SKRIPSI
Oleh
Fadho Ilinnisak
NIM. 1805124246
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah siswa yang mengalami
kesulitan disgrafia akan menunjukkan ciri-ciri disgrafia yang dialami dan
menunjukkan perilaku-perilaku tertentu dalam menulis. Adapun kesulitan yang
dialami oleh siswa seperti tulisan tidak terbaca atau tidak jelas, tulisan terlalu
miring, tercampurnya huruf kapital dan huruf kecil, menghapus tulisan terlalu
sering, lamban dalam menulis, bentuk huruf terbalik, huruf hilang, menyeret
pensil. Kemudian faktor penyebab dari disgrafia yang dialami oleh subjek
penelitian adalah gabungan dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal
berupa kurangnya minat siswa atau motivasi yang kurang, dan dalam segi kognitif
i
kurang baik. Kemudian faktor eksternal yaitu keluarga yang kurang mengambil
peran dalam kegiatan pembelajaran siswa.
ii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ................................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
iii
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................17
3.4 Subjek Penelitian ......................................................................................................18
LAMPIRAN ..................................................................................................................54
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sikap guru yang menganggap bahwa proses pembelajaran yang efektif ditandai
dengan suasana kelas yang tenang. Para siswa tertib duduk di kursinya masing-
masing, mendengarkan ceramah guru. Namun ketika mereka disuruh menulis teks
maka hasil tulisan mereka masih jelek.
Salah satu keterampilan berbahasa yang mempengaruhi dalam kegiatan
belajar mengajar adalah keterampilan menulis, dalam ranahnya keterampilan
menulis sama penting dengan keterampilan-keterampilan lainnya. Yang mana
keterampilan menulis memiliki manfaat untuk berkomunikasi dan juga
berhubungan dengan keterampilan lainnya. Agar siswa dapat berinteraktif dalam
komunikasi (Ambarwati dkk, 2019). Kemampuan menulis bukanlah kemampuan
yang diperoleh secara otomatis. Kemampuan itu bukanlah bawaan sejak lahir,
namun didapatkan dengan tindak pembelajaran.
Fakta yang terdapat di SD Negeri 005 Gelora Kec. Bagan Sinembah Kab.
Rokan Hilir adalah ternyata salah satu siswa di kelas IV mengalami disgrafia,
karena siswa tersebut memiliki kendala sesuai dengan kendala yang terjadi pada
disgrafia yaitu mempunyai kesulitan-kesulitan dalam penelitian yaitu terlalu
lambat dalam menulis, saat menulis siswa mencampur huruf besar dengan huruf
kecil, bentuk huruf tidak terbaca, ukuran tulisan terlalu besar dan juga terlalu
kecil, tidak sesuai dalam menulis huruf. Seperti seringnya meninggalkan huruf
pada tulisannya, hal ini terjadi disebabkan saat mereka menyalin tulisan yang
telah diberikan oleh guru ajar. Sehingga tulisan siswa tersebut sangat sulit
dipahami dan dibaca. Selain itu, siswa tersebut terlihat sangat sulit saat diminta
mengkomunikasikan ide, pengetahuan dan pemahamannya melewati tulisan.
Berdasarkan penjabaran diatas maka dapat dilihat, peneliti termotivasi
untuk melakukan penelitian mendalam terhadap siswa yang mengalami masalah
disgrafia, guna mendapat jawaban ataupun solusi untuk menyelesaikan masalah
yang dialami oleh siswa tersebut, dan guru pun dapat melakukan upaya dalam
membantu siswa yang mengalami disgrafia dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, peneliti
akan melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Kemampuan Menulis Anak
Disgrafia di SD Negeri 005 Gelora Kec. Bagan Sinembah Kab. Rokan Hilir.”
4
6
7
menulis. Menurut Saleh Abas (2016:127) menulis adalah proses berfikir yang
berkesinambungan, mulai dari mencoba dan sampai dengan mengulas kembali.
Menulis dapat diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran
atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Menulis adalah
penggambaran visual tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan
simbol-simbol sistem bahasa penelitiannya untuk keperluan komunikasi atau
mencatat (Abdurrahman, 2012:179). Dan ada juga beberapa definisi yang lain
seperti Tarigan (Abdurrahman, 2012:178) memberi makna mengenai menulis
yaitu sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh
penelitinya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan
peneliti tersebut. Jadi menulis adalah suatu kegiatan kompleks, yang mencakup
gerakan lengan, tangan, jari, dan mata secara terintegrasi
Kemampuan menulis adalah kesanggupan untuk dapat melahirkan ide-ide
baru dan menyajikannya dalam bentuk tulisan secara utuh, lengkap, dan jelas,
sehingga ide-ide itu mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain untuk
keperluan komunikasi atau mencatat. Kemampuan menulis menurut Slamet
(2008:107) mencakup beberapa kemampuan :
1. Kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa yang tepat.
2. Kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan.
3. Kemampuan menggunakan bahasa yang tepat, pilihan kata yang lainnya.
Kemampuan seseorang dalam menulis ditentukan dengan ketepatan dalam
menggunakan unsur-unsur bahasa, pengorganisasian wacana dalam bentuk
karangan dan ketepatan dalam menggunakan bahasa serta pemilihan kata yang
digunakan dalam menulis.
Dapat disimpulkan bahwa menulis itu mempunyai makna kemampuan
seseorang untuk melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh peneliti dan
pembaca ke dalam bentuk tulisan, untuk menyampaikan pikiran, gagasan,
perasaan kehendak agar dipahami oleh pembaca. Dapat dipahami bahwa menulis
merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
tidak diragukan lagi, pengajaran menulis harus benar-benar diperhatikan dalam
kegiatan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah.
8
dikatakan dalam tulisan. Makna dalam tulisan didukung oleh kejelasan tulisan
tersebut. Tulisan dapat disebut sebagai tulisan yang jelas jika pembaca dapat
membaca dengan kecepatan yang tetap dan menangkap makna yang ada di dalam
tulisan tersebut.
Selain bermakna dan jelas, tulisan yang baik memiliki kepaduan dan utuh.
Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan
mudah. Hal tersebut karena dapat pengorganisasian tulisan dengan jelas sesuai
perencanaan dan bagian-bagiannya dihubungkan dengan yang lain.
