Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENELITIAN SURVEY

SELF PRESENTATION
MATA KULIAH PSIKOLOGI SOSIAL

KELOMPOK 10 :
Elvira Rosa Egryana 201810230311155
Shabrina Firdaus Fivinda 201810230311338
Bakhtiar 201810230311378
Lalu Muhammad Rifky 201810230311395

Dosen Pengampu: Dian Caesaria Widyasari, M.Sc


Asisten: Raissa Pratiwi Putri

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut data yang di unggah Wearesocial dalam websitenya Januari tahun


2018 lalu, ada sekitar 49% atau 130 juta penduduk dari 265,4 juta penduduk di
Indonesia yang aktif menggunakan media sosial. Untuk salah satu platform media
sosial yang sangat terkenal saat ini, yakni instagram Indonesia menempati posisi
ketiga dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia di dunia dengan sebanyak 53
juta atau sebanyak 20% pengguna aktif. Ini pun hanya berasal dari satu media
platform. Untuk media platform yang lainnya di Indonesia youtube menempati
posisi pertama dengan perolehan 43%, disusul dengan facebook 41% dan
whatsapp 40%. Ini menunjukkan bahwa sudah semakin banyak saja orang-orang
utamanya di Indonesia yang menggunakan media sosial.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh research market dunia, TNS
tahun 2016 atas pengguna instagram di Indonesia, menggunakan metode online
survei, TNS menganalisis aktivitas dan perilaku 506 pengguna instagram di
Indonesia. Menurut rangkuman datanya, jenjang usia paling aktif yang
menggunakan instagram adalah rentang usia 18-24 tahun. Rentang usia tersebut
seperti yang diketahui adalah usia mayoritas mahasiswa yang ada di Indonesia. Itu
artinya kebanyakan pengguna instagram di Indonesia adalah para mahsiswa.
Sosial media saat ini telah menjadi hal yang sangat umum digunakan oleh
beberapa kalangan. Orang dewasa bahkan anak-anak juga tak luput
penggunaannya terhadap sosial media. Tak terkecuali mahasiswa, saat ini sangat
jarang ditemui mahasiswa yang tidak memiliki akun media sosial. Hampir semua
mahasiswa akan mengatakan mereka memiliki setidaknya satu akun media sosial.
Macam-macam dari sosial mediapun makin beragam, mulai dari facebook, twitter,
instagram, dan sebagainya. Media sosial adalah label bagi teknologi digital yang
memungkinkan orang untuk berhubungan, berinteraksi, memproduksi, dan
berbagi isi pesan. B.K. Lewis (2010). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
tujuan dari media sosial adalah menghubungkan para penggunanya untuk
berhubungan, berinteraksi, dan berbagi pesan.
Media sosial seperti menjadi ajang baru bagi pengguna internet untuk
berlomba-lomba menunjukkan dirinya. Kita juga semakin dimudahkan dengan
adanya gawai yang semakin hari semakin canggih saja. Hal itu kemudian
menyebabkan semakin maraknya penggunaan media sosial di berbagai kalangan.
Saat ini orang-orang cenderung lebih sibuk dengan gawainya masing-masing
dibanding dengan lingkungan sekitarnya. Update status, upload foto/video,
berbagi perasaan, interaksi persoanl dapat dengan mudah dilakukan di media
sosial. Hal ini dapat dibuktikan dengan
Dengan semakin maraknya penggunaan media sosial, kebutuhan untuk
mempresentasikan diri di media sosial juga semakin bertambah. Presentasi diri
adalah cara seseorang untuk mengungkapkan atau menceritakan tentang diri
sendiri. Menurut Goffman (Dayaksini & Hudaniah, 2009), dalam berbagai
pengalaman setiap orang dengan sengaja maupun tidak sengaja memaksa mereka
untuk menciptakan dirinya sendiri guna memainkan peran tertentu sebagaimana
yang dikehendakinya. Hal ini dilakukan agar dirinya dapat diterima oleh
lingkungan sekitar.
Dari fenomena diatas untuk itulah penelitian ini dirasa penting. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tentang diri yang ditampilkan mahasiswa di media
sosial, apakah diri sebenarnya, diri ideal, atau diri palsu. Manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah hasil penelitian dapat digunakan sebagai
sarana mencari sebab atau pemahaman yang lebih baik tentang mahasiswa yang
melakukan presentasi diri yang sebenarnya, ideal, atau palsu.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Self-Presentation

