Anda di halaman 1dari 16

Review Jurnal LEARNING DISABILITY

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


“Kesulitan Belajar”

Dosen Pengampu:
Isfauzi Hadi Nugroho M.Pd

Disusun Oleh:
Hafis Ali Azhar (932123616)
Siti Nur Hamidah (932109016)
Suma aulia (932102216)
Siti Anisatunafi'ah (932132416)
Dewi Rohmatin (932127716)
Nilna Hikmatun Balighoh (932114116)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2018
REVIEW JURNAL

Judul :PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN


KONSEP BILANGAN BAGI ANAK DENGAN MATHEMATICS LEARNING
DISABILITY DI SEKOLAH DASAR INKLUSI

Jurnal : Jurnal Indomanesia Mathematics Education

Volume dan Halaman : Vol. 1, Issue 1.

Tahun : 2018

Penulis : Erna Suwangsih, Hafiziani Eka Putri, Suprih Widodo,

Trisno Ikhwanudin

1. Latar Belakang
Bagi anak kesulitan belajar matematika untuk memahami nilai
tempat dalam mata pelajaran matematika adalah suatu hal yang sulit.
Ketika anak dengan gejala kesulitan belajar matematika melihat angka
493, dia hanya mengenali angka tersebut sebagai angka 4 (empat), 9
(Sembilan), dan 3 ( tiga).
Pemerintah, dalam hal ini Kemdikbud telah menjamin pendidikan
anak luar biasa, antara lain melalui Permendiknas No. 70 Tahun 2009
tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Berdasarkan Permendiknas
ini, anak kesulitan belajar matematika berhak mendapatkan pelayanan
yang berkualitas dalam proses pembelajarannya.
Dalam rangka membantu menyediakan sumber belajar bagi orang
tua, guru, atau praktisi dalam membimbing anak kesulitan belajar
matematika, peneliti mengadakan penelitian tentang “Pengembangan
model pembelajaran konsep bilangan bagi anak kesulitan belajar
matematika di Sekolah Dasar”.
2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya model pembelajaran
konsep bilangan yang sesuai dengan karakteristik anak kesulitan belajar
matematika yang berlandaskan pada konsep-konsep pembelajaran bagi
anak kesulitan belajar matematika, kondisi empiris di lapangan, dan
upaya-upaya pembelajaran yang sudah dilakukan guru/pembimbing.
3. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas III yang ada di Sekolah Dasar
Negeri Gegerkalong 2 Kota Bandung dengan diagnosa kesulitan belajar
matematika (hasil diagnosis dari tenaga ahli di Indigrow) pada satuan
pendidikan sekolah dasar inklusif.
4. Metodologi Penelitian
a. Studi pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan kajian teoritik yang meliputi
kegiatan:
a) Mngkaji konsep, teori, model pembelajaran matematika di SD,
mempelajari tentang konsep dan teori kesulitan belajar, mendalami
konsep bilangan
b) Mengkaji hasil-hasil penelitian orang lain yang relevan dengan
pengembangan model pembelajaran.
b. Tahapan studi lapangan (pra- survey)
Pada tahap ini diperlukan data dan informasi yang cukup
komprehensif mengenai data banyaknya siswa kelas III di SDN
Gegerkalong 2, mencari data banyaknya siswa yang mengalami
kesulitan belajar matematika, mencari data bagaimana kompetensi
awal siswa kelas I SDN Gegerkalong dalam penguasaan matematika
dan mengenai strategi, metode, dan teknik pembelajaran matematika di
kelas III. Penggalian informasi mengenai hal tersebut diperoleh
melalui sumber data, yaitu melakukan survai terkait penyelenggaraan
pembelajaran matematika di SDN Gegerkalong 2.
c. Tahap analisis data pra-survei
Pada tahap ini, data yang diperoleh dari sebaran instrumen untuk
mengetahui kondisi awal siswa kelas III SDN Gegerkalong 2,
dianalisis hasilnya, dan dilihat materi-materi matematika mana yang
skornya masih rendah.
d. Tahapan penyusunan model pembelajaran
Pada tahap penyusunan model pembelajaran, data diambil dari
hasil analisis data awal siswa
e. Validasi model pembelajaran
Model pembelajaran yang sudah disusun, divalidasi oleh para
pakar. Setelah divalidasi direvisi, baru siap untuk dilaksanakan pada
kegiatan penelitian.
5. Tindakan
Tindakan yang dilakukan yaitu dengan Penggunaan keterampilan
alat peraga matematika yang diharapkan mengaktifkan siswa dalam
berinteraksi antar siswa untuk mengembangkan dan membangun konsep-
konsep bilangan yang dipelajarinya. Dalam menggunakan alat peraga,
guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media, tetapi juga
harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta
mengusahakan media dengan baik. Memilih dan menggunakan media
harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan yang lebih utama
dapat memperlancar pencapaian tujuan serta menarik minat siswa
6. Hasil dan kesimpulan
a. Hasil
a) Peningkatan pemahaman materi pelajaran
Hasil analisis di menunjukkan bahwa model pembelajaran
Matematika dapat mengaktifkan siswa dalam berinteraksi antar
siswa untuk mengembangkan dan membangun konsep-konsep
bilangan yang dipelajarinya. Dengan memberikan kesempatan pada
siswa untuk aktif belajar dalam kelompoknya, memungkinkan
pembelajaran yang berlangsung akan berorientasi pada kegiatan
siswa (student centre). Hal ini berarti siswa akan aktif berdiskusi
dalam kelompoknya sehingga diantara mereka akan terjadi
interaksi dan proses elaborasi tutor sebaya
b) Aktivitas siswa dan guru
Model Pembelajaran Matematika memberikan kesempatan
pada siswa untuk membangun pengetahuannya melalui
penggunaan alat peraga Matematika dan berbagai aktivitas
kelompok. Selain itu proses pembelajaran yang terjadi lebih
berorientasi pada siswa (student center), guru lebih banyak
berperan sebagai informator, fasilitator atau motivator
c) Penggunaan keterampilan alat peraga matematika
Secara umum para siswa belum pernah mengenal model
pembelajaran Matematika. Setelah pembelajaran berlangsung para
siswa dapat merasakan bahwa pembelajaran ini dapat mendorong
siswa aktif bekerja sama untuk bertukar pikiran dalam
menyelesaikan masalah. Siswa sudah tidak begitu canggung
menggunakan keterampilan penggunaan Matematika, karena
sebelum dimulai penerapan pembelajaran siswa telah dilatih
menggunakan keterampilan alat peraga beberapa kali. Penggunaan
keterampilan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam pembelajaran, sehingga pada akhirnya materi
yang diajarkan mudah difahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan
pemikiran bahwa partisipasi dapat diciptakan dengan baik apabila
guru dapat menciptakan suatu situasi belajar yang nyaman dan
menarik. Salah satu hal yang dapat menarik perhatian siswa adalah
adanya media sebagai sumber pembelajaran
d) Tanggapan siswa terhadap pembelajaran model pembelajaran
matematika
Pendapat siswa mengenai perangkat pembelajaran, aktivitas
penggunaan alat peraga dan suasana kelas hampir semuanya
memilih senang dan sebagian kecil menyatakan baru. Alasannya
karena perangkat pembelajaran dapat mengaktifkan siswa belajar
dan uraian materinya dikaitkan dengan isu/masalah yang
berkembang di masyarakat (dianggap baru). Mengenai aktivitas
penggunaan alat peraga para siswa beralasan bahwa langkah-
langkah penggunaan alat peraga menuntut mereka melakukannya
dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka merasa ada sesuatu
yang baru dalam kegiatan belajarnya. Para siswa sebagian besar
menyatakan suasana kelas terasa menyenangkan, karena para siswa
terlibat aktif belajar dan saling menghargai
b. Kesimpulan

