Anda di halaman 1dari 5

KURANGNYA MOTIVASI BELAJAR ANAK KELAS 3 SD

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2019


PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU:
Retno Firdiyanti, S.Psi, M.Psi, Psikolog

Mahasiswa:
Bakhtiar
201810230311378

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
JUNI 2019
I. Identitas Subjek
Nama Lengkap : Yossie Saputra
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 10 tahun
Sekolah/Kelas : SDN 1 Praya/III

Identitas Keluarga Inti


No Peran Nama Jenis Usia Pekerjaan/Sekolah/Kelas
Kelamin
1 Ayah Sudarto Laki-Laki 37 tahun TKI
2 Ibu Maryani Perempuan 35 tahun Pembantu Rumah Tangga
3 Kakak Afrida Sita Dewi Perempuan 15 tahun Pelajar

II. Dinamika Masalah Motivasi Belajar


Yossie adalah anak dari ibu Maryani, Yossie merupakan siswa kelas III di SDN 1 Praya.
Dari informasi yang didapat, Ayahnya bekerja sebagai TKI di Malaysia. Selain itu ibunya
harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga sehingga kurang memperhatikan Yossie.
Selain itu, Yossie merupakan anak yang pendiam.
Perilaku yang dilakukan oleh Yossie tidak semata-mata terjadi begitu saja dengan
sendirinya, ada faktor-faktor yang melatar belakanginya yaitu:
a. Faktor dari dalam (internal):
 Kurangnya minat untuk belajar.
 Lemahnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
 Kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b. Faktor dari luar (eksternal):
 Faktor Keluarga
Ayah Yossie yang bekerja sebagai TKI dan ibunya yang bekerja sebagai pembantu
rumah tangga, membuat Yossie kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari
keluarganya.
Konsep hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow menyatakan bahwa kebutuhan-
kebutuhan di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu
sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi. Lima
hierarki kebutuhan menurut Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan,
kebutuhan akan cinta dan keamanan, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Dalam kasus yang dialami Yossie, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan cinta dan
keberadaan tidak didapatkan Yossie, yang dalam hal ini seharusnya kebutuhan tersebut bisa
ia dapatkan dan dipenuhi oleh keluarganya, namun karena keadaan keluarganya yang seperti
dijelaskan di atas, Yossie tidak bisa mengaktualisasikan dirinya.
Peneliti telah membuktikan sejak lama bahwa orang tua memberikan pengaruh yang
cukup besar bagi prestasi anak-anaknya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Schenider &
Coleman (Kraaykamp. 2000, p.180) bahwa “direct interest and attention of parents for the
performance of children in school is also an important indicator for the ultimate rich school
success” yang bermakna minat dan perhatian orang tua terhadap kinerja anak di sekolah
merupakan indikator penting dalam sukses anak di sekolah. Keluarga sebagai lembaga
pendidikan informal, merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga,
yang dalam hal ini orang tua memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar anaknya
(Houtenville & Conway, 2007, p.1).
Tentang urgensi perhatian orang tua, Russell (1993) menegaskan bahwa perhatian
orang tua berpengaruh kuat terhadap perilaku anak-anak. Demikian pula, Markum (1981:49)
menyatakan bahwa hubungan emosional antara orang tua dengan anak dapat mempengaruhi
kesuksesan belajarnya.
Dari uraian di atas jelas tersimpul bahwa harapan sukses yang ditargetkan untuk dicapai
oleh siswa di sekolah mutlak harus didukung perhatian orang tuanya secara psikologis, hal
tersebut tidak didapatkan Yossie dan menyebabkan motivasi belajarnya rendah.
Selain faktor keluarga, lingkungan sosial mempunyai peranan dalam prestasi belajar
yang diraih siswa. Lingkungan sosial mempunyai peranan dalam prestasi belajar yang diraih
siswa. Lingkungan sosial yang dimaksud, yaitu lingkungan masyarakat sekitar tempat
tinggal siswa dan teman sebaya. Hasil penelitian yang dilakukan Walter & Bowen (Bowen
et al, 2007, p.11) menunjukkan bahwa “peer group acceptance to be indirectly related to
academic outcomes, with schoolrelated attitudes and behavior”. Penerimaan kelompok
teman sebaya secara tidak langsung berhubungan dengan hasil akademik, dengan sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan sekolah. Santrock (2011, p.82) mengemukakan bahwa “In
addition to families and teacher, peers-children of about the same age or maturity level-
also play powerful roles in children’s development and schooling”. Penyataan tersebut
bermakna selain orang tua dan sekolah, anak yang memiliki teman sebaya dengan usia yang
sama memainkan peranan penting dalam perkembangan dan hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan anak di sekolah. Anak yang memiliki teman sebaya juga dapat mempengaruhi
motivasi anak dalam belajar.
Selanjutnya, kajian literatur juga menunjukkan bahwa teman sebaya berpengaruh
signifikan terhadap semua aspek kehidupan anak termasuk prestasi akademiknya. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gonzales et al. (1996, p.382) menunjukkan bahwa “peer
support was positively related to grades for adolesecents living in low risk neghborhoods”,
dukungan teman sebaya berkaitan secara positif dengan nilai bagi remaja yang tinggal di
lingkungan beresiko rendah.
Seperti yang dijelaskan di atas, Yossie memiliki masalah dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya karena ia termasuk anak yang pendiam, dan secara tidak langsung
dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