Jadi tulisan yang baik itu adalah tulisan yang jelas dan memiliki makna,
memiliki kohesi dan koherensi yang baik, efektif dan efisien, objektif, dan selalu
mengikuti kaidah gramatikal. Hal ini akan membuat pembaca mengerti maksud
yang disampaikan oleh peneliti.
tangan. Anak-anak dengan disgrafia biasanya sangat lamban dalam hal menulis,
hasil tulisannya sangat sulit dipahami dan dibaca, dan sering juga membuat
kesalahan ejaan karena tidak mampu menyesuaikan bunyi dengan huruf. Dalam
hal diatas dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami disgrafia ini sulit
dalam menulis yang mana kesulitan tersebut berada di tangan mereka, sehingga
membuat mereka tidak lancar jika disuruh menulis oleh guru.
Orang yang mengalami disgrafia sering dapat menulis pada tingkat
tertentu dan mungkin kurang mempunyai keterampilan motorik halus, misalnya
mereka dapat menemukan tugas yang lainnya, seperti mengikat tali sepatu, tetapi
tidak mempengaruhi semua keterampilan motorik halus, hanya sebagian saja.
Orang yang mengalami disgrafia ini juga sering mengalami kesulitan yang tidak
biasa dengan tulisan tangan dan ejaan yang dapat gilirannya dapat menyebabkan
kelelahan menulis.
Pada umumnya orang yang mengalami disgrafia ini juga tidak
mempunyai tata bahasa dasar dan keterampilan dalam ejaan seperti, mengalami
kesulitan dengan huruf ‘b’,’d’,’p’, dan ‘q’ dan sering juga menulis kata yang salah
ketika mencoba menggabungkan pikiran mereka diatas kertas, kelainan ini
umumnya muncul ketika anak pertama kali diperkenalkan untuk menulis. Orang
yang mengalami masalah ini, tidaklah hanya anak sekolah dasar melainkan orang
dewasa pun mempunyai masalah tersebut.
pendapat Lenner (2000) yang mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan disgrafia, yaitu :
1) Gangguan motorik pada anak.
2) Gangguan perilaku yang dialami anak.
3) Gangguan persepsi anak.
4) Gangguan memori pada anak.
5) Gangguan tangan pada anak.
6) Gangguan anak pada saat memahami instruksi.
7) Gangguan kemampuan melaksanakan cross modal.
Berdasarkan penyebab diatas, guru harus berusaha membantu anak-anak
disgrafia agar dapat menulis seperti anak-anak yang normal lainnya.
2.2.1.2 Faktor Eksternal
Bentuk perhatian sederhana yang diberikan orang tua bisa berdampak ke
siswa yaitu siswa jadi lebih merasa lebih diperhatikan. Orang tua yang
membebaskan anak tanpa diawasi maka akan berdampak anak tidak memiliki
tanggung jawab ia sebagai seorang pelajar (Puspitasari, 2020). Maka dari itu
sebagai orang tua perlu menetapkan aturan waktu belajar, bermain, mengaji dan
kegiatan lainnya agar siswa berlatih disiplin dan tanggung jawab akan tugasnya.
Menciptakan suasana yang nyaman dalam belajar akan membuat siswa
belajar lebih fokus dan tidak mudah bosan. Suasana rumah yang memberikan
kenyamanan serta ketenangan siswa dalam belajar yaitu suasana yang tidak
bising, rapi, dan hening (Andri dkk, 2020). Keadaan maupun suasana rumah yang
rukun, harmonis, tidak berisik dan saling menghargai satu sama lain dapat
berpengaruh kepada keberhasilan siswa dalam belajar karena adanya peran
keluarga yang mendukungnya. Kondisi lingkungan sekitar maupun tempat tinggal
yang baik dan mempunyai pengaruh positif akan mempengaruhi keberhasilan
siswa dalam belajar.
ditandai dengan adanya tulisan tangan anak tak terbaca, huruf, dan tanda baca
yang dibuat anak salah. Namuan anak disleksia jenis ini masih dapat memiliki
kemampuan dalam meniru bentuk atau mengambar.
b. Disgrafia Motorik
Disgrafia motorik merupakan keadaan anak disgrafia yang mengalami
gangguan pada motoriknya dan kakunya otot, sehingga gerakan tangannya agak
kikuk dan kesulitan dalam menirukan bentuk. Ketika anak diminta menulis
memerlukan tenaga ekstra, dan bentuk tulisan sering miring karena penulisan
salah, namun anak jenis ini masih dapat mengeja kata.
c. Disgrafia Tata Ruang (Spasi)
Siswa yang mengalami disgrafia tata ruang ia mempunyai kelemahan
dalam pemahaman ruang. Sehingga meskipun anak dapat mengeja huruf dengan
baik, namuan tulisan dan gambar anak sulit untuk dipahami karena anak tidak
dapat menuliskan berdasarkan konsep ruang yang berlaku.
Kemampuan Menulis
Anak Disgrafia
METODE PENELITIAN
16
17
tindakan untuk berangkat dari sini ke sana. Diartikan bahwa di sini sebagai rangkaian
pertanyaan awal yang harus dijawab, sedangkan disana adalah rangkaian konklusi
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Adapun desain penelitian pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.
Studi
Kemampuan menulis
Pemilihan Kasus siswa disgrafia kelas
IV SDN 005 Gelora
Observasi
Pengumpulan Data
Wawancara
Dokumentasi
Analisis Data
Perbaikan
Penulisan Laporan
kesulitan menulis (disgrafia) dan referensi yang relevan dengan permasalahan dalam
penelitian.
3.7.2 Wawancara
Dalam penelitian kualitatif juga dibutuhkan pedoman wawancara yang
mana wawancara ini adalah salah satu metode pengumpulan data yang paling
digemari oleh beberapa peneliti, karena lebih mudah digunakan. Dalam
wawancara, pedoman wawancara dibutuhkan kisi-kisi yang mana pembuatan kisi-
kisi ini bertujuan sebagai pedoman dalam menyusun butir-butir pertanyaan
wawancara. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi dan memperoleh
data dari narasumber agar peneliti mengetahui suatu fenomena atau masalah yang
diangkat, hal ini pun peneliti fokus pada masalah disgrafia siswa Sekolah Dasar
untuk mengetahui kemampuan menulis siswa dalam menulis dan kesulitan apa
saja yang dihadapi siswa ketika menulis.
