Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN PEMROSESAN INFORMASI

Makalah
Dipresentasikan dalam Mata kuliah
Teori Belajar Semester III
Tahun Akademik 2014
Oleh
1. SISWANTO (14422008)
2. M CHOIRUL EKO R (14422009)
Dosen Pemandu:
Drs. Sarwo Edy, M.Pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
GRESIK
2015
TEORI PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
2.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Latar belakang di atas menghantarkan penulis untuk merumuskan masalah, yaitu
sebagai berikut :
1. Pendekatan dalam pemrosesan informasi?

3.

4.

2. Bagaimana mengaplikasikan teori pembelajaran pemrosesan informasi dalam


proses belajar mengajar ?
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pendekatan pemrosesan informasi
2. Mendiskusikan memori dalam term encoding (penyandian), penyimpanan, dan
pengambilan kembali
3. Mengambil pelajaran tentang pembelajaran dari cara berpikir
4. Menjelaskan konsep metakognisi dan mengidentifikasi beberapa cara untuk
meningkatkan metakognisi anak
Manfaat Penulisan
Hasil penulisan karya ilmiah ini berguna untuk lebih memahami tentang teori
pembelajaran pemrosesan informasi yang merupakan bagian dari teori sibernetik,
memahami pengertian serta pendekatan yang terdapat di dalamnya, dan pada akhirnya
dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas.

BAB II
PEMBAHASAN
1. SIFAT PENDEKATAN INFORMASI
a. Informasi, Memori dan Pikiran
Pendekatan pemrosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah
informasi, memonitornya dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir
(thinking).
b. Pandangan Siegler
Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari
pendekatan pemrosesan informasi.
1. Pemikiran
Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir adalah pemrosesan informasi.
Ketika anak merasakan (preceive), melakukan penyandian (encoding),
mempresentasikan dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya,
mereka sedang melakukan proses berpikir.
2. Mekanisme Pengubah
Ada empat mekanisme utama yang berpengaruh dalam perkembangan
kognitif anak.
a. Encoding atau penyandian
Proses memasukkan informasi kedalam memori. Siegler berpendapat
bahwa aspek utama dari pemecahan masalah adalah menyandikan
informasi yang relevan dan mengabaikan informasi yang tidak
relevan.
b. Otomatisasi

Kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa


usaha
c. Konstruksi Strategi
Penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Siegler (2001)
menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk
suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan
pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
d. Generalisasi
Generalisasi atau pengaplikasian. Transfer terjadi saat anak
mengaplikasikan pengalaman dan pengetahun sebelumnya untuk
mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.
3. Modifikasi
Arti penting modifikasi diri dalam pendekatan pemrosesan dicontohkan
dalam metakognisi, yang berarti kognisi tentang kognisi, atau
pengetahuan tentang pengetahuan.
2.

1.

MEMORI
a. Apakah Memori itu?
Memori adalah retensi informasi
b. Encoding
c. Penyimpanan
d. Mengambil Kembali dan Melupakan Informasi
e. KEAHLIAH
a. Keahlian dan Pembelajaran
b. Memperoleh Keahlian
c. Keahlian dan pengajaran
f. METAKOGNISI
a. Perubahan Developmental
b. Model Pemrosesan Informasi yang Baik
c. Strategi dan Regulasi Metakognisi
Model proses kontrol pemrosesan informasi

2.

Model pemrosesan informasi dari Gage dan Berliner

Gambar 1. Model proses kontrol pemrosesan informasi

Gambar 2. Model pemrosesan informasi dari Gage dan Berliner

Keterangan :
1. Sensory Receptor (SR)\
SR adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi
ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu yang sangat
singkat dan mudah tergangu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian individu,
perhatian dipengaruhi oleh persepsi.
Karekateristik WM, memiliki kapasitas terbatas + 7 slots dan hanya bertahan 15 detik
jika tidak diadakan pengulangan, dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang
berbeda dari stimulus aslinya.
3. Long Term Memory (LTM)

LTM diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oelh individu, 2)
mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di dalam
LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson mengemukakan proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan pengetahuan baru pada
pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dadar pengetahuan.
1
[18]
E.

