Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Pembelajaran E-Learning Terhadap Psikologis Siswa

Intan Mauliana Alifia Putri

Bimbingan dan Konseling Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya

intanalifia55@gmail.com

Abstract: E-learning is a learning system that is currently popular and


favored by many students. The existence of e-learning has a big impact on
the world of education. Students can feel the sensation of learning that is
completely different from conventional classes. They can access information
very freely and quickly. In addition, students can also choose their own
learning method that is most suitable for their own personalities when
taking e-learning classes. However, it cannot be denied that e-learning can
also affect their psyche. Their psychological health has also increased and
decreased. So that in participating in e-learning, students should pay more
attention so that they do not experience psychological health problems that
threaten their beautiful future.

Keywords: Influence, E-learning, student psychology

Abstrak: E-learning merupakan salah satu sistem pembelajaran yang saat ini
sedang populer dan digemari oleh banyak siswa. Adanya e-learning
memiliki dampak yang besar pada dunia pendidikan. Siswa dapat merasakan
sensasi belajar yang benar-benar berbeda dibandingkan kelas konvensional.
Mereka dapat mengakses informasi dengan sangat bebas dan cepat. Selain
itu, para siswa juga dapat memilih sendiri cara belajar yang dirasa paling
cocok dengan kepribadian mereka masing-masing ketika mengikuti kelas e-
learning. Namun tak dapat dipungkiri bahwa e-learning ini juga dapat
mempengaruhi psikis mereka. Kesehatan psikis mereka juga mengalami
kenaikan dan penurunan. Sehingga dalam mengikuti e-learning sebaiknya
para siswa lebih diperhatikan agar tidak mengalami gangguan kesehatan
psikis yang mengancam masa depan indah para siswa.

Kata kunci: Pengaruh, E-learning, psikologis siswa


Pendahuluan

Perlahan dunia berubah seiring dengan berjalannya waktu. Salah satunya teknologi,
teknologi juga mengalami suatu kemajuan yang sangat pesat sehingga berdampak dalam
berbagai efek, salah satunya ialah pendidikan. Sehingga pembelajaran pun bisa
dilakukan secara lebih mudah tanpa harus bertatap muka secara langsung dan hanya
menggunakan alat elektronik/telekomunikasi atau biasa disebut juga dengan
pembelajaran elektronik (e-learning). Perkembangan berbagai media pembelajaran juga
turut berkembang bersama dengan teknologi. Teknologi baru terus berdatangan dan
penggunaan teknologi saat ini mengalami kenaikan yang sangat luar biasa. Sehingga
digunakan sebagai salah satu sistem pembelajaran. Pemanfaatan teknologi dalam sistem
pembelajaran saat ini, telah mengubah sistem pembelajaran dahulu yang masih berpola
konvesional.

Penggunaan Teknologi Informasi (TI) sebagai media pembelajaran sudah


merupakan suatu tuntutan (Muhson, 2010: 7). Bentuk perkembangan teknologi
informasi yang dapat digunakan sebagai media yakni e-learning. E-learning ini
merupakan sebuah inovasi yang dapat menyampaikan materi pembelajaran dan
perubahan dalam kemampuan berbagai kompetensi pelajar. Karena memalui e-learning
ini pelajar bisa mendengarkan uraian materi dan juga aktif mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, dan lain sebagainya. Materi bahan ajarnya pun dapat dikemas
dalam berbagai format sehingga menjadi lebih menarik dan mampu memberikan
motivasi pelajar untuk lebih bersemangat dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya e-
learning merupakan konsep atau metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
digital (Simanihuruk et. Al.,2019). Selain itu, para ahli dalam bidang pendidikan
mendefinisikan sebagai proses pembelajaran jarak jauh yang memadukan antara
pembelajaran dan teknologi.

Kata “pembelajaran”, menurut Achjar Chalil (dalam Harefa, Ndruru dan Ndraha,
2020: 8), pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan pembelajaran online (e-
learning) adalah kegiatan belajar yang tidak terikat waktu, tempat dan ritme kehadiran
guru atau pengajar serta dapat menggunakan sarana media elektronik dan
telekomunikasi (Yuliani, et al., 2020: 3). Dengan beberapa pemikiran diatas bisa
dikatakan bahwa pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan interaksi antara
pendidik dan peserta didik yang melaksanakan suatu proses belajar-mengajar dengan
melalui suatu media perantara alat elektronik dan telekomunikasi.