Pemahaman materi tentang konsep bilangan dapat ditingkatkan


melalui model pengembangan pembelajaran matematika, hal ini dapat
diketahui dari peningkatan perolehan skor rata-rata. Dengan
berorientasi pada student centre. memberikan kesempatan siswa untuk
aktif berdiskusi sehingga terjadi interakasi dan elaborasi tutor sebaya.
Pada umumnya siswa memberikan tanggapan positif terhadap model
pembelajaran Matematika ini. Hal ini dikarenakan dalam mengatasi
permasalahan dapat ditangani secara cepat jika perlu dipecahkan
dengan belajar kelompok, apalagi pengembangan materi pembelajaran
didukung oleh alat peraga Matematika. Model pembelajaran kooperatif
Matematika ini memiliki kelebihan yakni rasa social dapat
berkembang dengan baik, karena siswa belajar aktif, terarah dan dapat
bekerjasama dengan baik sehingga materi pembelajaran mudah
dipahami. Namun model pembelajaran ini juga memiliki kelemahan
diantaranya membutuhkan waktu yang relative lama, cukup
melelahkan dan membuat kelas tidak kondusif.
REVIEW JURNAL

Judul : Learning Disabilities Dalam Layanan Kesehatan Ibu dan


Anak: Studi Kasus di Dinas Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas di
Indonesia

Jurnal :-

Volume dan Halaman : Vol. 06, no 02.

