Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

“Pengaruh Penggunaan Social Media Instagram


Terhadap keterbukaan siswa di SMA N3 Rantau Utara’’

Dosen pengampu: Dr. Syaukani, M.Ed.Adm

Disusun Oleh:

Rahmi ichwani hsb


0303172103

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATRA UTARA
T.P 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan salah satu kunci dalam menjalin dan membangun hubungan antar
manusia. Seperti yang dikatakan oleh William I. Gorden (dalam Mulyana, 2008: 76) bahwa
komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang melibatkan gagasan dan perasaan. Dalam
berinteraksi, beragam informasi dapat disampaikan seperti pengalaman, perasaan, pendapat,
pemikiran, atau identitas diri yang bersifat rahasia maupun tidak. 1
Proses komunikasi yang mengungkapkan informasi tentang identitas diri yang bersifat
rahasia oleh Devito disebut sebagai pengungkapan diri atau self disclosure (Devito, 2011: 64).
Istilah keterbukaan diri mengacu pada pengungkapan informasi secara sadar. Pendapat serupa
juga dikemukaan Liliweri (2015: 185-186) secara singkat bahwa self disclosure atau keterbukaan
diri adalah tindakan individu yang sadar maupun “di bawah sadar” untuk mengungkapkan lebih
banyak tentang diri sendiri kepada orang lain. Pengungkapan itu meliputi perasaan, tujuan,
aspirasi, kegagalan, kesuksesan, ketakutan, mimpi, serta rasa suka dan tidak suka.
Self disclosure dapat membantu seseorang berkomunikasi dengan orang lain,
meningkatkan kepercayaan diri, dan membangun hubungan menjadi lebih akrab. Lebih dari itu,
self disclosure juga dapat melepaskan perasaan bersalah dan cemas (Lumsden dalam Mailoor,
dkk, 2017:3). Alasan inilah yang memicu seseorang untuk melakukan pengungkapan diri yakni
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya.
Namun, seiring perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju, turut mengubah
gaya interaksi dan sosialisasi antar manusia. Kini komunikasi tidak hanya bisa dilakukan secara
langsung (face to face), tetapi bisa juga dilakukan dengan media perantara yaitu media internet
yang berarti pengungkapan diri tidak hanya terjadi di dunia nyata namun juga dapat terjadi di
dunia maya. Adanya internet ini membantu manusia untuk bertukar informasi secara lebih cepat
dan mudah dengan sistem komunikasi berbasis komputer. 2
Diantara penduduk Indonesia juga turut merasakan dampak positif dari penggunaan
internet. Hasil survei yang dilakukan We are Social yang bekerjasama dengan Hootsuite
sepanjang Januari 2019 menunjukkan bahwa pertumbuhan pengguna internet di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana sebesar 150 juta jiwa dari total populasi
1
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana
2
140 Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
penduduk Indonesia yaitu 268,2 juta orang merupakan pengguna aktif internet. Hal ini
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 13% (17 juta jiwa) dari Januari
2018.
Survei tersebut menunjukkan pula frekuensi penggunaan internet di Indonesia bahwa
hampir setiap hari dengan persentase 79%, penduduk Indonesia mengakses internet. Hal ini
membuktikan bahwa keberadaan internet memiliki peran besar dalam kehidupan dan aktifitas
manusia.
Internet sebagai new media dapat dimanfaatkan oleh siapapun dan untuk kepentingan
apapun. Melalui internet, setiap orang dapat mengakses berbagai situs komunikasi seperti media
sosial (jejaring sosial), blog, e-mail, media online dan lain sebagainya. Adapun media sosial
menjadi salah satu situs internet yang sering diakses saat ini. Nasrullah (2015: 11) menyatakan
bahwa media sosial merupakan medium di internet yang memungkinkan pengguna
mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan
orang lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual.
Salah satu situs media sosial yang menjadi media pengungkapan diri seseorang adalah
Instagram. Instagram merupakan aplikasi berbagi foto dan video yang dirilis pada 6 Oktober
2010 oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger. Melalui Instagram, pengguna dapat mengambil
gambar/video dan membagikannya secara cepat ke berbagai layanan media sosial, termasuk
Instagram itu sendiri.3
Hingga saat ini, Instagram terus mengalami perkembangan dalam fitur yang disediakan.
Para pengguna Instagram dapat dengan mudah mengunggah foto manapun video dengan
membubuhi informasi untuk bisa dilihat langsung oleh para followers (pengikutnya), juga
disertai berbagai filter digital yang dapat digunakan untuk memperindah unggahan. Pengguna
Instagram juga dapat melakukan follow (mengikuti)dan following (diikuti) antar sesama
pengguna, memberikan like dan komentar, serta fitur Instastory juga turut digemari. Melalui
fitur-fitur inilah yang memicu seseorang untuk melakukan pengungkapan diri.
Hadirnya media sosial Instagram memberikan dampak tersendiri terhadap kegiatan yang
dilakukan manusia saat ini. Media sosial Instagram memungkinkan setiap penggunanya untuk
mengunggah segala hal baik berupa foto atau video yang pada akhirnya memunculkan budaya
berbagi yang berlebihan sehingga terjadi pengungkapan diri di dunia maya.
3
Sagiyanto, Asriyani. 2018. Self Disclosure melalui Media Sosial Instagram (Studi Kasus pada Anggota Galeri
Quote). Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 1, Hal 81-94
Apabila kita berfikir bahwa pengungkapan diri lebih banyak dilakukan oleh orang-orang
yang terbuka, Schmit (dalam Muhammad dan Susilo, 2016:2) justru mengungkapkan bahwa
orang yang memiliki kepribadian tertutup atau introvert signifikan lebih tinggi dalam melakukan
pengungkapan diri melalui update status. Mereka juga cenderung berbagi informasi lebih intim
pada bagian mereka dibanding orang yang berkepribadian ekstrovert.
Dosen forensik Universitas Bina Nusantara, Reza Indragini Ariel juga mengungkapkan
bahwa seseorang yang memiliki karakter introvert atau pendiam bisa lebih banyak berbicara di
media sosial. Hal ini dikarenakan resiko personal yang di dapat lebih sedikit. Sedangkan untuk
orang-orang yang ekstrovert, mereka justru akan terbantu. Jika keseharian mereka telah terbiasa
menyalurkan semuanya, dengan adanya media sosial ini bertambah satu ruang bagi mereka
untuk berekspresi (http://gaya.tempo.co diakses pada 18 Juli 2019 pukul 19.55). Fenomena ini
menggambarkan kesenjangan yang terjadi antara pengungkapan diri di dunia nyata dan di dunia
maya dimana seseorang cenderung lebih besar melakukan pengungkapan diri di dunia maya
daripada di dunia nyata.Salah satu contohnya dapat dilihat dari unggahan-unggahan remaja yang
viral di media sosial Instagram. 4
B. Identifikasi masalah
Penggunaan media social yg sangat tinggi sebagai media keterbukaan diri siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ditetapkan rumusan masalah yaitu
seberapa besar pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap keterbukaan diri siswa?

D. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu konteks penelitian dan fokus penelitian yang telah dijabarkan, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan memaparkan pengaruh penggunaan media social
terhadap keterbukaan diri siswa.

E. Manfaat Penelitian
Hasil dari pembahasan dan pengkajian mengenai pengaruh penggunaan media sosial
Instagram terhadap keterbukaan diri siswa ini memiliki beberapa manfaat secara teoritis dan
praktis yaitu:
1. Manfaat Teoritis

4
Sunyoto, Danang. Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat Ringkasan dan Kasus. (Yogyakarta: Amara Books, 2007)
a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pemahaman, dan
kontribusi positif dalam memperkaya referensi akademis mengenai
penggunaan media sosial dan keterbukaan diri (self disclosure).
b. Melalui penelitian ini pula diharapakan dapat menambah referensi
tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang hendak melakukan riset
serupa tentang pengaruh penggunaan media sosial Instagram terhadap
keterbukaan diri siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan bagi
responden mengenai keterbukaan diri sehingga dapat lebih bijak dalam
menggunakan media social.
b. Bagi instansi sekolah diharapkan dapat menjadi referensi dalam
memberikan pendidikan tambahan diluar pelajaran umum sebagai upaya
pengawasan terhadap siswa dalam dunia maya.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. LANDASAN TEORI
1. Media Social Instagram