2.1.1 Definisi
Presentasi diri atau self-presentation merupakan cara seseorang untuk
mengungkapkan atau menceritakan tentang diri sendiri. Bagaimanapun cara
seseorang untuk membatasi atau menutup diri, tetap akan ada sedikit cerita
tentang diri seseorang tersebut. Meskipun seseorang mencoba untuk jujur dalam
mempresentasikan dirinya, kenyataannya seseorang akan tetap membuat kesan
atau citra yang baik di hadapan publik. Menurut Goffman (Dayakisni &
Hudaniah, 2009), dalam berbagai pengalaman setiap orang dengan sengaja
ataupun tidak disengaja memaksa mereka untuk menciptakan dirinya guna
memainkan peran tertentu sebagaimana yang dikehendakinya. Sesungguhnya
untuk beberapa orang yang melakukan penglolaan kesan (self presentation) akan
mengatur apa yang dikatakannya serta dilakukannya dengan memperlihatkan
sikap atau perilaku yang berpura-pura ketika dihadapan orang lain (Franzoi,
2003).

2.1.2 Aspek atau Komponen


Self-presentation selama masa remaja terdapat beberapa tekanan sosial
untuk “mengembangkan diri yang berbeda dalam konteks sosial yang berbeda”,
hal ini kemudian memunculkan berbagai peran yang terkait dengan diri (Harter,
Bresnick, Bouchey, & Whitesell, 1997; Harter & Monsour, 1992, p. 256). Hal ini
memunculkan kebingungan pada kaum muda, mana diantara banyak “diri” ini
yang “saya sesungguhnya”. Penelitian terkini fokus pada konsep tentang real self,
ideal self, dan false self.
Real self meliputi perasaan yang otentik atau sesungguhnya yang
muncul untuk didorong oleh atribut internal (Harter et al., 1996). Ideal self
dipahami dalam kaitannya dengan atribut-atribut ideal seperti aspirasi dan
harapannya, dan bisa jadi melibatkan kedua versi diri baik positif maupun negatif.
Jika tidak ada perbadaan antara real self dan ideal self seseorang angkat
mendapatkan hasil yang positif. False self bertindak dengan cara yang tidak benar
untuk diri sendiri dan dapat terjadi untuk beberapa alasan yang berbeda seperti
deception (menyajikan informasi yang mungkin tidak sepenuhnya benar),
exploration (mencoba aspek yang berbeda dari diri), impressing others
(mengonfirmasi harapan yang dirasakan). Perilaku false self tidak hanya dapat
menjadi bagian normatif dari pengembangan identitas tetapi juga dapat berasal
dari devaluasi diri, dan kebutuhan untuk validasi sosial (Snyder, 1987).

2.1.3 Faktor yang Memengaruhi

Seseorang yang telah mengondolidasikan identitas mereka, cenderung


menampilkan diri ideal pada tingkat yang lebih rendah (Harter et al., 1996).
Peneliti juga menemukan hubungan antara tingginya self-esteem dengan real self-
behaviours, dan rendahnya self-esteem dengan false self-behaviours (Badanes &
Harter, 2007, as cited in Harter, 2012). Individu dengan self-esteem yang rendah
cenderung lebih berhati-hati dan tidk langsung dalam mempresentasikan dirinya
dibandingkan mereka yang memiliki self-esteem yang tinggi (Baumeister et al.,
1989).

