Anda di halaman 1dari 30

i

PROPOSAL UTS

PERSONAL BRANDING MASTER OF CEREMONY  MELALUI MEDIA


SOSIAL

(Studi Kasus Pada Personal Branding Mc Imo Imran di Instagram)

Proposal Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Pada Mata Kuliah Riset Profesi Komunikasi (J)

Oleh :

Rosy Apriandini – 10080019203

Fiana Dian Pramesti – 10080019005

Nur Yaqin - 10080019154

Dosen Pengampu:

Sophia Novita, S.I.Kom., M.I.Kom.

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2023
i

ABSTRAK

Perkembangan media sosial belakangan ini menjadi sangat pesat, salah satu yang
mendominasi yaitu media sosial instagram. Instagram menjadi sebuah platform
yang berarti dan bernilai bagi mereka yang punya kemampuan melihat peluang di
dalam nya. Salah satu kemampuan/keahlian yang umum orang lakukan adalah
adalah Personal Branding. Melakukan Personal Branding di instagram
merupakan hal yang penting untuk meningkatkan nilai jual seseorang. Salah
satunya adalah Imo Imran. Imran mulai melakukan personal branding di
instagram semenjak menjadi seorang MC. Dimulai dengan selalu membagikan
story dan feeds ketika selesai menjadi MC di suatu acara. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui fitur jejaring media sosial Instragam akun @Imoimran untuk
membangun personal branding sebagai Master of Ceremony. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana media sosial bisa menjadi
salah satu media untuk membangun personal branding lewat fitur-fitur yang
dimiliki oleh Instagram sebagai media sosial yang sedang popular saat ini.

   Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori


personal branding dengan informan tunggal yaitu pemilik akun instagram
@Imoimran itu sendiri Imo Imran. Data diperoleh melalui wawancara mendalam,
observasi lapangan maupun observasi digital, studi pustaka, dokumentasi
dan pencarian melalui situs web. Adapun teknik analisis data Reduksi Data,
Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan.

Kata Kunci: Personal branding, Master of Ceremony, Instagram,


ii

ABSTRACT
The recent development of social media has become very fast, one of the
dominating ones is Instagram. Instagram becomes a meaningful and valuable
platform for those who have the ability to see opportunities in it. One of the
common skills that people do is Personal Branding. Doing Personal Branding on
Instagram is important to increase one's selling point. One of them is Imo Imran.
Imran started doing personal branding on Instagram since becoming an MC.
Starting with always sharing stories and feeds when finished being an MC at an
event. This study aims to determine the social media networking features of the
Instragam account @Imoimran to build personal branding as a Master of
Ceremony. The purpose of this research is to find out the extent to which social
media can be one of the media to build personal branding through the features
owned by Instagram as a social media that is currently popular.

This research uses a qualitative method with a personal branding theory


approach with a single informant, namely the owner of the @Imoimran Instagram
account itself Imo Imran. Data were obtained through in-depth interviews, field
observations and digital observations, literature studies, documentation and
searches through websites. The data analysis techniques are Data Reduction,
Data Presentation, and Conclusion Drawing.

Keywords: Personal branding, Master of Ceremony, Instagram,

 
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

         Pada saat ini perkembangan teknologi semakin berkembang dan canggih
seiring berjalannya waktu. Kemajuan teknologi tentu saja berkembang pesat di
Indonesia. Untuk menghubungkan pengguna komputer di seluruh dunia, internet
sendiri jaringan yang cukup besar yang terhubung satu sama lain melalui jaringan
komputer (Ahmadi, 2013:68). Kontak sosial baru yang berbeda dari yang
sebelumnya mungkin muncul sebagai akibat dari internet. Internet telah
berkembang menjadi alat komunikasi dalam skala global, termasuk di Indonesia.
Dalam waktu singkat, penggunaan internet di Indonesia telah berkembang pesat.

Gambar 1.1

Data pengguna internet Indonesia

Sumber : DataReportal 2023

dengan adanya Internet komunikasi yang dilakukan tidak hanya dapat melalui
tatap muka saja, namun banyak sekali dilakukan melalui media sosial. hal ini
didukung dengan data yang diperoleh dari Data digital Indonesia yang dilaporkan
berdasarkan informasi dari DataReportal bahwa, terdapat  212,9 juta pengguna
2

internet di Indonesia pada Februari 2023. Jumlah ini meningkat sebesar 77% dari
tahun sebelumnya. Kemudian jumlah pengguna media sosial di Indonesia sekitar
167,0 juta per awal tahun 2023 atau setara dengan 60,4% dari total populasi yang
ada. Kemudian dari jumlah pengguna internet yang berada di Indonedia, rata-rata
masyarakat menggunakan platform media sosial. 

