HERNIA INGUINAL
Disusun Oleh :
ROSA MAYANGSARI
180070300111048
KELOMPOK 1A
3. Anatomi Hernia
Sjamsuhidayat (2009), mengemukakan bahwa hernia terdiri atas
cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Laniyati et al
(2000), hernia terdiri atas orifisium hernia dan kantung hernia.
Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari
abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum
dari kantung hernia berhubungan dengan orifisium. Hernia disebut
eksterna jika kantung menonjol secara lengkap melalui dinding
abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral.
Menurut Henry dan Tompson (2009), Isi hernia bervariasi,
tetapi yang paling sering adalah organ dalam. pada abdomen isi
terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Meskipun tidak
sering, bagian lain dari abdomen pun juga dapat masuk menjadi isi
hernia seperti:
a. Usus besar dan apendiks.
b. Divertikulum Meckel
c. Vesica Urinaria
d. Ovarium dengan atau tanpa tuba falopi
e. Cairan asites
4. Klasifikasi Hernia
a. Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas:
1. Hernia bawaan atau kongenital.
Sjamsuhidayat (2009) mengemukakan bahwa pada hernia
kongenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi
sebagai akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan
intra uteri. Kantong yang terbentuk akibat lemahnya celah
abdominal (congenital defect) yang merupakan bawaan sejak
lahir (Priyatna, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita.
Hernia ini merupakan hernia yang didapat seseorang akibat
beberapa faktor, salah satunya seperti mengangkat benda yang
terlalu berat. Hernia akuisita terbagi menjadi 2 tipe (Henry &
Thompson, 2009
b. Berdasarkan letaknya, hernia terbagi atas:
a) Hernia Inguinal.
1) Inguinalis , terbagi lagi menjadi :
Indirek / lateralis : hernia ini terjadi melalui cincin
inguinalis dan melewati corda spermatikus melalui kanalis
inguinalis. Umumnya terjadi pada pria dan wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke scrotum.
Direk / medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di
area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis. Umumnya pada lansia.
2) Femoralis : terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak
di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk ke dalam kantung.
3) Umbilikal : pada orang dewasa umumnya pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Biasanya pada klien
gemuk dan wanita multipara.
5. Patofisiologi hernia inguinalis.
Hernia inguinalis terjadi di lipatan paha. Di lipatan paha
terdapat suatu area yang disebut kanal inguinal. Kanal inguinal adalah
saluran atau lubang alami yang menembus otot-otot dinding perut.
Kanal inguinal membentuk jalan bagi testis untuk turun dari rongga
perut ke kantong skrotum. Pada umumnya, setiap kanal menutup
sebelum atau segera setelah lahir. Jika lubang ini tidak menutup, akan
terlihat benjolan di regio tersebut atau pembengkakan skrotum.
benjolan tersebut dapat terisi oleh usus maupun omentum lalu
menonjol keluar. Hernia ini bisa bersifat bawaan lahir atau didapatkan
selama masa dewasa. Hernia ini lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita (Leyner & Goldberg, 2009). Secara sederhana hernia inguinalis
terjadi akibat penutupan tuba (prosesus vaginalis) yang tidak lengkap
antara abdomen dan skrotum (atau uterus pada wanita). hal ini
menyebabkan turunnya sebagian intestine (Hany, 2009).
6. Manifestasi klinis hernia inguinalis.
1. Berupa benjolan keluar masuk / keras
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing.
7. Pemeriksaan penunjang hernia inguinalis.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hernia adalah
(Henry & Thompson, 2009) :
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam
kavum peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan
pada bayi untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin.
Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada
pasien dengan nyeri kronis pada groin.
2. USG
Ultra Sonografi (USG) sering digunakan untuk menilai hernia yang
sulit dilihat secara klinis, misalnya pada Spigelian hernia.
3. CT dan MRI
CT (Computerized Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi
misalnya pada hernia obturator.