2.2 Media Sosial


Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari
teknologi-teknologi perkembangan web baru berbasis internet, yang memudahkan
semua orang untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan
membentuk sebuah jaringan secara online, sehingga dapat menyebar luaskan
konten mereka sendiri (Aditya, 2015). Sedangkan media sosial menurut Lewis
adalah label bagi teknologi digital yang memungkinkan orang untuk berhubungan,
berinteraksi, memproduksi, dan berbagi isi pesan. B.K. Lewis (2010).

2.3 Dinamika Media Sosial dan Self-Presentation


Presentasi diri di media sosial dipandang sebagai sebuah eksperimen
terhadap dirinya. Seseorang mungkin mengalami masalah atau hambatan ketika
melakukan presentasi diri sesuai dengan keinginan dan impiannya. Misalnya
ketika seseorang dalam kehidupan nyata tidak mampu menyampaikan
pendapatnya karena beberapa hal. Media sosial memberikan fasilitas bagi
pengguna untuk mempresentasikan atau mengekspresikan dirinya. Seseorang di
dunia nyata dengan di media sosial bisa sangat berbeda ketika mempresentasikan
dirinya. Hal ini dikarenakan keinginan individu untuk bisa diterima dengan baik
oleh lingkungan sekitarnya. Di situs seperti MySpace dan Facebook, mahasiswa
menggunakan foto, status pembaruan, dan kiriman dinding untuk menyajikan
berbagai aspek diri (e.g identitas gender, identitas etnis, daya tarik fisik;
Michikyan & Subrahmanyam, 2012).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
deskriptif, analisis kuantitatif yang biasa digunakan adalah statistik. Jadi kami
menganalisis data yang kami peroleh menggunakan statistik deskriptif, yaitu
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam
bentuk deskripsi semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling
hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan
kesimpulan.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi yang kami ambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang dengan karakteristik sampel, mahasiswa
aktif S1 UMM, berusia 18-24 tahun serta tidak memerhatikan gender.
3.3 Teknik Pengambilan Data
3.3.1 Sampel
Dari 30 partisipan kami mengumpulkan data dengan menggunakan
kuesioner yang dibuat oleh Minas Michikyan, dkk. dalam jurnal mereka tahun
2014 dengan jumlah item sebanyak 17 item.
3.3.2 Teknik Skoring
Cara menjawa kuesioner adalah partisipan mengidentifikasi pertanyaan
yang terkait dengan presentasi diri di media social menggunakan skala sangat
sesuai, sesuai, agak sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.
Sangat sesuai = 5, sesuai = 4, agak sesuai = 3, tidak sesuai = 2, sangat tidak sesuai
= 1.
3.3.3 Interpretasi
Skor presentasi diri adalah skor di masing-masing aspek:
Diri sebenarnya adalah jumlah keseluruhan dari item 1 sampai item 5.
Diri ideal adalah jumlah keseluruhan dari item 6 sampai item 7
Diri yang salah jumlah keseluruhan dari item 8 sampai item 17
Semakin tinggi skor yang didapat, kecenderungan individu dalam
menunjukan real-self, ideal-self, atau false-self semakin tinggi.
3.4 Teknik Analisis Data
Jika semakin tinggi skor yang diperoleh partisipian, maka semakin
menggambarkan aspek diri yang diukur tersebut.
Seseorang diindikasikan menampilkan gambaran diri sebenarnya saat
menggunakan media social jika skor yang diperoleh lebih dari sama dengan 13.
Seseorang diindikasikan menampilkan gambaran diri ideal saat
menggunakan media social jika skor yang diperoleh lebih dari sama dengan 5
Seseorang diindikasikan menampilkan gambaran diri yang salah atau tidak
sesuai saat menggunakan media sosial jika skor yang diperoleh lebih dari 25.
Untuk menganalisis data, kami melakukan langkah-langkah dibawah ini untuk
mengambil data yang akan dianalisis.
3.4.1 Persiapan
Kami memilih topik ini berdasarkan realita sosial saat ini. Kerap kali di
media sosial orang menampilkan kehidupan yang mewah dan menyenangkan
dibandingkan dengan kehidupan mereka di dunia nyata. Hal ini memotivasi kami
untuk mengadakan penelitian ini untuk melihat diri yang kebanyakan ditampilkan
orang di media sosial.
Kami menggunakan alat ukur atau skala kuesioner yang dibuat oleh Minas
Michikyan, dkk. dalam jurnal mereka tahun 2014 yang diberi nama SPFBQ (Self-
presentation on Facebook Questionaire) yang berjumlah 17 item. Kami memilih
skala ini karena skala ini sesuai dengan topik yang kami pilih dan mudah
dianalisis.
3.4.2 Pelaksanaan
Kami melaksanakan penelitian pada tanggal 17 Desember 2018 di kampus
tiga Universitas Muhammadiyah Malang. Kami menyebar 30 kuesioner di GKB
(Gedung Kuliah Bersama) 4 serta di kantin fakultas teknik yang letaknya tidak
jauh dari GKB 4.
BAB IV
HASIL & DISKUSI

