oleh pimpinan perusahaan atau kepala unit/intsansi
yang bersangkutan dan dilaporkan ke instansi ketenagakerjaan
sesuai wilayah kewenangannya;
b) Telah mendapatkan Surat Keputusan Penunjukan (SKP)
sebagai dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja dari
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2. Syarat tenaga pelaksana pelayanan kesehatan kerja (dokter
perusahaan dan atau paramedis perusahaan) :
a) Memiliki sertifikat pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja
(atau sertifikat lainnya) sesuai peraturan perUndang-Undangan
yang berlaku;
b) Mematuhi etika profesi dokter dan tenaga kesehatan lainnya
sesuai kode etik profesi dan peraturan perUndang-Undangan yang
berlaku;
c) Syarat lain dokter perusahaan :
• Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dokter, atau sejenisnya
sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
• Surat ijin praktek (SIP) dokter yang masih berlaku dari
instansi yang berwenang. 21
SYARAT DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Permennakertrans No. 03/1982

 Ditunjuk oleh pimpinan perusahaan


 Disetujui oleh Disnaker Setempat
 Disetujui oleh Direktur (Dirjen Binwasnaker)

Telah memiliki Surat Keputusan Penunjukkan


(SKP) Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga
Kerja dari Dirjen Binwasnaker cq Direktur
Pengawasan Kesehatan Kerja Depnakertrans
Catatan :
Untuk perusahaan/instansi yang dokter perusahaannya lebih
dari 1 (satu) orang, yang wajib memiliki SKP cukup 1 orang
(penanggung jawabnya saja), sedangkan dokter perusahaan
yang lain wajib memiliki sertifikat pelatihan hiperkes
22
PENERBITAN SKP
Dokter Pemeriksa KesehatanTenaga Kerja

Mengajukan Permohonan Ke Dirjen Binwasnaker Cq.


Direktur Pengawasan Norma K3 tembusan ke
Disnaker setempat, dg melampirkan:

1) Surat penunjukan dari pimpinan perusahaan atau kepala


unit/instansi
2) Surat Pernyataan (sanggup mentaati peraturan peruu-an di
bidang kesehatan kerja)
3) Salinan Surat Keterangan telah training Hiperkes bagi
dokter perusahaan
4) Salinan Ijasah Dokter
5) Salinan Surat Ijin Dokter/STR (Surat Tanda Registrasi)
6) Salinan Surat Ijin Praktek
7) Pas foto warna ukuran 3X4 cm = 3 lembar

23
C. Syarat sarana & prasarana penyelenggaraan
pelayanan kesehatan Kerja :

SARANA DASAR (wajib) : SARANA PENUNJANG (opsional) :


1. Perlengkapan umum: 1. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Meja dan kursi 2. Alat evakuasi :
b. Tempat tidur pasien a. tandu,
c. Wastafel b. ambulance/kendaraan pengangkut
d. Timbangan badan korban dll.
e. Meteran/pengukur tinggi badan 3. Peralatan penunjang diagnosa :
f. Kartu status a. spirometer,
g. Register pasien berobat b. audiometer dll.
4. Peralatan pemantau/pengukur
2. Ruangan : lingkungan kerja :
a. Ruang tunggu a. sound level meter,
b. Ruang periksa b. lux meter,
c. Ruang/almari obat c. gas detector dll.
d. Kamar mandi dan WC
3. Peralatan medis :
a. Tensimeter dan stetoskop
b. Termometer
c. Sarung tangan
d. Alat bedah ringan (minor set)
e. Lampu senter
f. Obat-obatan
g. Sarana/Perlengkapan P3K
h. Tabung oksigen dan isinya 24
Tensimeter Air Raksa &
Stetoscoop
Alat Bedah Minor/Minor Set
(Minor Surgery)
D. Rujukan Pelayanan Kesehatan Kerja

Rujukan yang dilakukan antara lain meliputi :


• Pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan perawatan yang
lebih lengkap;
• Konsultasi kepada dokter spesialis terkait, untuk
keperluan penentuan diagnosis dan penilaian tingkat
kecacatan akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
• Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya;
• Tindakan operatif, rehabilitatif dan lain-lain.