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju, komunikasi tidak
hanya bisa dilakukan secara tatap muka saja (face to face) melainkan bisa menggunakan media
perantara. Komunikasi interpersonal yang sebelumnya merupakan komunikasi tatap muka secara
langsung, kini dapat termediasi oleh alat yang kemudian melahirkan pola komunikasi baru yaitu
computer mediated communication (CMC). Pola CMC terjadi karena hadirnya suatu media, dan
salah satu media komunikasi yang berkembang saat ini adalah media sosial.5
Menurut Nasrulloh (2015: 13), media sosial adalah medium di internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerjasama, berbagi,
berkomunikasi dengan pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual. Nasrullah
berpendapat bahwa media sosial memiliki karakteristik yang berbeda dengan media-media lain.
Diantara karakteristik tersebut adalah jaringan (network), informasi (information), arsip
(archive), interaksi (interctivity), simulasi sosial (simulation of society), dan konten oleh
pengguna (user generated content).6
Instagram merupakan salah satu media sosial popular dimana memungkinkan pengguna
mengambil gambar atau video, menerapkan filter digital untuk mengubah tampilan dan efek foto,
bahkan memungkinkan pengguna membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial
(www.instagram.com diakses pada 8 April 2019 pukul 13.16).
Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004:164) terpaan media berusaha mencari data khalayak
tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan
(longevity). Frekuensi penggunaan media adalah tentang berapa kali sehari seseorang
menggunakan media dalam satu minggu; berapa kali seminggu seseorang menggunakan media
dalam satu bulan; serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun.
Sedangkan pengukuran variabeldurasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak
bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari); atau berapa lama (menit) khalayak
mengikuti suatu program.
Sedangkan menurut Rosengren (dalam Rakhmat, 2009: 66) menyatakan bahwa
penggunaan media terdiri atas jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi

5
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
6
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen mediadengan isi
media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Jumlah waktu yang digunakan
seseorang dalam berbagai jenis media berkaitan dengan frekuensi dan durasi. Sementara itu,
hubungan antara individu dengan isi media berkaitan dengan atensi atau perhatian. Sebagaimana
yang dikutip dalam Rakhmat (2009: 52), Andersen menjelaskan bahwa perhatian adalahproses
mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli
lainnya melemah.7
Sehingga dalam mengukur penggunaan media sosial Instagram, peneliti mengambil
tindakan untukmenggabungkan keduaperspektif diatas dan menyimpulkan bahwa
penggunaanmedia sosial Instagram kemudiandiukur berdasarkan empat aspek yaitu frekuensi,
durasi, isi dan atensi.
Menurut Atmoko (2012: 128), terdapat beberapa fitur yang memiliki pengaruh cukup
tinggi dalam memberikan informasi kepada publik atau yang melihat unggahan di Instagram
yaitu kolom komentar, hashtag, geotagging, followers, like, dan caption. Enam fitur diatas,
dijelaskan oleh Atmoko sebagai berikut:
a) Kolom komentar. Foto-foto yang terdapat di sebuah akun Instagram dapat dikomentari
pada kolom komentar yang telah disediakan. Pemberian kolom komentar dapat dilakukan
dengan menekan ikon bertanda balon komentar di bawah foto, lalu followersdapat
memberikan kesan-kesan mengenai foto pada kotak yang disediakan, setelah itu tekan
tombol send.
b) Hashtag. Pada Instagram terdaat sebuah symbol bertanda pagar (#), fitur ini
memudahkan penguna untuk menemukan foto-foto di Instagram dengan hashtag tertentu.
c) Geotagging/lokasi pengambilan gambar. Fasilitas untuk mencantumkan lokasi pada foto
yang diunggah. Fitur ini dapat digunakan jika pengguna mengaktifkan atau terkoneksi
dengan aplikasi pendeteksi lokasi, seperti Google Maps atau Waze.
d) Followers. Pengikut, dari pengguna Instagram atau berteman dengan pengguna lain yang
menggunakan Instagram, biasanya disebut following. Semakin banyaknya jumlah
followers terhadap suatu akun Instagram, menjadi nilai lebih bagi akun tersebut.
Followers juga merupakan komponen atau aspek penting dalam mengelola sebuah akun.

