Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALAM PIKIR MANUSIA dan PERKEMBANGANNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar


Dosen Pengampu : Ana Rokhmawati, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Fenny Dewi Lintang (202003815)


Rindy Antika Putri Sahari (202003834)

Dhimas Yanuar (202003915)

Maulana Abdul Chanib (202003884)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

STKIP PGRI LUMAJANG


Jalan Pisang Gajih No.2, Lumajang, Jawa Timur
2020
I

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Alam Pikir Manusia dan
Perkembangannya

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi kami sang penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik.

Serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Lumajang, 18 Maret 2021

Penulis
II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................I

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

2.1 Rasa Ingin Tahu Pada Manusia..............................................................................................2

2.2 Hubungan Antara Perkembangan Fisik Dan Sifat Manusia...................................................2

2.3 Mitos......................................................................................................................................4

2.4 Persepsi Terhadap Alam Oleh Para Ilmuan...........................................................................6

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................9

3.2 Saran......................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Umumnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu dimulai dari adanya rangsangan
dari suatu objek, rangsangan itu menimbulkan rasa ingin tahu yang mendorong seseorang
untuk melihat, menyaksikan, mengamati, mengalami dan sebagainya.

Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala
alam, juga berusaha untuk memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi, serta
berusaha untuk memahami masalah itu sendiri, ini semua menyebabkan manusia
mendapatkan pengetahuan yang baik.

Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling berhasil dalam
persaingan hidup di bumi ini, meski banyak keterbatasan fisik, seperti: ukuran, kekuatan,
kecepatan, dan panca inderanya, bila dibandingkan dengan penghuni bumi lainnya.
Keberhasilan itu disebabkan oleh manusia memiliki kemampuan otak yang lebih baik
daripada makhluk lainnya, yang memungkinkan lebih mudah untuk beradabtasi dengan
lingkungannya.

Dan dari sekian banyak ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup, akal budi dan
kemauan keras itulah yang merupakan sifat unik manusia. Rasa ingin tahu, juga
merupakan salah satu ciri khas manusia. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir
sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena
manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu. Manusia juga mampu
menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan
pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana rasa ingin tahu pada manusia?
B. Bagaimana hubungan antara perkembangan fisik dan sifat manusia?
C. Bagaimana timbulnya mitos?
D. Bagaimana persepsi terhadap alam oleh para ahlis?
E. Bagaimana sejarah pengetahuan manusia?
1.3 Tujuan
A. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar sebagai salah satu
proses perkuliahan.
B. Untuk mengetahui bagaimana alam pikiran manusia yang sebenarnya dan sifat
keingintahuannya
C. Untuk mengetahui hubungan antara perkembangan fisik dan sifat manusia

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Rasa Ingin Tahu Pada Manusia


Menurut Mustari (2011, hlm.103)“rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
dipelajarinya, dilihat dan didengar”. Keinginan manusia untuk mengetahui dan
memahami sesuatu adalah kekuatan pendorong di belakang perkembangan sebagai
individu dan bahkan kesuksesan sebagai manusia.

Manusia memiliki rasa ingin tahu atau kurioritas yang terus tumbuh dan
berkembang sangat pesat. Rasa ingin tahu manusia tidak pernah dapat terpuaskan,
apabila suatu masalah dapat dipecahkan akan timbul masalah lainnya yang menunggu
pemecahanya. Manusia akan terus bertanya setelah mengetahui apa, bagaimana, dan
mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh
untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru menjadi pengetahuan yang
lebih baru lagi. Hal ini demikian berlangsung berabad-abad sehingga terjadi
akumulasi pengetahuan. Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial yaitu
berfikir (Senja, 2014)
Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan
peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-
gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) mapun alam kecil (mikrokosmos), serta
berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha
untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia
dapat mengumpulkan pengetahuan.
Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan
mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-
benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam sekitarnya. Pengamatan-
pengamatan yang ditangkap melalui panca indera-nya merupakan objek rasa ingin
tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai
hal-hal yang diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka
harus berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan hanya “apa”-nya saja yang
ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dari “bagaimana” dan kemudian
berlanjut “mengapa” tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan
peristiwa-peristiwa yang diamatinya.
Tapi rasa ingin tahu juga memiliki konsekuensi. Hanya karena manusia dapat
membayangkan sesuatu tidak berarti itu akan berhasil, setidaknya tidak pada awalnya.
Dalam beberapa situasi, taruhan rendah dan kegagalan adalah bagian yang wajar dari
suatu pertumbuhan.

