Anda di halaman 1dari 20

ALAM PIKIR MANUSIA DAN

PERKEMBANGANNYA

Disusun Untuk Melengkapi


Tugas Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Muhammad Ghifari Ramdhani (2261201019)


2. Arya Singgih Prasadana (2261201021)
3. Erlangga Yuda Pratama (2261201032p)

Dosen Pengampu :

H. Muhammad Taufik Saiman, S.Ag., M.E

PROGRAM STUDI ILMU KEALAMAN DASAR


FAKULTAS MANAJEMEN EKONOMI
UNIVERSITAS SERASAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya


penulis dapat menyelesaikan makalah Ilmu Kealaman Dasar dengan judul
“Alam Pikir Manusia dan Perkembangannya” Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca.

Disamping itu makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata


kuliah Ilmu Kealaman Dasar, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang
paling sempurna harus sadar akan keberadaan dirinya tidak takut untuk
mengubah kehidupannya untuk menjadi lebih baik, dan tidak berhenti
untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan guna keluar dari kebodohan
imannya dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan takwa dirinya
kepada Sang Maha Pencipta.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan


ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran.
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya lah miliki Allah SWT
semata. Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin
mengembangkan kepribadian dirinya. Aamiin

Muara Enim, 15 Oktober 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Pola Pikir............................................................................................. 3


B. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia ............................................................ 6
C. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Dunia Islam .............................................. 8
D. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia di Dunia Islam ................................. 10

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

iii
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan alam pikir manusia merupakan suatu proses dimana


manusia tidak akan puas dengan pemikiran yang sudah ada sehingga
berkembang ke tahap ilmu. Penalaran adalah suatu proses berpikir
yang membuahkan pengetahuan atau proses mental dalam
mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.

Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal


serta nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik
dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungannya. Akal bersumber
pada otak dan budi bersumber pada jiwa. Oleh karena itu, sejalan
dengan perkembangannya manusia memanfaatkan akal budi yang
dimilikinya dan juga ditunjang dengan rasa ingin tahu (kuriositas),
maka berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia.

Perkembangan pengetahuan pun lebih berkembang lagi manakala


ditunjang dengan adanya tukar menukar informasi antar manusia.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
dengan penghuni bumi lainnya. Beberapa kelebihan manusia dari
pada makhluk lainnya antara lain.

1
1. Manusia sebagai makhluk berpikir dan bijaksana (Homo sapiens)
yang dicerminkan dalam tindakan dan perilakunya terhadap
lingkungannya.

2. Manusia sebagai pembuat alat karena sadar akan keterbatasan


inderanya.

3. Manusia dapat berbicara (Homo Langues) baik secara lisan maupun


tulisan.

4. Manusia dapat hidup bermasyarakat (Homo sosius) dan berbudaya


(Homo Humanis).

5. Manusia dapat mengadakan usaha (Homo Economicus).

6. Manusia mempunyai kepercayaan dan beragama (Homo religious).

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian pola pikir ?
2. Bagaimana proses perkembangan pola pikir manusia?
3. Bagaimana perkembangan pola pikir manusia di dunia islam?
4. Bagaimana proses perkembangan pola pikir manusia di dunia
islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pola pikir


2. Untuk mengetahui proses perkembangan pola pikir manusia
3. Untuk mengetahui perkembangan pola pikir manusia di dunia
4. Untuk mengetahui proses perkembangan pola pikir manusia di
dunia islam

3
BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Pola Pikir

Pola pikir (paradigma) adalah jumlah total keyakinan, nilai,


identitas, harapan, sikap, kebiasaan, keputusan, pendapat,
dan polapola pemikiran kita — tentang diri kita sendiri,
orang lain, dan bagaimana kehidupan bekerja.
Pola pikir (paradigma) ini gilirannya menentukan cara kita
menilai dan memberikan kesimpulan terhadap sesuatu
berdasarkan sudut pandang yang kita miliki (mindset).

B. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia

1. Rasa Ingin Tahu

Dengan pertolongan akal budinya, manusia menemukan


berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh
lingkungan yang merugikan. Akan tetapi adanya akal budi itu juga
menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang.

Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan


berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas
berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya. Kegagalan
biasanya tidak menimbulkan rasa putu asa, bahkan seringkali justru
membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk
memecahkan persoalan.

4
Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah
kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat
diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan.

Tiap individu atau kelompok individu mempunyai rasa ingin


tahu yang kuat untuk berbagai bidang sedangkan untuk bidang-
bidang lain, rasa ingin tahunya agak lemah atau bahkan sama sekali
tidak ada. Rasa ingin tahu dapat diperkuat atau diperlemah oleh
lingkungan.

Jadi, rasa ingin tahu tiap manusia pada tiap saat belum tentu
sama kuat, demikian pula kelompok fenomena yang menimbulkan
rasa ingin tahu biasanya berbeda-beda dan dapat berubah-ubah
menurut keadaan. Tidak mungkin setiap individu mempunyai rasa
ingin tahu yang sama kuat terhadap segala fenomena yang terjadi
dalam alam.

Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa


batas itu menumbulkan perbendaharaan pengetahuan pada
manusia itu sendiri. hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan
praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam,
membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu,
tetapi pengetahun manusia juga berkembang sampai kepada hal-
hal yang menyangkut keindahan.
Manusia merupakan makhluk yang berakal serta mempunyai
derajat yang tertinggi jika dibandingan dengan hewan atau
makhluk lainya.

5
Rasa ingin tahu menyebabkan alam pikiran manusia
berkembang, ada 2 macam perkembangan yaitu: Perkembangan
alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.

Pada zaman purba manusia sudah menghadapi berbagai teka-


teki, terbit dan berbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan,
pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angin,
petir,hujan daan pelangi.

Perkembangan alam pkiran manusia sejak dilahirkan hingga


akhir hayatnya. Alam pikiran seorang bayi yang baru lahir
mengalami perkembangan yang hampir serupa. Ketika anak kecil
mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di
dalam pikirannya lalu mereka bertanya kepada siapapun dengan
demikian alam pikiran anak menjadi berkembang pesat.

Perkembangan alam pikiran dapat juga disebabkan oleh


rangsangan dari luar, tanpa dorongan dari dalam seperti rasa ingin
tahu. Sebab ekstern semacam itu dapat menimbulkan
perkembangan alam pikiran manusia tetapi hasil itu biasanya tidak
tahan lama. Tidak seperti perkembangan yang disebabkan oleh rasa
ingin tahu. Jadi alam pikiran manusia berkembang terutama karena
ada dorongan dari dalam yaitu rasa ingin tahu.

6
2.Mitos

Manusia berusaha memenuhi kebutuhan non fisik atau


kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak
dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun
pengalamannya. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri
jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh, “mengapa
gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-
reka sendiri dengan jawaban “si penunggu gunung itu sedang
marah”.

Di sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut “si


penunggu”. Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama,
muncullah anggapan adanya “si penunggu”. Pengetahuan baru
yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut mitos.
Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.

Bagaimana sesungguhnya proses berfikir pada manusia? Jika


kita telah lebih lanjut akan kita dapati bahwa untuk dapat berfikir
membutuhkan beberapa komponen, diantaranya :

1. Fakta, manusia membutuhkan fakta yang akan dijadikan objek


berfikirnya.

2. Indera, untuk dapat menyerap fakta-fakta yang akan dipikirkan.


Seperti mata untuk dapat melihat, meraba, pendengaran, dan
indera yang lainnya.

7
3. Otak, merupakan organ yang berfungsi untuk menterjemahkan
setiap fakta yang diserap.

4. Informasi Sebelumnya, tanpa informasi manusia tidak dapat


untuk memahami fakta yang sedang dihadapinya.

Terdapat 7 sumber kekuatan yang mempengaruhi proses berpikir


manusia:

1. Orang Tua, Dari orang tua lah kita belajar tentang kata-kata,
gerakan tubuh, perilaku, norma, keyakinan agama, prinsip, dan
nilai-nilai luhur. Orang Tua adalah tutor atau guru kita yang
pertama di dunia, merekalah yang membentuk pola pikir kita
untuk yang pertama kalinya.