7
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sebelum mengikuti sebuah akun Instagram, followers memperhatikan tampilan gambar,
jumlah like, dan komentar yang dituliskan oleh followers lainnya.
e) Like. Suatu ikon dimana pengguna dapat menyukai gambar ataupun foto pada Instagram.
Tanda suka atau like merupakan penentu dari popular atau tidaknya sebuah foto. Jika
postingan foto mendapatkan like yang banyak, maka otomatis foto akan muncul pada
halaman popular Instagram.
f) Caption. Caption bersifat informatif, mengajak, dan menarik sehingga pembaca dapat
terpengaruh. Selain itu digunakan juga sebagai keterangan untuk mendeskripsikan
gambar yang ditampilkan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, media sosial Instagram terus mengalami
perkembangan dalam fitur yang disediakan. Selain yang disebutkan oleh Atmoko (2012: 128),
peneliti menambahkan beberapa fitur Instagram yang belum disebutkan yaitu direct message
(pesan langsung), Instagramstories (cerita Instagram), Instagram highlight (sorotan Instagram).
Masing-masing didefinisi sebagai berikut: 8
a) Direct message. Direct message (DM) merupakan fitur yang memungkinkan
pengguna untuk mengirimkan pesan ke satu atau beberapa pengguna lain yang bersifat
interpersonal. Letak DM berada di menu utama sebelah pojok kanan atas yang
berbentuk panah.
b) Instagram stories. Melalui fitur ini, pengguna bisa mengunggah foto atau video
singkat dengan durasi 15 detik yang bisa diimbuhi filter digital, teks atau coretan
gambar. Unggahan ini akan hilang secara otomatis setelah 24 jam. Instagram
storiesditampikan di halaman utama Instagram dengan bentuk lingkaran.
c) Stories highlight. Stories highlight merupakan fitur yang disediakan untuk pengguna
bisa merangkum beberapa foto atau video yang pernah diunggah di Instagram stories.
Melalui fitur ini, foto atau video dapat ditampilkan hingga lebih dari 24 jam sesuai
keinginan pengguna. Penempatan fitur ini berada di tengah-tengah antara bawah
kolom profil dan postingan foto. Tampilannya sama seperti Instagram Stories di
halaman utama dengan bentuk lingkaran.

