Dosen Pengampu:
Isfauzi Hadi Nugroho M.Pd
Disusun Oleh:
Hafis Ali Azhar (932123616)
Siti Nur Hamidah (932109016)
Suma aulia (932102216)
Siti Anisatunafi'ah (932132416)
Dewi Rohmatin (932127716)
Nilna Hikmatun Balighoh (932114116)
Tahun : 2018
Trisno Ikhwanudin
1. Latar Belakang
Bagi anak kesulitan belajar matematika untuk memahami nilai
tempat dalam mata pelajaran matematika adalah suatu hal yang sulit.
Ketika anak dengan gejala kesulitan belajar matematika melihat angka
493, dia hanya mengenali angka tersebut sebagai angka 4 (empat), 9
(Sembilan), dan 3 ( tiga).
Pemerintah, dalam hal ini Kemdikbud telah menjamin pendidikan
anak luar biasa, antara lain melalui Permendiknas No. 70 Tahun 2009
tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Berdasarkan Permendiknas
ini, anak kesulitan belajar matematika berhak mendapatkan pelayanan
yang berkualitas dalam proses pembelajarannya.
Dalam rangka membantu menyediakan sumber belajar bagi orang
tua, guru, atau praktisi dalam membimbing anak kesulitan belajar
matematika, peneliti mengadakan penelitian tentang “Pengembangan
model pembelajaran konsep bilangan bagi anak kesulitan belajar
matematika di Sekolah Dasar”.
2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya model pembelajaran
konsep bilangan yang sesuai dengan karakteristik anak kesulitan belajar
matematika yang berlandaskan pada konsep-konsep pembelajaran bagi
anak kesulitan belajar matematika, kondisi empiris di lapangan, dan
upaya-upaya pembelajaran yang sudah dilakukan guru/pembimbing.
3. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas III yang ada di Sekolah Dasar
Negeri Gegerkalong 2 Kota Bandung dengan diagnosa kesulitan belajar
matematika (hasil diagnosis dari tenaga ahli di Indigrow) pada satuan
pendidikan sekolah dasar inklusif.
4. Metodologi Penelitian
a. Studi pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan kajian teoritik yang meliputi
kegiatan:
a) Mngkaji konsep, teori, model pembelajaran matematika di SD,
mempelajari tentang konsep dan teori kesulitan belajar, mendalami
konsep bilangan
b) Mengkaji hasil-hasil penelitian orang lain yang relevan dengan
pengembangan model pembelajaran.
b. Tahapan studi lapangan (pra- survey)
Pada tahap ini diperlukan data dan informasi yang cukup
komprehensif mengenai data banyaknya siswa kelas III di SDN
Gegerkalong 2, mencari data banyaknya siswa yang mengalami
kesulitan belajar matematika, mencari data bagaimana kompetensi
awal siswa kelas I SDN Gegerkalong dalam penguasaan matematika
dan mengenai strategi, metode, dan teknik pembelajaran matematika di
kelas III. Penggalian informasi mengenai hal tersebut diperoleh
melalui sumber data, yaitu melakukan survai terkait penyelenggaraan
pembelajaran matematika di SDN Gegerkalong 2.
c. Tahap analisis data pra-survei
Pada tahap ini, data yang diperoleh dari sebaran instrumen untuk
mengetahui kondisi awal siswa kelas III SDN Gegerkalong 2,
dianalisis hasilnya, dan dilihat materi-materi matematika mana yang
skornya masih rendah.
d. Tahapan penyusunan model pembelajaran
Pada tahap penyusunan model pembelajaran, data diambil dari
hasil analisis data awal siswa
e. Validasi model pembelajaran
Model pembelajaran yang sudah disusun, divalidasi oleh para
pakar. Setelah divalidasi direvisi, baru siap untuk dilaksanakan pada
kegiatan penelitian.
