Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ONTOLOGI

Tugas Ini Dikemukakan Untuk Memenuhi

Tugas Individu Matakuliah Filsafat

Nama : Adi Sumaryono ( 2019011010 )

Kelas : Filsafat D

Prodi : Psikologi

Fakultas : Psikologi

Nama Dosen : Prof. Dr. M. Well Jandra, M.Ag.

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA

2019
ABSTRAK

Kajian ontologi merupakan kajian mendasar dari ilmu filsafat. Ontologi


membahas tentang pertanyaan dasar yang telah ada dan di pertanyakan lebih
lanjut sampai ke akar-akarnya sampai bertemu dengan jawaban yang memuaskan
dan telah dianggap benar. Sedemikian mendasar dan mendalamnya persoalan-
persoalan ini, sehingga manusia dihadapkan pada jawaban-jawaban yang berbeda.
Persoalan pertama, “apa yang ada”, memberikan jawaban yang berbeda-beda
sesuai dengan keyakinan mereka.

Kata kunci: Filsafat, Ontologi, Ada

i
DAFTAR ISI

Cover
ABSTRAK ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. PERNYATAAN MASALAH ................................................................................ 2
C. PERTANYAAN PENELITIAN ............................................................................. 2
D. METODE PENGUMPULAN DATA ..................................................................... 3
E. HASIL PENELITIAN............................................................................................. 3
F. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................... 3
ISI ............................................................................................................................. 4
A. ISTILAH DAN DEFINISI ...................................................................................... 4
B. KONSEP PIKIRAN ONTOLOGI .......................................................................... 6
C. MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI .......................................................... 7
1. Monoisme ........................................................................................................... 7
2. Dualisme ............................................................................................................. 8
3. Pluralisme ........................................................................................................... 8
4. Nihilisme ............................................................................................................. 9
5. Agnotiisme .......................................................................................................... 9
6. Materialisme ....................................................................................................... 9
7. Eksistensi Tuhan (Mistisisme) ............................................................................ 9
PENUTUP .............................................................................................................. 10
KESIMPULAN ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12

ii
KATA PENGANTAR

Kata Pengantar Segala puji dan syukur bagi allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah tepat pada
waktunya. Makalah dengan judul “ontologi” dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan
berbagai pihak yang telah mendukung serta membantu menyelesaikan makalah
filsafat .Besar harapan kami agar makalah ini bisa menjadi rujukan penelitian
selanjutnya.

Kami juga berharap agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, kami mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan kritik
yang terbuka sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian
pengantar ini kami sampaikan . Dan kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada Prof. Dr. Mifedwil Jandra, M.Ag. selaku dosen pengampu matakuliah
filsafat.

Yogyakarta, 28 februari 2021

Adi Sumaryono

iii
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kajian filsafat mungkin terdengar abstrak untuk sebagian besar


masyarakat. Ilmu filsafat memang bukan termasuk ilmu yang populer dipelajari di
masyarakat kita, seperti tujuan filsafat, fungsi dari filsafat dan konsep filsafat yang
mungkin tidak terdengar familiar bagi kita. Filsafat adalah cara seseorang berpikir
secara radikal, sistematis, dan universal tentang segala sesuatu. Jadi objek dari
filsafat itu sendiri adalah pemikiran tentang segala sesuatu yang ada. Semua yang
ada menjadi bahan pemikirian filsafat. Namun, karena ilmu filsafat merupakan
buah usaha pikiran manusia secara sistematis, maka disini perlu di urutkan dan di
sistematisasikan tentang sesuatu yang ada itu.

Filsafat dapat juga dimaknai sebagai pemikiran (cara berpikir) /


penelaahan tentang sesuatu yang ada secara mendalam, menyeluruh dan
berkesinambungan. Untuk melakukan peimikaran (cara berpikir) / penelahaan
tersebut secara mendalam, menyeluruh dan berkesinambungan atau bisa dikatakan
penelahaan tersebut dilakukan secara ontologi.

Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang salah satu cabang
dalam filsafat, yakni ontologi. Ontologi merupakan hakikat apa saja yang akan
dikaji dalam filsafat. Secara singkat, ontologi merupakan pengetahuan tentang apa
yang (what is) atau ada (exist). Ontologi sebagai cabang filsafat merujuk pada
realitas sekitar kita, tidak tergantung bagaimana pandangan kita sendiri
terhadapnya. Apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Adapun hakikat
yang akan dikaji yaitu mengenai metafisika, asumsi, peluang, beberapa asumsi
dalam ilmu, dan batas-batas penjelajahan ilmu. Cabang filsafat ini mengutarakan
tentang objek apa yang akan di telaah, bagaimana wujud yang hakiki dari objek
tersebut dan bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan ilmu pengetahuan.