Gambar 1.2 

Jumlah pengguna Media Sosial di Indonesia

Sumber : We Are Social

Berdasarkan data yang dilaporkan oleh We are Social menunjukkan bahwa


pengguna aktif media sosial di Indonesia berjumlah 167 juta orang pada Januari
2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari jumlah populasi yang ada.
Adapun waktu yang dihabiskan untuk bermain media sosial di Indonesia yaitu
rata-rata mencapai 3 jam 18 menit perharinya. Durasi tersebut menjadi yang
tertinggi di seluruh dunia. Dengan demikian, penggunaan media sosial baik dari
segi bentuk maupun fungsi tentunya membantu pengguna menemukan atau
menggunakan informasi yang mereka cari serta menggunakan media sosial
sebagai sarana branding.  
3

Menurut Kotler (2002 :63) mendefinisikan branding sebagai nama, istilah,


tanda, simbol, desain, atau kombinasi yang dapat menjadikan sebuah identitas
produk atau jasa yang membedakan satu atau kumpulan dari kompetitornya.Hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Bevins, dalam Lavoie, 2015. p, 23), meneliti
apakah media sosial mampu mempengaruhi persepsi merek orang dan penelitian
tersebut menunjukan bahwa pada kenyataannya, memiliki hubungan antara
penggunaan dan pembentukan branding. Salah satu media sosial yang dapat
dimanfaatkan sebagai media promosi dan sarana penghubung dengan pelanggan-
pelangganya adalah Instagram. 

Instagram sendiri digandrungi oleh penggunannya karena memiliki fitur


dan kelebihan yang cukup mudah untuk digunakan (Atmoko, 2012:3). Selain itu
Instagram merupakan sebuah aplikasi yang mempunyai fungsi hampir sama
dengan Twitter, namun perbedaannya terletak pada pengambilan foto dalam
bentuk atau tempat untuk berbagi informasi terhadap para penggunannya. Dengan
kelebihan tersebut media sosial Instagram dapat menjadi peluang besar untuk
meningkatkan popularitas dan membangun karir baik bagi perusahaan atau
perseorangan. 

Media sosial dapat digunakan oleh siapa saja untuk promosi diri atau
tujuan profesional pribadi. Jejaring sosial memainkan peran besar dalam
memengaruhi bagaimana orang lain memandang atau merasakannya, apakah itu
konsisten atau tidak dengan apa yang diperlihatkan dalam kehidupan nyata. Hal
ini tentunya akan berdampak pada personal branding seseorang (Parengkuan,
2014:92). Personal Branding, merupakan upaya untuk membangun dan
menanamkan persepsi yang positif dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan
(Tinarbuko, 2009:63). keberadaan Personal Branding juga dapat digunakan
sebagai ciri khas seseorang untuk dapat diingat oleh orang lain, dengan
menampilkan ciri dari individu yang secara jelas membedakan merek pribasi dari
orang lain. (dalam Shaker, F. dan Hafiz, R. 2014:8). 
4

Penggunaan media sosial sebagai alat untuk membangun personal


branding juga mulai banyak disadari dan dilakukan oleh perseorangan baik untuk
kepentingan sosial maupun profesional. Oleh karena itu, peneltian mengenai
personal branding dalam dunia pekerjaan penting dilakukan, terutama bagi pelaku
karir Master Of Ceremony, yang bekerja pada dunia hiburan yang sangat dinamis.
dalam penelitian ini kami ingin meneliti mengenai personal branding yang
dilakukan oleh Master Of Ceremony Imo Imran. Beliau merupakan pekerja
profesional di bidang Master Of Ceremony asal Kota Kendari

Imo Imran telah berpengalaman selama 8 tahun menjadi Master Of


Ceremony dan telah banyak berkeliling ke berbagai daerah di Sulawesi Tenggara.
Pengguna jasanya terdiri dari banyak kalangan, mulai dari acara perorangan
hingga perusahaan-perusahaan besar yang ada di kendari. Imo Imran juga terbukti
telah konsisten mengelola akun Instagram sebagai media pembentukan personal
brand pada dirinya sebagai seorang Master Of Ceremony dan menerapkan
strategi-strategi khusus terkait dengan usahanya tersebut. 

1.2 Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian   

1.2.1  Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi


masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Imo Imran Membangun
Personal Branding Sebagai Master Of Ceremony Melalui Media Sosial
Instagram”

1.2.2  Pertanyaan Penelitian

1.  Bagaimana kemampuan imo Imran dalam menampilkan Personal


Branding di Instagram?