8
rnus, Sri Hadijah. 2016. Self Disclosure di Media Sosial pada Mahasiswa IAIN Kendari (Suatu Kajian Psikologi
Komunikasi pada Pengguna Media Sosial). Jurnal Al-Izzah, Vol 11, No 2, Hal 58-62.
Meski Instagram disebut sebagai layanan photo sharing, tetapi Instagram juga merupakan
jejaring sosial. Sehingga fitur-fitur diatas bisa dimanfaakan oleh pengguna Instagram untuk
berinteraksi dengan sesama pengguna.
2. Keterbukaan Diri
Dalam pengertiannya, keterbukaan diri adalah proses komunikasi yang mengungkapkan
informasi tentang identitas diri yang bersifat rahasia (Devito, 2011: 64).Istilah keterbukaan diri
mengacu pada pengungkapan informasi secara sadar. Pendapat serupa juga dikemukaan Liliweri
(2015: 185-186) secara singkat bahwa self disclosure atau keterbukaan diri adalah tindakan
individu yang sadar maupun “di bawah sadar”untuk mengungkapkan lebih banyak tentang diri
sendiri kepada orang lain. Pengungkapan itu meliputi perasaan, tujuan, aspirasi, kegagalan,
kesuksesan, ketakutan, mimpi, serta rasa suka dan tidak suka.Keterbukaan diri terjadi ketika
seseorang mengungkapkan informasi yang biasa disembunyikan atau dari daerah tertutup
(Jourard dalam Devito, 2011: 64). Menurut Sherwin (dalam Mukhlishah AM, 2015:112), ada
sembilan faktor yang dapat menjadi penentu dari self disclosure atau keterbukaan diri seseorang
antara lain meliputi materi personal, pemikiran dan ide, agama, pekerjaan dan tugas, sex,
hubungan interpersonal, pernyataan emosi diri, rasa, serta permasalahan. Masing-masing faktor
tersebut dibahas sebagai berikut:9
1) Materi personal yaitu mengungkapkan perasaan pribadinya baik itu
menguntungkan ataupun tidak menguntungkan bagi individu tersebut terhadap
suatu perasaan dan perilakunya.
2) Pemikiran dan ide yaitu berbagi ide dengan orang lain dan persepsi tentang situasi
bersama.
3) Agama yaitu kemampuan berbagi pengalaman, pikiran, dan emosi tentang Tuhan.
4) Pekerjaan dan tugas yaitu berbagi tentang tugas dan tanggung jawab.
5) Sex yaitu faktor mengenai kesediaan untuk membahas persoalan seksual,
kebutuhan, dan pandangannya.
6) Hubungan interpersonal yaitu hubungan yang terbentuk diluar hubungan keluarga.
7) Pernyataan emosi diri yaitu pengungkapan emosi atau perasaan seseorang terhadap
situasi kepada orang lain.
8) Rasa yaitu pandangan perasaan, apresiasi terhadap tempat atau benda.

9
Liliweri, Alo. 2015. Komunikasi Antar-Personal. Jakarta: Kencana
9) Permasalahan yaitu situasi atau keadaan yang dapat diringankan dengan cara
pengungkapan serta konflik atau perselisihan yang dialami oleh seseorang.
Sembilan faktor di atas merupakan informasi-informasi yang ada di daerah tertutup dalam
johari window yang kemudian dalam penelitian ini menjadi indikator keterbukaan diri.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif
dipilih untuk menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi yang menjadi obyek pada
penelitian.
B. Tempat Dan Waktu
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa kelas X SMA N3 Rantau
Utara karena pada umumnya siswa kelas X memiliki waktu lebih banyak untuk aktif dalam
menggunakan Instagram. Adapun waktu peneltian ini dilaksanakan mulai tanggal 02-14 Oktober
2020.
C. Populasi Dan Sample
Populasi dan Teknik Sampling merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 119). Populasi dalam penelitian ini
ialah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Rantau Utara tahun ajaran 2020/2021. Berdasarkan
data yang diperoleh, kelas X SMA Negeri 3 Rantau Utara terbagi menjadi tuju kelas dengan
peminatan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Siswa kelas X
seluruhnya adalah 257 siswa dengan jumlah laki-laki sebanyak 97 orang dan perempuan
sebanyak 160 orang.
Tekhnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling yang
termasuk dalam probability sampling. Menurut Sugiyono (2015: 121), cluster sampling adalah
teknik yang digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan di teliti atau sumber data
sangat luas. Maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi.
D. Instrumen Penelitian
Alat ukur yg digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Secara singkat data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan angket dalam sejumlah pertanyaan kepada para
responden dan hasil yang di dapatkan kemudian dianalisa mempergunakan teknik analisis data
dengan alat SPSS. Angket untuk mengungkap seberapa sering siswa mencurahkan isi hatinya di
sosial media