Pendekatan Pemrosesan Informasi


Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak
mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir . Menurut
pendekatan ini, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses
informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan
dan keahlian yang kompleks. 2[19]
Pada latar belakang telah disampaikan bahwa teori belajar sibernetik merupakan
teori belajar yang relatif baru dan sangat berkaitan dengan teori kognitif, Jika pada
psikologi kognitif, proses belajar lebih penting dari hasil belajar, namun pada teori
sibernetik yang lebih penting proses belajar adalah sistem informasi dan sistem
informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif yang dikemukakan
oleh psikologi kognitif untuk menggambarkan hubungan antara kognisi dengan otak
adalah dengan melihat sistem kerja komputer yang se akan-akan menjelaskan
bagaimana kognisi manusia bekerja dengan menganalogikan hardware sebagai otak
fisik dan software sebagai kognisi.
Teori pemrosesan informasi adalah teori yang
menjelaskan pemrosesan,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak, seperti yang tertuang
dalam gambar 3[20] berikut ini :
Gambar 3. Model pemrosesan informasi

1.

Gambar tersebut menguraikan beberapa peristiwa mental yang melakukan


tranformasi informasi yang dimulai dari input dalam hal ini stimulus yang diberikan
pendidik, kepada output dalam bentuk respon yang ditunjukkan oleh peserta didik.
Setiap kotak yang dianalogikan sebagai fungsi atau keadaan sistem, dihubungankan
dengan garis yang dianalogikan sebagai proses transformasi informasi dari satu
peristiwa kepada peristiwa lain.
Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan
informasi, yaitu :
Proses Berpikir

1
2
3

2.

a.

Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi 4[21], dengan


penjelasan
ketika
anak
merasakan,
kemudian
melakukan
penyandian,
merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut dengan
proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi
terbatas pada satu waktu.
Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah pada
peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja
untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak 5[22] :
Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori 6[23]. Seperti
halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka dalam
encoding menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang
tidak relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun, anak membutuhkan
waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis.
Apa itu memori ? bagaimana informasi itu diletakkan dan disimpan dalam
mmemori ? bagaimana informasi itu disimpan setelah disandikan ? dan bagaimana
caranya ia dimunculkan kembali untuk tujuan tertentu di kemudian hari ?
Pertanyaan inilah yang dipelajari para psikologi pendidikan, dan mereka menyatakan
bahwa adalah penting untuk tidak memori dari segi bagaimana anak menambahkan
sesuatu ke dalam ingatan, tetapi dilihat dari segi bagaiamana anak menyusun memori
mereka. 7[24]
Memori adalah rentensi informasi 8[25]. Retensi informasi ini terus menerus
melibatkan encoding, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi pada saat
diperlukan untuk waktu tertentu. Lihat gambar 4. tentang pemrosesan informasi dalam
memori ;

ENCODING

PENYIMPANAN

PENGAMBILAN

4
5
6[23] Ibid
7[24] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 312.
8[25] Ibid

Memasukkan
Informasi ke dalam
Memori

Mempertahankan
informasi dari
waktu ke waktu

Mengambil
infromasi dari
gudang memori

Gambar 4. Pemrosesan informasi dalam memori ;

1)
2)
3)

a)
b)

4)

5)

Ada enam konsep yang dikenal dalam encoding, yaitu :


Atensi yaitu mengkonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.9[26]
Pengulangan yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama
berada dalam memori.10[27]
Pemrosesan mendalam, pada bagian ini Fergus Craik dan Robert Lockhart mengatakan
bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai level.
Teori level pemrosesan :
Pemrosesan terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan
yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik.11[28]
Level dangkal :
Pada level ini memori akan mendeteksi garis, sudut, dan kontur dari huruf cetak,
atau mendeteksi frekuensi, durasi, dan kekerasan suara.
Level menengah :
Pada level ini, stimuli yang sudah dikenali akan diberi label dalam memori.
c) Level mendalam :
Pada level ini informasi yang diterima akan diproses secara semantik dari sisi
maknya.
Contoh ketiga level adalah saat anak melihat tulisan Bank, pada level dangkal ia
akan memperhatikan huruf demi huruf, pada level menengah, anak akan melihat
karakteristik kata bank memiliki sebutan yang sama dengan kata bang, dan pada level
terdalam ia akan berpikir kapan orangtuanya akan membawanya menabung di bank, dan
ke bank mana mereka akan menabung.
Elaborasi
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian. Jadi, saat
pendidik menyajikan konsep demokrasi pada peserta didik, maka mereka akan
mengingatnya dengan lebih baik jika diberikan contoh yang bagus tentang demokrasi. 12
[29]
Mengkonstruksi citra
Allan Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara yaitu
sebagai kode verbal atau kode citra/imaji dan menggunakan kode mental. 13[30]

9[26] Ibid, h.313


10[27] Ibid , h.315
11[28] Ibid, h.316
12[29] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 316.
13[30] Ibid, h.318.