1
Dan yang paling utama dari ilmu ontologi ini sesungguhnya membahas tentang
bagaimana sesungguhnya eksistensi Tuhan. Apakah Tuhan itu ada atau tidak.

Untuk bisa mengerti tentang makna ontologi lebih baik dan agar tidak
terjebak hanya pada satu pola pemikiran filsafat saja, maka perlunya referensi
ilmu filsafat lain seperti ilmu filsafat islam sehingga akan timbul landasan
sehingga ontologi tersebut tidak terombang-ambing dan berputar-putar saja karena
terbatasnya pola berpikir manusia dan dapat diketahui jawaban sebenar-benarnya.

B. PERNYATAAN MASALAH

Dalam relevansinya sebenarnya pembahasan masalah ontologi berpusat


pada keinginan untuk menjawab pertanyaan apa sesungguhnya yang dimaksud
sebagai kenyataan (reality)?. Dalam filsafat, pertanyaan tersebut merupakan
masalah yang ditemukan beragam jawaban filsafatinya sesuai dengan keragaman
“corak” sistem kefilsafatan yang mendasarinya. Membahas tentang ontologi
seringkali berkaitan dengan pertanyaan yang terkonsentrasi tentang apakah
entititas ada atau boleh dikatakan untuk ada dan bagaimana entitas itu dapat
dikelompokkan, berkaitan dalam jenjang, dan dibagi menurut kesamaan dan
perbedaan. Jadi, dalam makalah ini memaparkan tentang ontologi merupakan
”science of being” secara definisi dan mendeskripsikan secara jelas apa itu
ontologi.

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan menyebutkan


bahwa ada beberapa pokok masalah yang akan dibahas di makalah ini yaitu:

1. Apakah pengertian dari ilmu filsafat itu?


2. Apa pengertian dari ontologi ini?
3. Apa konsep pemikiran ontologi itu dan keuntungan/manfaat berpikir
secara ontologi?

2
D. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam makalah ini penulis mengumpulkan dan mengolah data dengan


berbagai cara guna mendapatkan informasi, metode untuk mengumpulkan data
adalah sebagai berikut:

1. Jenis penelitian kajian ini merupakan penelitian pustaka (library research),


yaitu mengumpulkan atau menghimpun data dari berbagai literature.
2. Sumber data dalam penelitian ini, digunakan berbagai macam literatur,
khususnya yang membahas tentang filsafat dan ontologi. Penelitian ini
juga menggunakan beberapa buku dan artikel yang relevan dengan pokok
pembahasan, yaitu tentang pengetahuan tentang ontologi.
3. Sumber data yang lain juga mengaju pada kemajuan teknologi yaitu
internet. Selain dari buku yang membahas tentang ontologi.
4. Sumber yang tidak kalah penting yaitu dari ahli ataupun guru yang
mengampu di bidang filsafat. Meskipun kurang relevan, tapi bertanya
kepada narasumber lebih membuka cara berfikir agar tidak monoton dan
lebih banyak referensi.

E. HASIL PENELITIAN

Untuk hasil yang didapatkan dalam makalah ini tentu saja adalah
pengertian serta definisi tentang ontologi dan bagaimana orang berpikir secara
ontologi, mengetahui konsep dan aspek ontologis.

F. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai referensi materi yang
bertema ontologis serta menyelesaikan tugas yang diberikan di matakuliah filsafat
ini.

3
ISI
A. ISTILAH DAN DEFINISI

Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, istilah filsafat bersal dari
bahasa yunani: philosophia yang terdari dua kata yaitu, philos(cinta) dan shopia
yang berarti kearifan dan kebijaksanaan, cakupan pengertian sophia yang semula
itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan
meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual,
pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam
memutuskan soal-soal praktis jadi secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap
kebijaksanaan atau kebenaran (Baktiar, 2012).

Kemudian Susanto menyatakan bahwa menurut Istilah, filsafat adalah ilmu


pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan
berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri
secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya,
mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis, mendalam
dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupan manusia (Susanto, 2011).