Berikut kisi-kisi wawancara, yang mana kisi-kisi wawancara ini digunakan
sebagai pedoman wawancara dengan guru maupun orang tua siswa yang
mengalami disgrafia.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara dengan Guru Siswa yang Mengalami Disgrafia
No. Ciri-ciri Indikator
d. Menyeret pensil
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara Orang tua Siswa yang Mengalami Disgrafia
No. Aspek Indikator
1. Lingkungan Keluarga a. Latar belakang keluarga
b. Kepekaan orang tua terhadap anak
disgrafia
c. Peran orang tua terhadap anak disgrafia
d. Suasana dalam rumah anak disgrafia
e. Penggunaan alat teknologi anak
disgrafia
2. Lingkungan Sekitar a. Keadaan lingkungan sekitar rumah
b. Teman di sekitar rumah
3.7.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2009:329) dokumentasi adalah catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Teknik ini dilakukan dengan membaca dan mempelajari
dokumentasi berupa catatan lapangan dan kearsipan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian ini. Kegiatan dokumentasi dilakukan saat peneliti
sedang melakukan observasi dan wawancara saat melakukan penelitian terhadap
siswa Disgrafia dan dokumentasi berupa dokumen sekolahan, kegiatan siswa
belajar. Dokumentasi dilakukan pada kegiatan penelitian.
(dalam Prastowo, 2012:242) yaitu melalui proses reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan serta triangulasi. Adapun penjabaran analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
Credibility
Transferability
Uji Keabsahan Data
Dependability
Confirmability
28
29
rumah. Hal ini bertujuan agar informasi yang didapat oleh peneliti lebih rinci dan
mendalam. Untuk wawancara, peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas
I, II, III, dan IV SD Negeri 005 Gelora guna mendapatkan informasi tentang
bagaimana kemampuan menulis dan faktor apa saja yang menyebabkan disgrafia
yang dialami oleh SR. Wawancara juga dilakukan kepada orangtua SR guna
mendapatkan informasi mengenai penyebab SR mengalami disgrafia ataupun sulit
dalam menulis. Lalu peneliti juga melakukan wawancara kepada SR yang
merupakan siswa yang mengalami disgrafia ataupun sulit dalam menulis guna
mendapatkan informasi secara mendalam. Hasil penelitian dianalisis oleh peneliti
dengan menggunakan teknik analisis data menurut Hiles dan Huberman, yaitu
mereduksi data atau merangkum data yang artinya peneliti mengumpulkan semua
data mengenai disgrafia atau kesulitan dalam menulis yang dialami oleh subjek
dan mengelompokkan sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, setelah itu
peneliti melakukan penyajian data yang artinya peneliti menyajikan data atau hasil
penelitian berdasarkan rangkuman yang telah dibuat sebelumnya, setelah itu ialah
penarikan kesimpulan penafsiran atau verifikasi yang artinya peneliti
menyimpulkan bagaimana disgrafia atau kesulitan menulis yang dialami subjek
dan faktor penyebab disgrafia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu siswa kelas IV
yang memiliki inisial SR yang mengalami disgrafia atau kesulitan dalam menulis
diperoleh data sebagai berikut.
sangat baik disekitar lingkungan rumah dan termasuk anak yang rajin dalam
pekerjaan apapun untuk membantu orang tua.
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan selama sepuluh hari didapat
hasil bahwasanya kondisi fisik SR baik, terlihat bahwa SR mempunyai fisik yang
kuat dan tidak ada memiliki permasalahan dalam penginderaan akan tetapi SR
memiliki gangguan penyakit dari kecil yaitu epilepsi. Orangtua SR masih kurang
maksimal dalam membimbing dan mengawasi SR melakukan kegiatan belajar
dirumah, orangtua SR beranggapan bahwa menyediakan fasilitas belajar yang ada
itu sudah cukup memadai untuk SR melakukan pembelajaran di sekolah,
dikarenakan orangtua SR yang sibuk dalam kesehariannya dalam bekerja,
orangtua SR juga jarang mengajari SR menulis secara langsung orangtua hanya
sekedar mengingatkan SR untuk belajar dan sering latihan menulis.
lama, karena saat menulis SR harus melihat satu per satu huruf yang akan SR
tulis. Posisi badan SR cenderung mendekat dengan buku tulis, dan tidak bisa
tenang seperti menggaruk kepala sambil memainkan pena yang saat itu dipegang.
Sehingga SR sangat sering menegur untuk fokus saat menulis. Dan SR menulis
sambil menyebutkan huruf satu per satu. Lalu untuk metode menulis yang
dominan dipakai guru dalam mengajarkan menulis adalah metode abjad dan
metode eja.
“Kalau huruf atau angka tidak terbaca itu karena salah satu faktor posisi
tangan saat menulis, dan sudah sering diberitahu tentang cara posisi tangan
yang baik saat menulis, akan tetapi SR memang sulit untuk memahami
perkataan guru”.
Saat menulis SR sudah termasuk salah karena posisi jari telunjuk yang
ditekuk, padahal beberapa kali guru sudah mencontohkan bagaimana cara menulis
dengan baik tapi siswa tetap mengulangi kesalahannya tersebut. Hal itu juga
dikarenakan saat di rumah tidak dibiasakan menulis. Dengan cara menulis yang
seperti itu, sebenarnya menyulitkan siswa sehingga hasil tulisan mereka menjadi
sulit terbaca.
SR merupakan anak yang ceria dan bersemangat. Sehingga SR cenderung
sangat senang bermain dengan teman-teman di sekolahnya, begitupun saat dikelas
SR saat belajar sering bercerita dan bermain dengan teman sebelahnya. Akan
tetapi, SR tidak pernah tidur saat didalam kelas, ia sering memperhatikan guru
saat menjelaskan pembelajaran walau terkadang tidak bisa tenang dikelas sering
bermain dan berjalan. Emosi SR stabil, tidak pernah tiba-tiba tantrum di sekolah.
Saat di sekolah juga guru telah menegur cara duduk yang baik agar SR
mudah dalam menulis. Akan tetapi SR tidak mau melakukannya dikarenakan SR
kurang memahami perkataan guru. Saat belajar pun SR juga telah diberitahu cara
menulis yang baik. Akan tetapi SR kesulitan dalam mengikuti perintah guru untuk
mengikutinya. Dan pada saat kelas I ini pun SR juga terlihat masih malu-malu.