6)

1)

2)

3)

Sebagai contoh pada saat seseorang mengkonstruksi citra berarti ia telah


mengelaborasi informasi, seperti menghitung jumlah jendela di rumahnya. Mungkin
seseorang akan mengalami kesulitan saat menyebutkan jumlah jendela secara
keseluruhan, tetapi ia akan mudah menjawab ketika menggunakan kode mental yaitu
dalam mengkonstruksi citra ia dapat menyebutkan jumlah jendela dengan berjalan
secara mental di seluruh bagian rumahnya.
Penataan
Penataan atau pengorganisasian informasi dalam kaitannya dengan penyandian
pada memori, maka hal ini akan membawa pengaruh terhadap pemahaman, dengan kata
lain, semakin baik seorang pendidik menata informasi dalam menyajikan materi
pelajaran, maka semakin mudah peserta didik untuk memahami dan mengingatnya
dalam memori.
Pada proses penyimpanan ada tiga simpanan utama yang erat kaitannya dengan
tiga kerangka waktu yang berbeda, yaitu :
Memori sensoris
Memori sensori berfungsi mempertahankan informasi dari dunia, dalam bentuk
sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, tidak lebih lama ketimbang waktu murid
menerima sensasi visual, suara, dan sensasi lainnya. 14[31]
Memori jangka pendek (working memory)
Memori jangka pendek adalah system memori berkapasitas terbatas dimana
informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau diproses
lebih lanjut.15[32] Trianto mengutip dari Nur, menurut Miller memori jangka pendek
mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi. 16[33] Lebih lanjutnya Trianto menjelaskan
bahwa untuk mempertahankan informasi pada memori jangka pendek maka harus
melakukan pengulangan dengan cara menghafal.
Memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi
selama periode waktu yang lama secara relative permanen. Kapasitas yang dimiliki
memori ini menurut ilmuan computer Jhon Von Neumann tidak terbatas. 17[34]
Ketiga konsep di atas dikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin, mereka
mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka
pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke
memori jangka panjang. Lihat gambar 5 berikut ini :
Memori sensorik

Memori jangka pendek

Memori kangka panjang

14[31] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 320.
15[32] Ibid
16[33] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, h.35
17[34] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 322.

Latihan

Penyimpanan

Sensoris
Atensi

Pengambilan

Input
Gambar 5. Teori memori Atkinson dan Shiffrin 18[35]

Jika tipe memori dapat dibedakan, demikian juga isi


memori jangka panjang dapat dibedakan seperti gambar berikut ini :
Memori Jangka Panjang

Deklaratif (Eksplisit)

Memori Episodik

Prosedural (Implisit)

Memori Semantik

Gambar 6. Klasifikasi isi memori jangka panjang 19[36]

a.
b.
c.

Keterangan :
Memori deklaratif adalah pengingatan kembali informasi secara sadar.20[37]
Memori prosedural adalah memori yang memiliki kemampuan untuk menginngat
kembali bagaimana melakukan sesuatu.21[38]
Memori Episodik adalah memori yang menyimpan gambaran atau bayangan mental
yang dilihat atau didengar dari pengalaman-pengalaman pribadi.22[39]

18[35] Ibid, h.323.


19[36] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 324.
20[37] Ibid.
21[38] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, h.36.
22[39] Ibid, h. 35.

d.

Memori semantik adalah memori yang menyimpan fakta-fakta dan pengetahuan umum
atau generalisasi informasi yang diketahui.23[40]
Untuk semakin mendekatkann pemahaman, maka berikut ini adalah tabel yang
menguraikan perbedaan tiga tingkatan memori.
Tabel 1. Perbedaan antara tiga tingkatan memori 24[41]
Register
Pengideraan

Memori Jangka Pendek

Memori Jangka Panjang

Perhatian awal

Memerlukan perhatian

Latihan pengulangan

Tidak mungkin

Perhatian terus menerus latihan


pengulangan

Pengulangan organisasi

Bunyi visual yang mungkin


semantik

Sebagian besar semantik,


sebagian bunyi, dan suara.