Tahun : 2017

Penulis : Nana Diana, Mubasysyr Hasanbasri, Mohammad Hakimi

A. Latar Belakang Penelitian


Setiap tahun di dunia ini pasti terjadi kelahiran maupun kematian,
bahkan dalam setiap tahun wanita yang meninggal karena melahirkan pun
banyak. Hal ini terjadi pada kualitas pelayanan kesehatan yang buruk
menjadi faktor penyebab utama. Di indonesia angka kematian ibu
menunjukkan kenaikan yang signifikan. Buruknya kualitas pelayanan
tidak hanya menyebabkan kematian, akan tetapi juga menyebabkan efek
kesakitan baik fisik maupun psikologis.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dengan mengadakan programm bidan desa. Dinas
kesehatan sebagai satu organisasi pemerintah harus mampu mengatasi
permasalahan kematian ibu dan anak dengan strategi yang tepat. Di dalam
menerapkan learning organization (organisasi yang terlatih dalam
menciptakan dan mengubah pengetahuan ataupun informasi untuk
mencerminkan pengetahuan dan pandangan baru). Ada tujuh frame work
yang dapat digunakan salsh satunya adalah organizational learning,
dimana semua struktur dan proses yang ada dalam organisasi disetting
untuk melakukan learning organization.
Namun ada berbagai ketidakmampuan belajar (learning
disabilities) yang dapat terjadi dalam organisasi khususnya dinas
kesehatan. Kondisi birokrasi menjadi salah satu penyebab terjadinya
learning disabilities tersebut. Birokrasi membunuh energi, kreativitas, dan
kesediaan untuk menanggung resiko sebagai sebuah keniscayaan agar
proses pembelajaran senantiasa berkembang.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengeksplorasi bagaimana learning
otganization dalam layanan gawat darurat oleh bidan desa.
C. Subjek Penelitian
Sekretaris dinas kesehatan, kepala seksi perencanaan, staff, bidan
koordinator dan bidan desa.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan desain multi kasus di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang. Dan menggunakan
anlisis data kualitatif yang menyiapkan dan mengorganisasikan data untuk
analisis mereduksi data menjadi di tema dan menyajikan data.
E. Tindakan
Dengan membangun dan memperbaiki kepercayaan satu sama yang lain,
budaya kerendahan hati, meningkatkan kemamouan tim dalam membuat
keputusan untuk lingkungan yang komplek yakni kompetensi inti yang
membutuhkan tim training dan praktis yang berkelanjutan. Menampung
semua dampak positif yang memungkinkan kita untuk menerapkan metode
peningkatan kualitas penanganan masalah kesehatan komunitas yang
sangat kompleks. Sikap positif tersebut meliputi kepercayaan, kerendahan
hati, kemampuan dalam mengambil keputusan dengan kompleksitas
masalah yang tinggi merupakan hal-hal yang senantiasa harus diupayakan
dalam organisasi pembelajaran.
F. Hasil dan Kesimpulan
1) Hasil
Didalam organisasi terdapat beberapa learning disabilities yakni
meliputi I am My Position, The Enemy is Out There (ketidakmampuan
dalam belajar karena menganggap bahwa pihak luar menjadi
penyebab suatu kegagalan), The Illusion of Taking Charge
(ketidakmampuan belajar akibat tidak mampu menganalisis masalah
secara komprehensif), The Fixation on events (ketidakmampuan
belajar karena terlalu fokus pda kejadian jangka pendek), The Parable
of The Boiled Frog (organisasi yang tidak peka dengan permasalahan
kecil namun yang terjadi tidak dianggap penting), The Myth of The
Management Team (ketidakmampuan belajar karena tim manajer yang
selalu berusaha untuk menjaga imej yang baik dan meredakan
konflik).
2) Kesimpulan
Berbagai learning disabilities merupakan hambatan dalam
menerapkan learning organization. Harus ada upaya menekan
learning disabilities melalui penguatan health system (pendidikan
kedokteran). Leraning organization merupakan komponen yang
sangat substansial dalam upaya penguatan health system. Learning
organization dapat diterapkan dengan menggunakan tool audit (proses
pengontrolan). Beberapa negara telah berhasil menerapkan audit untuk
mendeteksi masalah kesehatan ibu dan anak dan mampu
meningkatkan performa organisasi.
Beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong
terbentuknya learning organization. Keterbukaan dari top manajer
untuk menerima ide dan gagasan tentang kematian, dan kemauan
beberapa bidan untuk senantiasa mengupdate ilmu dan skillnya
merupakan beberapa hal yang mampu menjadi pondasi awal learning
organization.
REVIEW JURNAL