Saat menulis SR sudah termasuk salah karena posisi jari telunjuk yang
ditekuk, padahal beberapa kali guru sudah mencontohkan bagaimana cara menulis
dengan baik tapi siswa tetap mengulangi kesalahannya tersebut. Hal itu juga
dikarenakan saat di rumah tidak dibiasakan menulis. Dengan cara menulis yang
seperti itu, sebenarnya menyulitkan siswa sehingga hasil tulisan mereka menjadi
sulit terbaca.
Selain itu guru juga sering memberi penguatan kepada SR untuk sering
menulis, akan tetapi daya ingat SR kurang sehingga untuk mengingat perkataan
atau arahan guru SR terlihat tidak bisa mengikuti ataupun tidak mau
mendengarkan. Saat menulis SR sangat sulit untuk mengingat tulisan, jika
menulis 1 kata SR akan berkali-kali untuk melihat kata tersebut. SR juga tidak ada
34
respon jika tulisannya ada yang terbalik ataupun ada yang hilang. Akan tetapi dia
mengetahui bentuk-bentuk huruf tersebut.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan guru kelas I –
IV pada tanggal 22 November 2022 mengenai kemampuan menulis dan kesulitan
menulis, guru mengatakan bahwa :
“SR memang tidak memiliki kemampuan dalam hal menulis, jika di dikte
ataupun jika ada tulisan dipapan tulis, SR tidak mampu menulis huruf-
huruf tersebut. SR menyadari kalau ia memang kesulitan dalam menulis,
dan ia juga sering mengeluh dengan guru mengenai huruf-huruf yang ia
kurang pahami.”
Kemampuan menulis SR memang sangat rendah, SR selalu menanyakan
bagaimana cara menulis huruf ‘g’,’w’, dan huruf ‘m’. Guru juga tidak
membiarkan SR dalam keadaan seperti itu, sebagai guru disekolah SR sering
diberitahu agar sering belajar menulis ataupun melakukan belajar diluar sekolah
seperti les, akan tetapi SR tidak mau melakukan hal itu. Dilihat dari kemampuan
menulis SR sudah jelas dia mengalami kesulitan menulis atau yang biasa disebut
dengan Disgrafia. Kondisi kesulitan yang SR alami adalah lamban belajar yaitu
anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan, sehingga proses belajarnya
menjadi lamban. Tingkat kecerdasan yang sedikit dibawah rata-rata dengan IQ
antara 80-90. Kelambanan belajar yang dialami pun merata pada semua mata
pelajaran.
Untuk pandangan ataupun respon teman-teman SR di sekolah pernah juga
terkadang mengejek dikeadaan yang SR sulit menulis dan ada juga yang
memberikan perhatian bahkan mengajarkan SR menulis. Akan tetapi, guru kelas
tetap menegur teman-teman SR dan memberi pemahaman, kalau SR memang
mempunyai kekurangan.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan guru kelas I –
IV pada tanggal 22 November 2022, guru mengatakan bahwa :
“SR sulit untuk fokus memahami sesuatu dikarenakan pengetahuan yang
kurang, dan kefokusan SR teralihkan ke hal lain. Dikarenakan IQ SR
kurang orangtuanya pernah menyekolahkan SR di Sekolah Luar Biasa
(SLB). Tetapi, tidak berlangsung lama karena guru di SLB tersebut tidak
35
“SR memang tidak mau menulis. Sudah sering diajarkan oleh kakaknya
untuk menulis akan tetapi SR selalu tidak fokus dan tidak mau
memperhatikan dengan benar. Biasanya kakaknya sering mengajarkan
cara memegang pena dan mengajarkan huruf-huruf yang SR kurang
mengetahuinya. Dan terkadang harus dimarahi dulu agar SR mau
melakukannya. Ibu juga menyiapkan fasilitas yang lengkap untuk bahan
pembelajaran SR.”
Bahasa sehari-hari yang digunakan di rumah yaitu bahasa indonesia. SR
tidak memiliki teman disekitar rumah. Jika belajar dengan kakaknya dan SR rajin
pergi sholat maghrib ke musholla terdekat lalu pulang mengaji dengan neneknya.
Untuk lingkungan masyarakat di rumah bisa dikatakan semua sudah memahami
masalah pendidikan, maka seringkali beberapa diberi peringatan oleh tetangga SR
untuk belajar di rumah.
mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika dirumah belajar pun harus dilakukan
jika itu disuruh dan tidak melakukan dengan sendirinya. Orangtua SR pun jarang
untuk memberi penguatan ke SR untuk semangat dalam belajar. Orangtua SR
menyadari bahwa SR memang sulit dalam belajar dan juga malas. Namun, jarang
untuk menemani SR dalam melakukan latihan menulis, membuat PR ataupun
pembelajaran lainnya. SR dilengkapi fasilitas alat tulis oleh orangtuanya. SR juga
mengaku bahwa SR merasa malu dan takut diejek jika dilihat teman-temannya
ketika menulis. Hal ini juga menjadi penyebab SR malas belajar menulis.
menjadi “mengambar”, SR menghilangkan salah satu huruf ‘g’, dan saat menulis
SR juga sangat lamban. Menulis kata “pahlawanku” membutuhkan waktu satu
menit dikarenakan saat menulis SR harus melihat hurufnya satu per satu. Seperti
menulis “pahlawanku” SR akan melihat huruf ‘p’ terlebih dahulu setelah itu SR
akan menulis selanjutnya huruf ‘a’ SR akan melihat kembali bagaimana bentuk
tulisan tersebut, dan begitu seterusnya hingga ke huruf ‘u’ dan menjadi kata yang
lengkap. SR juga mencampur huruf kapital dan huruf kecil, seperti menulis kata
“dari’ SR menulisnya menjadi “dARi”, SR memang agak terlihat sulit untuk
mengingat sebuah huruf kecil maupun besar sehingga SR mencampurkan huruf
kapital dan huruf kecil. Dalam penelitian bentuk huruf juga terlihat tidak terbaca
SR menulis terkadang terlalu kecil dan terkadang terlalu besar sehingga sulit
untuk dilihat maupun dibaca. Dalam penelitian tanda baca SR juga terlihat tidak
menyesuaikan dengan garis buku SR menulis dengan sangat besar sehingga huruf
atau angka tersebut tertutup dengan tanda baca tersebut, seperti menulis tanda
baca koma seakan-akan menjadi angka satu. Selain itu, dalam menulis SR sangat
ketakutan dikarenakan SR merasakan teman sebelahnya melihat saat SR menulis
dan juga terkadang tidak fokus dalam menulis, hal inilah yang membuat SR
menjadi lamban dalam menulis.