27
Bagan Mekanisme Rujukan Pelayanan Kesehatan Kerja

Pekerja/ buruh sakit

Sembuh/
penanganan Pelayanan Kesehatan Kerja
tuntas Perusahaan

• Belum sembuh/ penanganan belum


tuntas
• Perlu penentuan diagnosis & penilaian
tingkat kecacatan

 RS/ Unit pelayanan kesehatan lebih


lengkap
 Laboratorium klinik,
 Praktek dokter spesialis 28
E. Manajemen Kesehatan Kerja

 Program Kesehatan Kerja merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari program K3 pada umumnya.

 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja


dirintegrasikan dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).

 Elemen-elemen audit SMK3 untuk penerapan norma


kesehatan kerja harus dipenuhi sebagaimana elemen-
elemen audit norma keselamatan dan kesehatan kerja
lainnya.

29
TATA CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
KERJA

1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja wajib


dilakukan sendiri oleh perusahaan, dalam bentuk
rumah sakit perusahaan atau klinik perusahaan.
 Dilaksanakan bagi perusahaan dengan :
a) Jumlah tenaga kerja 1.000 orang atau lebih
b) Jumlah tenaga kerja 500 orang sd 1.000 orang tetapi
memiliki tingkat risiko tinggi

2. Dilakukan dengan cara kerjasama melalui unit/lembaga


pelayanan kesehatan di luar perusahaan baik milik
pemerintah maupun swasta, seperti :
a) Rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan;
b) Perusahaan jasa K3 (PJK3) bidang kesehatan kerja dan
c) Pelayanan kesehatan lainnya yang telah memiliki perijinan
sesuai ketentuan yang berlaku.

30
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan sendiri
oleh perusahaan ( Jml tenaga kerja 1.000/> atau Jml tenaga kerja 500
sd 1.000 orang tetapi memiliki tingkat risiko tinggi)

No Jenis Pelayanan Bentuk Kegiatan

1. Pelayanan kesehatan  Pembinaan kesehatan kerja kepada tenaga


preventif dan promotif kerja minimal 1 bulan sekali
 Pengawasan dan pembinaan lingkungan kerja
minimal 2 bulan sekali
2. Pelayanan kesehatan  Memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
kuratif dan selama hari kerja dan selama ada shift kerja
rehabilitatif dengan 500 orang tenaga kerja atau lebih
 Pelayanan oleh dokter perusahaan setiap hari
kerja
 Pelayanan oleh paramedis/perawat dapat
dilakukan untuk shift kerja ke 2 dan seterusnya.
3. Pelayanan kesehatan  Dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang
rujukan lebih lengkap apabila ada kasus kesehatan
yang tidak dapat ditangani di dalam perusahaan

31
Tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja melalui kerja
sama dengan pihak di luar perusahaan
 utk perusahaan dg tenaga kerja < 1.000 orang;

No. Kriteria perusahaan Cara Pelayanan

Perusahaan dengan Kuratif, Rehabilitatif


A Preventif dan Promotif
tingkat risiko tinggi & Rujukan

1. Jumlah tenaga kerja  pembinaan dan


200 s.d 500 orang pengawasan kesehatan
kerja dan lingkungan  diberikan selama
kerja minimal setiap 2 jam kerja
bulan sekali

2. Jumlah tenaga kerja  pembinaan dan


< 200 orang pengawasan kesehatan
kerja dan lingkungan  diberikan selama
kerja minimal setiap 3 jam kerja
bulan sekali

32
Tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja melalui kerja
sama dengan pihak di luar perusahaan (lanjutan)

Perusahaan dengan Kuratif, Rehabilitatif &


B Preventif dan Promotif
tingkat risiko rendah Rujukan

1. Jumlah tenaga kerja  pembinaan dan  diberikan selama


> 500 s.d 1.000 orang pengawasan kesehatan jam kerja dan
kerja dan lingkungan kerja selama ada shift
minimal setiap 2 bulan kerja dengan 500
sekali orang tenaga kerja
atau lebih
2. Jumlah tenaga kerja  pembinaan dan
200 s/d 500 orang pengawasan kesehatan
 diberikan minimal
kerja dan lingkungan kerja
setiap 2 hari sekali
minimal setiap 3 bulan
sekali
3 Jumlah tenaga kerja  pembinaan dan
s.d 200 orang pengawasan kesehatan
 diberikan minimal
kerja dan lingkungan kerja
setiap 3 hari sekali
minimal setiap 6 bulan
sekali
33
Bentuk Penyelenggaraan Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Dan
Tingkat Bahaya Di Tempat Kerja

