M
Trainer QHSE | Assessor | Lead Auditor ISO 45K |
Auditor SMK3 | ISO |HIPERKES | Dosen | Konsultan |
089507440002 |meirizalarieputra@gmail.com | Ig
@meirizal_trainerk3
1
DISKUSI
1.Apa saja sumber bahaya yang
ada di tempat kerja saudara?
2.Apa program kesehatan kerja di
perusahaan saudara?
3.Apakah sudah dilakukan evaluasi
terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja?
2
Industrialisasi
Penggunaan mesin, peralatan, bahan, lingkungan,
cara kerja, proses produksi dan sifat pekerjaan
T
Dampak/Risiko : U Masalah terkait :
1. Tenaga Kerja : J • NARKOBA
- Kecelakaan kerja
- Peny. Umum & Akibat U • HIV & AIDS
Kerja A • Tuberculosis
2. Perusahaan : N (TB)
- Loss • Flu Burung
- Kualitas & kuantitas
produk • Covid-19 dll.
- Kelangsungan usaha
3. Lingkungan : PRODUKTIVITAS
- Pencemaran
- Global Warming KERJA
3
Perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja
Adanya sumber bahaya di tempat kerja
yang berpotensi dan berisiko
menyebabkan kecelakaan dan PAK (UU No.
1/1970):
Mesin, Pesawat, alat, bahan
Lingkungan
Cara Kerja
Sifat Pekerjaan
Proses produksi
Kewajiban melaksanakan syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja
Lebih dari 50% berisi syarat-syarat
kesehatan kerja
4
SYARAT-SYARAT K3
TUJUAN :
1. Menghindarkan risiko (Avoiding of Risk)
2. Mencegah kecelakaan kerja
(Preventing of Accident)
3. Mengurangi Konsekuensi/ akibat yang ditimbulkan
oleh kecelakaan kerja (Mitigating of Consequency)
DITETAPKAN MELALUI :
1. PENDEKATAN TEKNIS
(Technical Approach)
2. PENDEKATAN PROSEDUR
(Procedural Approach)
3. PENDEKATAN FAKTOR MANUSIA
(Human Approach) 5
UU NO. 1 TAHUN 1970
KESELAMATAN KERJA
Syarat-syarat Syarat-syarat
Pencegahan Pencegahan
Kecelakaan Kerja Penyakit Akibat Kerja
Kesehatan
Keselamatan
Kerja
Kerja
6
1. UU No. 13 tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan
2. UU No. 1 Tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja
3. Perpres R.I No. 07 tahun 2019 ttg Penyakit
Akibat Kerja
4. Permenaker No.5 Tahun 2018 ttg K3
Lingkungan Kerja
5. Permenakertrans No. Per. 01/1976 ttg
Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan
6. Permenakertrans No. Per. 01/1979 ttg
Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Paramedis
Perusahaan 7
7. Permenakertrans No.02/1980 ttg
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
8. Permenakertrans No.01/1981 ttg
Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
9. Permenakertrans No.03/Men/1982
ttg Pelayanan Kesehatan Kerja.
8
10. Kepmenakertrans No.68/2004 ttg
Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja.