Kecil

Tidak diketahui batasannya


Kemungkinan tidak hilang,
kemampuan mengakses
karena interferensi
Beberapa menit sampai
beberapa tahun.
Isyarat perbaikan
kemungkinan proses
mencari

Karakteristik
Masuknya
informasi
Memelihara
informasi
Format informasi
Kapasitas

Mengcopi
masukan secara
apa adanya
Besar

Hilangnya
informasi

Menyeluruh

Pergeseran kemungkinan
menyeluruh

Selang berkas

- 2 detik

Sampai 30 detik

Memanggil kembali

Membaca yang
nyaring

Kemungkinan otomatis butirbutir dalam kesadaran isyarat


sesat/bunyi

Kemudian pemrosesan informasi terakhir dalam memori adalah pengambilan


kembali dan melupakan. Ketika seseorang mengambil informasi dari gudang data, maka
ia melakukan penelusuran untuk mencari informasi yang relevan, pengambilan
informasi ini bisa dilakukan secara otomatis, bisa juga harus memerlukan usaha.
Dalam melupakan, ada beberapa istilah yang berkaitan yaitu cue-dependent
forgetting atau kegagalan dalam mengambil kembali informasi karena kurangnya
petunjuk pengambilan yang efektif, teori interferensi yang menyatakan bahwa kita lupa
bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi karena ada
informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat kembali informasi yang
kita inginkan, dan decay teory yang menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat
orang menjadi lupa.25[42]
b. Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau
tanpa usaha 26[43]. Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman
individu sehingga otomatis dalam memproses informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi
kaitan atau hubungan dari peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah
tersimpan pada memori dan akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari
setiap kejadian.
c. Konstruksi Strategi
23[40] Ibid, h. 36.
24[41] Ibid.
25[42] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 329
26[43] Ibid, h. 310..

Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi.


Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci
untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan
sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. 27[44]
d. Generalisasi
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga yaitu
konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam
mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain. Pengaplikasian itu melalui
proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak mengaplikasikan pengalaman dan
pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi
yang baru.28[45]
Ada beberapa tipe transfer, yaitu :
1) Transfer dekat atau jauh
Transfer dekat adalah transfer yang terjadi pada saat situasi yang sama, yaitu
transfer pembelajaran ke situasi yang sama dengan situasi di mana pembelajaran
sebelumnya terjadi. Dicontohkan bahwa ketika siswa belajar mengetik di mesin tik akan
menggunakan kemampuannya saat mengetik pada keyboard computer. 29[46]
Transfer jauh adalah transfer pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda dari
situasi pembelajaran sebelumnya.30[47] Contoh siswa diberi kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman jual beli, dengan bekerja sehari pada sebuah toko. Dalam
melakukan pekerjaannya, ia harus mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dalam proses
jual beli, proses aplikasi inilah yang disebut transfer jauh, karena situasi jual beli yang
didemonstrasikan di kelas tentu sangat berbeda dengan situasi jual beli yang terjadi di
masyarakat.
2) Transfer jalur rendah dan jalur tinggi
Transfer jalur rendah adalah transfer yag terjadi secara otomatis, yaitu
pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki secara tak sadar tertransfer pada situasi
yang lain. Sedangkan transfer jalur tinggi adalah transfer yang dilakukan dengan banyak
usaha dan dengan kesadaran 31[48]. Dengan maksud bahwa peserta didik secara sadar
membangun koneksi atau mendeteksi hubungan antara apa yang sudah mereka ketahui
atau pelajari pada situasi sebelumnya dengan situasi yang baru mereka hadapi.
Tentang pengalaman belajar, Wina Sanjaya menyatakan bahwa ketika seorang
pendidik berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka
pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana
yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat
diperoleh setiap peserta didik. 32[49]
27[44] Ibid
28[45] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 379.
29[46] Ibid
30[47] Ibid
31[48] Ibid