Salah satu upaya guru kelas I-IV untuk meningkatkan kemampuan menulis
adalah dengan cara memberi pelayanan khusus untuk SR seperti diberi tugas
menulis tiap 10 menit untuk melatih SR agar terbiasa dalam menulis. Guru
memberi pelayanan ini saat siswa lain diberi tugas yang berbeda dengan SR. Hal
ini dikarenakan guru memberi SR kebiasaan untuk menulis, karena SR juga saat
diberi tugas yang sama seperti siswa lain SR tidak mau mengerjakannya dengan
alasan tidak bisa menulis dan sulit untuk menulis tugas tersebut. Metode yang
digunakan guru kelas I-III adalah metode eja dan metode abjad. Proses
pembelajaran menulis dengan metode abjad yang dilakukan dimulai dengan
pemberian contoh cara menulis huruf-huruf abjad dan tanda baca, setelah itu guru
akan menunjuk secara acak dan meminta SR untuk menuliskan huruf tersebut. SR
sudah memahami penelitian abjad. Guru kelas II SR menggunakan metode
menulis permulaan seperti metode eja. Proses pembelajaran menulis dengan
metode eja seperti menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata. Sebagai
40
contoh, kata “baru” menjadi “ba – ru”, dalam proses ini guru juga menggunakan
buku menebalkan huruf. Namun SR belum memahami dengan jelas cara menulis
dengan benar. Selanjutnya, guru kelas III menggunakan metode eja seperti yang
digunakan oleh kelas II, dan hasil yang dicapai SR mampu sedikit demi sedikit
akan tetapi masih belum bisa menulis dengan lancar masih ada huruf yang
tertinggal bahkan tercampur. Guru kelas IV menggunakan metode kalimat dan
metode abjad dikarenakan agar SR memiliki peningkatan dalam kemampuan
menulisnya dan agar tidak menghilang ataupun tercampurnya huruf kapital dan
huruf kecil. Proses pembelajaran menggunakan metode kalimat ini adalah SR
dikenalkan dengan beberapa kalimat, seperti satu kalimat yang diperkenalkan
diawal pembelajaran. Seperti memperkenalkan gambar dan kalimat “ini kebun”
dan menguraikan salah satu kalimat menjadi kata , kata menjadi suku kata, suku
kata menjadi huruf-huruf seperti :
Ini kebun
Ini kebun
I-ni ke-bun
I-n-i k-e-b-u-n
Hasil yang dilakukan SR masih mencampurkan huruf kecil dan huruf kapital.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Masalah Kemampuan Menulis Anak Disgrafia Siswa SR
Kemampuan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan atau ide
menjadi sebuah keterampilan berbahasa. Akan tetapi kemampuan menulis tersebut
tidak sejalan dengan anak yang memiliki disgrafia. Menurut Jati ( 2017), anak
disgrafia adalah kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menulis atau
mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan karena mereka tidak bisa
menyuruh atau menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik
halusnya (tangan) untuk menulis. Meskipun menulis telah diajarkan di kelas I, II
41
dan III SD seperti mengenal huruf, latihan menulis contohnya latihan memegang
pensil, latihan gerakan tangan, latihan menyalin dan lainnya sehingga anak
mampu menulis, akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika anak mengalami
kesulitan menulis (disgrafia) yang dialami oleh siswa kelas IV SD. Seperti pada
kasus yang dialami oleh subjek penelitian ini yaitu SR yang masih mengalami
kesulitan menulis. Menurut (Abdurrahman, 2012:128; Aphroditta,2013:60), ada
13 indikator anak disgrafia, dibawah ini merupakan kesulitan menulis (disgrafia)
yang dialami oleh SR yaitu :
4.4.1.1 Tulisan kurang jelas dan tidak terbaca. Hal ini dialami oleh SR sesuai
dengan pengamatan yang dilakukan peneliti seperti SR masih kesulitan
dalam menulis sehingga huruf yang ditulis tidak jelas. Jenis disgrafia yang
dialami oleh SR adalah disgrafia motorik dikarenakan siswa mengalami
kesulitan dalam menirukan bentuk huruf yang akan ditulis. Misalkan pada
kata “jasa” SR sulit untuk menulisnya hingga menjadi “jAsH”, huruf yang
sebenarnya yang ingin SR tulis adalah ‘A’ bukan ‘H’ akan tetapi huruf
tersebut tidak bisa SR tulis .
4.4.1.2 Tulisan terlalu miring. Kesulitan yang dialami oleh SR dapat dilihat dari
kemampuan SR di posisi buku tulis saat SR menulis. Dalam hal ini SR
mengalami gangguan pada motoriknya sehingga gerakan tangannya kikuk,
hal ini termasuk dalam disgrafia motorik. Terkadang SR menulis dengan
buku yang lurus dan terkadang buku yang terlalu miring. Posisi duduk
terkadang tegak dan terkadang terlalu membungkuk dikarenakan kurangnya
motivasi atau malasnya menulis. Sedangkan posisi duduk yang benar adalah
badan harus tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang, tekuk lutut
42
pada sudut yang benar, tidak diperbolehkan menyilang kaki saat menulis,
letakkan kursi dengan meja dan istirahatkan lengan dan siku. Sedangkan
posisi tangan yang benar saat menulis adalah menggunakan tangan kanan
dan memegang pulpen dengan tiga jari.
4.4.1.3 Tercampurnya huruf kapital dan huruf kecil. Kesulitan ini terlihat
ketika SR menulis dikarenakan SR sulit untuk mengingat huruf yang akan
ditulis. Dalam hal ini SR mengenal huruf abjad kapital dan abjad huruf
kecil, akan tetapi SR mengalami disgrafia disleksi yaitu ketidakmampuan
otak dalam memproses bahasa ataupun sulit untuk mengingat huruf saat
sedang menulis. Seperti misalnya kata “dari” menjadi “DARi”.