2.2 Hubungan Antara Perkembangan Fisik Dan Sifat Manusia


Kita sering menganggap penampilan luar kita tak ada kaitannya dengan jati diri
kita. Namun, ternyata ciri-ciri fisik seperti tinggi badan atau paras wajah dapat
membentuk kepribadian, perilaku, hingga kecenderungan politik seseorang.

2
Kita ambil contoh ciri-ciri ekstrovert, yang bukan hanya bersifat lebih mudah
bergaul, tetapi juga lebih berjiwa petualang dan siap mengambil risiko. Dalam
evolusinya, tentu masuk akal apabila seseorang yang secara fisik lebih kuat kemudian
memanfaatkan kelebihan fisiknya untuk bersifat lebih ekstrovert, itulah yang persis
ditemukan dalam sejumlah penelitian. Penelitian Universitas Göttingen, Jerman, baru-
baru ini menunjukkan bahwa lebih dari 200 pria, mereka yang memiliki kondisi fisik
lebih kuat dan punya tubuh yang lebih "macho" - termasuk dada bidang dan otot bisep
besar - cenderung lebih ekstrovert, terutama dalam hal asmara bersifat lebih tegas dan
aktif.

Akan tetapi asosiasi kekuatan dan sifat ekstrovert tidak ditemukan pada penelitian
serupa yang dilakukan terhadap perempuan.

Penelitian lain menemukan bahwa laki-laki dengan tubuh lebih besar memiliki
kecenderungan untuk melakukan serangan dan tidak gampang takut atau gelisah. Hal ini
masuk akal jika menganggap kepribadian sebagai strategi adaptasi. Jika secara fisik
lemah, maka bersikap awas dan waspada terhadap bahaya memungkinkan kita memiliki
jangka hidup lebih panjang. Akan tetapi jika secara fisik kita kuat, maka dapat menjadi
sosok yang lebih pemberani. Hal ini dikarenakan, menurut teori evolusi, kekuatan fisik
dan kemampuan berkelahi menjadi modal yang lebih dimiliki pria yang mana harus
berkompetisi satu sama lain untuk mendapat pasangan.

Sebuah penelitian dari Universitas California, Santa Barbara, meneliti baik


pria maupun wanita dan menemukan asosiasi kekuatan fisik dan sifat ekstrovert seperti
biasanya, namun kaitan itu tampak lebih signifikan pada pria. Penelitian yang sama
meneliti daya tarik para peserta penelitian, sebuah atribut fisik lainnya yang dianggap
dapat membuat kepercayaan diri meningkat. Hasilnya menunjukkan bahwa, baik bagi
wanita maupun pria, semakin menarik penampilan fisiknya semakin ekstrovert orang
tersebut maka semakin tertarik lawan jenis untuk mengenalnya lebih jauh. Hal ini
menunjukkan bahwa beberapa dinamika penampilan dan kepribadian ini juga berlaku
bagi perempuan. "Temuan saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar keberagaman
sifat ekstrovert antar-individu secara mengejutkan dapat diprediksi melalui kekuatan dan
daya tarik fisik mereka," tulis para peneliti.

Hal itu semakin menguatkan gagasan bahwa atribut fisik meningkatkan sifat
ekstrovert seseorang, ketimbang gagasan bahwa asosiasi penampilan-kepribadian
sekadar cerminan efek genetik yang serupa. Bahkan opini dan nilai-nilai yang kita anut
bisa dipengaruhi oleh bentuk fisik kita sendiri

Sementara itu, penelitian terhadap perempuan menghasilkan temuan yang


beragam, di mana sebagian menunjukkan bahwa kekuatan berhubungan erat dengan
prinsip egaliter, sementara sisanya sebaliknya.

Kita seringkali beranggapan bahwa kepribadian dan keyakinan kita mencerminkan


jati diri kita sesungguhnya - baik pemalu atau mudah bergaul, takut terhadap komitmen
atau pasangan yang setia, sayap kiri atau sayap kanan dan kita kerap menilai bahwa
3
karakteristik-karakteristik tersebut berasal dari proses kerja otak, moral atau bahkan sisi
spiritual kita. Gagasan bahwa aspek-aspek tersebut mungkin sesungguhnya, atau
setidaknya sebagiannya, mencerminkan bentuk adaptasi strategis terhadap ukuran fisik
dan penampilan luar kita, hingga kini masih menjadi sebuah teori yang kontroversial.

Akan tetapi, teori ini juga menjadi pengingat, layaknya sebuah asrama yang
dipenuhi anak-anak bandel, akan akar kebinatangan kita sebagai insan manusia.