Judul : Perancangan Interior Pusat Informasi dan Pengembangan


Penyandang Intellectual – Learning Disability di Surabaya

Jurnal : Jurnal Intra

Volume dan Halaman : Vol. 07, no 02.

Tahun : 2019

Penulis : Lyvia Tjiasmanto, Purnama E.D. Tedjokoesoemo, Anik


Rakhmawati

A. Latar Belakang Penelitian


Anak merupakan calon penerus masa depan yang harus dididik dan
bimbing dengan baik untuk di arahkan menuju hal yang posistif. Maka dari itu
perlu ditterapkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan kognitif,
psikis dan ketrampilan bagi anak. Dengan adanya urgensi tentang hal tersebut
maka orang terdekat anak yaitu orangtua perlu memperhatikan kemampuan
kognitif, psikis dan ketrampilan anak sejak dini.
Kebanyakan orang di dunia tidak menyadari akan hambatan yang di alami
anak selama proses belajar Anak sejak dini dan cenderung meremehkannya.
Walaupun orang tua sudah menyadari akan hambatan anak tentang belajar,
orang tua tidak bisa mencari solusi yag tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Kesulitan belajar pada anak ini bisa disebut dengan Learning
Disability. 1/3 masayarakat dunia mengkaitkan Intellectual-Learning
Disability dengan penyebab yang tidak akurat.
Kurangnya pengetahuan dan informasi seputar Intellectual – Learning
Disability menyebabkan anak dengan disabilitas terkait terlambat untuk
ditangani, yang mengakibatkan anak kesulitan dalam beradaptasi dan
memproses informasi yang diterima sehari-hari. Ditambah munculnya stigma
negatif tentang penyandang menyebabkan lingkungan penyandang yang
semakin tidak kondusif dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi pada masyarakat
tentang pengembangan yang inovatif tentang pentingnya kesadaran akan
Intellectual – Learning Disability. Namun dalam penelitian ini , pusat
informasi yang dimaksud bukan berupa seminar ataupun sosialisasi pada
umumnya. Penelitian ini mengimpementasikan pusat informasi dengan
membuat perancangan berupa suatu lokasi untuk pelayanan penyandang
Intellectual – Learning Disability.

C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada penelitian ini adalah bagi anak-anak penyandang
Intellectual – Learning Disability.

D. Metode Penelitian
Metode perancangan yang digunakan berupa tahap perancangan oleh
Bryan Lawson yang terbagi menjadi tahapan (1) Assimilation melakukan
observasi lokasi dan studi literatur; (2) General Study (mengumpulkan data
fisik dan non fisik seperti melakukan prosesi wawancara dengan pengurus
yayasan YPK ABK seputar penyandang disabilitas IntellectualLearning); (3)
Development (pembuatan skematik desain dengan metode mindmapping,
moodboard, sketsa konseptual, maket studi, desain akhir serta pembuatan
gambar penyajian); (4) Communication (pembuatan maket presentasi, skema
bahan dan warna serta presentasi desain akhir pada publik).

E. Tindakan Penyelesaian Masalah


Penyelesaian masalah solusi yang dipaparkan yaitu dengan membangun
Area lingkungan yang menunjang perkembangan bagi penderita Intellectual –
Learning Disability. Penyelesaian masalah ini tentunya bukan hanya sekedar
wacana saja, namun akan benar-benar di wujudkan di lokasi Jl., Mayjen Yono
Suwooyo no 9, Surabaya Barat dengan pertimbangan site terletak di kawasan
metropolitan. Lokasinya yang tepat berada di jalan raya akan memberikan
kemudahan akses bagi pengunjung. Site perancangan merupakan site 1 lantai
dengan besaran luas perancangan kurang lebih 1300 m2.
Gambaran Area-Area yang akan disuguhkan antara lain yaitu Area Retail
& Pamer YPK ABK, Area Pusat Informasi, Area Ruang Serbaguna, Area
Kantor YPK ABK, Area Konsultasi.