4.4.1.5 Lamban dalam menulis. Hal ini dialami oleh SR saat menulis
dikarenakan SR tidak mudah mengigat huruf dan menulis huruf. Jenis
disgrafia ini adalah disgrafia disleksi yaitu ketidakmampuan otak dalam
memproses bahasa. Cara menulis SR dengan cara melihat satu per satu huruf
yang akan ditulis misalkan kata “oleh” SR melihat huruf ‘o’ setelah itu baru
ditulis dan begitulah seterusnya sampai ke huruf ‘h’. Sehingga setelah diuji
coba untuk menulis satu kalimat, SR memerlukan waktu satu menit 20 detik
dengan tulisan yang terlihat tidak terbaca, huruf yang hilang, tercampurnya
huruf kapital dan huruf kecil dan menghapus tulisan.
4.4.1.6 Mengalami kram saat menulis. Hal ini dialami oleh SR jika SR merasa
lelah dalam menulis. SR tidak bisa menulis banyak kata dikarenakan SR
mengalami kram. Dalam hal ini SR mengalami gangguan pada motoriknya
dan kakunya otot sehingga gerakan tangannya kikuk dan mengalami kram,
hal ini termasuk dalam disgrafia motorik. Kram tersebut terjadi karena
adanya gejala epilepsi, salah satu gejala epilepsinya adalah kejang-kejang
44
4.4.1.8 Huruf hilang. Hal ini telihat saat SR menulis kata “kamu” menjadi
“kam”. SR menghilangkan huruf ‘u’ saat menulis kata tersebut. Jenis
disgrafia ini adalah disgrafia disleksi yaitu ketidakmampuan otak dalam
memproses bahasa sehingga SR tidak mampu dalam mengingat.
Dikarenakan SR sulit mengingat kata yang akan ditulis. Ini juga disebabkan
SR yang tidak teliti saat ingin menulis sebuah huruf dari sebuah kata.
SR mengalami tiga belas indikator yang terdiri dari sembilan indikator ciri-
ciri disgrafia yang peneliti jadikan acuan, sehingga sudah cukup membuktikan
bahwa SR termasuk siswa yang mengalami disgrafia.
Seperti sejalannya dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Irmayani
(2018) kesulitan menulis yang dialami oleh siswa adalah 1) tidak bisa menulis
dengan jelas, 2) adanya tulisan terbalik seperti ‘p’ menjadi ‘q’ 3) adanya
kekurangan huruf dalam menulis seperti kata “dengan” menjadi “degan”, 4)
adanya penambahan tulisan seperti “saya” menjadi “sayah.
Temuan penelitian yang dilakukan oleh Lerinando (2021) kesulitan menulis
terlihat pada belum mampunya siswa menulis dikarenakan belum mampunya
menulis huruf dan angka dengan jelas dan belum benar-benar terasah. Yang mana
hal demikian juga terjadi pada SR, ketika menulis SR belum mampu untuk benar-
benar menulis dan tulisan SR pun masih belum bisa terbaca.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada saat observasi dan
wawancara dengan guru kelas I-IV, orang tua siswa yang berkesulitan menulis
dan siswa yang bersangkutan dapat disimpulkan bahwa siswa ini memiliki
masalah. SR memiliki masalah yaitu belum bisa menulis dan minat menulis itu
pun kurang. Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi SR adalah :
4.4.3.1 Faktor Internal
4.4.3.1.1 Kurangnya minat menulis atau motivasi yang kurang. SR tidak
pernah memiliki inisiatif sendiri untuk belajar di rumah. Bahkan ketika
orangtuanya meminta ia untuk belajar atau latihan menulis SR jarang
melakukannya dan menganggap hal itu hanya hal yang biasa tidak terlalu
perlu, ia lebih memilih bermain daripada belajar. SR hanya akan
melakukan perintah orang tuanya untuk belajar ketika sudah dimarahi oleh
orang tuanya. Hal ini juga kurangnya stimulus dan motivasi untuk
meningkatkan kemampuan SR dalam menulis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Puspitasari (2020) bahwa motivasi adalah bentuk dorongan
untuk seseorang agar dapat melakukan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Siswa menganggap menulis adalah suatu kegiatan yang
melelahkan. Siswa yang tidak memiliki minat dan motivasi membuat
seorang siswa tidak memiliki keinginan dan tidak semangat dalam
belajarnya. Kurangnya minat belajar ini juga berpengaruh karena gadget,
yang mana di era sekarang dikalangan anak-anak hingga dewasa tidak
dapat lepas oleh gadget tersebut.
4.4.3.1.2 Segi kognitif. SR masih sulit dalam menulis sehingga ia juga tidak
memahami apa yang ia tulis dalam buku tersebut. SA juga kurang dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga membuat SR tidak
berani menjawab pertanyaan ataupun soal yang diberikan oleh guru. SR
juga sulit dalam mengingat bentuk huruf. Menurut Mulyono (dalam
Rizkiana, 2016:69) mengemukakan bahwa memori yang berhubungan
dapat dibedakan mnjadi dua macam yaitu memori visual yang berfungsi
untuk mengetahui bentuk abjad dan memori auditif berfungsi untuk
mengetahui bunyi abjad.
48
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis
anak disgrafia yang dialami oleh SR adalah : 1) tulisan tidak jelas atau tidak dapat
dibaca, 2) tulisan terlalu miring, 3) tercampurnya huruf kapital dan huruf kecil 4)
lambat dalam menulis, 5) bentuk huruf terbalik, 6) huruf hilang seperti
“menggambar “ menjadi “mengambar” 7) menghapus tulisan terlalu sering, 8)
mengalami kram saat menulis, 9) menyeret pensil. Adapun faktor penyebab dari
disgrafia yang dialami oleh SR adalah faktor kombinasi atau gabungan dari faktor
internal seperti kurangnya minat menulis dan motivasi yang kurang, kognitif yang
lemah. Serta faktor eksternal seperti orangtua dan sistem pembelajaran.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan temuan yang didapatkan,
maka peneliti mengajukan rekomendasi dan saran-saran sebagai berikut:
1. Sekolah dan guru , sebaiknya mempelajari dan memahami tentang anak
yang mengalami disgrafia atau kesulitan menulis berdasarkan sifat dan
karakteristik siswa sehingga dapat mengetahui masalah disgrafia dan
faktor penyebabnya secara tepat yang akan berguna dalam menentukan
metode atau cara yang tepat guna mengatasi masalah tersebut. Dan
sebaiknya konsisten dalam menerapkan pembelajaran khusus dala
menulis.
2. Bagi orangtua, sebaiknya selalu menguasahakan untuk memperhatikan
pendidikan anak dan juga sebaiknya orangtua yang langsung
membimbing anak dalam melakukan pembelajaran di rumah sehingga
apabila terjadi masalah sulit dalam menulis dapat diketahu secara
langsung.
3. Anggota keluarga lain, sebaiknya dapat ikut serta dalam memperhatikan
keseharian anak di rumah dan dalam proses pembelajaran yang anak
alami.
50
DAFTAR PUSTAKA
51
52
LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkip Wawancara
Wawancara dengan Guru Kelas I
1. Tulisan tidak terbaca. 1. Tulisan terlalu jelek sehingga 1. Bagaimana cara siswa saat 1. SR menulis tidak fokus
tidak dapat dibaca menulis bu? 2. Pernah akan tetapi tidak
2. Apakah pernah membenarkan dilakukan saat itu saja
2. Tulisan terlalu miring
cara duduk SR? tidak pernah dibiasakan
3. Bentuk huruf atau angka tidak 3. Apakah pernah membenarkan padahal sudah sering
terbaca posisi tangan SR saat diingatkan
menulis? 3. Pernah akan tetapi tidak
dijalankan seterusnya
2. Terlambat dalam 1. Terlalu lambat dalam menulis 1. Apakah pernah memberikan 1. Sering tetapi SR sangat
menulis sehingga tugas dikumpulkan penguatan kepada siswa untuk sulit untuk mengerti
tidak tepat pada waktunya latihan menulis? 2. Ada metode yang
2. Apakah ada metode yang diajarkan adalah metode
diajarkan? eja
55
3. Huruf hilang atau 1. Bentuk terbalik (seperti 1. Bagaimana dengan daya ingat 1. Daya ingat kurang, sangat
terbalik bercermin misal d menjadi b, p siswa? Apakah mudah sulit untuk mengingat
menjadi q) mengingat huruf yang ditulis? huruf
2. Huruf hilang (misal 2. Bagaimana sikap siswa, jika 2. Tidak ada respon
menggambar menjadi siswa tersebut menyadari 3. Kurang memahami
mengambar) tulisannya terbalik atau ada
yang hilang?
3. Apakah siswa saat menulis
memahami bentuk hurufnya?
4. Kesalahan dalam 1. Sudut pensil terlalu besar 1. Apakah pernah mencontohkan 1. Pernah
memegang pensil. atau memperbaiki pensil atau 2. Tidak mengerti, SR hanya
2. Sudut pensil terlalu kecil
pena SR saat menulis? mengangguk tapi tidak
56
7. Kondisi keluarga 1. Latar belakang 1. Seperti apakah latar belakang 1. Latar belakang keluarga
2. Sosial keluarga siswa? siswa baik
3. Ekonomi 2. Bagaimana keadaan sosial dan 2. Menengah ke bawah
4. Kasih sayang ekonomi keluarga siswa? 3. Pernah mencari informasi
3. Apakah ibu pernah menjalin melalui tetangga dan
hubungan komunikasi dengan oragtua memperhatikan
orangtua siswa? Apakah siswa SR di rumah
diperhatikan saat belajar 4. Iya bahkan pernah
dirumah? disekolahkan di SLB
4. Apakah keluarga siswa (Sekolah Luar Biasa)
memperhatikan pendidikan tetapi IQ kurang
siswa?
59
1. Tulisan tidak terbaca. 1. Tulisan terlalu jelek sehingga 1. Bagaimana cara siswa saat 1. SR menulis tidak fokus
tidak dapat dibaca menulis bu? 2. Pernah akan tetapi tidak
2. Apakah pernah membenarkan dilakukan saat itu saja
2. Tulisan terlalu miring
cara duduk SR? tidak pernah dibiasakan
3. Bentuk huruf atau angka tidak 3. Apakah pernah membenarkan padahal sudah sering
terbaca posisi tangan SR saat diingatkan
menulis? 3. Pernah akan tetapi tidak
dijalankan seterusnya
2. Terlambat dalam 1. Terlalu lambat dalam menulis 1. Apakah pernah memberikan 1. Sering tetapi SR sangat
menulis sehingga tugas dikumpulkan penguatan kepada siswa untuk sulit untuk mengerti
tidak tepat pada waktunya latihan menulis? 2. Ada metode yang
2. Apakah ada metode yang diajarkan adalah metode
diajarkan? abjad
60
3. Huruf hilang atau 1. Bentuk terbalik ( seperti 1. Bagaimana dengan daya ingat 1. Daya ingat kurang, sangat
terbalik bercermin misal d menjadi b, p siswa? Apakah mudah sulit untuk mengingat
menjadi q) mengingat huruf yang ditulis? huruf
2. Huruf hilang (misal 2. Bagaimana sikap siswa, jika 2. Tidak ada respon
menggambar menjadi siswa tersebut menyadari 3. Kurang memahami
mengambar) tulisannya terbalik atau ada
yang hilang?
3. Apakah siswa saat menulis
memahami bentuk hurufnya?
4. Kesalahan dalam 1. Sudut pensil terlalu besar 1. Apakah pernah mencontohkan 1. Pernah
memegang pensil. atau memperbaiki pensil atau 2. Tidak mengerti, SR hanya
2. Sudut pensil terlalu kecil
pena SR saat menulis? mengangguk tapi tidak
3. Menggenggam pensil 2. Apakah siswa langsung dilakukan untuk
memahami dengan baik saat seterusnya
4. Menyeret pensil
diberikan contoh?
5. Kesulitan menulis 1. Kemampuan menulis 1. Bagaimana kemampuan 1. Tidak mampu untuk
2. Kesulitan menulis menulis SR saat ibu mendikte mengikuti dan tidak
61
yang dialami siswa 3. Faktor kesulitan dalam menulis atau saat ada tugas dipapan mampu menulis huruf-
4. Faktor kemampuan dalam tulis? Apakah siswa mampu huruf yang akan ditulis
menulis menulis huruf-huruf tersebut? 2. Pernah, seperti kalau SR
5. Hubungan guru dan teman 2. Apakah siswa pernah tidak tau saat menulis
teman sekelas mengeluh saat kesulitan huruf ‘g’, SR akan
menulis? Apa saja keluhan bertanya “bagaimana bu
siswa? cara menulisnya?”
3. Apakah siswa kesulitan dalam 3. Posisi duduknya tidak bisa
posisi menulis? Bagaimana diam, karena dia tidak
cara agar siswa nyaman fokus. Dikarenakan ada
dengan posisi duduknya? kekurangannya. Diarahkan
4. Bagaimana pandangan atau kembali.
respon ibu dan teman-teman 4. Respon ibu baik dan tidak
sekelas siswa terhadap siswa menekan SR, karena
tersebut? memang SR memiliki
kekurangan atau
ketidakmampuan itu,
terkadang ada teman
sekelasnya yang mengejek
62
1. Tulisan tidak terbaca. 1. Tulisan terlalu jelek 1. Bagaimana cara siswa saat 1. SR menulis tidak fokus
sehingga tidak dapat dibaca menulis bu? 2. Tidak diberikan pelayanan
2. Apakah pernah membenarkan khusus untuk cara duduk
2. Tulisan terlalu miring
cara duduk SR? dan posisi tangan
3. Bentuk huruf atau angka 3. Apakah pernah membenarkan
tidak terbaca posisi tangan SR saat menulis?
2. Terlambat dalam 2. Terlalu lambat dalam 1. Apakah pernah memberikan 1. Sering tetapi SR sangat
menulis menulis sehingga tugas penguatan kepada siswa untuk sulit untuk mengerti
dikumpulkan tidak tepat latihan menulis? 2. Metode yang diajarkan
pada waktunya 2. Apakah ada metode yang adalah metode
diajarkan? 3. Ada metode yang
diajarkan adalah metode
abjad dan metode kalimat
65
3. Huruf hilang atau 1. Bentuk terbalik ( seperti 1. Bagaimana dengan daya ingat 1. Daya ingat kurang, sangat
terbalik bercermin misal d menjadi siswa? Apakah mudah mengingat sulit untuk mengingat
b, p menjadi q) huruf yang ditulis? huruf
2. Huruf hilang (misal 2. Bagaimana sikap siswa, jika 2. Tidak ada respon karena
menggambar menjadi siswa tersebut menyadari untuk pengetahun tersebut
mengambar) tulisannya terbalik atau ada yang tidak ada
hilang? 3. Kurang memahami
3. Apakah siswa saat menulis
memahami bentuk hurufnya?
4. Kesalahan dalam 1. Sudut pensil terlalu besar 1. Apakah pernah mencontohkan 1. Tidak ada layanan khusus
memegang pensil. atau memperbaiki pensil atau untuk mencontohkan atau
2. Sudut pensil terlalu kecil
pena SR saat menulis? memperbaiki pensil atau
3. Menggenggam pensil 2. Apakah siswa langsung pena SR
memahami dengan baik saat
66
5. Kesulitan menulis 1. Kemampuan menulis 1. Bagaimana kemampuan menulis 1. Tidak mampu untuk
yang dialami siswa 2. Kesulitan menulis SR saat ibu mendikte atau saat mengikuti dan tidak
3. Faktor kesulitan dalam ada tugas dipapan tulis? Apakah mampu menulis huruf-
menulis siswa mampu menulis huruf- huruf yang akan ditulis
4. Faktor kemampuan dalam huruf tersebut? 2. Pernah, seperti merasa
menulis 2. Apakah siswa pernah mengeluh lama menulis
5. Hubungan guru dan teman saat kesulitan menulis? Apa saja 3. Posisi duduknya tidak bisa
teman sekelas keluhan siswa? diam, karena dia tidak
3. Apakah siswa kesulitan dalam fokus. Dikarenakan ada
posisi menulis? Bagaimana cara kekurangannya. Diarahkan
agar siswa nyaman dengan posisi kembali.
duduknya? 4. Respon ibu baik dan tidak
4. Bagaimana pandangan atau menekan SR, dan ibu juga
respon ibu dan teman-teman mengingatkan kepada
sekelas siswa terhadap siswa teman-temannya karena
67
6. Keadaan psikologis 1. Perilaku 1. Bagaimana sikap siswa saat 1. Tidak fokus dalam
siswa yang memilki 2. Sikap mengikuti kegiatan belajar dan pengetahuan tetapi baik
kesulitan menulis 3. Ibadah mengajar? dalam keterampilan
4. Keahlian 2. Bagaimana perilaku keseharian olahraga
siswa di sekolah? 2. SR sangat aktif tetapi
3. Apakah siswa termasuk anak aktifnya SR dalam
yang rajin dalam beribadah? bermain dalam
4. Apa saja keahlian yang dapat di pengetahuan kurang
lakukan oleh siswa? 3. Rajin
4. Tidak ada
7. Kondisi keluarga 1. Latar belakang 1. Seperti apakah latar belakang 1. Latar belakang keluarga
2. Sosial keluarga siswa? siswa baik tetapi kurang
3. Ekonomi 2. Bagaimana keadaan sosial dan perhatian
4. Kasih sayang ekonomi keluarga siswa? 2. Menengah ke bawah
3. Apakah ibu pernah menjalin 3. Pernah akan tetapi melalui
68
disgrafia
3. Peran orang a. Bagaimana peran ibu dalam Kadang saya suruh SR
tua terhadap mendidik anak? untuk belajar tiap
anak disgrafia malam
b. Apakah ibu selalu Tidak, kakaknya yang
mendampingi dan ajar
membimbing SR dalam
belajar? Jika iya, bagaimana
caranya?
3. Suasana dalam a. Bagaimana cara ibu jika SR Marah atau lebih tegas
rumah melakukan kesalahan? ke SR
Foto Keterangan
Hasil raport
kelas 4
semester ganjil
tahun
2022/2023
79
80
Tulisan SR
Kelas 1 SD
Tulisan SR
Kelas 2 SD
81
Tulisan SR
Kelas 3 SD
Tulisan SR
Kelas 4 SD
82
Perbandingan
Tulisan SR dan
Tulisan Teman
SR
83
Lampiran 4. SK Pembimbing
84
Lampiran 7. Dokumentasi
89
90
91
92
93
94
95