2.  Bagaimana sikap yang di tampilkan Imo Imran dalam Postingan-


Nya di Instagram?
5

3.  Bagaimana interaksi Imo Imran terhadap Followers dalam


membangun citra?

4.  Mengapa perencanaan personal Branding imo Imran melalui


postingan Instagram?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kemampuan Imo Imran dalam menampilkan Pesonal


Branding di Instagam.
2. Mengetahui sikap yang di tampilkan Imo Imran dalam Postingan-nya di
Instagram.
3. Mengetahui interaksi Imo Imran terhadap Followers dalam membangun
citra.
4. Mengetahui Perencanaan Personal Branding Imo Imran melalui
postingan Instagram.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini akan bermanfaat baik secara praktis maupun akademis,
sebagai berikut:

1.4.1. Kegunaan Praktis

Baik pihak yang terkait maupun peneliti dapat membangun dan


mengembangkan Personal Branding melaui Media Sosial Instagram dalam
memperluas jaringan, sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dalam
menonjolkan keunggulan yang dimiliki.

1.4.2. kegunaan Akademis


6

Secara akademis penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat memberikan kualitas dan kuantitas


pada diri masing – masing individu.
2. Bagi peneliti baru yang dapat mendukung dalam pengembagan Personal
Branding.
3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai patokan atau acuan terhadap
pengembangan ataupun pembuatan dalam penelitian yang sama.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

Sebelum melakukan penelitian mengenai personal branding master of


ceremony melalui media sosial instagram, peneliti terlebih dahulu melakukan
tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang dilakukan peneliti adalah melihat hasil
karya ilmiah penelitian terdahulu, yang mana akan menjadi acuan peneliti dalam
mendukung penelitian dengan pembahasan serta tinjauan yang sama.

Nama Peneliti Marchelinus Femilia Pertiwi, Aisyahani Tiara


Denis Sutoyo Irwansyah (jurnal) Puspita (skripsi)
(skripsi)
2020 2019
2020

Judul Penerapan Personal Branding Strategi Personal


Personal Ria Ricis Pada Branding Denny
Branding Media Sosial Santoso
Berliana Anggit Instagram
Tirtanta Sebagai
Selebgram
Beauty
Yogyakarta di
Media Sosial
Instagram

Tujuan Melihat Mengetahui, Mengetahui,


penerapan bagaimana strategi personal
8

konsep dari membangun branding Denny


personal personal branding Santoso dalam
branding yang yang benar pada mempertahankan
diterapkan oleh media sosial citra seorang
Berliana Anggit dengan studi kasus digital marketer.
Tirtana melalui analisis seseorang
akun Instagram yang sukses dalam
@Bearlanggi membangun
sebagai beauty personal branding-
selebgram nya yaitu Ria
Yogyakarta. Ricis

Metodologi Kualitatif, Kualitatif dengan Kualitatif


Deskriptif, kombinasi meta- deskriptif,
wawancara analisis literature observasi,
dan observasi wawancara

Hasil Personal Penting Bahwa untuk


branding merencanakan membangun
Berliana Anggit personal branding personal branding
Tirtanta dan media sosial Denny
memenuhi dapat digunakan mengutamakan
kedelapan konsep untuk membangun konten yang
utama dari personal branding dibagikannya di
personal yang efektif yang media sosial
branding Peter mampu ataupun website
Montoya. mengefisienkan berfokus kepada
Penerapan usaha serta lebih mindset dan
konsep personal mudah untuk strategi bisnis
branding di menjangkau
9

media sosial audiens dalam digital marketing.


Instagram jumlah yang
membuat banyak.
Berliana Anggi
Tirtanta
mendapatkan
spesialisasi
sebagai
selebgram beauty
oleh pengikutnya
di Instagram.

Perbedaan Fokus penelitian 1. Fokus Penelitian


Marchelinus, penelitian Femilia, Aisyahani
tentang membangun menggunakan
penerapan personal branding desain penelitian
personal yang benar di yang berfokus
branding media sosial pada strategi
Berliana Anggit dengan studi kasus personal branding
Tirtanta di Ria Ricis. dalam
instagram mempertahankan
2. Metodologi
citra. Aisyahani
yang digunakan
menggunakan teori
kualitatif dengan
kredibilitas
kombinasi meta-
sumber.
analisis literature,
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
kualitatif,
observasi,
10

wawancara.