Dalam filsafat terdapat cabang ilmu yang disebut ontologi. Ontologi


merupakan salah satu di antara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang
paling kuno. Sejak dini dalam pikiran Barat sudah menunjukkan munculnya
perenungan ontologis, sebagaimana Thales ketika ia merenungkan dan mencari
apa sesungguhnya hakikat ”yang ada” (being) itu, yang pada akhirnya ia
berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala sesuatu (yang ada) itu adalah
air. Ontologi merupakan azas dalam menetapkan batas ruang lingkup wujud yang
menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika)
(Jujun dalam Zainuddin, 2013). Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu
itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu,
yang tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaiman yang ada (being)
itu.

4
Menurut Nasution (2017) berdasarkan istilah, ontologi (ontology) berasal
dari akar kata dalam bahasa Yunani, diartikan sebagai cabang metafisika untuk
memperlakukan sifat kewujudan. Ontologi merupakan kajian filosofis tentang
sifat alamiah kewujudan (being), menjadi (becaming), keberadaan (existence) atau
realitas sebaik kategori-kategori dasar kewujudan dan hubungannya. Secara
singkat, ontologi merupakan pengetahuan tentang apa yang (what is) atau ada
(exist). Ontologi sebagai cabang filsafat merujuk pada realitas sekitar kita, tidak
tergantung bagaimana pandangan kita sendiri terhadapnya. Dengan demikian,
ontologi mengharuskan seseorang untuk membuat perbedaan yang tegas antara
subjek yang mengamati dan obyek yang diamati.

Ontologi merupakan pikiran mendasar secara logis tentang kewujudan,


menjadi, dan keberadaan sesuatu. Pikira mendasar secara logis mewakili science
of being, yang menjelaskan bahwa ontologi bukan teknologi tetapi merupakan
sains. Kewujudan (being) menyatakan bahwa setiap sesuatu wujud dengan sifat
alamiah (natural) atau memiliki sifat dasar, sifat yang tidak datang dari
kewujudan yang lain, yang secara khusus membedakan sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Kata menjadi (becaming) menyatakan bahwa setiap sesuatu yang wujud
berubah. Walaupun sesuatu dapat berubah menjadi sesuatu yang lain, tetapi
sesuatu itu tetap ada karena sifat dasarnya yang tidak berubah.

Berdasarkan Suriasumantri (1993) bahwa ontologi adalah sesuatu yang


menyangkut hakikat apa yang akan dikaji. Dalam ontologi dibedakan antara
obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah eksisten konkret yang
seutuhnya merupakan sasaran intensionalitas subyek, sedangkan obyek formal
adalah ciri atau aspek khusus (bentuk) yang ditonjolkan untuk menyimak
keutuhan itu. Sebagai contoh manusia adalahobyek material sedangkan ilmu
kedokteran, ilmu psikologi, ilmu seni, dan lain-lain yang merupakan kajian
berdasarkan konteks dari obyek material manusia itu menjadi obyek formal.

Menurut Mufid (2013) Ontologi berasal dari dua kata onto dan logi,
artinya ilmu tentang ada. Ontologi adalah teori tentang ada atau realitas. Ontologi

5
(ilmu hakikat) merupakan salah satu bab dari filsafat. Meninjau persoalan secara
ontologis adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat realitas. Jadi, ontologi
adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hakikat dan digunakan sebagai
dasar untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain menjawab tentang
pertanyaan apakah hakikat ilmu itu. Apa yang dapat kita alami dan amati secara
langsung adalah fakta, sehingga fakta ini disebut fakta empiris, meliputi seluruh
aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indra.

B. KONSEP PIKIRAN ONTOLOGI

Menurut Putra, Dilham tahun 2016 menjelaskan konsep ontologi dalam


pengetahuan beberapa hal yang menentukan dalam sifat kebenaran dalam
pendidikan, terdiri dari:

1. Metode Empirik (empirisme) yaitu mendapatkan pengetahuan melalui


pengalaman indrawi. Sedangkan akal pikiran, dipandang sebagai
penampung segala apa yang dialami. Cara ini mengandung beberapa
unsur, subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui dan proses
bagaiman subjek berhubungan dengan objek (Empirisme John Locke).
2. Metode Rasional (rasionalism). Pengetahuan bersumber dari akal pikiran,
pengalaman yang dipandang sebagai perangsang akal pikiran. Kebenaran
bukan terletak pada diri sesuatu melainkan pada idea. Akal pikiran secara
deduktif bekerja untuk mendapatkan pengetahuan yang pasti. Jadi akal
pikiran berperan sebagai perantara dan sekaligus sebagai suatu teknik
deduktif (penalaran) dalam menentukan kebenaran
3. Metode Fenomenologik (Fenomenologisme I. Kant). Bahwa apa yang
dapat diketahui tentang sesuatu hal itu hanya gejal-gejala saja, bukan
hanya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada hubungannya yang niscaya
(pasti) antara sebab dan akibat.