E. Analisis Data
1. Hasil Temuan Penelitian
A. Latar Belakang dari Self Disclosure Siswa SMA N3 Rantau Utara melalui Instagram
Story
Individu memiliki keinginan dasar untuk diakui oleh orang lain. Keinginan itu didasari
oleh prestige yang hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi saat ini mempermudah
seseorang mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Karena itu, muncullah berbagai fenomena
dalam sosial media salah satunya self disclosure melalui instagram story. Self disclosure yang
ditampilkan oleh siswa SMA Negri 3 Rantau Utara beragam dan tentunya memiliki latar
belakang yang mendasari seseorang melakukan keterbukaan tersebut. Keterbukaan dalam
instagram story memiliki bentuk dan cara yang berbeda, bergantung latar belakang dan
karakteristik tiap individu.10
Seseorang yang memiliki latar belakang dengan tingkat ekonomi kelas menengah atas
biasanya akan menunjukkan postingan tentang hal-hal yang termasuk dalam gaya hidup glamor
seperti makanan restoran, tempat mewah, pakaian, pergaulan, danpembelian barang
bermerek.Tingkat ekonomi kelas menengah atas merupakanstatus sosial atau kedudukan
seseorang di masyarakat yang dinilai memiliki harta di atas rata-rata masyarakat pada umumnya
dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan sangat baik. Kedudukan ini juga
menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial. Dengan keterbukaan yang ditunjukkan siswa
SMA Negri 3 Rantau Utara ini berarti mahasiswa tersebut menginginkan dirinya diterima dan
diakui oleh masyarakat dengan status sosial yang dimilikinya.
Status ekonomi yang dimiliki Puspita termasuk kedalam kelas menengah atas, karena
statusnya tersebut, dirinya ingin menunjukkan kepada publik bahwa dirinya mampu dan ingin
menunjukkan prestige-nya. Ia kerap memposting saat ia berada di Mall dan makanan di sebuah
restoran bergengsi.
Dapat dilihat juga dari usia dan pola pikir seseorang. Pola pikir erat kaitannya dengan
sebuah kedewasaan dalam menanggapi sebuah peristiwa ataupun dalam mengambil sebuah
keputusan. Ketika menginjak dunia perkuliahan tentu harus banyak diubah, seperti gaya hidup,
cara bergaul termasuk juga pola pikir. Yang semula memiliki pola pikir kekanak-kanakan harus
merubahnya menjadi lebih dewasa layaknya gelar yang disandangnya. Seseorang yang berusia
lebih muda cenderung bersikap kekanakan. Misalnya saling mengejek melalui sosial media yaitu

Mukhlishah, A.M. 2015. Teknik Pengungkapan Diri Melalui Angket Self-Disclosure. Prosiding Halaqoh Nasional
10

& Seminar Internasional Pendidikan Islam, Hal 105-120


dengan membuat instagram story. Sedangkan, seseorang dengan usia yang lebih tua lebih bijak
dalam menggunakan sosial media.
Begitu pula dengan karakteristik yang ada dalam diri individu ikut mempengaruhi bentuk
keterbukaan yang digunakan. Setiap individu memiliki ciri, sifat dasar dan karakteristik yang
diperoleh dari pengaruh lingkungan sekitar. Kepribadian dibentuk oleh perpaduan faktor
pembawaan dan lingkungan. Individu dengan karakter introvert di dunia nyata justru bersikap
extrovert di dunia maya. Sebagai bentuk pengekspresian dirinya kepada orang lain. Seseorang
dengan karakteristik ini lebih sering memposting hampir segala hal di dunia maya.
Sedangkan karakter seseorang yang cenderung extrovert biasanya lebih bisa menahan dan
memilah apa saja yang ingin disampaikannya pada orang lain. Hal tersebut didasarkan pada
kepribadian extrovert yang sudah terbuka di dunia nyata terhadap orang lain, itulah mengapa ia
merasa lebih baik untuk bercerita pada orang lain secara langsung dibandingkan melalui sosial
media.
Karakteristik mahasiswa yang mengikuti perkembangan teknologi juga membuat
mahasiswa tersebut ingin selalu mengupdate apa yang ada di sosial media. Hal tersebut lalu
menyebabkan mahasiswa terkadang mengikuti trend yang ada sehingga mengakibatkan adanya
rasa ingin menunjukkan dirinya kepada publik. Karena keinginan tersebut, membuat individu
melakukan keterbukaan diri dalam sosial media. Salah satunya instagram story.
B. Gambaran Self Disclosure yang ditunjukkan oleh Siswa Sma Negri 3 Rantau Utara
melalui Instagram Story
Pengungkapan diri atau self disclosure dapat diartikan sebagai kegiatan membagi perasaan
dan informasi diri kita kepada orang lain. Pengungkapan diri dapat berupa berbagai topik, seperti
informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dengan diri individu
yang bersangkutan.11
Self disclosure berhubungan dengan tingkat kepercayaan kita kepada orang lain. Dengan
adanya rasa kepercayaan tersebut, seseorang dapat mem-publish informasi mengenai dirinya.
Faktanya yang terjadi saat ini, pengungkapan diri tidak hanya dilakukan secara pribadi kepada
orang lain secara langsung. Namun, seseorang tak segan mencurahkan isihatinya kedalam publik,
instagram story misalnya. Siswa menjadikan instagram sebagai tempat untuk berkeluh kesah atau