2.2 Positioning dan Kebaruan Penelitian

Imo Imran adalah seorang MC yang memiliki media sosial akun Instragam
@Imoimran untuk membangun personal branding sebagai seorang Master of
Ceremony. Strategi postioning ini peneliti ingin meneliti bagaimana cara media
sosial dalam membentuk personal branding melalui fitur-fitur yang dimiliki
Instagram sebagai media sosial yang sedang populer saat ini.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif menjadi penting untuk


mempermudah peneliti dalam mempresentasikan konsep-konsep pesan secara
akurat. Tipe penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan teori personal
branding dengan informan tunggal yaitu pemilik akun Instagram @Imoimran
yaitu Imo Imran. Menurut Haroen (2014:19) merumuskan bahwa personal
branding adalah proses membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek
yang dimiliki seseorang, seperti kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai dan
bagaimana semua itu menciptakan persepsi positif dari masyarakat yang dapat
digunakan sebagai alat pemasaran.

2.3 kerangka Pemikiran

1. Model SMCR

Penelitian ini akan membahas mengenai Personal Branding Imo Imran


pada akun Instagram @imoimran sebagai Master Of Ceremony di kota Kendari
Sulawesi Tenggara . Penelitian ini didasari oleh beberapa teori, yang digunakan
untuk menganalisa hasil penemuan data penelitian nantinya. Teori yang pertama
digunakan oleh peneliti yaitu model komunikasi SMCR, model komunikasi ini
berasal dari Berlo (Mulyana, 2007:162) yang menggunakan saluran yang
berhubungan dengan panca indra pada proses komunikasinya.
11

Gambar 2.1 

Model Komunikasi Berlo 

Sumber: Mulyana, 2007:163 

David K. Berlo menguraikan proses komunikasi dengan model SMCR, atau


source, message, channel (saluran), dan receiver (penerima) (dalam Mulyana
2007:162. Berlo bersikeras tentang metodenya. Ada beberapa komponen yang
membentuk komunikasi: sumber, yang berperan sebagai pihak yang bertanggung
jawab merumuskan pesan; pesan, yang merupakan terjemahan ide ke dalam kode
simbolis seperti bahasa atau tanda; saluran, yang berfungsi sebagai media
penyampaian pesan; dan penerima, yang merupakan penerima yang dimaksud.

a. Source (sumber)

Setiap jenis komunikasi memiliki sumber yang menciptakan atau


mengirimkan informasi. Satu individu dapat menjadi sumber dalam
komunikasi manusia, dan kelompok seperti organisasi atau lembaga juga
dapat berkomunikasi satu sama lain (Mulyana 2007:132). 

b. Massage (pesan)

Ada sedikit keraguan bahwa simbol dan kode tidak akan digunakan untuk
memisahkan pesan dari komunikasi. Hal ini terjadi ketika komunikator
mengirimkan pesan kepada penerima komunikasi yang tersusun dari
rangkaian simbol dan kode (Mulyana 2007:132). 
12

c. channel (Saluran)

Dalam komunikasi, saluran digunakan untuk mentransfer pesan dari


pengirim ke penerima. Ada beberapa cara untuk berkomunikasi,
diantaranya melalui panca indera yang dianggap sebagai media
komunikasi (Mulyana 2007, p. 133). 

d. receiver (penerima)

Penerima menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber (Mulyana


2007:134). Seorang komunikator harus memahami audiens karena mereka
memainkan peran penting dalam menentukan apakah proses komunikasi
berhasil atau tidak. Penerima adalah bagian penting dari komunikasi; jika
pesan tidak diterima dengan benar, hal itu dapat menyebabkan berbagai
masalah pada sumber, pesan, atau saluran.

Model komunikasi diatas menjadi bukti bahwa komunikasi terjadi


dengan adaya komunikator sebagai sumber pemberi pesan yang disalurkan
melalui panca indra oleh komunikan atau penerima pesan. Melalui
komunikasi, merek dapat melakukan pendekatan dengan konsumennya.

2. Personal Branding 

Personal Branding merupakan sumber daya yang dimiliki pada setiap


individu yang dapatdiolah dan dikembangkan, dan faktor penentu utama dalam
keberhasilannya adalah sumber daya itu sendiri (Priyono, 2014). Dengan adanya
aktivitas seseorang yang ditunjukan kepada individu lain melalui nilai-nilai atau
kemampuan yang dimiliki sebagai sebuah identitas guna untuk meningkatkan
nilai jual pada setiap individu. Menurut Montoya (2009), ada delapan konsep
pembentukan personal branding, yaitu: 

1. Spesialisasi (The law of specialization) 


Merupakan sebuah ciri khas pada spesialisasi, yang berkonsentrasi
hanya pada sebuah kekuatan, keahlian atau pencapaian tertentu. 
13

2. Kepemimpinan (The law of leadership)


personal branding yang dilengkapi dengan kekuasaan dan
kredibilitas sehingga mampu memposisikan seseorang sebagai pemimpin
yang terbentuk dari kesempurnaan seseorang. 
3. kepribadian (the law of personality)
didasarkan pada kepribadian yang apa adanya, dan hadir apa
adanya dengan segala ketidaksempurnaan. maksudnya, seseorang harus
memiliki kepribadian yang baik namun tidak harus menjadi sempurna. 
4. Perbedaan (the law of distinctiveness)
personal branding yang baik dan efektif perlu ditampilkan dengan
cara berbeda. 
5. Terlihat (the law of visibility)
Dapat dilihat secara konsisten secara terus menerus hingga
personal branding seseorang terlihat. untuk menjadi visible, seseorang
harus mempromosikan sirinya, memasarkan dirinya dalam setiap
kesempatan. 
6. Kesatuan (the law of unity)
kehidupan pribadi seseorang yang harus sejalan dengan etika moral
dan sikap yang telah ditentukan dari merek tersebut. 
7. Keteguhan (the law of persistence)
membutuhkan waktu untuk tumbuh, selama proses tersebut
berjalan dan penting untuk selalu memperhatikan setiap tahapannya. 

8. Nama baik (the law of goodwill)


memberikan hasil yang baik dan bertahan lama sehingga seseorang
tersebut harus diasosiasikan dengan sebuah nilai atau ide yang diakui
secara umum. 

3. Master Of Ceremony

Master Of Ceremony dapat diartikan sebagai seseorang yang akan


memimpin suatu rentetan acara secara teratur dan rapi, serta paling
14

bertanggung jawab terhadap kelancaran suatu rangkaian acara (Habib Bari,


dalam Olii, 2008: 80). Master of Ceremony sering disebut juga sebagai
pemandu acara, yang bertugas dan tanggungjawabnya adalah memandu
dimulainya acara hingga berakhirnya sebuah acara. (Badudu, 2012:48). 

4. Media Sosial 

Menurut Nasrullah (2016:13), berpendapat bahwa Media Sosial


merupakan medium internet yang memungkinkan penggunannya
mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerjasama, saling
berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lainnya, dan membentuk ikatan
sosial secara virtual. Sedangkan menurut Howard (2012:21) Media sosial
adalah media yang terdiri atas tiga bagian, yaitu: infrastruktur informasi
dan alar yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan isi
media, isi media dapat berupa pesan-pesan pribadi, berita, gagasan, dan
produk-produk budaya yang berbentuk digital, kemudian yang
memproduksi dan mengkonsumsi isi media dalam bentuk digital adalah
individu, organisasi, dan industri.

Terdapat beberapa karakteristik media sosial (dalam Nasrullah, 2015)


yaitu:

1. Jaringan
Infrastruktur yang menghubungkan komputer ke komputer lain
dikenal sebagai jaringan. Komputer perlu dihubungkan untuk
berkomunikasi satu sama lain dan untuk operasi transfer data, khususnya,
untuk bekerja dengan baik.
2. Informasi
Informasi berbeda dari media online lainnya di mana pengguna
secara sosial membangun representasi identitas individu, menghasilkan
materi, dan terlibat dalam komunikasi.
3. Arsip
15

Arsip menjadi gudang informasi berguna yang dapat diakses dari


lokasi mana pun kapan saja menggunakan perangkat apa pun.
4. Interaksi
Interaksi membantu pengguna mengembangkan jaringan
berdasarkan perilaku pengguna seperti menyukai dan berkomentar yang
lebih dari sekadar memperluas koneksi.
5. Simulasi sosial
Media sosial disebut sebagai medi a komunitas di dunia maya.
Simulasi merupakan kesadaran tentang hal-hal semu dalam persepsi
penonton tentang realitas yang menurun.
6. Konten
Konten pengguna media sosial adalah satu-satunya milik
pengguna. UGC adalah penemuan baru pada new media yang dibuat dan
dikonsumsi pengguna, tetapi juga memb  eri pengguna peluang dan
kebebasan untuk diproduksi oleh pengguna lain.