Kemudian Wina Sanjaya memberikan contoh ketika seorang anak kena api, maka
kejadian itu akan memberikan pengalaman setelah ia mengolah, menghubungkan, dan
menafsirkan bahwa api merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit,
sehingga ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus dihindari 33[50].
Namun pada peristiwa lain, anak tersebut mendapat kesempatan belajar memasak
dengan ibunya, dan secara langsung ia mendapat pengalaman bahwa api memberi
manfaat buat dirinya dan keluarganya, dengan membuat kesimpulan dengan adanya api
makanan bisa di masak. Kemudian peran generalisasi akan muncul saat ia bisa
menyimpulkan bahwa api itu panas karena itu jangan sampai mengenai anggota badan,
dan api itu sangat bermanfaat buat manusia terutama dalam memasak makanan.
3. Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam
metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui,
yang di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran
seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara
sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan
masalah dan memikirkan suatu tujuan.34[51]
Berkaitan dengan modifikasi diri Deanna Kuhn mengatakan metakognisi harus
lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir yang lebih kritis,
terutama di sekolah menengah. Baginya ketrampilan kognitif
terbagi dua, yaitu
mengutamakan kemampuan murid untuk mengenali dunia, dan ketrampilan untuk
mengetahui pengetahuannya sendiri. 35[52]
Michael Pressly dan rekan - rekannya seperti yang telah dikutip Santrock,
mereka telah mengembangkan model metakognitf yang disebut model pemrosesan
informasi yang baik. Model ini menyatakan bahwa kognisi yang kompeten adalah hasil
dari sejumlah faktor yang saling berinteraksi.36[53]
F. Aplikasi Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Dalam Pembelajaran.
Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran, kita dapat
mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dari fakta
sampai pemecahan masalah, serta tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke tinggi,
dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto tentang pelajaran melukis,
seperti berikut ini :
1.
Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengambar
berwarna (fakta).
32[49] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 160.
33[50] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, cet.7 (Jakarta: Kencana, 2010), h. 122.
34[51] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 340.
35[52] Ibid.
36[53] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 341.

2.
3.
4.

Siswa dapat mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep).


Siswa dapat menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna tersebut
akan saling berpengaruh (prinsip)
Siswa dapat melukis dengan komposisi warna yang harmonis (pemecahan masalah)
37
[54]
Dan untuk membuat isi pokok bahasan, dapat kita lihat contoh yang dituliskan oleh
Harjanto, dalam beberapa materi ajar.
Tabel 2. Isi pokok bahasan 38[55]
Fakta
Mengajarkan
macam-macam
binatang

1.
2.
3.
4.

Konsep
Identifikasi binatangbinatang sejenis

Mengenal Peta
Bumi

Identifikasi beberapa
pegunungan

Memahami definisi
molekul dan
gerakan

Hubungan antara
molekul dan gerakan

Prinsip
Binatang-binatang
sejenis mempunyai
ciri-ciri sama
Gunung berapi adalah
gunung yang masih
aktif dan berbahaya
Bahwa udara yang
panas (uap air)
mengembang

Pemecahan Masalah
Mengapa binatang
sejenis tidak selalu
identik
Bagaimana mengatasi
bahaya gunung berapi
Pemanfaatan tenaga
uap untuk
mesin/industry.

Dan kaitannya dengan contoh aplikasi dalam bidang studi Pendidikan Agama
Islam, materi ajar perilaku terpuji (qanaah dan tasamuh), sebagai berikut :
Siswa dapat menyebutkan pengertian qanaah dan tasamuh (fakta).
Siswa dapat mengidentifikasi karakteristik perilaku qanaah dan tasamuh
(konsep).
Siswa dapat menyatakan menyampaikan contoh perilaku qanaah dan tasamuh yang
diambil dari pengalamannya dengan lingkungan (prinsip)
Siswa dapat mengaplikasikan perilaku qanaah dan tasamuh dalam kehidupannya
dengan penuh kesadaran (pemecahan masalah).
Contoh menerapkan teori pemrosesan informasi dalam RPP, sebagai berikut :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Alokasi Waktu

: ......................................
: Pendidikan Agama Islam
: IX/1
:4. Membiasakan perilaku terpuji
4.3.
: Membiasakan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam
kehidupan sehari-hari.
: 2 X 40 menit ( 1 pertemuan)

Tujuan Pembelajaran

37[54] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, h. 157.


38[55] Ibid, h. 161.

Siswa dapat membiasakan diri berperilaku qanaah dan tasamuh dalam kehidupan
serta merasakan manfaatnya.

Karakter siswa yang diharapkan :


Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Materi Pembelajaran

Pembiasaan perilaku qanaah dan tasamuh dalam kehidupan

Manfaat berperilaku qanaah dan tasamuh dalam kehidupan

Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Modeling
Diskusi
CTL

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan Pendahuluan
Apresepsi
Guru memotivasi siswa mengenai indahnya berakhlak mulia.
Guru menyampai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan Inti
1). Eksplorasi
Guru menguraikan contoh-contoh perilaku dan bukan prilaku qanaah dan tasamuh
dalam bentuk tampilan gambar.
2). Elaborasi
Siswa melakukan memberi respon terhadap dengan dapat membedakan contoh dan
bukan contoh pada perilaku qanaah dan tasamuh.
3) Konfirmasi
Siswa menuliskan kesan-kesannya dengan memahami manfaat dari mengaplikasikan
perilaku qanaah da tasamuh.
4) Latihan
Siswa membuat kesimpulan manfaat berperilaku qanaah dan tasamuh dalam
kehidupan.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini.
Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?