5. Tindakan
Tindakan yang dilakukan yaitu dengan Penggunaan keterampilan
alat peraga matematika yang diharapkan mengaktifkan siswa dalam
berinteraksi antar siswa untuk mengembangkan dan membangun konsep-
konsep bilangan yang dipelajarinya. Dalam menggunakan alat peraga,
guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media, tetapi juga
harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta
mengusahakan media dengan baik. Memilih dan menggunakan media
harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan yang lebih utama
dapat memperlancar pencapaian tujuan serta menarik minat siswa
6. Hasil dan kesimpulan
a. Hasil
a) Peningkatan pemahaman materi pelajaran
Hasil analisis di menunjukkan bahwa model pembelajaran
Matematika dapat mengaktifkan siswa dalam berinteraksi antar
siswa untuk mengembangkan dan membangun konsep-konsep
bilangan yang dipelajarinya. Dengan memberikan kesempatan pada
siswa untuk aktif belajar dalam kelompoknya, memungkinkan
pembelajaran yang berlangsung akan berorientasi pada kegiatan
siswa (student centre). Hal ini berarti siswa akan aktif berdiskusi
dalam kelompoknya sehingga diantara mereka akan terjadi
interaksi dan proses elaborasi tutor sebaya
b) Aktivitas siswa dan guru
Model Pembelajaran Matematika memberikan kesempatan
pada siswa untuk membangun pengetahuannya melalui
penggunaan alat peraga Matematika dan berbagai aktivitas
kelompok. Selain itu proses pembelajaran yang terjadi lebih
berorientasi pada siswa (student center), guru lebih banyak
berperan sebagai informator, fasilitator atau motivator
c) Penggunaan keterampilan alat peraga matematika
Secara umum para siswa belum pernah mengenal model
pembelajaran Matematika. Setelah pembelajaran berlangsung para
siswa dapat merasakan bahwa pembelajaran ini dapat mendorong
siswa aktif bekerja sama untuk bertukar pikiran dalam
menyelesaikan masalah. Siswa sudah tidak begitu canggung
menggunakan keterampilan penggunaan Matematika, karena
sebelum dimulai penerapan pembelajaran siswa telah dilatih
menggunakan keterampilan alat peraga beberapa kali. Penggunaan
keterampilan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam pembelajaran, sehingga pada akhirnya materi
yang diajarkan mudah difahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan
pemikiran bahwa partisipasi dapat diciptakan dengan baik apabila
guru dapat menciptakan suatu situasi belajar yang nyaman dan
menarik. Salah satu hal yang dapat menarik perhatian siswa adalah
adanya media sebagai sumber pembelajaran
d) Tanggapan siswa terhadap pembelajaran model pembelajaran
matematika
Pendapat siswa mengenai perangkat pembelajaran, aktivitas
penggunaan alat peraga dan suasana kelas hampir semuanya
memilih senang dan sebagian kecil menyatakan baru. Alasannya
karena perangkat pembelajaran dapat mengaktifkan siswa belajar
dan uraian materinya dikaitkan dengan isu/masalah yang
berkembang di masyarakat (dianggap baru). Mengenai aktivitas
penggunaan alat peraga para siswa beralasan bahwa langkah-
langkah penggunaan alat peraga menuntut mereka melakukannya
dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka merasa ada sesuatu
yang baru dalam kegiatan belajarnya. Para siswa sebagian besar
menyatakan suasana kelas terasa menyenangkan, karena para siswa
terlibat aktif belajar dan saling menghargai
b. Kesimpulan
Jurnal :-
Tahun : 2017
Tahun : 2019
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi pada masyarakat
tentang pengembangan yang inovatif tentang pentingnya kesadaran akan
Intellectual – Learning Disability. Namun dalam penelitian ini , pusat
informasi yang dimaksud bukan berupa seminar ataupun sosialisasi pada
umumnya. Penelitian ini mengimpementasikan pusat informasi dengan
membuat perancangan berupa suatu lokasi untuk pelayanan penyandang
Intellectual – Learning Disability.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada penelitian ini adalah bagi anak-anak penyandang
Intellectual – Learning Disability.