4.1 Hasil
Hasil dari data yang telah kami olah menggunakan metode statistik, dari
30 partisipan yang berpartisipasi, terdapat 27 partisipan menunjukan real-self nya
atau menunjukan diri aslinya di media sosial, 18 dari 30 partisipan menunjukan
false-self atau diri yang tidak sebenarnya, dan 30 dari 30 partisipan menunjukan
ideal-self mereka atau citra yang ingin ditunjukkan pada media sosial. Jika
dipresentasekan, 18,24% menunjukan real-self, 27,36% menunjukan false-self
sedangkan yang tertinggi adalah 30,40% adalah ideal-self.
Dari hasil yang didapat, menunjukan bahwa ideal-self adalah yang paling
sering dilakukan atau ditunjukkan saat menggunakan media sosial. Seseorang
cenderung menunjukan citra terbaik atau penampilan yang diinginkan pada media
sosial mereka.

4.2 Diskusi
Dari hasil yang didapatkan bisa dikatakan bahwa lebih banyak yang
menunjukkan ideal-self mereka daripada real-self maupun false-self. Kebanyakan
dari mereka mereka lebih percaya diri jika menampilkan diri ideal mereka
daripada menjadi diri sendiri.

Salah satu hal yang membuat media sosial begitu populer dikarenakan
seseorang bisa bebas mengekspresikan diri mereka sendiri atau menampilkan
ideal-self mereka, jadi saat menggunakan media sosial seseorang bisa menjadi
apapun yang mereka mau entah itu meniru tokoh idola ataupun orang yang sangat
berbeda dengan dirinya di kehidupan sehari-hari.

Kepercayaan diri yang kurang juga bisa memicu hal tersebut. Individu dengan kepercayaan
diri rendah cenderung lebih berhati-hati
dan tidak langsung dalam presentasi diri mereka dibandingkan dengan mereka
dengan kepercayaan diri yang tinggi (Baumeister et al., 1989).
BAB V
KESIMPULAN

Kebanyakan mahasiswa S1 Universitas Muhammadiyah Malang cenderung


menunjukkan ideal-self mereka saat menggunakan media sosial.
Daftar Pustaka
Dayakisni, T. & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial (Ed. Revisi). Malang:UMM
Press.
Sugiyono.(2012).Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D.
Alfabetha:Bandung.
Data Statistik Pengguna Media Sosial Di Indonesia
https://digitalreport.wearesocial.com/download
Michikyan M, Jessica D & Kaveri S.(2014).Can You Guess Who I Am? Real,
Ideal, and False Self-Presentation on Facebook Among Emerging
Adults.Emerging Adulthood, 1-10.
Ary, D, dkk. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. (Penterjemah: Arief
Furchon). Surabaya: Usaha Nasional

Anda mungkin juga menyukai