No. Jumlah Tenaga Tingkat Bahaya Cara Penyelengaraan


Kerja
1 > 500 orang Rendah atau tinggi  Berbentuk klinik
 Dipimpin oleh seorang dokter yg praktek tiap
hari kerja
 Tiap shift kerja mempekerjakan lebih 500 orang,
harus ada poliklinik jaga tiap shift
2 200 – 500 orang Tinggi  Idem
3 200 – 500 orang Rendah  Berbentuk klinik, buka tiap hari kerja (dilayani
oleh paramedis)
 Dipimpin oleh dokter yg praktek tiap 2 (dua) hari
sekali
4 100 – 200 orang Tinggi  Idem
5 100 – 200 orang Rendah  Berbentuk klinik, buka tiap hari kerja (dilayani
oleh paramedis)
 Dipimpin oleh dokter yg praktek tiap 3 (tiga) hari
sekali
6 < 100 orang  Dapat menyelenggarakan PKK bersama
(bergabung) dengan perusahaan lain
UPAYA2 PREVENTIF
1) Melakukan penilaian terhadap faktor risiko kesehatan di
tempat kerja (health hazard risk assesment) yang meliputi :
– Identifikasi faktor bahaya kesehatan kerja melalui :
pengamatan, walk through survey, pencatatan/pengumpulan
data dan informasi
– Penilaian/pengukuran potensi bahaya kesehatan kerja
– Penetapan tindakan pengendalian faktor bahaya kesehatan
pekerja
2) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala dan
khusus)
3) Survailans dan analisis PAK dan penyakit umum lainnya
4) Pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja
5) Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status
kesehatannya
6) Pengendalian bahaya lingkungan kerja
7) Penerapan ergonomi kerja
35
UPAYA2 PREVENTIF (Lanjutan)

8) Penetapan prosedur kerja aman atau Standard


Operating Procedure (SOP)
9) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
10) Pengaturan waktu kerja (rotasi, mutasi, pengurangan
jam kerja terpapar faktor risiko dll);
11) Program imunisasi

12) Program pengendalian binatang penular (vektor)


penyakit.

36
UPAYA2 PROMOTIF
1) Pembinaan kesehatan kerja
2) Pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan kerja
3) Perbaikan gizi kerja
4) Program olah raga raga/senam kesegaran jasmani di tempat
kerja
5) Program bebas rokok di tempat kerja
6) Penerapan ergonomi kerja
7) Pembinaan cara hidup sehat
8) Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan
Narkoba di tempat kerja
9) Penyebarluasan informasi kesehatan kerja melalui
penyuluhan dan media KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi), dengan topik yang relevan.
Catatan : upaya promotif juga dapat berfungsi sbg upaya preventif dan
sebaliknya
37
UPAYA2 KURATIF

1) Pengobatan dan perawatan


2) Tindakan P3K dan kasus gawat darurat
lainnya
3) Respon tanggap darurat
4) Tindakan operatif
5) Merujuk pasien dll.

38
UPAYA2 REHABILITATIF

1) Fisio therapi
2) Konsultasi psikologis (rehabilitasi mental)
3) Orthose dan prothese (pemberian alat bantu
misalnya : alat bantu dengar, tangan/kaki
palsu dll)
4) Penempatan kembali dan optimalisasi tenaga
kerja yang mengalami cacat akibat kerja
disesuaikan dengan kemampuannya.
5) Rehabilitasi kerja
6) Kompensasi kecelakaan kerja & PAK
7) Dll.