11. Permennakertrans No.11/2005 ttg
Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) di Tempat Kerja
12. Permenakertrans No.25/2008 ttg Pedoman
Diagnosis Dan Penilaian Cacat Karena
Kecelakaan Dan PAK
13. Permennakertrans No.15/2008 ttg P3K di
Tempat Kerja. 9
14. SE. Dirjen Binawas No. SE.
86/BW/1989 tentang Perusahaan
Catering Yang Mengelola Makanan Bagi
Tenaga Kerja
15. Kepdirjen Binwasnaker No.22/2008
tentang Juknis Penyelenggaraan PKK
16. Kepdirjen Binwasnaker No.53/2009
tentang Pedoman Pelatihan dan
Pemberian Lisensi Petugas P3K di
Tempat Kerja
10
17. Kepdirjen Binwasnaker No.20
Tahun 2005 ttg Juknis Program
P2 HIV AIDS di Tempat Kerja
18. Kepdirjen Binwasnaker No.44
Tahun 2012 ttg Penghargaan
Program P2 HIV AIDS di Tempat
Kerja
11
12
Pengertian Kesehatan Kerja menurut
Joint ILO/WHO Committee tahun 1995:
• Promosi dan pemeliharaan kesehatan fisik,
mental dan sosial dari pekerja;
• Pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja
yang disebabkan oleh kondisi kerja;
• Perlindungan pekerja dari risiko akibat
faktor-faktor yang mengganggu kesehatan;
• Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikologisnya;
• Penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia terhadap pekerjaannya.
13
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kesehatan dan Produktivitas Tenaga Kerja
16
A. PENYELENGGARAAN PKK
PERMENNAKERTRANS NO.03/MEN/1982
1. Pengesahan
2. Penanggung Jawab
3. Pelaksana
4. Sarana
5. Tatacara Penyelenggaraan
6. Program
7. Pelaporan
17
1. Pengesahan Penyelenggaraan PKK
18
Lampiran Permohonan Pengesahan PKK
Tenaga pelaksana
Pelatihan hiperkes(dokter,paramedis)
Mematuhi etika profesi sesuai kode
etik dan peraturan perundangan (STR,
SIP)
Tenaga administrasi
22
4.Sarana
Jenis
No Bentuk Kegiatan
Pelayanan
1. Preventif Pembinaan kesehatan kerja kepada tenaga kerja
dan promotif minimal 1 bulan sekali
Pengawasan dan pembinaan lingkungan kerja
minimal 2 bulan sekali
2. Kuratif dan Memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
rehabilitatif selama hari kerja dan selama ada shift kerja jika
jumlah TK 500 orang atau lebih
Pelayanan oleh dokter perusahaan setiap hari
kerja
Pelayanan oleh paramedis/perawat dapat
dilakukan untuk shift kerja ke-2 dan seterusnya.
3. Rujukan Dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap apabila ada kasus kesehatan yang
tidak dapat ditangani di dalam perusahaan
26
Tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja melalui
kerja sama dengan pihak di luar perusahaan (1)
Kriteria
No Cara Pelayanan
perusahaan
Perusahaan Kuratif,
dengan Rehabilitati
A Preventif dan Promotif
tingkat risiko f&
tinggi Rujukan
1. Jumlah pembinaan dan pengawasan
tenaga kerja kesehatan kerja dan diberikan
200 s.d 500 lingkungan kerja minimal selama jam
orang setiap 2 bulan sekali kerja
31
Pelaporan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
a
sehat sehat sehat
b
sehat sehat sakit sakit
c
sehat sehat meninggal
d
sehat sehat sehat sakit
34
B. PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
Menilai kemampuan TK :
TK yang diterima sehat
Tidak mempunyai penyakit menular
Cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan
TUJUAN
37
Tujuan Pemeriksaan Kesehatan TK
Rikes awal (sebelum kerja) :
• TK yang diterima sehat
• Tidak mempunyai penyakit menular
• Cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan
Rikes khusus :
• Menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu.
• Menilai thd. TK atau golongan TK tertentu.
38
Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan
terhadap:
• Tk yang telah mengalami kecelakaan atau
penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih
dari 2 (dua) minggu.
• Tk yang berusia diatas 40 tahun / tenaga kerja
wanita / tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja
muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
• Tk yang terdapat dugaan gangguan kesehatannya.