2.3 Mitos
A. Pengertian Mitos

Mitos berasal dari bahasa Yunani mythos atau mite dan dari bahasa Belanda
mythe adalah bagian dari suatu folklor yang berupa kisah berlatar masa lampau,
mengandung penafsiran tentang alam semesta (seperti penciptaan dunia dan
keberadaan makhluk di dalamnya), serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang
pembuat cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat
mengacu kepada cerita tradisional. Pada umumnya mitos menceritakan terjadinya
alam semesta dan bentuk topografi, keadaan dunia dan para makhluk penghuninya,
deskripsi tentang para makhluk mitologis, dan sebagainya. Mitos dapat timbul sebagai
catatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan, sebagai alegori atau
personifikasi bagi fenomena alam, atau sebagai suatu penjelasan tentang ritual.
Mereka disebarkan untuk menyampaikan pengalaman religius atau ideal, untuk
membentuk model sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran dalam suatu
komunitas.

B. Ciri khas

Pelaku utama yang diceritakan dalam mitos biasanya adalah para dewa, manusia,
dan pahlawan supranatural. Sebagai kisah suci, umumnya mitos didukung oleh
penguasa atau imam/pendeta yang sangat erat dengan suatu agama atau ajaran
kerohanian. Dalam suatu masyarakat dimana mitos itu disebarkan, biasanya suatu
mitos dianggap sebagai kisah yang benar-benar terjadi pada zaman purba, namun pada
kenyataannya, banyak masyarakat yang memiliki dua kategori kisah tradisional:
"kisah nyata" atau mitos, dan "kisah dongeng" atau fabel. Umumnya mitos penciptaan
berlatar pada masa awal dunia, saat dunia belum berbentuk seperti sekarang ini,dan
menjelaskan bagaimana dunia memperoleh bentuk seperti sekarang ini serta
bagaimana tradisi, lembaga dan tabu ditetapkan.

C. Fungsi

Mircea Eliade berpendapat bahwa salah satu fungsi penting mitos adalah untuk
membangun suatu model perilaku dan bahwa mitos dapat memberikan pengalaman
religius. Dengan menceritakan atau memeragakan mitos, anggota suatu masyarakat
tradisional dapat merasa lepas dari masa kini dan kembali lagi ke zaman mitis,
sehingga membawa mereka dekat dengan ilahi.
4
Lauri Honko menegaskan bahwa dalam beberapa kasus, suatu masyarakat akan
menghidupkan kembali suatu mitos untuk menciptakan kembali suasana zaman mitis.
Sebagai contoh, akan diperagakan kembali penyembuhan yang dilakukan dewa pada
zaman purba dalam upaya penyembuhan seseorang pada masa kini. Tak jauh berbeda,
Roland Barthes berpendapat bahwa budaya modern mengeksplorasi pengalaman
religius. Karena tugas sains bukanlah menegakkan moral manusia, suatu pengalaman
religius adalah upaya untuk terhubung dengan perasaan moral pada masa lalu, yang
kontras dengan dunia teknologi pada zaman sekarang.

Joseph Campbell menyatakan mitos memiliki empat fungsi utama:

 Fungsi Mistis yaitu menafsirkan kekaguman atas alam semesta

 Fungsi Kosmologis menjelaskan bentuk alam semesta

 Fungsi Sosiologis mendukung dan mengesahkan tata tertib sosial tertentu

 Fungsi Pendagogis bagaimana menjalani hidup sebagai manusia dalam keadaan


apa pun.

D. Penyebab Timbulnya Mitos

Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia
misalnya:

1. Alat Penglihatan

Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh
mata dan terkadang kita akan menganggapnya sebagai hal mistis. Demikian juga
jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka mata tak mampu melihatnya.

2. Alat Pendengaran

Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30


sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah tiga puluh atau di atas tiga puluh ribu
perdetik tak terdengar. Karena itu terkadang kita akan mendengarkan suara-suara
yang kurang jelas atau tidak tau sumbernya dari mana.

3. Alat Pencium dan Pengecap

Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya.
Manusia hanya bisa membedakan 4 jenis rasa yaitu rasa manis, masam, asin dan
pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita
bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau,
manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak
semua orang bisa melakukannya.

4. Alat Perasa
5
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat
relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.

Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia : ada yang
sangat tajam penglihatannya ada yang tidak, demikian juga ada yang tajam
penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka
mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Untuk
meningkatkan kecepatan dan ketetapan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih
untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat,
meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan
pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut.