Muhammad, L.S dan Susilo W. 2016. Kesepian dan Pengungkapan Diri Melalui Media Sosial Pada Mahasiswa.
11

Universitas Islam Indonesia


mengekspresikan diri. Hal tersebut dilakukan karena mereka ingin didengar, dimengerti,
dipahami dan direspon untuk menjadikan diri lebih tenang dan lebih baik.
Berbagai macam individu dan dari latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda dari
masing-masing individu, membuat bentuk dalam pengungkapan dirinya berbeda pula. Ada yang
suka mengumbar masalahnya dalam instagram story, ada yang menyaring dan memilah terlebih
dahulu dalam melakukan keterbukaan diri, dan ada pula yang lebih menutup dirinya dalam
instagram story.12
Sma Negri 3 Rantau Utara yang termasuk kedalam tipe individu terbuka adalah individu
yang dengan jelas dan terang-terangan dalam melakukan pengungkapan diri dalam sosial media.
Sehingga semua orang dapat mengerti dan mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Dirinya
merasa nyaman saat melakukan keterbukaan, karena dengan melakukan keterbukaan dirinya
menjadi lebih lega dan tenang. Siswa juga melakukan keterbukaan dengan mengharapkan adanya
timbal balik. Dengan adanya timbal balik individu bisa mendapatkan solusi dan pemecahan
masalah yang sedang dihadapi.
Beberapa mahasiswa lainnya bahkan melakukan keterbukaan secara berlebihan atau yang
biasa disebut overdisclosure. Dengan keterbukaan yang seperti inilah yang dapat membuat
seseorang merasa terganggu. Seorang individu tidak mengerti apa yang ungkapkannya itu dapat
membuat seseorang tidak nyaman dan terganggu, sehingga dapat dikatakan bentuk keterbukaan
seperti ini hanyalah orang lain yang dapat menilai diri individu dan individu itu sendiri tidak
mengerti apa yang dilakukannya.
Tetapi juga, tidak semua mahasiswa melakukan keterbukaan secara terang-terangan,
beberapa mahasiswa lebih bijak dalam mengungkapkan dirinya. Mereka menyaring dan memilah
terlebih dahulu mana yang baik untuk dibagikan dan yang pantas untuk dibagikan kedalam
instagram story. Sehingga tidak semua orang dapat menilai dan tidak terlalu mengerti apa yang
dirasakan tanpa menanyakannya terlebih dahulu.
C. Tujuan Self Disclosure yang ditunjukkan oleh Sma Negri 3 Rantau Utara
Tujuan yang dimiliki seseorang dalam memposting instagram story pun berbeda
bergantung pada kepentingannya masing-masing. Biasanya seseorang memposting
untukmemberikan kelegaan pada dirinya terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Masalah
yang terjadi pada seseorang seringkali membuatnya ingin mencurahkannya pada orang lain.