Ada beberapa berbagai istilah yang digunakan untuk mengemukakan pendapat


tentang pembelajaran elektronik, antara lain yaitu online learning, internet-enabled
learning, virtual learning, atau web-based learning. Terdapat 2 tipe e-learning yaitu
synchronous dan asynchronous. Synchronous berarti dalam waktu yang bersamaan.
Proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik yang
memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik secara
online. Pelaksanaannya mengharuskan pendidik dan peserta didik mengakses internet
secara bersamaan. Pendidik memberikan materi pembelajaran dalam bentuk makalah
atau slide presentasi kemudian menyampaikannya kepada peserta didik dan peserta
didik dapat melakukan sama halnya pendidik, dapat mempresentasikan tugasnya dalam
bentuk slide presentasi pula dan peserta didik lainnya mendengarkan presentasi secara
langsung melalui internet. Peserta didik juga dapat mengajukan pertanyaan, sanggahan
ataupun komentar melalui chat window atau berbicara secara langsung. Synchronous
training merupakan gambaran dari kelas nyata, namun bersifat virtual dan semua
peserta didik terhubung melalui internet. Synchronous training sering disebut juga
sebagai virtual classroom. Media yang digunakan dapat berupa platform video
conference seperti google meet atau zoom.

Sedangkan asynchronous berarti dalam waktu yang tidak bersamaan. Peserta didik
dapat menerima materi pembelajaran berbeda waktu dengan pendidik saat memberikan
materi. Asynchronous training popular dalam e-learning karena peserta didik dapat
mengakses materi pembelajaran dimanapun dan kapanpun secara bebas. Peserta didik
dapat melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikannya setiap saat sesuai jadwal
waktu yang sudah ditentukan. Pembelajarannya dapat berbentuk bacaan, animasi,
simulasi, permainan edukatif, tes, kuis dan pengumpulan tugas.

I Ketut Gede Darma Putra (2009) mengemukakan beberapa media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran berbasis TI, adalah:

1. Internet
Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TI, karena
perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning, distance
learning, web base learning, dan istilah pendidikan berbasis TI lainnya. Internet
merupakan jaringan komputer global yang mempermudah, mempercepat akses
dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga
materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui. Sudah
seharusnya dalam penerapan pendidikan berbasis TI tersedia akses internet.
Saat ini wilayah Indonesia yang terjangkau jaringan internet semakin meluas
hal ini sebagai dampak dari perkembangan yang pesat dari jaringan
telekomunikasi. Dan bisa dikatakan saat ini telah tersedia banyak pilihan
teknologi untuk melakukan koneksi pada jaringan global.
2. Intranet
Apabila penyediaan infrastruktur internet mengalami suatu hambatan, maka
intranet dapat dijadikan alternatif sebagai media pendidikan berbasis TI.
Karakteristik intranet hampir sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal
(dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau antar gedung). Model-model
pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan mudah dan lebih murah
dijalankan pada intranet. Menurut penulis, pada kondisi-kondisi tertentu intranet
justru dapat menjadi pilihan tepat dalam menerapkan pendidikan berbasis TI.
3. Mobile Phone/Smartphone
Pembelajaran berbasis TI juga dapat dilakukan dengan menggunakan media
telepon seluler, hal ini dapat dilakukan karena kemajuan teknologi telpon
seluler yang pesat. Seseorang bisa mengakses materi pembelajaran, mengikuti
pembelajaran melalui telpon seluler. Begitu canggihnya perkembangan
teknologi ini sampai memunculkan istilah baru dalam pembelajaran berbasis TI
yang disebut M-learning (mobile learning).
4. CD-ROM/Flash Disk
Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi jaringan
internet/intranet tidak tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam media
tersebut, kemudian dibuka pada suatu komputer. Pemanfaatan media CD-
ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran berbasis TI yang paling
sederhana dan paling murah.
Kesehatan Mental (Psikis) Pelajar

Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental diambil
dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa latin yang artinya
psikis, jiwa atau kejiwaan. Mental hygiene merujuk pada kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri sendiri dengan orang lain, masyarakat dan lingkungan. Sehingga
terciptalah sebuah keharmonisan dan kesanggupan menghadapi masalah yang bisa saja
terjadi lalu akhirnya individu merasa puas dan mampu. Kesehatan mental seseorang
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
antara lain kepribadian, kondisi fisik, kematangan psikologis, sikap menghadapi
problem hidup. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal antara lain keadaan ekonomi,
budaya, kondisi lingkungan keluarga, kondisi lingkungan masyarakat, lingkungan
pendidikan.