• Apabila terdapat keluhan diantara tenaga kerja /
atas pengamatan pegawai pengawas, / atas
penilaian Balai Hyperkes / atas pendapat umum
dimasyarakat. 39
MEKANISME PEMERIKSAAN
KESEHATAN TENAGA KERJA
•PERSIAPAN •Perencanaan
•Pedoman
•Awal
•MEKANISME •PELAKSANAAN •Berkala
Perpres Penyakit
No. 07 tahun 2019 yang
Penyakit Akibat Kerja disebabkan
oleh
Permennakertrans
No. Per. 01/Men/1981
pekerjaan
dan/atau
Penyakit Akibat Kerja lingkungan
kerja 42
PENYAKIT AKIBAT KERJA
• Artifisial = timbulnya karena
adanya pekerjaan/Lingker
• Terdapat hubungan sebab-akibat
• Man made Diseases = penyakit
buatan manusia
• Dapat dicegah
• PAK berhak mendapatkan
kompensasi (compensable) 43
PENYAKIT TERKAIT KERJA
(Work Related Diseases)
49
Contoh Penyakit Akibat Kerja
Faktor Biologi
60
PRINSIP2 PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
1. Pencegahan Primer/Awal, dilakukan sedini
mungkin sebelum kasus terjadi
2. Pencegahan Sekunder, dilakukan apabila
sudah terdapat tanda-tanda atau gejala
adanya PAK
3. Pencegahan Tersier, melalui tindakan
penanganan terhadap kasus PAK yang
sudah terjadi agar masih dapat
dioptimalkan fungsi
PENTING :
PAK sering tidak dapat disembuhkan, sehingga upaya
pencegahan (preventif dan promotif) harus diutamakan
61
UPAYA PENGENDALIAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)
PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF
62
PENANGANAN PEKERJA DG PAK:
63
MEKANISME PENYELESAIAN KASUS PAK
Laporan tahap I tidak lebih 2 x 24 jam sejak menerima diagnosis dari dokter yang merawat (KK2
Form Jamsostek 3)
Laporan tahap II tidak lebih 2 x 24 jam setelah KK3 Form Jamsostek 3a setelah menerima surat
keterangan dokter (KK5 Form Jamsostek 3c)
Pengajuan pembayaran : FC kartu peserta, surat keterangan dokter (bentuk KK5 Form Jamsostek
3c), kwitansi, dokumen lain
Apabila terjadi perbedaan pendapat besarnya prosentase cacat dapat meminta penetapan
pegawai pengawas
Berdasarkan pertimbangan medis dokter penasehat, pegawai pengawas membuat penetapan dan
memerintahkan melaksanakan penetapan
64
Persentase Santunan Cacat Tetap Sebagian Anatomis
& Cacat-cacat lainnya Sesuai PP 82/2019
%x
Macam Cacat Tetap Sebagian Upah
1. Lengan kanan dr sendi bahu ke bwh (untuk 40
kidal berlaku sebaliknya)
2. Lengan kiri dr sendi bahu ke bwh 35
3. Lengan kanan dr atau dr atas siku ke bwh (untuk 35
kidal berlaku sebaliknya)
4. Lengan kiri dr atau dr atas siku ke bwh 30
5. Tangan kanan dr atau dr atas pergelangan ke 32
bwh
6. Tangan kiri dr atau dr atas pergelangan ke bwh
(untuk kidal berlaku sebaliknya) 28
65
%x
Macam Cacat Tetap Sebagian Upah
1. Kedua belah kaki dr pangkal paha ke 70
bwh
2. Sebelah kaki dr pangkal paha ke bwh 35
3. Kedua belah kaki dr mata kaki ke 50
bwh
4. Sebelah kaki dr mata kaki ke bwh 25
5. Kedua belah mata 70
6. Sebelah mata atau diplopia pd 35
penglihatan dekat 66
%x
Macam Cacat Tetap Sebagian Upah
13. Pendengaran pd kedua belah telinga 40
14. Pendengaran pd sebelah telinga 20
15. Ibu jari tangan kanan 15
16. Ibu jari tangan kiri 12
17. Telunjuk tangan kanan 9
18. Telunjuk tangan kiri 7
19. Salah satu jari lain tangan kanan 4
20. Salah satu jari lain tangan kiri 3
21. Ruas pertama telunjuk kanan 4,5
22. Ruas pertama telunjuk kiri 3,5
23. Ruas pertama jari lain tangan kanan 2
24. Ruas pertama jari lain tangan kiri 1,5
25. Salah satu ibu jari kaki 5
67
26. Salah satu jari telunjuk kaki 3
%x
Macam Cacat Tetap Sebagian Upah
27. Salah satu jari kaki lain 2
28. Terkelupasnya kulit kepala 10-30
29. Impotensi 40
30. Kaki memendek sebelah : Kurang dr 5 cm 10
5 – 7,5 cm 20
7,5 atau lebih 30
31. Penurunan daya dengar kedua belah telinga setiap 10 Db. 6
32. Penurunan daya dengar sebelah telinga stp 10 Db. 3
33. Kehilangan daun telinga sebelah 5
34. Kehilangan kedua belah daun telinga 10
35. Cacad hilangnya cuping hidup 30
36. Perforasi sekat rongga hidung 15
37. Kehilangan daya penciuman 10
68
%x
Macam Cacat Tetap Sebagian Upah
38. Hilangnya kemampuan kerja phisik
50% – 70% 40
25% – 50% 20
10% – 25% 5
39. Hilangnya kemampuan kerja mental tetap 70
40. Kehilangan sebgn fungsi penglihatan stp kehilangan 7
efisiensi tajam penglihatan 10%
41. Apabila efisiensi penglihatan kanan dan kiri berbeda, 7
maka efisiensi penglihatan binokuler dgn rumus
kehilangan eff penglihatan (3 x % eff penglihatan terbaik)
+ % eff penglht terburuk. Setiap kehilangan eff tajam
penglihatan 10%
42. Kehilangan penglihatan warna 10
43. Setiap kehilangan lapangan pandang 10% 7
69
PROSEDUR PELAPORAN PAK DAN PENGAJUAN JAMINAN
KECELAKAAN KERJA
PT. Jamsostek
Disnaker
Tidak setuju
setuju
Dokter penasehat
Disnaker Prop. Tk Propinsi Kompensasi
Tidak setuju
70
PERMASALAHAN PAK
72
C.
PELAKSANAAN P3K DI TEMPAT KERJA
Permenaker No 15 Tahun 2008
73
C. PELAKSANAAN P3K DI TEMPAT
KERJA
• Dasar :
– UU No.1 Tahun 1970
– PP No.50 Tahun 2012
– Permennakertrans No. Per.03/Men/1982
– Permennakertrans No. Per.15/Men/2008
– Kepdirjen PPK No. 53/DJPPK/2009
74
PELAKSANAAN P3K DI TEMPAT KERJA
• Pengertian :
P3K di tempat kerja :
Upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat
dan tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain
yang berada di tempat kerja yang mengalami
sakit/cidera di tempat kerja.
1. Menilai situasi
a. Mengenali bahaya diri sendiri dan orang
lain
b. Memperhatikan sumber bahaya
c. Memperhatikan jenis pertolongan
d. Memperhatikan adanya bahaya susulan
78
Pemberian Pertolongan
2. Mengamankan Tempat Kejadian
a. Memperhatikan penyebab kecelakaan
b. Utamakan keselamatan diri sendiri
c. Singkirkan sumber bahaya yang ada (putuskan
aliran dan matikan sumber)
d. Hilangkan faktor bahaya misal dengan
menghidupkan exhaus ventilasi, jauhkan
sumber)
e. Evakuasi korban dengan cara aman dan
memperhatikan keselamatan diri sendiri
(dengan APD).
79
Pemberian Pertolongan
3. Memberikan pertolongan
a. Menilai kondisi korban dan tentukan status
korban dan prioritas tindakan
b. Berikan pertolongan sesuai status korban
Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari
tubuh
Bila ada tanda henti nafas dan jantung berikan
resusitasi Jantung paru
Selimuti korban
Bila luka ringan obati seperlunya (luka bakar ringan).
Bila luka berat carikan pertolongan ke RS/dokter.