Sumber Belajar
Buku PAI Kelas IX , Penerbit Umum
LKS MGMP PAI SMP / MTS
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi

Teknik
Bentuk
Penilaian Instrumen

Instrumen /
Soal

Membiasakan perilaku qana'ah dan


tasamuh dalam lingkungan keluarga
Membiasakan perilaku qana'ah dan
tasamuh dalam lingkungan sekolah.
Membiasakan perilaku qana'ah dan
tasamuh dalam lingkungan masyarakat
........................., .............20
Mengetahui
Kepala Sekolah
_________________
NIP

Tes
tertulis

Tes
Simulasikan
simulasi
sikap anak
yang toleran
terhadap
kawannya yang
bukan muslim!

Guru Mapel PAI


_________________
NIP

Saran Kepala Sekolah :

G. Penutup
1. Simpulan
Selain teori behavioristik, kognitif, dan humanistik, ada teori pembelajaran yang
relatif baru, yaitu teori belajar sibernetik. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan
informasi. Jika pada kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar, maka
dalam sibernetik yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem
informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih luas dari
psikologi kognitif. Dengan perbedaan psikologi kognitif
adalah upaya untuk
memahami mekanisme dasar yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan
informasi menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan pemberian urutan operasi
pikiran dan hasil operasi itu. Di samping itu karena teori itu berdasarkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori terus mengalami dinamisasi, karena itulah
tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalamnya tidak didominasi oleh hasil pikiran satu
orang saja.
Teori pembelajaran pemrosesan informasi masuk dalam bagian teori sibernetik.
Teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan,
dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini memiliki pendekatan, yang
dimaksud dengan pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif anak di
mana anak dapat mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan
dengan informasi yang telah diterimanya. Bahkan menurut pendekatan ini, anak akan
bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara
bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks
Salah satu tokoh pemrosesan informasi adalah Robert Gagne, yang menyatakan
bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu
yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di
lingkungan individu yang bersangkutan. Karena itulah teori ini akan membantu kita
untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam diri peserta didik, mengerti kondisi
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengetahui hal-hal yang dapat menghambat

dan memperlancar proses belajar peserta didik, sehingga dengan pengetahuan itu
seorang guru akan lebih bijaksana dan tepat dalam menentukan proses belajar.
Pembelajaran pemrosesan informasi dapat diaplikasikan dalam pembelajaran
walaupun dalam teori sibernetik ada asumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun
yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Dengan dasar
bahwa cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
2. Implikasi
Sejalan dengan pernyataan Wina Sanjaya bahwa ketika seorang pendidik berpikir
tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka pada saat itu juga
pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus didesain
agar tujuan dan kompetensi itu dapat diperoleh setiap peserta didik.
Maka bagi para pendidik di sekolah, sudah waktunya memberikan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan ini dibungkus dengan sebaik-baik
penyajian, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memberi pengaruh
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi para tenaga kependidikan,
terkhusus bagi kepala sekolah dan para pengawas, sudah waktunya untuk tidak terlalu
memaksakan para pendidik dalam pencapaian target kurikulum, tetapi lebih
mengutamakan pada pengelolaan proses pembelajaran dan mengevaluasi setiap target
setiap pertemuan.
3. Saran
Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan kepada
para pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan
suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan
motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta
kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik, jangan hanya
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengakses ilmu
dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2009.
Budiningsih, C. Asri, Belajar dan Pembelajaran, cet.1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Gredler, Margaret E.Bell, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Universitas
Terbuka, 1988.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Joyce, Bruce, et. al, Models of Teaching, cet. 1, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989.

Sadiman, Arief S. et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya, cet. 4,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.
Sanjaya,Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4, Jakarta: Kencana, 2011.
Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, cet.7, Jakarta:
Kencana, 2010.
Santrock, Jhon. W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, Jakarta,: Kencana, 2011.
Soekamto, Toeti, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional, Jakarta: Intermedia, 1993.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, cet.4, Jakarta: Kencana, 2009.
Wardani, A.K, Psikologi Belajar, cet. 2, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000.
Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat
Sumber Belajar,, Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008. Terdapat pada
http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
Bookrags,
Biography
Robert
Milis
Gagne,
(online),
terdapat
pada
http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/

Anda mungkin juga menyukai