Dari perspektif peserta didik tentang kondisi psikologis mereka dalam mengikuti
pelajaran melalui sistem e-learning terdapat beberapa bagian yakni sisi motivasi,
disiplin diri, dan emosi adalah tiga hal yang akan dibahas untuk menganalisa efektivitas
proses pembelajaran dari sisi peserta didik sendiri.

a. Motivasi
Motivasi salah satu hal yang dapat mempengaruhi sukses atau tidaknya
seseorang dalam melakukan sesuatu. Motivasi juga memiliki fungsi sebagai
pendorong individu untuk memulai ataupun meneruskan kegiatannya. E-
learning sebagai suatu aktivitas juga menuntut para pelajar untuk memiliki
motivasi yang kuat apabila ingin sukses dalam proses pemebelajaran yang
diikutinya. Terlebih lagi sistem e-learning adalah sistem yang menuntut usaha
dari individu, sehingga motivasi diri haruslah kuat dan datang dari individu
tersebut.
b. Emosi
Emosi memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran, termasuk
pembelajaran e-learning. Sistem e-learning membuat para pesertanya merasa
terisolasi dari yang lain rasa terisolasi ini seringkali menyebabkan frustasi dalam
diri pengguna e-learning tersebut. Terkadang rasa ketakutan pun muncul karena
kurangnya komunikasi secara langsung dan mengontrol situasi dalam kondisi e-
learning. Rasa malu terkadang juga muncul sebagai akibat dari sifat lingkungan
e-learning yang sangat terbuka. Emosi-emosi negatif seperti inilah yang
akhirnya dapat mengurangi motivasi pelajar dalam menggunakan e-learning.
Namun, e-learning tidak hanya menimbulkan emosi negatif saja. Jika para
peserta dapat beradaptasi dengan e-learning, maka emosi positif pun bisa
muncul, seperti antusiasme tinggi dan kebanggaan atas prestasi yang diperoleh.
Untuk itu, yang diperlukan adalah strategi yang tepat dari sisi pelajar untuk
menghadapi kondisi dan situasi dalam e-learning, sehingga akan meningkatkan
efek dari emosi positif dan mengurangi efek dari emosi negatif.
c. Disiplin Diri
Meskipun diberikan sebuah kebebasan memilih cara belajar yang paling cocok
seharusnya kita dapat mengambil manfaat sifat dari sistem e-learning sehingga
memberi kebebasan bagi para pesertanya untuk memilih cara belajar yang paling
cocok dengan kepribadian pelajar tersebut. Hal ini tentunya dapat mendatangkan
keuntungan bagi para pelajar. Namun, para peserta harus dapat menjaga dirinya
agar tetap disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan
konsisten.
Dari hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat dilihat bahwa sisi
psikologis memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sukses atau tidaknya
suatu proses e-learning. Namun, hal ini seringkali dilupakan oleh para pihak
yang terlibat dalam pengembangan e-learning. Akibatnya, sistem yang
dihasilkan boleh jadi memiliki fitur yang kompleks dan canggih, tetapi kurang
memfasilitasi proses pembelajaran yang diselenggarakan, sehingga akibatnya
para pelajar tidak dapat memanfaatkan sistem yang digunakan dengan efektif.
Pengaruh Psikis dari E-learning

Sebagai suatu proses pembelajaran, tentunya e-learning terhubung dengan emosi.


Hal itu dapat membuat pengembangan e-learning dan pengajaran di dalam e-learning
dapat lebih kaya dan otentik. Tak hanya pelajar, para pendidik dan institusi pendidikan
pun turut merasakan dampak dari penggunaan e-learning.

Segala sesuatu pasti memiliki sisi negatif dan positif, begitu pula dengan e-
learning. E-learning ini memiliki dampak positif dan negatif, bagaikan pohon beringin
yang besar dibagian atas dan besar dibagian akarnya, jika dampak positif e-learning
semakin besar namun dampak negatifnya juga semakin besar, begitupun melihat
dampak positiflah yang lebih besar dari e-learning.

Berikut ini merupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh e-learning terhadap
psikis para pelajar, antara lain :

 Susah bersosialisasi dengan baik secara langsung.