80
Petugas P3K di Tempat
Kerja
• Memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K
dari Instansi yang bertanggung jawab di
bidang Ketenagakerjaan setempat
• Syarat mendapatkan lisensi :
– Bekerja pada perusahaan bersangkutan
– Sehat jasmani dan rohani
– Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K
– Memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar
di bidang P3K di tempat kerja yang
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan
81
PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA
82
RASIO JUMLAH PETUGAS P3K DI TEMPAT
KERJA DENGAN JUMLAH PEKERJA
BERDASARKAN KLASIFIKASI TEMPAT KERJA
83
Petugas P3K di Tempat Kerja
Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas
P3K pada :
• Tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500
meter atau lebih sesuai jumlah pekerja/buruh
dan potensi bahaya di tempat kerja;
• Tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di
gedung bertingkat sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat
kerja;
• Tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai
jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di
tempat kerja 84
PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA
86
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA
88
Ruang P3K
Wajib menyediakan ruang P3K di tempat kerja, bila mempekerjakan :
• 100 orang atau lebih;
• kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi .
Persyaratan ruang P3K, meliputi :
a. lokasi ruang P3K :
• dekat dengan toilet/kamar mandi;
• dekat jalan keluar;
• mudah dijangkau dari area kerja; dan
• dekat dengan tempat parkir kendaraan.
b. Luas minimal : menampung satu tempat tidur pasien dan ada ruang
gerak petugas P3K serta fasilitas P3K lainnya;
c. bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang
cukup lebar untuk memindahkan korban;
d. diberi tanda dengan papan nama jelas dan mudah dilihat;
89
Kotak P3K
Persyaratan Kotak P3K :
– terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K berwarna hijau;
– tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di
tempat kerja;
– isi kotak P3K
90
Penempatan Kotak P3K di tempat Kerja
• Mudah dilihat, dijangkau, diberi tanda arah
yang jelas, cukup cahaya, mudah diangkat
• Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja
berjarak 500 meter atau lebih masing-
masing unit kerja harus menyediakan
kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh;
• Dalam hal tempat kerja pada lantai yang
berbeda di gedung bertingkat, maka
masing-masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K sesuai jumlah
pekerja/buruh
91
ISI KOTAK P3K
No. ISI Kotak A Kotak B Kotak C
(Untuk 25 (untuk 50 (untuk 100
Pekerja atau Pekerja atau Pekerja atau
kurang) kurang) kurang)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3. Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 2 3
7. Kain segitiga/mittela 2 4 6
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10. Sarung tangan sekali pakai (pasangan) 2 3 4
11. Masker 2 4 6
12. Pinset 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15 Kantong plastik bersih 1 2 3
16 Aquades (100 ml lar. Saline) 1 1 1
17. Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
18. Alkohol 70% 1 1 1
19. Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
20. Buku catatan 1 1 1
21. Daftar isi kotak 1 1 1
92
JUMLAH PEKERJA/BURUH, JENIS DAN JUMLAH
KOTAK P3K
93
CONTOH KASUS
Latihan Kasus Perdarahan
Contoh Tindakan Korban Tidak Sadar
D - DANGER - BAHAYA
R - RESPONSE – KESADARAN
S - SIGNS OF LIFE – TANDA KEHIDUPAN
C - COMPRESSION - KOMPRESI
A - AIRWAY - JALAN NAPAS
B - BREATHING - PERNAPASAN
D.
