Makalah
Dipresentasikan dalam Mata kuliah
Teori Belajar Semester III
Tahun Akademik 2014
Oleh
1. SISWANTO (14422008)
2. M CHOIRUL EKO R (14422009)
Dosen Pemandu:
Drs. Sarwo Edy, M.Pd
PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
GRESIK
2015
TEORI PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
2.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Latar belakang di atas menghantarkan penulis untuk merumuskan masalah, yaitu
sebagai berikut :
1. Pendekatan dalam pemrosesan informasi?
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SIFAT PENDEKATAN INFORMASI
a. Informasi, Memori dan Pikiran
Pendekatan pemrosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah
informasi, memonitornya dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir
(thinking).
b. Pandangan Siegler
Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari
pendekatan pemrosesan informasi.
1. Pemikiran
Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir adalah pemrosesan informasi.
Ketika anak merasakan (preceive), melakukan penyandian (encoding),
mempresentasikan dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya,
mereka sedang melakukan proses berpikir.
2. Mekanisme Pengubah
Ada empat mekanisme utama yang berpengaruh dalam perkembangan
kognitif anak.
a. Encoding atau penyandian
Proses memasukkan informasi kedalam memori. Siegler berpendapat
bahwa aspek utama dari pemecahan masalah adalah menyandikan
informasi yang relevan dan mengabaikan informasi yang tidak
relevan.
b. Otomatisasi
1.
MEMORI
a. Apakah Memori itu?
Memori adalah retensi informasi
b. Encoding
c. Penyimpanan
d. Mengambil Kembali dan Melupakan Informasi
e. KEAHLIAH
a. Keahlian dan Pembelajaran
b. Memperoleh Keahlian
c. Keahlian dan pengajaran
f. METAKOGNISI
a. Perubahan Developmental
b. Model Pemrosesan Informasi yang Baik
c. Strategi dan Regulasi Metakognisi
Model proses kontrol pemrosesan informasi
2.
Keterangan :
1. Sensory Receptor (SR)\
SR adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi
ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu yang sangat
singkat dan mudah tergangu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian individu,
perhatian dipengaruhi oleh persepsi.
Karekateristik WM, memiliki kapasitas terbatas + 7 slots dan hanya bertahan 15 detik
jika tidak diadakan pengulangan, dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang
berbeda dari stimulus aslinya.
3. Long Term Memory (LTM)
LTM diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oelh individu, 2)
mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di dalam
LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson mengemukakan proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan pengetahuan baru pada
pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dadar pengetahuan.
1
[18]
E.
1.
1
2
3
2.
a.
ENCODING
PENYIMPANAN
PENGAMBILAN
4
5
6[23] Ibid
7[24] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 312.
8[25] Ibid
Memasukkan
Informasi ke dalam
Memori
Mempertahankan
informasi dari
waktu ke waktu
Mengambil
infromasi dari
gudang memori
1)
2)
3)
a)
b)
4)
5)
6)
1)
2)
3)
14[31] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 320.
15[32] Ibid
16[33] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, h.35
17[34] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, h. 322.
Latihan
Penyimpanan
Sensoris
Atensi
Pengambilan
Input
Gambar 5. Teori memori Atkinson dan Shiffrin 18[35]
Deklaratif (Eksplisit)
Memori Episodik
Prosedural (Implisit)
Memori Semantik
a.
b.
c.
Keterangan :
Memori deklaratif adalah pengingatan kembali informasi secara sadar.20[37]
Memori prosedural adalah memori yang memiliki kemampuan untuk menginngat
kembali bagaimana melakukan sesuatu.21[38]
Memori Episodik adalah memori yang menyimpan gambaran atau bayangan mental
yang dilihat atau didengar dari pengalaman-pengalaman pribadi.22[39]
d.
Memori semantik adalah memori yang menyimpan fakta-fakta dan pengetahuan umum
atau generalisasi informasi yang diketahui.23[40]
Untuk semakin mendekatkann pemahaman, maka berikut ini adalah tabel yang
menguraikan perbedaan tiga tingkatan memori.
Tabel 1. Perbedaan antara tiga tingkatan memori 24[41]
Register
Pengideraan
Perhatian awal
Memerlukan perhatian
Latihan pengulangan
Tidak mungkin
Pengulangan organisasi
Kecil
Karakteristik
Masuknya
informasi
Memelihara
informasi
Format informasi
Kapasitas
Mengcopi
masukan secara
apa adanya
Besar
Hilangnya
informasi
Menyeluruh
Pergeseran kemungkinan
menyeluruh
Selang berkas
- 2 detik
Sampai 30 detik
Memanggil kembali
Membaca yang
nyaring
Kemudian Wina Sanjaya memberikan contoh ketika seorang anak kena api, maka
kejadian itu akan memberikan pengalaman setelah ia mengolah, menghubungkan, dan
menafsirkan bahwa api merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit,
sehingga ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus dihindari 33[50].