6
C. MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI

Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai


beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:

1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan


sistem pemikiran yang ada.
2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan
eksistensi.
3. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah
keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.

Dari penjelasan tersebut, penyusun dapat menyimpulkan bahwa ontologi


merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno atau klasik. Pada dasarnya, ontologi membicarakan tentang hakikat dari sutu
benda/sesuatu. Hakikat disini berarti kenyataan yang sebenarnya (bukan
kenyataan yang sementara, menipu, dan berubah). Misalnya, pada model
pemerintahan demokratis yang pada umumnya menjunjung tinggi pendapat
rakyat, ditemui tindakan sewenang-wenang dan tidak menghargai pendapat
rakyat. Keadaan yang seperti inilah yang dinamakan keadaan sementara dan
bukan hakiki. Justru yang hakiki adalah model pemerintahan yang demokratis
tersebut.

Dalam pemahaman mengenai ontologi ini dapat dikemukakan pandangan-


pandangan terhadap pokok pikiran didalam ontologi. Pokok pikiran atau aliran
ontologi diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Monoisme

Istilah dari monisme berasal dari Bahasa Yunani yakni monos yang
memiliki arti tunggal atau sendiri. Terdapat beberapa pengertian mengenai
monisme menurut Lorens yakni :

7
1. Teori yang menyatakan bahwa segala hal dalam alam semesta itu dapat
dijabarkan serta juga dijelaskan dalam kerangka kegiatan atau aktivitas
satu unsur dasar. Misalnya, Allah.
2. Teori yang menyatakan bahwa segala hal itu berasal dari satu sumber
terakhir tunggal.
3. Keyakinan, bahwa realitas merupakan satu, serta segala sesuatu lainnya
ialah ilusi.
4. Ajaran yang mempertahankan bahwa suatu ajaran pokok seluruh eksistensi
ialah satu sumber.

2. Dualisme

Istilah dualisme ini berasal dari Bahasa Yunani, dualis yang memiliki
arti dan bersifat dua. Berbeda dengan monisme yang memiliki pandangan
bahwa hanya ada satu (1) substansi, maka dualisme ini justru
berpandangan bahwa terdapat dua substansi dalam kehidupan ini. Dalam
pembahasan filsuf Rene Descartes wacana konsep dualisme ini dianggap
sempurna. Yang mana dualisme ini berhubungan dengan manusia, Rene
Descartes juga memandang manusia ialah sebagai makhluk yang berasal
dari dua substansi yakni jiwa sebagai alat berpikir serta tubuh jasmaniah
yang meiliki sifat fisikal. Kedua substansi ini saling terpisah antara satu
sama lain. Dalam pemikiran inilah, dualisme menurut Rene Descartes ini
ialah dua substansi yang terpisah. Namun, Rene Descartes juga percaya
bahwa selain dua (2) substansi tersebut terdapat satu lagi substansi yang
memiliki sifat absolut yakni Tuhan.

3. Pluralisme

Istilah pluralisme ini berasal dari Bahasa Latin pluralis yang memiliki
arti jamak atau plural. Pada saat berbicara mengenai alam semesta,
Empedokles ini menyatakan bahwa alam jagat raya yang kita saksikan ini
terdiri dari empat (4) unsur yakni tanah, udara, api, dan air. Sedangkan
Anaxagoras ingin membawa teori ini kearah lebih jauh. Setelah melakukan

8
kajian dengan secara seksama Anaxagoras kemudian menyimpulkan
bahwa tidak hanya empat unsur tersebut yang membentuk alam semesta.
Bagi Anaxagoras itu terdapat jutaan unsur bahkan substansi yang tak
terhitung jumlahnya.

4. Nihilisme

Istilah kata nihilisme ini berasal dari Bahasa Latin yang dengan secara
harfiah memiliki arti tidak ada atau ketiadaan. Secara umum nihilisme ini
berarti pandangan bahwa keberadaan serta hidup di dunia sama sekali
tidak berarti dan juga tidak bermanfaat.