PENYELENGGARAAN MAKANAN BAGI TENAGA
KERJA
SE. Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989
tentang Perusahaan Catering Yang
Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja
99
D. PENYELENGGARAAN MAKANAN BAGI TENAGA KERJA
• Dasar :
– UU No. 1 Tahun 1970
– Permenaker No. Per. 03/Men/1982
– SE Menakertrans No.01/Men/1979
– SE Dirjen Binawas No. 86 Tahun 1989
– Ins. Menaker No. Ins. 03/M/BW/1999
• Bentuk Penyelenggaraan
• Penyediaan ruang makan
• Penyelenggaraan kantin / katering perusahaan
• Penyelenggaraan makanan melalui Perusahaan
katering
• Fasilitas (higiene dan sanitasi)
• Petugas Katering
• Rekomendasi
• Pembinaan gizi kerja 100
Peraturan Perundangan Yang Terkait
101
Peraturan Perundangan Yang Terkait
102
Peraturan Perundangan Yang Terkait
104
Penyelenggaraan Makanan
106
Kebutuhan Zat Gizi
107
PENYELENGGARAAN MAKANAN BAGI TENAGA KERJA
Pemahaman
Pengurus dan
Pekerja
Cara Kasus
Menyediakan Keracunan
Makanan Makanan
MASALAH
Diberikan
Kapan Uang
diberikan Makan
Berapa
Kalori
diberikan
108
KEUNTUNGAN MEMBERIKAN MAKANAN BAGI TENAGA KERJA
Kemampuan
Kerja
Produktivitas
Kesehatan
KEUNTUNGAN Mengatasi
Kelelahan
Absensi
Hubungan Senang
Pekerja Motivasi kerja
Pengusaha Gairah kerja
109
Petugas /Penjamah
111
E.Program P2 HIV dan AIDS di Tempat Kerja
• Dasar :
– Kepmenaker No. 68/Men/2004
– Kepdirjen PPK No. 20/DJPPK/2005)
• Kewajiban :
– Pengusaha :
• Menetapkan kebijakan
• Mengkomunikasikan kebijakan
• Perlindungan pekerja/buruh
• Menerapkan prosedur K3 khusus
– Serikat Pekerja/Serikat Buruh
– Pemerintah 112
ALASAN : MENGAPA DIPERLUKAN
PENCEGAHAN HIV/AIDS DI DUNIA KERJA ?
1) Lebih dari 90% kasus pada kelompok
usia produktif (tulang punggung
pembangunan dan bisnis)
2) Tempat kerja adalah tempat strategis
untuk melakukan intervensi, untuk
menjangkau usia kerja
3) Epidemi AIDS berdampak terhadap
dunia bisnis (produktivitas, biaya TK).
113
ALASAN : MENGAPA DIPERLUKAN
PENCEGAHAN HIV/AIDS DI DUNIA KERJA ?
4) Banyak pekerja yang bekerja dengan situasi
dan pola kerja yang berisiko tinggi terhadap
terjangkitnya HIV/AIDS.
5) Banyak pekerja berisiko terinfeksi HIV dalam
pekerjaan yang dilakukan; spt. Pelayanan
kesehatan.
6) Pengetahuan tentang HIV/AIDS rendah
sehingga menimbulkan tindak dan sikap
stigma dan diskriminasi (mengancam prinsip
dasar dan hak bekerja, dan mengurangi upaya
untuk pencegahan dan perawatan).
114
KEPMENNAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/IV/2004
Pasal 3 :
• Pekerja/Buruh dengan HIV/AIDS berhak
mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kerja
sama dengan pekerja/buruh lainnya sesuai
dengan peraturan per-UU-an yang berlaku
115
KEPMENNAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/IV/2004
Pasal 5 :
(1) Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes
HIV untuk digunakan sebagai prasarat suatu proses
rekrutment atau kelanjutan status pekerja/buruh
atau kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.
(2) Tes HIV hanya dapat dilakukan atas dasar sukarela
dengan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh
(3) Apabila tes HIV dilakukan, pengusaha atau
pengurus wajib menyediakan konseling
sebelum dan sesudah tes
116
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
DI TEMPAT KERJA
KEPDIRJEN PPK NO. KEP. 20/DJPPK/VI/2005
TUJUAN :
Sebagai Pedoman Bagi Pengusaha dan Pekerja/Buruh Dalam
Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di
Tempat Kerja melalui Program K3.