12
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group
Untuk itulah ia memposting instagram story sebagai bentuk pengekspresian dirinya. Dengan
memposting hal tersebut seseorang akan merasa jauh lebih baik.13
Keterbukaan diri pada instagram story dapat bertujuan untuk menjernihkan diri karena
dengan membagikan keluh kesahnya dalam instagram story, memberikan ruang pada diri
individu yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan hal yang
mengganjal pada dirinya. Dengan mengekspresikannya melalui instagram story dapat membuat
perasaannya menjadi lebih baik. Terlebih jika dengan keterbukaan diri dalam instagram story
terkadang individu mendapatkan masukan dan solusi tentang pemasalahan yang sedang ia alami,
sehingga dengan masukan yang diberikan dapat membuat diri menjadi tenang.hal tersebut yang
dinamakan menjernihkan diri, berbagi dan saling sharing adalah tujuan pertama dari self
disclosure Sma Negri 3 Rantau Utara melalui instagram story.
Dari keseluruhan informan, mereka melakukan keterbukaan dengan tujuan untuk
menyalurkan emosi karena hal tersebut dapat membuat perasaan mereka menjadi lega.
Kemudian dengan adanya solusi-solusi yang diberikan dari tanggapan-tanggapan posting-an
tersebut, membuat perasaan menjadi tenang.
Aktualisasi diri juga menjadi tujuan Sma Negri 3 Rantau Utara dalam melakukan
keterbukaan pada instagram story. Aktualisasi diri membuat individu mendorong untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan mengembangkan potensi yang
terpendam dalam diri individu. Membuka diri dengan cara mempromosikan dan memamerkan
hasil karyanya menjadi tujuan beraktualisasi diri. Dengan menampilkan hasil karyanya,
diharapkan dapat menjadikan dirinya untuk terus berkembang karena dukungan-dukungan yang
didapatnya dan juga komentar yang dapat membangun dirinya untuk lebih baik dalam
menghasilkan sebuah karya.
Selain untuk aktualisasi diri, keterbukaan yang dilakukan oleh para siswa SMA Negri 3
Rantau Utara ini juga memiliki tujuan untuk memamerkan sesuatu yang menurutnya luar biasa.
Tujuan yang satu ini berakitan dengan latar belakang individu mengenai tingkat ekonomi. Salah
satu Sma Negri 3 Rantau Utara ingin dirinya diakui dan diterima oleh masyarakatdengan status
sosial yang dimilikinya. Keinginan itu didasari oleh prestige yang hendak dicapai.
D. Dampak Self Disclosure pada Sma Negri 3 Rantau Utara

13
Arnus, Sri Hadijah. 2016. Self Disclosure di Media Sosial pada Mahasiswa IAIN Kendari (Suatu Kajian Psikologi
Komunikasi pada Pengguna Media Sosial). Jurnal Al-Izzah, Vol 11, No 2, Hal 58-62.
Meski keterbukaan dapat membuat kita merasa lebih lega setelah mengungkapkannya,
namun terdapat dampak yang diakibatkan dari keterbukaan yang dilakukan dalam instgram
story, yang notabene adalah ruang publik. Sesuai dengan pernyataan dari Derlega bahwa meski
pengungkapan diri dapat memperkuat dan mengembakan hubungan, namun ia juga mengandung
resiko, yaitu pengabaian, hilangnya kontrol, pengkhianatan, penolakan dan kesulitan intrapribadi.
Dan dari hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa dampak yang ditimbulkan akibat
keterbukaan bisa berupa positif dan negatif.14
Dalam penelitian ini ditemukan dampak dari keterbukaan mahasiswa melalui instagram
story, yaitu dapat merubah dan memotivasi individu untuk menjadi pribadi yang lebih baik,baik
bagi informan dan seseorang yang melihat instagram story yang dibagikan oleh informan.
Sedangkan dampak negatif yang diperoleh adalah dapat membuat orang lain merasa tidak
nyaman bahkan terganggu karena story yang diposting oleh informan.
Salah satu dampak positif yang muncul adalah dapat memotivasi dan merubah seseorang
menjadi lebih baik. Dengan menampilkan hasil karya seorang individu, bisa saja seseorang
menjadi termotivasi untuk melakukan hal yang sama dan melakukan perubahan untuk masa
depan yang lebih baik.
Rasa tidak nyaman bahkan terganggu juga bisa saja dirasakan oleh seseorang yang terlalu
berlebih dalam mengungkapkan dirinya. Terkadang juga terjadinya suatu penolakan, jika hal
yang diungkapkan tidak disukai atau bertentangan dengan orang yang menyaksikan.

14
Ardianto, Elvinaro. 2016. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2016) hal 11

Anda mungkin juga menyukai