5. Instagram 

Menurut Atmoko (2012:3) Instagram adalah layanan jejaring sosial


berbasis fotografi ataupun video yang memungkinkan penggunanya untuk
menyukai dan mengomentari satu sama lain. Instagram berasal dari kata “Insta”
dan “gram” yang berasal dari kata “telegram” yang digunakan untuk mengirim
pesan dengan cepat. Instagram sendiri diminati sebab, berfokus pada konten
visual yang dilengakpi dengan caption pada setiap unggahannya. Konsep yang
dimiliki Instagram berupa fitur-fitur andalan seperti: like, follow, foto, video dan
kesempatan untuk menampilkan explore yang membuat Instagram sendiri
semakin diminati (Atmoko, 2012. p, 2).

Beberapa fitur yang dimiliki Instagram (Atmoko, 2012. p, 28) yaitu:

1. Followers  
Sebuah fitur yang memungkinkan penggunannya memiliki pengikut
ataupun menjadi pengikut untuk pengguna lainnya.
16

2. Like
Fitur yang digunakan penggunanya untuk menyukai foto atau video pada
halaman Instagram.
3. Arroba
Fitur yang digunakan penggunanya untuk menyebut nama pengguna lain
dengan menambahkan tanda at (@) dan memasukkan nama pada akun
Instagram pengguna.
4. Upload Photo
Sebuah fitur utama pada Instagram untuk mengunggah foto/video yang
dapat dilakukan melalui galeri smarthphone atau kamera perangkat.
5. Kamera
Fitur yang memberikan kemudahan kepada pengguna untuk mengambil
gambar maupun video secara langsung dan menguploadnya.
6. Edit dan Filter
Fitur yang digunakan oleh penggunanya untuk mengatur atau mengedit
filter effect kepada foto ataupun video sehingga unggahan yang
ditampilkan menjadi lebih menarik.
7. Caption
Fitur yang dapat digunakan pengguna untuk menuliskan kalimat dari
postingan yang diunggah serta dapat menambahkan hastag, tag, ataupun
mention.
8. Direct Message
Fitur yang memungkinkan penggunanya untuk saling mengirimkan pesan
secara rahasia dan hanya diketahui oleh pengguna yang salin berkirim
pesan.
9. Geotagging
Fitur yang digunakan untuk memasukan nama pengguna lain atau tempat
dimana pengguna mengambil foto ataupun video.
10. Instagram Stories
Fitur yang digunakan untuk mengunggah foto atau video yang dapat
bertahan selama 24 jam. Kemudian, terdapat fitur dan effect tambahan
17

yang dapat digunakan untuk lebih menarik pada unggahan instastory


tersebut.
11. Highlight
Fitur yang berguna untuk mengarsipkan dan memunculkan kembali
Instastory yang sudah hilang karena melebihi batas waktu dan dapat
diberikan judul serta cover sehingga dibuat menjadi lebih menarik untuk
dilihat.
12. Live
Sebuah fitur siaran langsung yang memungkinkan pengguna untuk
membagikan aktivitas kegiatannya secara langsung serta melakukan tanya
jawab kepada para pengikutnya.
13. Saved
Fitur yang digunakan untuk menyimpan postingan pada akun Instagram
sehingga ketika penggunannya ingin melihat postingan terebut dapat
langsung terlihat pada fitur saved. 
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi penelitian

Penelitian yang membahas tentang “Master Of Ceremony Melalui Media


Sosial” sebagai Personal Branding (Studi Kasus Pada Personal Branding Mc Imo
Imran di Instagram) ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif merupakan upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan
perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan
tentang manusia yang diteliti (Moleong, 2009)

Pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus dipilih karena obyek


penelitian ini berupa kegiatan atau tindakan yang dilakukan individu dalam
menggunakan Instagram, yaitu tentang bagaimana proses pembentukan personal
branding melalui Instagram dan bagaimana personal branding dalam penggunaan
Instagram yang menggunakan Instagram. Diharapkan pendekatan ini mampu
memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci terkait proses pembentukan
personal branding dan bagaimana personal branding pengguna Instagram agar
substansi penelitian dapat terungkap maka diperlukan pengamatan yang
mendalam pada obyek yang alamiah, yaitu obyek yang berkembang apa adanya,
tidak dimanipulasi oleh peneliti.

3.2 Paradigma Penelitian 

Menurut Hidayat (2003) bahwa paradigma konstruktivisme memandang ilmu


sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui
pengamatan langsung secara terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan
menciptakan dan mengelola dunia sosial mereka  (Hidayat, 2003, p.3). Dengan
kata lain paradigma yang dipilih oleh peneliti memiliki beberapa kriteria yang
membedakan dari paradigma-paradigma lainnya, yaitu ontology, epistemology,
dan metodologi. Beberapa level kriteria tersebut terbagi kedalam empat kategori.
19

1. Level Ontologi,

merupakan paradigma konstruktivis yang melihat kenyataan sebagai hal


yang ada tetapi realitas bersifat majemuk, dan maknanya berbeda bagi
setiap orang. 