5. Agnotiisme

Istilah kata agnotisisme ini berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri
dari dua (2) kata yaitu a yang berarti ‘bukan’, ‘tidak’, serta gnostikos yang
memiliki arti ‘orang yang mengetahui atau juga mempunyai pengetahuan
mengenai’. Dari pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa
agnotisisme tersebut dibagi dalam dua (2) wacana, diantaranya : pertama,
paham yang berhubungan dengan wacana ketuhanan. Aliran tersebut
mengklaim bahwa manusia tidak pernah mampu untuk dapat mengetahui
eksistensi Tuhan. Kedua, manusia juga tidak mungkin mampu untuk
mengetahui sesuatu yang berada di balik realitas.

6. Materialisme

Aliran ini memandang bahwa yang ‘ada’ sesungguhnya itu adalah


memiliki sifat material (kebendaan) atau juga realitas yang dapat
dijelaskan dengan secara materialistis.

7. Eksistensi Tuhan (Mistisisme)

Salah satu realitas fundamental yang diperbincangkan dalam


mistisisme ialah eksistensi Tuhan yang merupakan realitas tertinggi serta
menjadi sumber bagi eksistensi dari segala sesuatu.

9
PENUTUP

Secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya


pada daerah-daerah yang berada pada jangkauan pengalaman manusia. Dengan
demikian, objek penelaahan yang berada dalam daerah pra pengalaman (seperti
penciptaan manusia) atau pasca pengalaman (seperti hidup sesudah mati) tidak
menjadi pembahasan dalam ontologi.

Kajian tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi dalam


perkembangannya tentunya perlu dianalisis lebih lanjut lagi agar pemahaman
tentang Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi para mahasiswa dan lulusannya
menjadi lebih tertanam dalam pikiran dan langkah mereka ke depannya. Ilmu apa
pun itu termasuk Ilmu Perpustakaan dan Informasi merupakan ilmu yang dapat
dikaji melalui Filsafat Ilmu. Kajian Filsafat Ilmu ini sangat membantu dalam
memahami hakikat dari keilmuan tersebut baik dari segi ontologi, epistemologi,
dan aksiologi. Banyak pertanyaan-pertanyaan dalam hal ini yang bisa diajukan
untuk memperdalam suatu keilmuan. Oleh sebab itu kajian mendalam tentang
suatu ilmu pengetahuan tersebut bisa terus digali dan diteliti.

10
KESIMPULAN

Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos
= ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut
istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak. Metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang
ada.

Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu


monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme. Monoisme adalah
paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu hanyalah satu. Asal
sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani (spirit, ruh). Dualisme
adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari dua hakikat (hakikat
materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat jasad dan spirit). Pluralisme
adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal merupakan kenyataan.
Nihilisme adalah paham yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Dan
agnostisisme adalah paham yang mengingkari terhadap kemampuan manusia
dalam mengetahui hakikat benda.

Secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya


pada daerah-daerah yang berada pada jangkauan pengalaman manusia. Dengan
demikian, objek penelaahan yang berada dalam daerah pra pengalaman (seperti
penciptaan manusia) atau pasca pengalaman (seperti hidup sesudah mati) tidak
menjadi pembahasan dalam ontologi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Mahyuddin K. M. 2017. Ontologi. Universitas Sumatera Utara:


Program Studi S3 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan
Teknologi Informasi (Fasilkom-TI).
Suriasumantri, Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu: sebuah pengantar populer. Jakarta:
Sinar Harapan.
Mufid, Fatkhul. 2013. Perkembangan Ontologi dalam Filsafat Islam. Jurnal
Penelitian, Vol. 7, No. 2, Agustus 2013. STAIN Kudus, Jawa Tengah,
Indonesia.
Ibeng, Parta. 2021. Pengertian ontologi, sejarah, pokok pikiran, dan aliran
menurut para ahli. Artikel online. Pengertian Ontologi, Sejarah, Pokok
Pikiran dan Aliran Menurut Para Ahli (pendidikan.co.id). Diakses 28
februari pukul 13.00.
Baktiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu. Cet XI, Jakarta: Rajawali Pers.
Zainuddin. 2013. Ontologi. Malang: UIN
Putra, Dilham. 2016. Ontologi Dalam Esensi Ilmu Ekonomi Dan Sumber
Pengetahuan. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Volume 6, Nomor 01.
Anis,Farina. 2008. Ontologi islam. Online. http:/permenungan.multiply.com
diakses 28 februari 2021

12

Anda mungkin juga menyukai