D. Metode Penelitian
Metode perancangan yang digunakan berupa tahap perancangan oleh
Bryan Lawson yang terbagi menjadi tahapan (1) Assimilation melakukan
observasi lokasi dan studi literatur; (2) General Study (mengumpulkan data
fisik dan non fisik seperti melakukan prosesi wawancara dengan pengurus
yayasan YPK ABK seputar penyandang disabilitas IntellectualLearning); (3)
Development (pembuatan skematik desain dengan metode mindmapping,
moodboard, sketsa konseptual, maket studi, desain akhir serta pembuatan
gambar penyajian); (4) Communication (pembuatan maket presentasi, skema
bahan dan warna serta presentasi desain akhir pada publik).
F. Hasil
Hasil perancangan adalah sebuah pusat informasi dan pengembangan
dengan konsep Breathe yang memiliki makna bernafas serta menggunakan
unsur alam, penyajian informasi yang inovatif dan kreatif, juga warna-warna
segar untuk menghadirkan kesan relaks dan nyaman sehingga dapat
menunjang fungsi perancangan.
1. Bagi orang tua dan keluarga ABK : Untuk mendapatkan dukungan dan
kepercayaan diri.
2. Bagi ABK : Untuk meningkatkan kemampuan dan potensi diri agar
berguna bagi berkehidupan bermasyarakat kelak.
3. Bagi masyarakat : Untuk mendapatkan pengetahuan seputar Intellectual –
Learning Disability, berhenti membully dan menghilangkan stigma negatif.
4. Bagi lingkungan perancangan : Untuk menciptakan kenyamanan baik itu
secara fisik maupun psikologis pengguna ruang di dalamnya.
Terdapat beberapa Area yyang dijadikan fasilitas bagi para penyandang di
antaranya yaitu :
Area Retail & Pamer YPK ABK
Area tempat masuknya pengunjung pertama kali, sebagai tempat
apresiasi produk karya ABK juga area untuk memperkenalkan Yayasan
Peduli Kasih ABK yang bermitra dengan desainer dalam perancangan
kali ini kepada publik.
Area Pusat Informasi
Terdiri dari pusat informasi digital interactive dan perpustakaan
mini dimana pengunjung dapat mengakses informasi tentang disabilitas
Learning – Intellectual, serta terdapat area pengembangan tempat
dimana penyandang melakukan bina diri misalnya dengan menggunakan
fasilitas permainan Lexi-Pal untuk penyandang disleksia.
Area Ruang Serbaguna
Merupakan area multifungsi yang fungsi interiornya dapat diubah
sesuai kebutuhan misalnya untuk aktivitas bersama antara relawan
dengan penyandang, aktivitas bincang santai keluarga dengan praktisi
profesional, acara sharing, talkshow terkait disabilitas dan lain
sebagainya.
Area Kantor YPK ABK
Merupakan area administrasi staff yayasan untuk mengelola
aktivitas yayasan agar dapat beroperasi dengan baik.
Area Konsultasi
Merupakan ruang konsultasi tertutup antara keluarga penyandang
dengan praktisi profesional seputar disabilitas terkait.
G. Kesimpulan
Perancangan interior Intellectual-Learning Disability ini bertujuan untuk
mensosialisasikan pentingnya kesadaran akan Intellectual-Learning Disability
yang dapat teradi pada siapa saja sehingga anak dengan disabilitas terkait
dapat segera mendapat penanganan dini. Konsep “Breathe” menghadirkan
desain pada pusat informasi dengan suasana baru yang menyegarkan sehingga
pengunjung dapat merasa nyaman dan dapat mengakses informasi dengan cara
baru yang inovatif dan tidak monoton. Dengan adanya perancangan fasilitas
ini, diharapkan stigma negatif masyarakat tentang penyandang berkurang dan
dapat menciptakan lingkungan yang ramah ABK di kemudian hari.
Review Jurnal
Tahun : 2011