Peserta didik cenderung lebih diam dikarenakan kurangnya interaksi antara
pendidik dan peserta didik atau bahkan antar peserta didik itu sendiri dapat
mempengaruhi mudah atau tidaknya peserta didik untuk bersosalisasi dengan
sesama di dunia nyata. Sehingga, ini dapat menghambat terbentuknya nilai-
nilai dalam proses belajar dan mengajar. Lalu dapat menimbulkan
kecenderungan untuk mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial. Dan
juga dikarenakan terlalu asik mengoperasikan hp/laptop hingga mereka lupa
waktu. Ada juga yang awalnya merupakan peserta yang aktif dikelas, karena e-
learning ini mereka mulai menjadi menjadi pasif.
 Stress/frustasi
Hal ini dirasakan oleh hampir semua responden. Mereka mengaku jika
kedepannya e-learning lebih sering dilakukan hingga menghilangkan
pembelajaran secara konvesional yakni tatap muka. Mereka akan mengalami
stres dan jenuh yang berlebihan. Umumnya hal ini berkenaan dengan masalah
teknologi, proses administrasi, maupun desain dan struktur isi website terhadap
proses pembelajaran. Faktor lain yaitu karena para peserta didik terlalu sering
diam dirumah, menghadap layar hp atau laptop kemudian mengakses
pembelajaran secara online. Pola makan dan tidur mereka juga terpengaruhi
sehingga menjadi tidak teratur. Namun 70% dari 60 responden jarang
mengalami kesulitan dalam mengakses e-learning karena mereka mudah
beradaptasi dengan teknologi baru.
 Kecemasan dan ketakutan
Hal ini dirasakan oleh sebagian besar responden. Dan bisa timbul karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, umumnya diakibatkan oleh kurangnya
kontrol dalam sistem e-learning yang digunakan sehingga ada sebagian dari
mereka merasa kesulitan untuk mengakses hingga muncullah sebuah rasa takut
dan gelisah apabila mereka tidak dapat mengakses media yang digunakan.
 Tidak memiliki emosi/perasaan kepada pendidik
Apabila pengajar sering melakukan asynchronous training yang mana waktu
pengajar dan yang diajar tidak bersamaan sehingga pengajar hanya memberi
sebuah tugas kemudian yang peserta didik lakukan hanya mengerjakan dan
mengumpulkan. Sehingga tidak ada kontak emosi antara pendidik dan
peseserta didik.
 Perasaan insecure
Perasaan ini timbul dikarenakan akibat pengalaman buruk, cara pandang
negatif terhadap diri sendiri atau akibat memiliki prinsip yang ingin segala
sesuatunya sempurna. Contohnya media yang digunakan lebih murah daripada
temannya yang lain peserta didik dapat merasa insecure dan malu untuk
bergaul dengan temannya.
 Pribadi yang malas
Dikarenakan jika peserta didik menggunakan sistem pembelajaran berbasis e-
learning, peserta didik akan lebih mudah untuk mencari dan mendapatkan
materi atau info. Tinggal ketik apa yang dicari, tunggu sebentar, kemudian
langsung dapat materinya.
Setelah dampak negatif, tentu ada pula dampak positif yang ditimbulkan oleh e-
learning ini terhadap psikis peserta didik, diantaranya:

 Munculnya jiwa yang kompetitif


E-learning ini dapat mendorong peserta didik untnuk memiliki jiwa-jiwa
bisnis/kompetitif. Karena proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah
pelatihan daripada pendidikan, lebih banyak kompetensi didalamnya.
 Memiliki banyak motivasi
Peserta didik dapat memiliki motivasi yang tinggi dikarenakan media yang
digunakan dapat megakses informasi lebih luas dan mengetahui banyak orang
sukses yang dapat memotivasi mereka. Siswa yang tidak mempunyai motivasi
belajar yang tinggi cenderung gagal Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam,
1997).
 Mengasah rasa antusiasme
56,7% dari 60 responden merasa antusias untuk mengikuti e-learning.
Beberapa penyebabnya antara lain: mereka sangat terbantu dengan adanya
teknologi, adanya tool baru yang bisa digunakan, dapat memperoleh ilmu
dengan lebih luas dari berbagai koneksi yang ada, dapat membantu untuk
mengatur waktu dengan baik.
 Menjadi lebih inisiatif dan mandiri
Dikarenakan banyak sekali media yang bisa dikases oleh peserta didik, maka
perlahan akan muncul sebuah inisiatif untuk melakukan hal-hal baru. Mandiri
dikarenakan e-learning menuntut para peserta didik untuk mengerjakan suatu
hal sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
 Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi
Para peserta didik cenderung ingin mengetahui hal baru. Dan e-learning ini
merupakan salah satu pembelajaran untuk mereka agar lebih mudah mengakses
suatu informasi baru dan meningkatkan wawasan mereka.

