Dosen Pembimbing :
Ustadz Jiyanto, S.Pd.I., M.Pd.I
Disusun oleh :
Abdullah Al Harits
Muhammad Yassir
Muhsin Hadi
FAKULTAS TARBIYAH
MAHAD ALY BAHASA ARAB DAN PENDIDIKAN ISLAM
SURAKARTA
2021
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 2
A. Latar Belakang................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Masalah................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 4
A. Pola Pikir Manusia Dan Aspek-Aspek
Yang Mempengaruhinya................................................................. 4
B. Pola Pikir Manusia Pada Periode Barat........................................... 9
C. Pola Pikir Manusia Pada Periode Islam.......................................... 15
BAB III PENUTUP.................................................................................... 18
KESIMPULAN............................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
Makhluk yang bernama manusia memiliki ciri-ciri yang khusus yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain (hewan dan tumbuhan). Ciri-ciri tersebut adalah
manusia memiliki akal, budi, rasa ingin tahu, kemauan yang lebih baik dan lain-
lain. Bila dibandingkan dengan makhluk lain, tubuh manusia lebih lemah, tetapi
rohani nya (akal, budi dan kemauan) jauh lebih kuat. Hal ini terbukti, saat ini
manusia telah mampu menguasai dunia dan hewan. Itu semua dapat terjadi karena
hanya manusia yang memiliki akal budi dan kemauan keras. Manusia sebagai
makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu terhadap benda dan semua peristiwa
yang terjadi disekitarnya, bahkan juga ingin tahu terhadap dirinya sendiri. Pada
hakikatnya, perkembangan pikiran manusia didasari dari dorongan rasa ingin tahu
dan ingin memahami serta memecahkan masalah yang dihadapi. Rasa ingin tahu
pada manusia tidak sama, selalu berkembang seakan tiada batas yang
menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan.
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, satu-satunya makhluk yang
dibekali akal fikiran oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang kemudian diberi hasrat
ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga
ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk
menjelaskan gejala-gejala alam serta berusaha memecahkan masalah yang
dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan
yang terkumpul semakin banyak disebabkan rasa ingin tahu manusia yang terus
berkembang juga daya pikirnya. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan
seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan pembendaharaan pengetahuan pada
manusia itu sendiri. Hal ini tidak hanya meliputi tentang kebutuhan praktis
hidupnya sehari-hari tetapi juga berkembang sampai pada hal-hal yang
menyangkut keindahan dan seni.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan
terhadap gejala alam yang ada, lalu semakin bertambah dengan pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemikirannya. Kemudian pengetahuan yang didapatnya, terus
dikembangkan sehingga manusia sampai saat ini terus berkembang dan akhirnya
manusia dapat menciptakan beberapa benda untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah
dengan adanya tukar menukar informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman
yang mereka miliki masing-masing.
Perkembangan pengetahuan pada manusia ini juga didukung oleh adanya sifat
manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas, dan sifat yang
ingin lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti dan memperoleh pengetahuan
yang lebih banyak. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan tersebut rasa
2
keindahan manusia juga ikut berkembang. Maka dalam kehidupannya
pengetahuan yang telah dimiliki tersebut bukan hanya diterapkan dan digunakan
untuk kebutuhan hidupnya tetapi juga menyangkut hal-hal yang bertalian dengan
keindahan. Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan tampak
lebih nyata bahwa manusia berbeda dari pada makhluk lain seperti hewan dan
tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pola pikir manusia ?
2. Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi perkembangan pola pikir pada
manusia ?
3. Bagaimana perkembangan pola pikir manusia pada Periode Barat ?
4. Bagaimana perkembangan pola pikir manusia pada Periode Islam ?
C. Tujuan masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka makalah ini disusun untuk
mendeskripsikan bagaimana perkembangan pola pikir manusia secara umum,
aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangannya dan perkembangan pola pikir
pada Periode Barat hingga Periode Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Bagaimana halnya dengan manusia? Manusia juga memiliki insting seperti
yang dimiliki oleh hewan. Namun manusia memiliki kelebihan yaitu adanya
kemampuan berfikir. Dengan kata lain, curiosity-nya tidak idle. Tidak tetap
sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang, atau
kemampuan berfikir. Setelah tahu tentang apanya, mereka ingin tahu bagaimana
dan mengapa begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang
terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, sehingga
menjadi suatu akumulasi pengetahuan. Rasa ingin tahu manusia ini menyebabkan
pengetahuan mereka menjadi berkembang. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-
kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari, seperti bercocok tanam, tetapi juga
berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan. Dengan selalu
berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu tampak lebih nyata bahwa
manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan mahluk hidup yang berakal
serta mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau
mahluk lainnya.