117
KEBIJAKAN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Bentuk kebijakan :
i. Diintegrasikan dalam kebijakan K3
ii. Atau secara tersendiri
118
KEBIJAKAN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Isi kebijakan :
i. Pernyataan komitmen pengusaha/pengurus
ii. Mengembangkan strategi dan promosi program
iii. Memberikan pendidikan kepada pekerja buruh
iv. Memberikan informasi tentang pelayanan testing, konseling
dan pelayanan yg dibutuhkan
v. Dilarang mewajibkan tes HIV
vi. Melarang segala bentuk stigmatisasi dan diskriminasi
vii. Menjaga kerahasiaan identitas pekerja/buruh dengan
HIV/AIDS
119
KEBIJAKAN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Penerapan kebijakan :
i. Membuat kebijakan tertulis
ii. Mengkomunikasikan kebijakan
iii. Menyusun rencana pelaksanaan pendidikan melalui
program P2K3 dan PKK yang sudah ada
iv. Melaksanakan program
v. Mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program
120
PENDIDIKAN
PEKERJA/BURUH DI TEMPAT KERJA
STRATEGI PENDIDIKAN :
i. Menyusun program pendidikan
ii. Melaksanakan pendidikan secara
berkesinambungan
iii. Memanfaatkan P2K3 dan atau PKK
121
PENDIDIKAN
PEKERJA/BURUH DI TEMPAT KERJA
PELAKSANAAN PENDIDIKAN :
i. Membentuk subkomite dalam kepengurusan P2K3 atau
PKK;
ii. Mempersiapkan dan membekali anggota P2K3 dan/ atau
personil PKK serta pekerja/buruh yang dipilih sebagai
penyuluh;
iii. Anggota P2K3 dan/atau personil PKK serta pekerja/
buruh yang dipilih setelah dididik wajib
menyelenggarakan pendidikan kpd seluruh
pekerja/buruh;
iv. Pekerja/buruh yang dipilih dan sudah dididik ditugaskan
untuk :
Menyebarluaskan informasi
Mempengaruhi pekerja/buruh
Memantau perilaku pekerja/buruh yang berisiko
122
terhadap penularan HIV/AIDS
PENDIDIKAN PEKERJA/BURUH DI TEMPAT
KERJA
CAKUPAN PENDIDIKAN :
i. Penjelasan ttg HIV/AIDS, cara
penularan dan pencegahannya
ii. Penjelasan IMS salah satu faktor
risiko terinfeksi HIV/AIDS
iii. Pemberian informasi ttg layanan
pengobatan IMS, VCT
iv. Penjelasan peraturan perundang-
undangan
v. Metode pendidikan bersifat interaktif
123
dan partisipatif
PERLINDUNGAN
HAK PEKERJA/BURUH
PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) :
a) Menyusun dan menetapkan kebijakan harus
berkonsultasi dengan wakil pekerja/buruh
dan atau SP/SB
b) Bersama-sama (pengusaha/pengurus, wakil
pekerja/buruh dan atau SP/SB) memasukkan
dalam PP atau PKB
124
PERLINDUNGAN
HAK PEKERJA/BURUH
KONSELING DAN TESTING SUKARELA :
a) Larangan tes untuk tujuan tertentu;
b) Tes dapat dilakukan :
Atas dasar kesukarelaan dengan persyaratan
tertentu;
Bagi pekerja yg akan dipekerjakan pd lingkungan
kerja yg mungkin menimbulkan pajanan HIV;
Utk tujuan survei pemantauan epidemiologi dgn
persyaratan anonim; memenuhi prinsip etika
riset, ilmiah serta profesi; melindungi
kerahasiaan ; 125
PERLINDUNGAN
HAK PEKERJA/BURUH
DISKRIMINASI DAN STIGMATISASI :
a) Larangan tindak dan sikap diskriminasi;
b) Upaya meniadakan stigma;
c) Menghormati hak azasi dan menjaga martabat;
d) Tindakan disiplin yang melakukan tindakan
diskriminasi dan stigmatisasi;
e) Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS :
berhak untuk terus bekerja selama mampu;
bertindak secara bertanggungjawab untuk mencegah
penularan;
didorong menginfo jika pekerjaan yg akan dilakukan
menimbulkan potensi risiko penularan.
126
PROSEDUR K3 KHUSUS
127
PROSEDUR K3 KHUSUS
1. Langkah-langkah pencegahan dan
pengendalian;
a) Syarat-syarat K3
b) Menunjukkan yang berisiko penularan
c) Pekerja mematuhi instruksi dan prosedur
d) Pendidikan dan latihan khusus dan
menyediakan perlengkapan
e) Pengendalian (identifikasi bahaya, penilaian
risiko, pengendalian risiko).