Namun pada peristiwa lain, anak tersebut mendapat kesempatan belajar memasak
dengan ibunya, dan secara langsung ia mendapat pengalaman bahwa api memberi
manfaat buat dirinya dan keluarganya, dengan membuat kesimpulan dengan adanya api
makanan bisa di masak. Kemudian peran generalisasi akan muncul saat ia bisa
menyimpulkan bahwa api itu panas karena itu jangan sampai mengenai anggota badan,
dan api itu sangat bermanfaat buat manusia terutama dalam memasak makanan.
3. Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam
metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui,
yang di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran
seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara
sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan
masalah dan memikirkan suatu tujuan.34[51]
Berkaitan dengan modifikasi diri Deanna Kuhn mengatakan metakognisi harus
lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir yang lebih kritis,
terutama di sekolah menengah. Baginya ketrampilan kognitif
terbagi dua, yaitu
mengutamakan kemampuan murid untuk mengenali dunia, dan ketrampilan untuk
mengetahui pengetahuannya sendiri. 35[52]
Michael Pressly dan rekan - rekannya seperti yang telah dikutip Santrock,
mereka telah mengembangkan model metakognitf yang disebut model pemrosesan
informasi yang baik. Model ini menyatakan bahwa kognisi yang kompeten adalah hasil
dari sejumlah faktor yang saling berinteraksi.36[53]
F. Aplikasi Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi Dalam Pembelajaran.
Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran, kita dapat
mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dari fakta
sampai pemecahan masalah, serta tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke tinggi,
dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto tentang pelajaran melukis,
seperti berikut ini :
1.
Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengambar
berwarna (fakta).
32[49] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 160.
33[50] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, cet.7 (Jakarta: Kencana, 2010), h. 122.
34[51] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 340.
35[52] Ibid.
36[53] Jhon. W Santrock,. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S h. 341.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Konsep
Identifikasi binatangbinatang sejenis
Mengenal Peta
Bumi
Identifikasi beberapa
pegunungan
Memahami definisi
molekul dan
gerakan
Hubungan antara
molekul dan gerakan
Prinsip
Binatang-binatang
sejenis mempunyai
ciri-ciri sama
Gunung berapi adalah
gunung yang masih
aktif dan berbahaya
Bahwa udara yang
panas (uap air)
mengembang
Pemecahan Masalah
Mengapa binatang
sejenis tidak selalu
identik
Bagaimana mengatasi
bahaya gunung berapi
Pemanfaatan tenaga
uap untuk
mesin/industry.
Dan kaitannya dengan contoh aplikasi dalam bidang studi Pendidikan Agama
Islam, materi ajar perilaku terpuji (qanaah dan tasamuh), sebagai berikut :
Siswa dapat menyebutkan pengertian qanaah dan tasamuh (fakta).
Siswa dapat mengidentifikasi karakteristik perilaku qanaah dan tasamuh
(konsep).
Siswa dapat menyatakan menyampaikan contoh perilaku qanaah dan tasamuh yang
diambil dari pengalamannya dengan lingkungan (prinsip)
Siswa dapat mengaplikasikan perilaku qanaah dan tasamuh dalam kehidupannya
dengan penuh kesadaran (pemecahan masalah).
Contoh menerapkan teori pemrosesan informasi dalam RPP, sebagai berikut :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Alokasi Waktu
: ......................................
: Pendidikan Agama Islam
: IX/1
:4. Membiasakan perilaku terpuji
4.3.
: Membiasakan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam
kehidupan sehari-hari.
: 2 X 40 menit ( 1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat membiasakan diri berperilaku qanaah dan tasamuh dalam kehidupan
serta merasakan manfaatnya.
Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Modeling
Diskusi
CTL
Kegiatan Inti
1). Eksplorasi
Guru menguraikan contoh-contoh perilaku dan bukan prilaku qanaah dan tasamuh
dalam bentuk tampilan gambar.
2). Elaborasi
Siswa melakukan memberi respon terhadap dengan dapat membedakan contoh dan
bukan contoh pada perilaku qanaah dan tasamuh.
3) Konfirmasi
Siswa menuliskan kesan-kesannya dengan memahami manfaat dari mengaplikasikan
perilaku qanaah da tasamuh.