2. MITOS
Mitos adalah suatu pengetahuan berdasarkan penghayatan digabungkan
dengan pengalaman dan didasarkan dengan kepercayaan. Dalam istilah lain
disebutkan bahwa mitos adalah pengetahuan baru yang merupakan kombinasi
antara pengalaman-pengalaman dan kepercayaan. Mitos merupakan tahap kedua
dari perkembangan pola pikir manusia. Karena manusia juga berusaha memenuhi
kebeutuhan non fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia
ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun
pengalamannya. Untuk itulah, manusia menerka sendiri jawaban atas
keingintahuannya itu. Sebagai contoh, “mengapa gunung meletus?”, karena tak
tahu jawabannya, manusia menerka sendiri dengan jawaban “si penunggu gunung
itu sedang marah”. Di sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut “si
penunggu”.
Mitos dapat dibedakan atas 3 macam :
a. Mitos Sebenarnya
Manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya
menerangkan gejala alam yang ada, namun belum tepat, karena kurang
pengetahuannya sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan
seorang tokoh atau dewa/dewi. Contoh : Bunyi guntur disangka roda kereta yang
dikendarai dewa melintasi langit.
b. Cerita rakyat
Adalah usaha manusia mengisahkan peristiwa penting yang menyangkut
kehidupan masyarakat. Karena cerita rakyat hanya disampaikan dari mulut ke
5
mulut, maka sulit diperiksa kebenarannya. Contoh : Di Kudus orang tidak akan
makan sate sapi.
c. Legenda
Cerita yang berdasarkan mitos disebut legenda. Dalam legenda dikemukakan
seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah. Apakah tokoh
tersebut pernah ada atau tidak, namun yang bersangkutan dihubungkan dengan
apa yang terdapat di suatu lingkungan, sebagai bukti kebenaran suatu legenda.
Contoh : Sangkuriang yang dikaitkan dengan Gunung Tangkuban Perahu.
Mitos dapat diterima oleh masyarakat pada saat itu karena :
1. Hasrat ingin tahu terpenuhi,
2. Keterbatasan penalaran,
3. Keterbatasan pengetahuan, dan
4. Keterbatasan penginderaan.
Salah satu alasan diterimanya mitos adalah keterbatasan penginderaan
manusia pada masa itu, seperti :
- Indera Penglihat :
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tidak tampak jelas oleh
mata. Mata tidak dapat membedakan 10 gambar dalam satu detik jika ukuran
partikel terlalu kecil. Demikian juga mata tidak dapat melihat benda yang
sangat jauh selain menggunakan alat.
- Indera Pendengar
Pendengaran manusia terbatas pada frekuensi 20 Hz - 20.000 Hz1.
- Indera Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dikecap maupun
diciumnya.
- Indera Perasa
Manusia dapat membedakan panas atau dingin namun relatif terbatas
sehingga dapat diketahui secara tepat dengan alat tertentu.
Akibat keterbatasan penginderaan kita, seringkali timbul salah informasi,
salah tafsir, atau salah pemikiran. Untuk meningkatkan ketepatan alat indera
tersebut manusia dapat melatihnya atau dengan menciptakan alat-alat yang dapat
membantu meskipun alat tersebut masih memerlukan adanya perbaikan. Puncak
1
Dilansir dari National Center for Biotechnology Information.
6
hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop
(ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang
menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya
sedangkan langit-langit dan bintangnya sebagai atap.
3. PENALARAN
Berdasarkan kemampuan berpikir manusia yang semakin maju dan
perlengkapan pengamatan makin sempurna misalnya teropong bintang yang
semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai legenda makin ditinggalkan
orang dan mereka cenderung berpikir secara logis dengan menggunakan akal
sehat (rasio). Tokoh-tokoh Yunani yang dianggap sebagai pelopor perubahan pola
berpikir masa itu antara lain adalah :
a) Anaximander (610 – 546 SM)
Seorang pemikir yang sezaman dengan Thales, berpendapat bahwa alam
semesta yang kita lihat itu berbentuk seperti bola dengan bumi sebagai pusatnya.