NO Intervensi Rasional
1 Pertahankan keadaan Untuk mempertahankan keadaan
asepsis selama asepsis selama operasi
pembedahan berlangsung
2 Atur posisi yang sesuai Posisi yang sesuai diperlukan
untuk pasien untuk memudahkan pembedahan
dan menjamin keamanan fisiologis
pasien, posisi yang diberikan pada
saat pembedahan disesuaikan
dengan kondisi pasien
3 Bantu penutupan luka Untuk mencegah kontaminasi
operasi luka, mengabsorbsi drainage, dan
membantu penutupan insisis, jika
penyembuhan luka terjadi tanpa
komplikasi, jahitan bisa dibuka
biasanya selama 7-10 hari
tergantung letak lukanya
4 Monitor terjadinya Monitoring keadaan hipothermi
hipotermi diperlukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi berupa
kerusakan system syaraf pusat atau
bahkan kematian. Monitoring
secara kontinyu diperlukan untuk
menentukan tindakan pencegahan
dan penanganan sedini mungkin
sehingga tidak menimbulkan
komplikasi yang dapat merugikan
pasien
5 Siapkan kamar bedah 1.beberapa jenis pembedahan
yang sesuai dengan tertentu akan dilaksanakan pada
operasi pasien Hernia ruangan atau kamar bedah
inguinalis lateral. tertentu
2.Parawat sirkuler melakukan
persiapan tempat operasi sesuai
prosedur yang biasa dan jenis
pembedahan yang akan
dilaksanakan.Tim bedah harus
diberitahau jika terjadi kelainan
kulit yang menjadi
kontraindikasi pembedahan
3.Perawat sirkuler memeriksa
kebersihan dan kerapian ruang
operasi sebelum pembedahan
perawat sirkuler juga harus
memastikan bahwa peralatan
telah siap dan dapat digunakan .
Apabila prosedur ini tidak
dilaksanakan, maka dapat
menyebabkan
penundaan/kesulitan dalam
pembedahan
6 Siapkan sarana Sarana pendukung seperti kateter
pendukung pembedahan urine lengkap, alat penghisap
lengkap dalam kondisi siap pakai
7 Siapkan alat hemsotatis Alat hemostatis merupakan
dan cadangan alat dalam fondasi dari tindakan operasi untuk
kondisi siap pakai mencegah terjadinya pendarahan
serius akibat kerusakan pembuluh
darah arteri. Perawat memeriksa
kemampuan alat tersebut untuk
menghindari cidera akibat
pendarahan intra operatif
8 Siapkan meja dan asesori Meja bedah akan disiapkan
pelengkap sesuai dengan perawat sirkuler dan disesuaikan
jenis pembedahan dengan jenis pembedahan. Perawat
sirkulasi mempersiapkan aksesori
tambahan meja bedah agar dalam
pegaturan posisi dapat efektif dan
efisien
9 Bantu ahli bedah pada Membantu ahli bedah pada saat
saat dimulainya inisisi dimulainya inisisi
10 Hitung jumlah instrument Perhitungan jumlah instrument dan
dan kassa kassa disaksikan oleh semua tim
operasi. Kesesuaian antara jumlah
penggunaan instrument dan kassa
sebelum dan sesudah operasi
sangat berperan penting untuk
menghindari terjadinya
tertinggalnya instrument selama
tindakan intraoperatif
NO Intervensi Rasional
1 Observasi reaksi Untuk mengetahui skala nyeri
nonverbal dari ketidak sehingga intervensi lebih tepat
nyamanan
2 Gunakan teknik Agar klien merasa nyaman dan
komunikasi teraputik tidak memperburuk suasana hati
3 Berikan posisi nyaman Untuk mengurangi faktor pencetus
rasa nyeri
4 Ajarkan teknik relaksasi Teknik relaksasi nafas dalam dapat
nafas dalam merilekskan otot-otot sehingga
mengurangi rasa nyeri
5 Kolaborasi dengan tim Analgesik membantu menredakan
medis dalam pemberian sensasi nyeri pada pasien
analgesic
NO Intervensi Rasional
1 Kolaborasi dengan Pasien yang mengalami perubahan
anasthesi : Awasi tanda tanda vital beresiko untuk syok
vital bedah atau septic sehubungan
dengan manipulasi atau
instrumentasi
2 Observasi dan drainage Adanya drain dapat meningkatkan
luka resiko infeksi yang diindikasikan
dengan eritema dan drainage
purulen
3 Pantau suhu tubuh dan Mencegah terjadinya infeksi
frekuensi nadi,
perubahan jenis atau
peningkatan area
kemerahan dan nyeri
tekan disekitar tempat
operasi
4 Kolaborasi dengan tim Antibiotik mencegah terjadinya
medis dalam pemberian infeksi luka pada pasien
antibiotic
5 Kaji ulang identitas dan 1. Perawat ruang operasi
pemeriksaan diagnostik memeriksa kembali riwayat
kesehatan, hasil pemeriksaan.