2. Keluarga, Setelah orang tua kita akan dikenalkan dengan dunia


lain yaitu keluarga, dari merekalah kita akan menangkap
informasi dan pola pikir yang lain, yang fungsinya untuk
melengkapi pola pikir yang telah kita peroleh dari orang tua.

3. Masyarakat, Dunia lain yang akan dikenal adalah lingkungan


masyarakat sekitar, dengan semakin bertambahnya informasi
dan disatukan dengan apa yang telah kita dapat akan membuat
proses pembentukan pikiran kita menjadi semakin kuat.

4. Sekolah, Sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar


dalam proses pembelajaran seseorang, peraturan-peraturan

8
yang diterapkan sekolah maupun perilaku dan sikap guru dapat
memperkaya proses pembentukan pola pikir yang sudah ada.

5. Teman, Berteman merupakan aktualisasi diri yang pertama


dalam kehidupan, karena dalam suatu pertemanan, kita yang
menentukan pilihan akan berteman dengan siapa, tidak ada
larangan dalam menentukan dengan siapa kita akan berteman.

6. Media Massa, Adanya unsur pengidolaan pada suatu tontonan


dapat menimbulkan peniruan-peniruan oleh seseorang baik itu
yang sifatnya negatif maupun yang positif. Contohnya pola
pakaian seorang artis akan ditiru oleh fans nya.

7. Diri sendiri, Inilah faktor penentu dari suatu pola pikir, baik
buruknya suatu pengaruh kitalah yang akan menentukan
apakah kita akan menjadi pribadi yang buruk atau kita akan
memilih menjadi pribadi yang baik.

C. Perkembangan Pola Pikir Manusia di Dunia Islam

Perkembangan pemikiran Islam telah tumbuh jauh sejak abad


ke-2 H atau abad ke-8 M. Sejak masa Nabi Muhammad SAW, benih-
benih pertumbuhan pemikiran Islam telah ada hingga pada masa
Khulafah Ar-Rasyidin. Adapun pemikiran filsafat Islam baru dikenal
pada abad ke-3 H, yaitu dengan munculnya Al-Kindi (260 H), yang
dianggap sebagai filusuf Islam pertama. 1

1
Paryono, Joko, dkk

9
Sejarah peradaban Islam mengenal empat disiplin keilmuan,
yaitu kalam, fiqih, tasawuf dan falsafah. Ilmu kalam dalam
pembahasannya diarahkan pada segi ketuhanan berserta eksisten-
Nya. Ilmu fiqih membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum
sehingga tekanan orientasinya mengenai hal-hal yang dzahiriah. Ilmu
tasawuf membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan
keagamaan yang bersifat pribadi, mengenai hal-hal batiniah. Adapun
filsafat membidangi hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif
tentang kehidupan dan lingkungan secara luas.2

Kemajuan yang pesat dalam hal pemikiran, memunculkan


konflik baru, dimana adanya gejala penekanan yang berlebihan dalam
salah satu bidang disiplin ilmu. Muncul klaim-klaim kebeneran di
kalangan pengikut disiplin ilmu tertentu. Bahkan, menurut Al-Ghazali,
mereka mengklaim disiplin ilmunya sebagai ilmu yang hukumnya
fardhu/wajib untuk dipelajari umat Islam.

Penekanan tersebut menyebabkan berkurangnya pandangan


tentang ketentuan dan keutuhan kebenaran.

Pemikiran ilmiah manusia terus berkembang. Banyak orang


Arab yang mempelajari filsafat sekaligus ilmu alam, misalnya
kedokteran, kimia, fisika dan matematika. Salah satunya Al Harits bin
Kaldah yang belajar ilmu kedokteran di Jundisabur, Persia. Ia adalah
dokter yang menjadi rujukan kesehatan Nabi saat Sa’ad bi Abi
Waqqash sakit. Dari perguruan Jundisabur tersebut, telah lahir
sejumlah pemikir besar seperti Euclide, Galenus, Archimedes,

2
Mawardi

10
Ptolomeus, dan lain lain yang telah berhasi meletakkan dasar dasar
ilmu pengetahuan seperti ilmu geometri, ilmu falak, ilmu kedokteran,
kimia, fisika dan Matematika.3

D. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia di Dunia Islam

Dalam perkembangan pola pikir di dunia Islam, terdapat


masa dimana para ilmuwan dan masyarakat umumnya yang
sebelumnya hanya belajar dan menunggu hal yang baru juga
ada ilmuwan yang turun untuk menerjemahkan beberapa
buku-buku ilmu dari karangan-karangan sebelumnya. Ini
disebut dengan zaman penerjemahan.