F. Hasil
Hasil perancangan adalah sebuah pusat informasi dan pengembangan
dengan konsep Breathe yang memiliki makna bernafas serta menggunakan
unsur alam, penyajian informasi yang inovatif dan kreatif, juga warna-warna
segar untuk menghadirkan kesan relaks dan nyaman sehingga dapat
menunjang fungsi perancangan.

Konsep “Breathe” yang berarti bernafas menjawab permasalahan tentang


kurangnya informasi tentang Intellectual-Learning Disability , karena dengan
adanya proses bernafas itu sendiri, kita bisa :

1. Bagi orang tua dan keluarga ABK : Untuk mendapatkan dukungan dan
kepercayaan diri.
2. Bagi ABK : Untuk meningkatkan kemampuan dan potensi diri agar
berguna bagi berkehidupan bermasyarakat kelak.
3. Bagi masyarakat : Untuk mendapatkan pengetahuan seputar Intellectual –
Learning Disability, berhenti membully dan menghilangkan stigma negatif.
4. Bagi lingkungan perancangan : Untuk menciptakan kenyamanan baik itu
secara fisik maupun psikologis pengguna ruang di dalamnya.
Terdapat beberapa Area yyang dijadikan fasilitas bagi para penyandang di
antaranya yaitu :
 Area Retail & Pamer YPK ABK
Area tempat masuknya pengunjung pertama kali, sebagai tempat
apresiasi produk karya ABK juga area untuk memperkenalkan Yayasan
Peduli Kasih ABK yang bermitra dengan desainer dalam perancangan
kali ini kepada publik.
 Area Pusat Informasi
Terdiri dari pusat informasi digital interactive dan perpustakaan
mini dimana pengunjung dapat mengakses informasi tentang disabilitas
Learning – Intellectual, serta terdapat area pengembangan tempat
dimana penyandang melakukan bina diri misalnya dengan menggunakan
fasilitas permainan Lexi-Pal untuk penyandang disleksia.
 Area Ruang Serbaguna
Merupakan area multifungsi yang fungsi interiornya dapat diubah
sesuai kebutuhan misalnya untuk aktivitas bersama antara relawan
dengan penyandang, aktivitas bincang santai keluarga dengan praktisi
profesional, acara sharing, talkshow terkait disabilitas dan lain
sebagainya.
 Area Kantor YPK ABK
Merupakan area administrasi staff yayasan untuk mengelola
aktivitas yayasan agar dapat beroperasi dengan baik.
 Area Konsultasi
Merupakan ruang konsultasi tertutup antara keluarga penyandang
dengan praktisi profesional seputar disabilitas terkait.

G. Kesimpulan
Perancangan interior Intellectual-Learning Disability ini bertujuan untuk
mensosialisasikan pentingnya kesadaran akan Intellectual-Learning Disability
yang dapat teradi pada siapa saja sehingga anak dengan disabilitas terkait
dapat segera mendapat penanganan dini. Konsep “Breathe” menghadirkan
desain pada pusat informasi dengan suasana baru yang menyegarkan sehingga
pengunjung dapat merasa nyaman dan dapat mengakses informasi dengan cara
baru yang inovatif dan tidak monoton. Dengan adanya perancangan fasilitas
ini, diharapkan stigma negatif masyarakat tentang penyandang berkurang dan
dapat menciptakan lingkungan yang ramah ABK di kemudian hari.
Review Jurnal

Judul : Identifikasi Learning Disability Pada Anak Sekolah Dasar

Jurnal : Jurnal Sosial dan Budaya

Volume dan Halaman : Vol. 4, No. 2, Hal 136-142

Tahun : 2011

Penulis : Trubus Raharjo, Fajar Kawuryan, Latifah Nur Ahyani

1. Latar Belakang Penelitian


Dalam aktivitas belajar setiap individu tidak selamanya berlangsung
dengan lancar, terkadang juga ada gangguan dalam aktivitas belajar, baik
secara internal maupun eksternal. Banyak gangguan yang dialami individu
dalam proses pembelajaran, misalnya terkadang ada siswa yang cepat
dalam penangkapan materi ada juga yang lambat, sulit berkonsentrasi,
kemudian dalam hal semangatnya bisa tinggi juga bisa rendah.
Kebanyakan siswa mengalami gangguan-gangguan tersebut. Jadi siswa
yang tidak dapat belajar dengan sebagaimana mestinya, itulah yang
disebut dengan kesulitan belajar. Gangguan yang menyebabkan seseorang
mengalami kesulitan belajar dapat berupa sindrom psikologis yang dapat
berupa ketidakmampuan belajar (learning disability).
Kesulitan belajar merupakan kekurangan ynag tidak nampak secara
lahiriah, jdi tidak bisa dikenali dari luar saja melainkan lebih melakukan
pendekatan kepada siswa yang mengalami gangguan belajar. Anak yang
mengalami gangguan belajar tersebut merupakan keterlambatan
kematangan kognitif sehingga mengalami kesulitan dalam belajar,
mislanya kesulitan membaca, berhitung, konsentrasi, dan lainnya.
Untuk itu peneliti melakukan penelitian terhadap gangguan-gangguan
kesulitan belajar yang diakibatkan adanya ketidakmampuan belajar
(learning disability) pada anak-anak yang duduk disekolah dasar.
2. Tujuan Penelitian
Dapat memberikan kontribusi berupa tersedianya data dasar mengenai
berbagai gangguan psikologis dalam belajar yang dialami anak-anak
sekolah dasar, dan memberikan gambaran mengenai gangguan belajar
(learning disability) yang dialami anak kepada pendidik, orang tua,
psikologi, dan dinas pendidikan.
3. Subjek penelitian
Penelitian dilakukan di sekolah dasar yang ada di Kecamatan Bae dan
Gebog Kabupaten Kudus yang berjumlah 209 anak, yaitu:
a. SDN 1 Dersalam Kecamatan Bae 13 anak
b. SDN 2 Dersalam Kecamatan Bae 15 anak
c. SDN 5 Dersalam Kecamatan Bae 11 anak
d. SDN 1 Bae Kecamatan Bae 22 anak
e. SDN 2 Bae Kecamatan Bae 32 anak
f. SDN 1 Panjang Kecamatan Bae 20 anak
g. SDN 3 Gribig Kecamatan Gebog 25 anak
h. SDN 4 Gribig Kecamatan Gebog 12 anak
i. SDN 1 Klumpit Kecamatan Gebog 41 anak
j. SDN 2 Klumpit Kecamatan Gebog 18 anak
4. Metode penelitian
Pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan teknik random cluster sampling yaitu subyek penelitian
yang dipilih berdasarkan pengambilan smapel sekolah secara acak dan
yang dipilih kelas III dan IV. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan data dasar mengenai gangguan psikologis dalam
belajar (learning disability) yang dialami oleh anak-anak sekolah dasar.
5. Tindakan dalam mengangkat masalah
Memberikan perlakuan yang lebih dengan penanganan yang berbeda pula
bagi anak-anak yang mengalami gangguan sesuai dengan kesulitan
mereka, sehingga anak dapat memperoleh pelajaran lebih baik dan
meyesuaikan diri dengan teman-temannya, memberikan rasa percaya diri
kepada anak tersebut untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Namun ketika didalam kelas guru harus tetap memberikan
perlakuan yang sama kepada anak yang mempunyai gangguan dalam
belajar, tanpa membeda-bedakan.
6. Hasil dan kesimpulan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa anak mengalami
ketidakmampuan belajar (disleksia, disgrafia, diskalkulia, dan ADHD)
karena perkembangan kognitif dan psikomotorik yang belum mengalami
kematangan psikologis sehingga ada anak yang mengalami masalah
lambat dalam belajar. Hal tersebut terlihat dari kemampuan anak yang
masih sangat terbatas ketika dilakukan tes dan observasi siswa. Dalam
penelitian ini juga ditemukan adanya anak yang masih sulit untuk berfikir
cepat, gangguan ini bisa dipengaruhi dari diri sendiri maupun lingkungan
masyarakatnya. Selain itu, dukungan lingkungan ynag baik akan
mempercepat perkembnagan kematangan psikologisnya, sehingga
ketidakmampuan belajar anak adalah akibat belum matangnya psikologis
anak.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 209 anak, yang
mengalami ketidakmampuan dalam membaca (disleksia) sebanyak 43
anak (20%), ketidakmampuan menulis (disgrafia) sebanyak 20 anak (9,3
% ) dan ketidakmampuan berhitung (diskalkulia) sebanyak 13 anak (6,1
%), tidak ada yang mengalami gangguan perhatian dan hiperaktif.

Anda mungkin juga menyukai