2. Riwayat kesehatan yang
mempunyai resiko penurunan
imunitas
3. Hasil pemeriksaan darah
albumin untuk menentukan
aktifitas agen obat dan
pertumbuhan jaringan luka
6 Siapkan sarana scrub Sarana scrub meliputi cairan
antiseptic , cuci tangan pada
tempatnya, gaun yang terdiri dari
gaun kedap air dan baju bedah
steril, duk tertutup, dalam kondisi
lengkap dan siap pakai
7 Periksa adanya Manajemen instrument dari
perubahan dalam status perawat scrub sebelum
mental dan sensori pembedahan disesuaikan dengan
jenis pembedahan. Sebagai
antisipasi jika diperlukan
instrument tambahan, perawat
mempersiapkan alat cadangan
dalam suatu tromol steril yang akan
memudahkan pengambilan apabila
diperlukan tambahan alat
instrument
8 Lakukan manajemen Manajemen asepsis selalu
asepsis prabedah berhubungan dengan pembedahan
dan perawatan perioperatif. Asepsis
prabedah meliputi tehnik
aseptik/pelaksanaan scrubing cuci
tangan
9 Lakukan manajemen 1. Manajemen asepsis dilakukan
asepsis intra operasi untuk menghindari kontak
dengan zona steril, pemakaian
sarung tangan, persiapan kulit,
pemasangan duk, penyerahan
alat yang diperlukan petugas
scrub dengan perawat sirkulasi
10 Jaga kesterilan alat yang Kesterilan alat untuk operasi
digunakan untuk operasi dilakukan dengan pengecekan
indikator steril dan tanggal
pensterilan alat serta menjaga alat-
alat untuk operasi supaya tidak
terkontaminasi
11 Lakukan penutupan luka Penutupan luka bertujuan untuk
pembedahan menurunkan resiko infeksi.
Perawat biasanya memasang
sufratul, menutup dengan kassa
steril dan difiksasi dengan hepafik
12 Kolaborasi dengan tim Melakukan kolaborasi dengan tim
medis medis mengenai pemberian obat
antibiotic dan tata cara perawatan
luka post operasi
NO Intervensi Rasional
1 Kaji dan monitor tanda- Untuk mengetahui tingkat
tanda vital klien hipotermi sehingga intervensi lebih
tepat
2 Berikan pakaian/selimut Untuk mengurangi klien
yang hangat, tebal kehilangan panas tubuh
3 Selimuti bagian tubuh Untuk mengurangi klien
yang terbuka (ujung kehilangan panas tubuh
peripheral)
4 Bila perlu turunkan suhu Terpapar suhu ruangan yang dingin
ruangan dapat menambah faktor penurun
suhu tubuh
5 Bila perlu hangatkan Cairan dingin yang masuk dalam
cairan intravena/darah intravena juga dapat membantu
transfusi terlebih dahulu menurunkan suhu tubuh
6 Kolaborasi dengan tim Teknik diberikan seperti pemberian
medis untuk hipotermia obat-obat an yang dapat
berat dengan teknik mempengaruhi termoregulasi,
menghangatkan suhu inti ataupun dengan teknik kompres
tubuh hangat.
DAFTAR PUSTAKA