E. Penyebab Mitos Diterima Masyarakat

Menurut Darmodjo (1985:5), mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu
disebabkan karena :

1. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik


langsung maupun dengan alat

2. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu

3. Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

2.4 Persepsi Terhadap Alam Oleh Para Ilmuan

Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia,


baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap (Heri
Purnama, 2008: 13):

A. Tahap teologi atau fiktif


Pada tahap teologi atau fiktif, berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang
pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubugkan dengan
kekuatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam
kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala
dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.
B. Tahap filsafat atau fisik atau abstrak
Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap
mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan diri
kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri,
akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakekat segala
sesuatu.

C. Tahap positif atau ilmiah riil


6
Tahap positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir
secara positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang
dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan.

Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai dengan zamannya dan sejalan dengan
cara berpikir dan alat bantu yang ada pada saat itu. Sebagai contoh adalah pada zaman
Babilonia dan Yunani, karena keterbatasan alat indera manusia (sebagai alat bantu
utama) maka landasan ilmu pengetahuan zaman ini sebagian berasal dari pengamatan
maupun pengalaman namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan
aataupun “mitos.” Sebagai contoh adalah tentang pertanyaan hujan yang sering dijawab
sebagai bocornya atap langit. Pengetahuan semacam ini disebut sebagai “pseudo
science” yaitu mirip sains tapi bukan sains (pengetahuan semu).
Tonggak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-
546) seorang astronom, pakar dibidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa
bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya mementulkan sinar matahari,dan lain-lain.
Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes,
Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya,
manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk
memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Berdasarkan hal itulah
mulailah dikembangkan pengetahuan praktis yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kehidupan sosialnya. Pengetahuan ini selanjutnya disebut sebagai teknologi yang
merupakan penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi,
produksi dan industri secara tidak langsung akan diikuti dengan perubahan pola hidup
manusia. Perubahan ini juga semakin mendorong rasa ingin tahu manusia ke arah yang
lebih kompleks. Dengan demikian manusia akan terus berusaha mengetahui segala
rahasia alam semesta yang belum terungkap.

 Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.

 Metode Ilmiah didasari oleh sikap ilmiah yaitu:


 Rasa ingin tahu
 Jujur
 Obyektif
 Tekun
 Teliti
 Terbuka

 Langkah Penerapan Metode Ilmiah


 Perumusan masalah dan tujuan
7
 Perumusan kerangka pikir
 Pengajuan dan pengujian hipotesis
 Penerapan metode
 Penarikan kesimpulan

 Keunggulan Metode Ilmiah


 Mencintai kebenaran yang objektif
 Tidak mudah percaya pada tahayul atau mitos
 Membimbing rasa ingin tahu
 Tidak berfikir secara prasangka

 Keterbatasan Metode Ilmiah


 Bersifat tentatif atau sementara
 Tidak bisa menjangkau yang kesimpulan tentang yang bersangkutan dengan
penilaian baik atau buruk sebelum melakukan penelitian.

8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga mempunyai “rasa ingin
tahu” akan tetapi tidak berkembang atau disebut “idle curiousity” atau “instinct.” Segala
aktivitasnya didorong oleh instink itu dengan tujuan untuk melestarikan hidupnya.

Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Akumulasi dari segala yang
mereka dapat dari usahanya mendapatkan jawaban dari keingintahuannya itu merupakan
“pengetahuan”-nya. Pengetahuan manusia selalu berkembang. Ia selalu tidak puas
dengan fakta tetapi ingin tahu juga tentang “apa,” “bagaimana” dan “mengapa”. Manusia
dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta nuraninya memungkinkan
untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungannya.
Hal ini pula yang membedakannya dengan makhluk lain (hewan).

Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya,


manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk
memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.

3.2 Saran
Hendaknya sebagai manusia kita selalu mengasah kemampuan berpikir kita,
mengoptimalkan kemampuan otak danmengoptimalkan kemampuan otak , mencari ilmu
pengetahuan dengan terus belajar dan terus berlatih sehingga dapat menciptakan ide-ide
baru dan menghasilkan karya-karya baru yang kreatif dan inovatif dengan cara yang di
redhai Allah sebagai wujud rasa syukur kita kepada sang Khalik.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://m.liputan6.com/global/read/4310555/menguak-sebab-manusia-memiliki-rasa-
ingin-tahu-berlebih

https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/vert-fut-48773800.amp

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mitos#:~:text=Mitos%20dapat%20timbul%20sebagai
%20catatan,sebagai%20suatu%20penjelasan%20tentang%20ritual.

Ahmadi, Abu dkk. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 17-19.
https://www.asikbelajar.com/mitos-sebab-timbulnya-kenapa-diterima-masyarakat/

http://adinda69.blogspot.com/2014/09/makalah-alam-pikiran-manusia-dan.html?m=1

10

Anda mungkin juga menyukai