2.  Level Epistemologi,

merupakan level yang menggunakan cara subjektif karena manusia


melalui level ini dengan menjabarkan pengkonstruksian makna oleh
individu berbeda-beda tergantung pada pengalaman, cara pandang,
lingkungan. Dalam penelitian ini yang sifatnya kualitatif, peneliti
menggunakan paradigma konstruktivisme. Karena paradigma
konstruktivisme dihasilkan dari narasumber atau informan, hasil itu yang
berupa konstruk atau realita yang terjadi oleh manusia secara individu
tanpa merubah hasil yang terjadi.

Paradigma konstruktivisme itu mengantarkan manusia pada kedua


level yang berbeda, namun kedua level ini yang menjelaskan bahwa arti
yang sesungguhnya mengenai paradigma ini. Pertama setelah melihat
Followers Imo Imran manusia memiliki pandangan yang majemuk dan
makna yang berbeda bagi setiap orang. Level kedua selain manusia
melihat tanggapan Sosial Media tentang Imo Imran, manusia menjabarkan
makna dari setiap individu tergantung pada pengalaman mereka, masalah
yang pernah dihadapi, faktor lingkungan, pendidikan, maupun informasi
pendukung yang didapatkan manusia sendiri secara individu.

3.3 Rancangan Penelitian 

Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai


suatu proses pengumpulan dan analisis data. Rancangan penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif
adalah merupakan upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di
20

dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia
yang diteliti (Moleong, 2009).

Metode yang digunakan menggunakan metode studi kasus, metode ini


dipilih karena didasarkan pada dua alasan. Pertama, penelitian studi kasus dapat
menganalisis dan mengungkap keunikan resepsi pembaca secara alami. Dan
kedua, penelitian metode studi kasus menghindar dari generalisasi pembaca.
Dengan kata lain dari menghindar dari generalisasi adalah proses penalaran yang
membentuk kesimpulan pembaca melalui suatu kejadian, jika penalaran pembaca
berbeda beda pada setiap individu. Tidak dipastikan generalisasi itu sama dengan
semua yang dikatakan oleh para pembaca, melainkan berbeda-beda menurut
teknik metode studi kasus. Stake mengatakan bahwa studi kasus memiliki objek
yang khusus, unik, dan terikat pada sistem. Kekhususan penelitian ini terletak
pada resepsi pembaca, keunikannya pada pola resepsi pembaca yang secara
individual beragam, dan berdasarkan pada teori resepsi (Stake, 1995).

3.4 Teknik Pengumpulan data

A. Data primer 

Data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis secara langsung yang dilakukan saat
terjun kelapangan. pengumpulan data berasal dari narasumber, yang dimana
penelitian ini adalah Imo Imran selaku pemilik akun Instagram @imoimran yang
merupakan salah saru Master Of Ceremony dari Kendari.  

B. Data sekunder 

Data sekunder yang dilakukan oleh penulis untuk melengkap dari data primer
yang telah dikumpulkan penulis pada saat terjun ke lapangan. Hal ini bisa
dilakukan dengan mengamati berbagai unggahan Imo Imran pada media sosial
Instagramnya. Penulis juga akan mewawancarai beberapa pengikut Instagram dari
Imo Imran yang cukup aktif berinteraksi pada konten yang diunggah misalnya
like atau komentar. 
21

Pada penelitian kualitatif ini, digunakan teknik pengumpulan data sebagai


berikut: 

1. Wawancara mendalam (depth interview)

Wawancara dianggap sebagai metode pengumpulan data terbaik


untuk penelitian ini karena dapat menghasilkan data yang dibutuhkan.
Wawancara mendalam sering dilakukan secara tatap muka antara
pewawancara dan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, untuk mengumpulkan informasi untuk keperluan penelitian
dari informan yang dipilih oleh penulis. Wawancara mendalam (deep
interview) digunakan dalam kegiatan wawancara penelitian ini. Metode
pengumpulan data atau informasi secara menyeluruh dan mendalam
adalah melalui wawancara mendalam. Ketika wawancara ini dilakukan
secara sering atau berulang kali, pewawancara memiliki sedikit kendali
atas reaksi informan, yang memungkinkan informan untuk menanggapi
dengan bebas (Kriyantono, 2006:100)

2. Observasi 

Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi


untuk membantu penulis menganalisis dan menginterpretasikan data yang
telah dikumpulkan (Kriyantono, 2006:118). Tugas observasi penelitian
meliputi membaca dan merekam berbagai artikel, gambar, dan video yang
diposting ke situs media sosial seperti Instagram atau merekam rekaman
suara sebagai bentuk kontak langsung. Penulis akan memperoleh fakta dan
pengetahuan langsung tentang subjek penelitian melalui observasi, yang
kemudian dapat digunakan sebagai informasi dan data untuk membantu
proses penelitian. 