Zaman Penerjemahan ini dimulai ketika Khalifah Abbasiyah.


Khalifah Al-Mansyur dianggap berjasa karena telah membawa Ibn
Bakhtyashu, seorang tabib yang berkecimpung dalam kegiatan
penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, ke kota
Baghdad. Al-Mansyur juga meminta bantuan kepada Ibnu Batriq, salah
satu dari para penerjemah yang menjadi pionir dalam penerjemahan
karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, dan terkenal karena
penerjemahannya terhadap banyak karya Galen dan Hippocrate s. Al
Mansyur berhasil membangun kota Baghdad yang kemudian menjadi
mercusuar di Timur dan menjadi jantung peradaban Islam dalam
waktu kurun yang sangat panjang. Kota Baghdad yang ia dirikan
mampu menjadi pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan. 4

3
Paryono, Joko, dkk
4
Herabudin

11
Kaum Muslimin mengenal banyak macam ilmu pengetahuan
sejak zaman pertengahan kerajaan Bani Umayyah, diawali dengan
diterjemahkannya ilmu kedokteran oleh Warwan bin Al Hakam (64-65
H) dan kemudian dilanjutkan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang
lain. Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ia
menginginkan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat bagi
kesejahteraan rakyat, dikeluarkan dari perpustakaan uhntuk dipelajari
dan dikembangkan oleh para muslimin. Sejak saat itulah berbagai
cabang ilmu pengetahuan sedikit-sedikit mulai diserap oleh dunia
Islam. Dan pada puncaknya pada zaman Kekhalifahan Abbasiyah,
penerjemahan dari buku-buku Yunani Sangat gencar dilakukan karena
para Khalifahnya pun turut membantu dan mendukung upaya
tersebut sehingga dapat menghasilkan gerakan penerjemahan paling
besar dalam sejarah, sampai-sampai zaman tersebut dikenal dengan
Zaman Penerjemahan.

Gerakan penerjemahan berlangsung terus sejak abad ke 3


Hijriyah. Beberapa jenis buku diterjemahkan lebih dari satu kali. Jika
terjemahan pertama dinilai kurang baik karena lebih bersifat harfiah
dan kurang mengutamakn makna, maka buku yang telah
diterjemahkan itu diulang kembali penerjemahannya. Dengan cara itu,
maka sebagian besar pusaka pemikiran asing selesai diterjemahkan
dalam bahasa Arab dengan sempurna.

Masa penerjemahan ( The age of Translation) yang berlangsung


hampir 150 tahun (750-900 M), merupakan masa bagi berlangsungnya

12
kreatifitas murni dan pengaruh intelektual muslim. Dan secara garis
besar ada dua periode penerjemah pada masa Abbasiyah.5

Banyak buku-buku ilmiah yang muncul pada masa dulu


membuat para ilmuan maupun masyarakat merasa tertarik untuk
mempelajarinya semua. Pembahasan dalam buku-buku tersebut juga
terdapat perbdaan pembahasan yang bisa dipilih langsung oleh para
peminat bidang di masa itu. Diantara buku buku ilmiah adalah tentang
aritmatik dan ilmu geometri. Orang arab menaruh perhatian pada
buku yang mereka sebut dengan Al Ushul karangan Euclide, ahli ilmu
geometri yang hiudup pada abad ke 3 sebelum masehi. Di kota
Iskandariyah di zaman Ptolomeus I, ia menulis sebuah buku yang
dibagi kedalam 13 makalah. 6 makalah pertama mengenai geometri,
makalah ke-7 hingga ke-10 mengenai aritmatika.