39
TINDAK LANJUT PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN KERJA

A. Monitoring
1) Pemantauan hasil pelaksanan pelayanan kesehatan
kerja
a. Pemantauan langsung : observasi, wawancara,
dan pengukuran kondisi kesehatan tenaga kerja
maupun lingkungan kerja
b. Pemantauan tidak langsung : melihat data dan
pelaporan yang sudah ada
2) Kegiatan pencatatan dan pelaporan
a) untuk mendapatkan data hasil kegiatan dari waktu
ke waktu
b) digunakan untuk umpan balik (feed back) dalam
beberapa kasus/masalah kesehatan kerja
c) Sumber data : hasil pemantauan, prevalensi,
insidens penyakit dan angka kecelakaan akibat
kerja.
40
TINDAK LANJUT PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KESEHATAN KERJA (Lanjutan)

B.Evaluasi
1) Analisa dan evaluasi terhadap kasus-kasus penyakit
dan kecelakaan yang sering terjadi dikaitkan dengan
faktor-faktor bahaya di tempat kerja.
2) Penyusunan program pengendalian terhadap faktor
bahaya kesehatan serta penetapan metode/cara kerja
yang lebih sehat dan aman berdasarkan analisa data
yang telah dilakukan
3) Menggunakan matrik analisa dan evaluasi data
kesehatan kerja.

41
Contoh Matrik analisa dan evaluasi
data kesehatan kerja

Jenis Kemungkinan
penyakit/ga penyebab
Jenis
ngguan Saran tindak
No Jml pekerjaan/
kesehatan Faktor Faktor lanjut
Tempat kerja
yang bahaya/risiko penyebab
diderita di tempat kerja lain

42
Pelaporan Pelayanan Kesehatan Kerja

 Hasil penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja


dibuat laporan sesuai format yg berlaku (lampiran 4
Kepdirjen PPK no. 22 th 2008)
 Laporan disampaikan kepada instansi yang berwenang
di bidang ketenagakerjaan setiap tiga (3) bulan sekali
 Fungsi dan manfaat pelaporan :
1. Bagi perusahaan : masukan yang sangat berharga
untuk mengevaluasi program kesehatan kerja dan
kaitannya dengan produktifitas kerja.
2. Bagi pemerintah : masukan dalam membuat
kebijakan nasional dalam pengawasan
ketenagakerjaan umumnya dan kesehatan kerja
khususnya.

43
Lampiran Juknis Peny. PKK
Kepdirjen PPK No. 22 Th 2008
No Lampiran Tentang
1 Lampiran 1 Juknis Peny. PKK
2 Lampiran 2 A Formulir permohonan pengesahan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja
3 Lampiran 2 B Data penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kerja
4 Lampiran 2 C Pernyataan dokter penanggung jawab
5 Lampiran 3 Bentuk surat keputusan pengesahan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja
6 Lampiran 4 Formulir pelaporan
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja
7 Lampiran 5 Check list Pengawasan Peny PKK
44
Kesimpulan
 Dokter perusahaan wajib mengetahui dan memahami
kondisi kerja dan segala potensi bahaya yang dihadapi
oleh semua tenaga kerja di perusahaan ybs.

 Dengan mengetahui kondisi kerja dan potensi bahaya


di tempat kerja maka dokter perusahaan dapat :
– Membuat program kesehatan kerja secara efektif dan
efisien
– Menangani setiap kasus penyakit/gangguan kesehatan
pekerja dengan setepat mungkin
– Mendukung manajemen perusahaa untuk mencapai
tingkat kecelakaan dan PAK seminimal mungkin dengan
produktifitas kerja seoptimal mungkin

 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja Tidak


akan berjalan sesuai dengan ketentuan apabila Dokter
Perusahaan hanya bekerja mengobati pasien/pekerja
yang sakit saja (hanya menunggu karyawan di linik)
DISKUSI
Kondisi yang terjadi di lapangan :
 Masih banyak perusahaan yang belum
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja
 Perusahaan yang sudah menyelenggarakan


pelayanan kesehatan kerja pada umumnya
baru berupa pengobatan terhadap tenaga
kerja yang sakit (kuratif) saja,
Upaya kesehatan yang bersifat pencegahan
(preventif), peningkatan (promotif) dan
pemulihan (rehabilitatif) masih kurang
?
mendapat perhatian.

Manfaat pelayanan kesehatan kerja yang diperoleh


pengusaha dan tenaga kerja belum optimal.

Perlu dilakukan Pengawasan Thd Penyelenggaraan Ply.


Kesehatan Kerja lebih Intensif 46

Anda mungkin juga menyukai