III. Rancangan/Strategi Pembelajaran


Sebelum menyusun strategi pembelajaran yang efektif untuk Yossie, orang tua Yossie
harus memberikan perhatian yang lebih daripada sebelumnya, karena masalah belajar yang
dialami oleh Yossie berakar dari masalah perhatian yang kurang dari orang tuanya.
Berdasarkan atas hasil observasi, teori belajar yang sesuai untuk menyelesaikan masalah
belajar Yossie adalah teori belajar sosial. Berdasarkan teori Erikson (Santrock, 2007 dan
Ormrod, 2008), Yossie sedang dalam tahapan perkembangan sosial yang ke-4 (industry vs
inferiority), pada masa ini anak memiliki kebutuhan psikososial untuk bergaul dengan teman
sebaya, yang apabila hal tersebut terpenuhi, maka anak akan rajin dan tekun dalam berusaha,
dan apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan rendah diri. Lingkungan
sosial yang berperan dalam tahap perkembangan ini adalah teman sebaya.
Beberapa hal yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah belajar Yossie adalah:

1. Orang tua Yossie dapat membantu, mendukung, dan lebih memperhatikan Yossie,
sehingga motivasi belajar Yossie meningkat.
2. Orang tua dan pendidik di sekolah mengajarkan Yossie terkait keterampilan sosial dan
akademik agar Yossie lebih percaya diri. Orang tua dan pendidik di sekolah juga
mengajarkan Yossie untuk tidak putus asa dan berusaha ketika meraih kegagalan.
3. Orang tua dan pendidik di sekolah juga mengajarkan kepada teman sebaya atau teman
kelas Yossie untuk memotivasi Yossie agar kepercayaan dirinya tumbuh dan
menghilangkan rasa rendah dirinya.
4. Orang tua dan pendidik di sekolah dapat menerapkan sistem pembelajaran yang lebih
inovatif yang dapat meningkatkan daya eksplorasi Yossie, sehingga Yossie dapat
belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Misalnya ketika pelajaran
mengenai hewan dan tumbuhan, orang tua dan pendidik di sekolah dapat mengajaknya
bereksplorasi langsung ke lingkungan sekitar ataupun ke kebun binatang.

Harapan dari solusi yang ditawarkan di atas agar Yossie dapat lebih dekat dengan
teman sebayanya dan tentunya dengan orang tuanya. Karena pada akhirnya kita semua tahu,
bahwa anak adalah titipan dan amanah, karenanya setiap orang tua akan dimintai
pertanggungjawaban atas titipan yang diamanahkan. “setiap kalian adalah pemimpin, dan
akan ditanya tentang pertanggung jawabannya” (H.R Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, At-
Tirmidzi dan Ibnu Umar).
DAFTAR PUSTAKA

Bowen, G.L et al. (2008). Changes in the social environment and the school succes of middle
school: A longitudinal Analysis.
Feist, J., Feist, G. J., Roberts, T. (2014). Teori Kepribadian (8 ed.). Jakarta: Salemba
Humanika.
Gonzales, N. A. et al. (1996). Family, peer, and neighborhood influences on academic
achievement among African-American adolescents: one year prospective effects. American
Journal of Community Psychology, Jun 1996; 24, 3.
Houtenville, A. J., & Conway, K. S. (2008). Parental effort, school resources, and student
achievement. Journal of Human resources, 43(2), 437-453.

Markum, M. E. 1981. Anak, Keluarga Dan Masyarakat (Tinjauan Atas Disiplin, kebebasan,
etika dan proses belajar).Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ormrod, Jeanne Ellis. (2008) Psikologi Pendidikan Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ormrod, Jeanne Ellis. (2008) Psikologi Pendidikan Jilid II. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Notten, N. J. W. R., Kraaykamp, G. L. M., & Ultee, W. C. (2008).Media socialization: Help
or handicap? A study of the long term effects of parental media socialization on children’s
educational success.

Russell, B. 1993. Education And The Social Order (Pendidikan Dan Tatanan Sosial)
.terjemahan oleh Setiawan Abadi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Santrock, J.W. (2011). Educational psychology. New York: McGraw Hill.

Anda mungkin juga menyukai