3.5 Narasumber atau Key Informant 


22

Imo Imran adalah seorang Master Of Ceremony yang eksis di kota


kendari, Sulawesi tenggara. Imran memulai karir nya dengan menjadi penyiar
radio di MRV station kemudian mulai melebarkan sayapnya di bidang MC.
Hingga kini kedua profesi tersebut masih dijalankan oleh Imran dan mulai
memperdalam ilmunya dengan beberapa kali mengikuti kelas MC. Sebagai
seorang MC Imran aktif menggunakan media sosial instagram sebagai tempat
membangun personal branding, relasi, serta aktif membagikan kesehariannya
sebagai seorang Master Of Ceremony. Saat ini Imran mempunyai sebanyak 2.726
followers dan 859 postingan.

3.6 Uji keabsahan data

untuk menguji keabsahan data yang didapat agar dapat sesuai dengan tujuan
dan maksud penelitian, sehingga peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar dari data tersebut
untuk keperluan sebagai pembanding data tersebut (Moleong, 2007:330). Hal ini
dapat peneliti capai dengan cara sebagai berikut: 

1. Dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.


2. membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi. 

3. membandingkan keadaan atau perspektif seseorang dengan berbagai


pendapat dan pandangan orang lain.

3.7 Teknik Pengolahan data

Menurut Milles dan Huberman (1992), teknik analisis data dantaranya:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan sebuah proses pemusatan perhatian untuk


menederhanakan tranformasi data yang muncul dari berbagai catatan yang
tertulis di lapangan. 
23

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kumpulan informasi yang tersusun


untuk memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dari
pengambilan tindakan kemudian jika data yang tersusun sudah di cek
dengan data dan sumber informasi yang tercantum, maka data dapat
disajikan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan atau verivikasi merupakan tinjaun ulang


pada catatan-catan lapangan untuk mengembangkan menjadi sebuah data.

 
24
DAFTAR PUSTAKA

Atmoko Dwi, B. (2012). Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel. Jakarta:


Media Kita.

Badudu, R. d. (2012). Bukan Pidato & MC Biasa: Seni & Praktik Publick
Speaking Super Dahsyat! Yogyakarta: Pustaka Cerdas.

Hermawan, A. d. (2013). E-Business & E-Commerce. Yogyakarta: Andi.

Hidayat, Dedy N. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik

Klasik. Jakarta:Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia

Howard,P.N.,Parks,M.R.(2012). American Behavioral Scientist, Vol. 45 No. 3

Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium, Jilid 2. Jakarta: PT


Prenhallindo.

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : PT.


Kencana Perdana.

Lavoie, K. A. (2015). Instagram and Branding : A Case Study of Dunkin' Donuts.


Elon Journal of Undergraduate in Communications, 6, 2.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP

Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakaya

Montoya, P. &. (2009). The Brand Called You: Create a Personal Brand That
Wins Attentions and Grows Your Business. New York: McGraw Hill.

Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nasrullah, R. (2015). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya dan


Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama.
25

Nasrullah, R. (2016). Media Sosial:Perspektif Komunikasi, Budaya, dan


Sosioteknologi. Bandung : :Simbiosa Rekatama Media.

Olii, H. (2010). Public Speaking. Jakarta: Indeks.

Parengkuan. (2014). Analisis Pengaruh Brand Image dan Celebrity Endorsment


Terhadap Keputusan Pembelian Produk Shampo Head And Shoulders Di
24 Mart Manado . Jurnal Emba, Vol.2 No.3. Hal. 1792-1802.

Priyono. (2014). Manajemen sumber daya manusia. Surabaya: Zifatama


Publisher.

Stake, R. E. (1995). The art of case study research. California: SAGE


Publications, Inc

Tinarbuko. (2009). Semiotika Komunikasi Visual, edisi revisi. Yogyakarta:


Jalasutra.

Anda mungkin juga menyukai