128
PROSEDUR K3 KHUSUS
2. Pengawasan terhadap Infeksi di tempat
kerja;
a) Kewaspadaan universal
b) Penularan HIV pada pekerja
133
F. Program P4GN di Tempat Kerja
• Dasar :
– Permennaker No. 11/Men/2005
• Kewajiban pengusaha melakukan
upaya aktif di tempat kerja :
– Penetapan kebijakan
– Penyusunan dan pelaksanaan program
– Melibatkan pekerja/buruh, SP/SB,
pihak ketiga atau ahli ttg narkoba
134
Pasal 6 Ayat (1)
• Pengusaha dapat meminta pekerja/buruh yang
diduga menyalahgunakan narkoba lainnya
untuk melakukan tes dengan biaya ditanggung
oleh perusahaan.
Pasal 7 Ayat (2)
• Pengusaha dapat menjatuhkan tindakan
disiplin kepada pekerja/buruh dalam hal
pekerja/buruh tidak bersedia untuk mengikuti
program pencegahan, penanggulangan,
perawatan dan atau rehabilitasi akibat
penyalahgunaan narkoba. 135
Pasal 8 Ayat (1)
• Pengusaha atau pekerja/buruh harus
segera melaporkan kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia
apabila ditemukan seseorang atau
lebih memiliki atau mengedarkan
narkoba di tempat kerja.
136
G.
Personil di Bidang Kesehatan Kerja
137
G.Personil di Bidang Kesehatan Kerja
• Dokter Perusahaan (Permennaker No. 1/Men/1976) :
– Wajib Latihan Hiperkes
• Dokter Pemeriksa Kesehatan TK (Ps. 8 UU No. 1/1970) :
– Wajib Latihan Hiperkes
– Penunjukan oleh Dirjen PPK & K3
• Paramedis Perusahaan (Permennaker No. 1/Men/1979:
– Wajib Latih Hiperkes
• Petugas Katering Pengelola Makanan Bagi TK (SE Dirjen
Binawas No. 86/1989) :
– Mengetahui pengelolaan makanan bagi TK
– Bebas penyakit menular
• Petugas P3K di tempat kerja (Permennaker No.
15/Men/2008) :
– Sertifikat latihan (Direktur PNK3)
– Lisensi dan Buku kegiatan (Disnaker Provinsi setempat)
138
SYARAT DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Permennakertrans No. 03/1982
139
PENERBITAN SKP
Dokter Pemeriksa KesehatanTenaga Kerja
140
H.
Kesehatan Kerja dan SMK3
141
H. Kesehatan Kerja dan SMK3
6.3 Seleksi dan Penempatan Personil
– 6.3.1 Persyaratan tugas tertentu termasuk
persyaratan kesehatan diidentifikasi dan dipakai
untuk menyeleksi dan menempatkan TK.
6.8 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
– 6.8.1 Perusahaan telah mengevaluasi alat P3K
dan menjamin bahwa sistem P3K yang ada
memenuhi peraturan
– 6.8.2 Petugas P3K telah dilatih dan ditunjuk
sesuai dengan peraturan
142
H. Kesehatan Kerja dan SMK3
7.4 Pemantauan Kesehatan TK
– 7.4.1 Dilakukan pemantauan kesehatan TK yang
bekerja pada tempat kerja yang mengandung potensi
bahaya tinggi.
– 7.4.2 Dilaksanakan identifikasi keadaan dimana
pemeriksaan kesehatan TK perlu dilakukan dan telah
melaksanakan sistem untuk membantu
pemeriksaannya
– 7.4.3 Pemeriksaan kesehatan TK oleh dokter
pemeriksa yang ditunjuk sesuai peraturan
– 7.4.4 Perusahaan menyediakan PKK sesuai peraturan
– 7.4.5 Catatan mengenai pemantauan kesehatan TK
dibuat sesuai dengan peraturan 143
144