4) Latihan
Siswa membuat kesimpulan manfaat berperilaku qanaah dan tasamuh dalam
kehidupan.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan belajar dalam KD ini.
Bermanfaat atau tidak ? Menyenangkan atau tidak ?
Sumber Belajar
Buku PAI Kelas IX , Penerbit Umum
LKS MGMP PAI SMP / MTS
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik
Bentuk
Penilaian Instrumen
Instrumen /
Soal
Tes
tertulis
Tes
Simulasikan
simulasi
sikap anak
yang toleran
terhadap
kawannya yang
bukan muslim!
G. Penutup
1. Simpulan
Selain teori behavioristik, kognitif, dan humanistik, ada teori pembelajaran yang
relatif baru, yaitu teori belajar sibernetik. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan
informasi. Jika pada kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar, maka
dalam sibernetik yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem
informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik atau teori pengolah informasi memiliki kajian yang lebih luas dari
psikologi kognitif. Dengan perbedaan psikologi kognitif
adalah upaya untuk
memahami mekanisme dasar yang mengatur berpikirnya orang. Sedangkan pengolahan
informasi menitikberatkan usahanya pada pelacakan dan pemberian urutan operasi
pikiran dan hasil operasi itu. Di samping itu karena teori itu berdasarkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori terus mengalami dinamisasi, karena itulah
tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalamnya tidak didominasi oleh hasil pikiran satu
orang saja.
Teori pembelajaran pemrosesan informasi masuk dalam bagian teori sibernetik.
Teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan,
dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini memiliki pendekatan, yang
dimaksud dengan pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif anak di
mana anak dapat mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan
dengan informasi yang telah diterimanya. Bahkan menurut pendekatan ini, anak akan
bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara
bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks
Salah satu tokoh pemrosesan informasi adalah Robert Gagne, yang menyatakan
bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu
yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di
lingkungan individu yang bersangkutan. Karena itulah teori ini akan membantu kita
untuk memahami proses belajar yang terjadi dalam diri peserta didik, mengerti kondisi
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengetahui hal-hal yang dapat menghambat
dan memperlancar proses belajar peserta didik, sehingga dengan pengetahuan itu
seorang guru akan lebih bijaksana dan tepat dalam menentukan proses belajar.
Pembelajaran pemrosesan informasi dapat diaplikasikan dalam pembelajaran
walaupun dalam teori sibernetik ada asumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun
yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Dengan dasar
bahwa cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
2. Implikasi
Sejalan dengan pernyataan Wina Sanjaya bahwa ketika seorang pendidik berpikir
tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka pada saat itu juga
pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus didesain
agar tujuan dan kompetensi itu dapat diperoleh setiap peserta didik.
Maka bagi para pendidik di sekolah, sudah waktunya memberikan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan ini dibungkus dengan sebaik-baik
penyajian, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memberi pengaruh
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi para tenaga kependidikan,
terkhusus bagi kepala sekolah dan para pengawas, sudah waktunya untuk tidak terlalu
memaksakan para pendidik dalam pencapaian target kurikulum, tetapi lebih
mengutamakan pada pengelolaan proses pembelajaran dan mengevaluasi setiap target
setiap pertemuan.
3. Saran
Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan kepada
para pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan
suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan
motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta
kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik, jangan hanya
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengakses ilmu
dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, cet.2, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2009.
Budiningsih, C. Asri, Belajar dan Pembelajaran, cet.1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Gredler, Margaret E.Bell, Buku Petunjuk Belajar dan Membelajarkan, Jakarta, Universitas
Terbuka, 1988.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, cet.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Joyce, Bruce, et. al, Models of Teaching, cet. 1, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, cet. 3, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989.
Sadiman, Arief S. et al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembanga, dan Pemanfaatannya, cet. 4,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.
Sanjaya,Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembeajaran, cet.4, Jakarta: Kencana, 2011.
Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, cet.7, Jakarta:
Kencana, 2010.
Santrock, Jhon. W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. B.S, Jakarta,: Kencana, 2011.
Soekamto, Toeti, Perancangan dan Pengembangan Sistem Intruksional, Jakarta: Intermedia, 1993.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, cet.4, Jakarta: Kencana, 2009.
Wardani, A.K, Psikologi Belajar, cet. 2, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000.
Bambang Warsita, Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya Pada Pentingnya Pusat
Sumber Belajar,, Jurnal Teknodik, vol. XII No. 1 Juni , 2008. Terdapat pada
http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/121086579.pdf
Bookrags,
Biography
Robert
Milis
Gagne,
(online),
terdapat
pada
http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/