Buku yang ditulisnya itu tetap menjadi pegangan bagi opera ahli
matematika dikalangan perguruan di Iskandariyah. Dan ketika datang
zaman Islam, buku tersebut diterjemahkan dan diuraikan lebih dalam
oleh para filsuf muslim. Bukan hanya tentang angka, namun juga
banyak buku-buku ilmiah yang ada tentang hal lainnya, seperti ilmu
kedokteran, ilmu falak, dan lain-lain.

Ibnu Sina, ilmuwan kesehatan islam itu juga banyak membuat


karangan dalam mengartikan masalah pola pikir atau proses
perkembangan pemikiran dari setiap individu dengan menjelaskan
maksud dari arti “hikmah”. Tampak jelas bahwa Ibnu Sina mengikuti

5
Ibid

13
jejak Aristoteles dan para ahli urai filsafat Aristoteles dari perguruan
Iskandariyah sebelum membagi bagi ilmu, Akan tetapi Ibnu Sina
berbeda pendapat secara esensial dengan Aristoteles dalam ilmu
semantik. Aristoteles memasukkan pengetahuan turunnya wahyu Ilahi
sebagai salah satu cabang dari ilmu Ilahiyat atau matafisiska,
sedangkan Ibnu Sina memasukkannya kedalam ilmu keagamaan,
bukan ilmu filsafat. 6

Selain Ibnu Sina, Khawarizmi lebih tegas lagi dalam menetukan


pembagian jenis ilmu pengetahuan, ia memisahkan ilmu keagamaan
dari ilmu keduniaan dan filsafat yang disebutnya dengan ilmu
pengetahuan ‘Ajam. Demikian pula sikap Al Farabi dalam bukunya
yang berjudul Ishlahul ‘Ulum. Ibnu Khaldun juga mengikuti jejak
tersebut dalam buku Muqaddimahnya dan membagi ilmu
pengetahuan menjadi dua bagian besar,: ‘ilmu ‘Aqli, hikmah dan fisafat
dan ilmu naqly, ilmu syariat dan agama.7

6
Abdullah Aly
7
Ibid

14
Diantara berbagai aliran filsafat yang ada, Aristoteles adalah
filosof yang karyanya paling banyak diterjemahkan dan paling banyak
pengaruhnya terhadap pemikiran Islam yang filsafatnya terkenal
dengan sebutan Massya’iyyah di kalangan orang Arab. Massyaiyyah
berasal dari dua kata Ma sya ya artinya berjalan, karena Aristoteles
selalu mengajar murid muridnya sambil berjalan-jalan.8

Buku Aristoteles tentang semantik ada enam buah:

1. AL Muqawwalat atau Catgegorias


2. Al Ibarah atau Parearmenias
3. Al Qiyas atau Anatolica I
4. Al Burham atau Anatolica II
5. Al Jadal atau Thopica
6. Al Aqwalul Mughallithah atau Sovestica

Orang orang Arab mengenal buku buku Aristoteles dengan judul


aslinya, judul tersebut masih tetap hingga zaman kita dewasa ini. Hal
ini menunjukkan besarnya pengaruh pemikiran orang orang Yunani
terhadap pemikiran Arab. Ini tidak mengherankan karena orang orang
Arab dalam kedudukannya sebagai mediator antara Timur dan Barat
telah mengambil dari mana saja dan telah menerjemahkan berbagai
jenis peradaban.

8
Hari Purnama

15
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga


mempunyai “rasa ingin tahu” akan tetapi tidak berkembang atau
disebut “idle curiousity” atau “instinct.”

Segala aktivitasnya didorong oleh insting itu dengan tujuan


untuk melestarikan hidupnya. Untuk itulah mereka mencari makan,
melindungi diri dan berkembang biak. Manusia mempunyai rasa ingin
tahu yang berkembang.

Akumulasi dari segala yang mereka dapat dari usahanya


mendapatkan jawaban dari keingintahuannya itu merupakan
“pengetahuan”-nya. Pengetahuan manusia selalu berkembang. Ia
selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga tentang “apa,”
“bagaimana” dan “mengapa” demikian.

Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang


diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan
memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan
pemenuhan kebutuhan hidupnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah. dkk. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Herabudin. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. IAD-ISD-IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Paryono, Joko. dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Bandung, Pustaka Setia, 1998.

Purnama, Hari. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

17

Anda mungkin juga menyukai