Metodologi
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah kualitatif
deskriptif. Yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas (Sugiyono, 2005). Dengan cara menyebarkan kuesioner yang diisi oleh
60 responden. Hasilnya akan dijabarkan dalam bentuk deskripsi untuk
menjelaskan analisis berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Penelitian ini
bertujuan searah dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian /
identifikasi masalah penelitian. Untuk mengolah atau menganalisis hasil
penelitian yaitu dengan membuat analisisnya memakai metode penelitian ini.

Hasil dan
Pembahasan
E-learning dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengambil manfaat
dari materi-materi dan teknologi pengiriman baru untuk mendukung proses
belajar mengajar. Dengan e-learning, para peserta didik akan lebih
diberdayakan, karena kini proses belajar-mengajar tidak lagi berpusat pada
guru tetapi beralih ke siswa. Dengan koneksi ke internet, seorang siswa punya
akses ke berbagai sumber informasi yang tak terbatas. Selain itu, e-learning
dapat membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi peserta didik yang
aktif, cepat menyerap materi pelatihan dan akan bisa maju dengan lebih cepat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan bahwa e-


learning juga berpengaruh terhadap psikis para peserta didik. Untuk meminimalisir
dampak buruk dari e-learning maka diperlukan bantuan pengawasan yang dilakukan
oleh orang tua peserta didik itu sendiri dan orang yang berada disekitarnya. Apabila
telah mengalami dampak buruk hingga mengganggu kondisi psikis peserta didik maka
diharapkan untuk segera berkonsultasi kepada orang yang ahli menangani masalah
tersebut.

Dari 60 responden yang mengisi kuesioner. Sebanyak 80% yang mengisi bahwa
mereka mengalami stres karena berbagai faktor. Faktornya yakni mereka mengalami
kebosanan hingga menyebabkan stres, depresi. Dan sebanyak 70% mengaku bahwa
mereka jarang mengalami kesulitan dalam mengakses ppembelajaran dengan sistem e-
learning. Kedisiplinan dalam waktu belajar para peserta didik juga tidak stabil dan lebih
cenderung mengalami penurunan.

Mereka juga lebih mengandalkan internet untuk mencari jawaban-jawaban untuk


tugas yang diberikan pendidik. Banyak dari mereka bahkan telah mengalami
ketergantungan hingga menurunkan minat baca buku teks pelajaran yang ada. Seringnya
mereka menatap layar hp/laptop juga mengakibatkan kondisi mereka tidak begitu baik.

Kebisaan-kebiasaan mereka juga berubah, ada yang mengalami perubahan menjadi


lebih baik dan ada pula yang mengalami perubahan sehingga kebiasaan baik yang
dijalani menurun. Karena efek belajar secara e-learning. Lebih kecanduan hp, insomnia
dan kurang bersosialisasi dengan sekitar.

Kesimpulan

Pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan interaksi antara pendidik dan


peserta didik yang melaksanakan suatu proses belajar-mengajar dengan melalui suatu
media perantara alat elektronik dan telekomunikasi. Dari perspektif peserta didik
tentang kondisi psikologis mereka dalam mengikuti pelajaran melalui sistem e-learning
terdapat beberapa bagian yakni sisi motivasi, disiplin diri, dan emosi. Berdasarkan
analisis diatas dapat disimpulkan bahwa e-learning juga berpengaruh terhadap psikis
para peserta didik.

Referensi

Ery, Jesica. 2020. Online Learning dan Kesehatan Mental.

https://mediaindonesia.com/weekend/340566/online-learning-dan-kesehatan-mental
(diakses pada 14 Januari 2021)

Harefa, Darmawan, Matawati Ndruru, Lies Dian Mars Ndraha. 2020. Teori Model
Pembelajaran Bahasa Inggris Dalam Sains. Solok: CV Insan Cendekia Mandiri.

I Ketut Gede Darma. 2009. Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi. Dalam: Rakorda
Disdikpora Bali, 10 Maret.

Muhson, Ali. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi.


Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 8 (2), 1-10.

Najma. 2010. Pembelajaran E-learning dalam Psikologi.

https://n4jm4.wordpress.com/2010/03/08/%E2%80%A6-pembelajaran-e-learning-
dalam psikologi%E2%80%A6/ (diakses pada 13 Januari 2021)
Redaksi Dokter Sehat. “Kesehatan Mental: Pengaruh Psikis, Gejala, Diagnosis, &
Pengobatan.” https://doktersehat.com/psikologi-kesehatan-mental/ (diakses pada
13 Januari 2021)

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Yuliani, Meda dkk. 2020. Pembelajaran Daring untuk Pendidikan: Teori dan
Penerapan. Cet. I. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai