“NEONATAL PNEMOUNIA”
Disusun Oleh :
Krismaya Ismayanti
180070300111025
Kelompok 2
I. DEFINISI
atau sistemik pada parenkim paru. Kelainan patensi saluran napas serta ventilasi
alveolar dan perfusi sering terjadi karena berbagai mekanisme. Keadaan ini secara
signifikan dapat mengubah pertukaran gas dan metabolisme sel yang menyokong
banyak jaringan dan organ dan berkontribusi terhadap kualitas hidup seseorang.
Infeksi ini sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan
ketuban atau jalan lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan
ventilasi. Tanda-tanda klinis dan radiografi pneumonia pada neonatal dapat non-
distress pernapasan baik itu tanpa sebab non-infeksi yang jelas harus
berikut seperti; takipneu, bising, sulit bernapas, retraksi dinding dada, batuk,
mendengus) yang memiliki hasil kultur darah positif atau dua atau lebih hal berikut:
a. Faktor predisposisi, Ibu demam (>38˚C), air ketuban berbau, air ketuban pecah
(>24 jam)
b. Gejala klinis sepsis, seperti;malas makan, lethargy, refleks yang buruk,
c. Radiograf sugestif pneumonia (nodular atau infiltrate patchy kasar, difus atau
2
d. Layar sepsis Positif (salah satu dari berikut); Band >20% dari leukosit, hitung
sedimentasi eritrosit
II. EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran pernapasan bawah pada neonatus dapat diklasifikasikan
dapat diklasifikasikan berdasarkan onset awal dan akhir. Pada onset awal secara
umum adalah presentasi klinis dalam 48 jam pertama sampai dengan 1 minggu
berikutnya.
pneumonia dan memiliki hasil yang buruk seperti bayi meninggal setelah lahir,
Apgar skor rendah atau distress pernapasan dan biasanya berhubungan dengan
chorioamnionitis ibu. Dari hasil aspirasi cairan ketuban dalam rahium ibu
infeksi.
onset awal pneumonia terjadi pada 10-38% dari bayi yang lahir meninggal dan 20-
63% dari bayi lahir hidup yang kemudian meninggal. Penyelidikan awal terhadap
dalam 20-38% kasus, dengan insiden tertinggi pada kelompok social ekonomi
rendah. Berat lahir dan onset usia sangat menentukan risiko kematian akbiat
pneumonia. tingkat kasus kematian yang lebih tinggi untuk bayi berat badan lahir
3
postpartum terutama pada onset akhir pada umumnya cenderung terkait dengan
yang paling serius pada masa kanak-kanak, yang menyebabkan angka morbiditas
dan mortalitas yang signifikan di Amerika Amerika. Di Eropa dan Amerika Utara
kasus per 1000 penduduk. Meskipun ada beberapa definisi untuk pneumonia,
namun defenisi yang paling umum diterima adalah adanya demam, gejala
pernapasan akut, atau keduanya, ditambah bukti foto thorax dimana didapatkan
IV ETIOLOGY
Organisme yang penyebab pneumoni bervariasi menurut kelompok umur.
Neonatus sejak lahir sampai usia 3 minggu, kelompok bakteri pathogen yang
umum didapatkan ialah B streptokokus dan bakteri gram negatif. Infeksi bakteri ini
sering didapatkan pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan. Pada umur 3 bulan
klinis yang disebabkan oleh agen pathogen dapat dijadikan petunjuk disamping
dapat menyebabkan pneumonia seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus, jamur,
dan mikobakteri. Usia pada saat terkena infeksi, sejarah eksposur, faktor risiko
4
terhadap agen patogen, dan riwayat imunisasi semuanya dapat memberikan
Dalam sebuah studi multicenter prospektif, dari 154 anak dirawat di rumah
terinfeksi agen patogen. Bakteri piogenik menyumbang 60% dari kasus, dimana
Sebanyak 23% dari anak-anak dapat memiliki penyakit virus dan bakteri
(38,4° C) dalam waktu 72 jam dan adanya efusi pleura secara bermakna dikaitkan
Pada bayi baru lahir (usia 0-30 hari), beberapa organisme bertanggung
jawab terhadap terjadinya infeksi terutama pneumonia yang pada akhirnya dapat
terjadi sepsis neonatorum dini. Hal ini tidak mengherankan mengingat peran dari
genitourinari ibu dan flora saluran pencernaan merupakan proses yang dapat
patogen ini dapat diperoleh di dalam rahim, melalui aspirasi saat dalam jalan lahir,
atau melalui kontak pascakelahiran dengan orang lain atau peralatan yang
terkontaminasi.
intrapartum dalam mengurangi infeksi neonatal dan maternal oleh organisme ini
menjadi jelas, bakteri E coli telah menjadi yang paling umum didapatkan pada bayi
5
dengan berat 1500 gr atau kurang, lain organisme bakteri potensial seperti;
dalam rahim, biasanya sebagai akibat dari kolonisasi vagina dan leher rahim ibu.
Infeksi virus yang didapat dalam komunitas masyarakat sering juga terjadi
pada pada bayi baru lahir dan jarang pada bayi yang lebih tua. Virus yang paling
sering terisolasi adalah respiratory syncytial virus (RSV). Antibodi yang berasal
dari ibu penting dalam melindungi bayi baru lahir dari infeksi tersebut. Pada bayi
6
Umur Penyebab tersering Penyebab terjarang
Respiratory syncytial virus Virus Cytomegalovirus
Rhinovirus
Respiratory syncytial virus
V MANIFESTASI KLINIS
Pneumonia pada nonatus merupakan gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir, dengan gejala seperti pernafasan yang bising atau sulit, Takipnea >
60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus. WHO tidak membedakan antara
pneumonia neonatal dan bentuk lain dari sepsis berat, seperti bakteremia, karena
gejala-gejala yang tampak hampir sama, dan keterlibatan organ dan pengobatan
empirik
rejimen yang sama. Takipnea merupakan tanda yang paling sering didapatkan
dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada (36-91% kasus),
Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik, seperti malas
kesan bahwa bayi tidak baik. Gejala pernapasan seperti grunting (mendengus),
pemeriksaan fisik, seperti tumpul pada perkusi, perubahan suara napas, dan
adanya ronki, radiografi thorax didapatkan infiltrat baru atau efusi pleura. Tanda
7
akhir pneumonia pada neonates tidak spesifik seperti apnea, takipnea, malas
sirkulasi.
VI. DIAGNOSIS
digunakan. Aerobik inkubasi dari kultur sudah cukup untuk mendapatkan agen
pathogen yang menyebabkan infeksi. Meskipun air ketuban berbau busuk yang
sering disebabkan oleh bakteri anaerob, tetapi organisme ini jarang menjadi
penyebab infeksi. Kultur jamur, virus, dan U. urealyticum merupakan tes yang
lainnya yang dapat dilakukan tetapi harus didasarkan pada gejala klinis yang ada.
awal kondisi neonatus dan untuk menegakkan diagnosis, tetapi juga untuk
group B dapat menyerupai HMD dengan penurunan volume paru. Bayi aterm
pneumonia neonatal. Ada beberapa tanda seperti kekeruhan yang luas pada
8
parenkim paru yang menyerupai tanda “ground-glass appearance” dari sindrom
distress pernapasan. Tanda ini tidak spesifik ditemukan pada proses hematogen.
dari paru-paru terlibat. Densitas yang merata di bada bagian basa di kedua paru
napas parsial yang disebabkan oleh sumbatan lender dan debris inflamasi. Tanda
air bronchogram biasanya menunjukkan konsolidasi yang luas, tetapi tanda ini
tidak pesifik dan mungkin berkaitan perdarahan paru atau edema. Kehadiran
pneumonia.
otopsi dengan parau-paru yang terinfeksi, kelainan yang paling umum diidentifikasi
adalah densitas alveolar bilateral (77%). Dari pasien ini, sepertiga memiliki
yang banyak. Kehadiran efusi pleura pada penyakit membran hialin dan transien
takipnea yang menetap selama 1-2 hari merupakan tanda yang sangat membantu
9
melokalisasi cairan dalam ruang pleura dan perikardial. Ultrasonography
memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi efusi pleura dan mendeteksi
konsolidasi di basis paru-paru. Tidak ada radiasi yang terlibat dan prosedur dapat
diulang berkali-kali.
VII. PENGOBATAN
dalam minggu pertama kehidupan, kemudian pada umur 2-4 minggu diberikan tiap
8 jam, ditambah dengan dosis tunggal gentamicin. Pengobatan lini pertama dapat
seperti amikasin atau tobramycin. Jika bakteri S. Aureus yang didapat, dengan
resisten terhadap penicillin seperti flucloxacillin atau cloxacillin maka harus diganti
dengan ampicillin.
Dalam sebuah percobaan acak pada bayi Kenya, pemberian sehari sekali
gentamicin dengan dosis loading 8 mg/kg, pada bayi < 2 kg diberikan 2 mg/kb,
Pemberian 4 mg/kg pada bayi yang berat < 2 kg atau 6 mg/kg dengan berat > 2
kg dalam minggu kedua tau lebih. Jika bayi tidak berespon terhadap pemberian
generasi ketiga cephalosporin atau kloramfenikol terutama pada bayi yang tidak
pyretics dan ventilasi dukungan jika diperlukan. Pada bayi yang berumur kurang
dari 1 bulan jika penyebabnya bakteri dapat diberikan ampicillin 75-100 mg/kg/hr
dan gentamicin 5 mg/kg, untuk umur 1-3 bulan dapat diberikan Cefuroxime 75–
10
150 mg/kg/hr atau co-amoxiclav 40 mg/kg/hari. Sedangkan pada umur lebih dari 3
dan diberikan peroral. Jika pneumonia yang disebabkan oleh pneumocystis carinii
langsung. Anak-anak yang berada dalam kesulitan pernapasan yang parah harus
bisa diterima. Pada pasien rawat inap biasanya diobati generasi sefalosporin
Pneumonia Influenza A yang sangat parah atau bila terjadi pada pasien
berisiko tinggi dapat diobati dengan oseltamivir atau zanamivir. Pneumonia Virus
Amoxicillin dapat digunakan sebagai terapi lini pertama, pada bayi dan
anak yang diduga pneumonia rigan sampai sedang. Pemberian amoxicillin efektif
11
pada bakteri pathogen invasive streptococcus pneumoniae. Ampicillin or penicillin
G dapat juga diberikan pada bayi dan usia sekolah. Terapi empiris dengan
bayi dan anak yang dirawat di rumah sakit dengan riwayat imunisasi yang tidak
lengkap.
hasil akhir yang lebih baik dan menurunkan angka kematian. Hal ini termasuk
ASI yang sering sangat dianjurkan kecuali bila ada kontraindikasi yang pasti,
intravena yang mengandung garam isotonik dengan dextrose 5-10% yang lebih
ekskresi air cairan bebas bebas menurun pada bayi dengan infeksi pneumonia
akut.
IX. PENCEGAHAN
masyarakat,
neonatal meliputi: (1) manajemen aktif pada penanganan pecah ketuban (2)
Inisiasi menyusi dini dan pemberian ASI eksklusif, dan (3) Menghindari pneumonia
12
nosokomial pada unit perawatan intensif di mana akibat infeksi yang umum
ditemukan seperti enterik basil Gram negatif (E. coli, Klebsiella, Enterobacter dan
multiresisten.
merupakan awal terjadinya infeksi neonatal. Mencuci tangan adalah hal yang
pneumonia HIB telah menurun secara signifikan. Namun, diagnosis masih harus
dipertimbangkan pada orang yang tidak divaksinasi, termasuk yang pada umur
yang lebih muda dari 2 bulan, yang belum menerima suntikan pertama mereka.
Bayi yang berisiko tinggi seperti bayi prematur dan bayi yang baru lahir
merupakan rekomendasi.
13
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa:
1) Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor RM, Nama
penanggung jawab, hubungan dengan pasien, alamat.
2) Riwayat antenatal: pemeriksaan selama hamil (ANC), hari pertama haid
terakhir (HPHT), tapsiran partus (TP).
3) Riwayat intranatal: perdarahan, ketuban pecah, gawat janin, demam,
keputihan, riwayat terapi.
4) Riwayat penyakit ibu: DM, Asma, Hepatitis B, TB, Hipertensi, jantung dan
lainnya.
5) Riwayat persalinan: cara persalinan (spontan, section, forceps) dan
indikasinya
6) KU bayi saat persalinan: activity tonus reflex (ATR), tangisan, nadi,
pernafasan, kelainan fisik, berat badan, panjang badan, lingkar lengan,
lingkar dada, APGAR score.
b. Pemeriksaan fisik
1) Breathing
Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat
berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi
sternum dan intercostal space. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat
terdengar suara nafas utama melemah atau mengeras, suara nafas
tambahan berupa ronkhi basah halus di lapangan paru yang terkena,
kadang disertai dengan sputum.
2) Blood
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas
jantung tidak mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat,
icterus, CRT memanjang (>3 det).
3) Brain
Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan
berat. Perlu dikaji tingkat kesadaran, besar dan reflek pupil terhadap
cahaya
4) Bladder
14
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu
memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syok. Dikaji pula kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.
5) Bowel
Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola
eliminasi alvi, adakah kelainan pada anus.
6) Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah
kelainan pada tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau
kongenital, bagaimana ATR (activity tonus respon).
3. Rencana Tindakan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan inflamasi bronchial,
pembentukan edema, dan penumpukan sekret. .
Tujuan: jalan napas bersih dan efektif.
Kriteria evaluasi:
1) Bunyi napas bersih, tidak ada bunyi napas tambahan.
2) Tanda vital dalam batas normal terutama frekuensi napas < 60x/menit.
3) Batuk efektif.
4) Sianosis tidak ada.
5) Tidak ada retraksi sternum dan intercostal space.
6) Nafas cuping hidung tidak ada.
15
Rencana intervensi
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.
Rasional: takipnea, pernafasan dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan.
2) Auskultasi area paru, catat penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi
napas.
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan, krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan
cairan/secret.
3) Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan batuk efektif karena
adanya penurunan tingkat kesadaran.
4) Evaluasi status mental, catat adanya kebingungan, disorientasi.
Rasional: menurunnya perfusi otak dapat menyebabkan perubahan
sensorium
5) Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkodilator
Rasional: obat mukolitik membantu untuk mengencerkan sekret,
bronkodilator mengurangi edema dan sebagai vaso dilatasi bronkus.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak efektif
Tujuan: pola nafas efektif.
Kriteria evaluasi:
1) Pernafasan teratur (RR 30-40 kali/menit).
2) Tanda vital dalam batas normal (nadi 100-130 kali/menit).
3) Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
4) Napas cuping hidung tidak ada.
Rencana intervensi:
1) Evaluasi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya
pernapasan seperti dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan.
Rasional: kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri,
penurunan volume sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi
abnormal dapat mencegah komplikasi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi tinggi bila tidak ada
kontraindikasi. .
16
Rasional: merangsang ekspansi paru. efektif pada pencegahan dan
perbaikan kongesti paru.
3) Berikan oksigen dengan head box atau sesuai indikasi
Rasional: meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan
sirkulasi.
4) Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium ( AGD ).
Rasional: untuk memantau kefektifan terapi pernapasan dan mencatat
terjadinya komplikasi.
17
4) Akral hangat.
5) Tidak terjadi penurunan kesadaran.
Rencana intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman bernapas dan suara nafas.
Rasional: takipnea, pernapasan yang dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
2) Tempatkan pasien dalam incubator.
Rasional: mempertahankan suhu tubuh pasien, mencegah hipotermia,
memperbaiki metabolisme jaringan.
3) Pantau tanda vital.
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi
lebih lanjut dan mengetahuai perubahan sesegera mungkin.
4) Pantau tingkat kesadaran .
Rasional: kekurangan aliran oksigen ke otak dapat menyebabkan hipoksia
sel-sel otak, kematian jaringan otak dan terjadinya penurunan tingkat
kesadaran .
5) Pantau tanda-tanda sianosis, warna kulit, akral perifer.
Rasional: sianosis, kulit pucat, akral dingin adalah salah satu tanda
hipoksia jaringan yang berat akibat perfusi yang tidak adekuat.
6) Kolaborasi: pertahankan pemberian O2 sesuai indikasi (Head box 5-10
lt/mnt).
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 90 mmHg.
7) Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap.
Rasional: Hb yang rendah (<10 gr/dl) mempengaruhi suplay oksigen ke
jaringan.
4. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil yaitu bersihan jalan nafas efektif, pola nafas
efektif, tidak terjadi kerusakan pertukaran gas, perfusi jaringan adekuat, tidak
terjadi hipertermi.
18
PATHWAY
masuk ke
masuk mll plasenta mll sal nafas menyebar ke paru Chorionic
Plate
RBC,WBC, cairan
keluar masuk alveoli Hipertermi
19
DAFTAR PUSTAKA
Neonatal. 2005;90;211-219
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/967822overview#aw2aab6b2b4aa
8. Khan NA, Irion LK, Mohammed ES. Neonatal Pneumonia Imaging. Medscape.
10. Holmes JE, Misra RR. Pneumonia. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge
11. Heller OJ. Slovis LT. Hoshi Aparana. The Chest in the Neonate and Young
Infant. Pediatric Radiology. New York. Springer 2005. 3rd. p64-94
12. Sutton D. The Pediatric Chest. Textbook of Radiology and Imaging. UK.
20
13. Stack C, Dobbs P. Pneumonia. Essentials of Pediatrics Intensive Care. New
15. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, et al: The Management of Community-
cid.oxfordjournal.org
21