Ia juga mengajarkan membuat jam matahari atau petunjuk waktu dengan tongkat
yang ditegakkan di atas bumi dan juga untuk menentukan titik balik matahari.
b) Anaximenes (560 – 520 SM)
Dia melahirkan teori pertama tentang transmutasi unsur-unsur, yang
menyatakan bahwa unsur dasar pembentukan semua benda adalah air. Bila
merenggang akan menjadi api atau gas, sedangkan bila memadat akan menjadi
tanah.
c) Herakleitos (560 – 470 SM)
Tokoh Yunani ini memberi koreksi terhadap pendapat Anaximenes. Ia
berpendapat bahwa justru apilah yang menjadi penyebab adanya transmutasi itu,
tanpa api benda-benda akan tetap seperti apa adanya.
d) Pythagoras (± 500 SM)
- Unsur dasar semua benda sebenarnya ada 4: tanah, api, udara, dan air.
- Bumi bulat dan berputar, karena itu seolah-olah benda-benda alam lainnya
termasuk matahari mengelilingi bumi.
- Melahirkan dalil Pythagoras dalam ilmu matematika: kuadrat sisi miring
suatu segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat kedua siku-sikunya (
c2 = a2 + b2 ).
- Pernyataan bahwa jumlah sudut suatu segitiga adalah 180º.
7
e) Demokritos (460 – 370 SM)
Bagian terkecil dari suatu benda yang tidak bisa dibagi-bagi lagi disebut
atomos atau atom.
f) Empedokles (480 – 430 SM)
Menyempurnakan ajaran Pythagoras tentang empat unsur dan
memperkenalkan tenaga penyekat/daya tarik-menarik dan daya tolak-menolak
yang dapat mempersatukan atau memishkan unsur-unsur itu.
g) Plato (427-345 SM)
Mempunyai titik tolak berpikir yang berbeda dengan orang-orang sebelumnya
yang materialistik. Menurut Plato, keanekaragaman yang nampak ini sebenarnya
hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immaterial.
h) Aristoteles ( 348 – 322 SM)
- Berhasil membukukan intisari dari ajaran para ahli sebelumnya dan
membuang hal-hal yang tidak masuk akal.
- Adanya zat tunggal yang disebutnya ‘hule’ bentuknya tergantung dari
kondisinya, bisa berbentuk tanah, air, udara atau api. Transmutasi
disebabkan oleh keadaan dingin, lembab, panas dan kering.
- Tidak ada ruang yang hampa, bila suatu ruang tidak terisi oleh benda akan
diisi oleh sesuatu yang immaterial yaitu ether.
- Ajaran yang terpenting adalah suatu pola berpikir dalam memperoleh
kebenaran berdasarkan logika.
8
pengetahuan dan kebudayaan Arab merupakan kebudayaan internasional, tersebar
jauh ke barat, yakni ke Moroko dan Spanyol, yang terkenal dengan Pusat
Perpustakaan dan Masjid Al- Hambra, Cordoba – Spanyol
k) Nicolas Copernicus (1473 – 1543 M)
Melahirkan teori ‘heliosentris’ yang menyatakan bahwa:
- Matahari sebagai pusat dari tata surya dan bumi adalah salah satu dari
planet.
- Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi
matahari.
- Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan
adanya siang dan malam.
9
merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang
sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni
dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat
berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk generasi-generasi
setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa
hingga sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang
begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di
Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan
tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai
kemudian bangsa Yunani yang menyempurnakannya.
Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan
berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga
berkembang pada generasi-generasi setelahnya. Itu ibarat pembuka pintu-pintu
aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu,
periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki
peradaban baru umat manusia. Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai
dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu
saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur danYunani
mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya.
Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di antaranya
adalah:
a. Thales (624-545 SM)
Kurang lebih 600 tahun sebelum Nabi Isa alaihissalam terlahir, muncul sosok
pertama dari Tridente Miletus yaitu Thales yang menggebrak cara berfikir
mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu. Sebagai
Saudagar Filosof, Thales amat gemar melakukan rihlah atau perjalanan. Ia bahkan
pernah melakukan lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama sebelum masa
Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada
masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.
10
membuat lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society. Selain itu, dalam
ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang bilangan,
pembentukan benda, dan menemukan hubungan antara nada dengan panjang
dawai.
11
ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir
induktif (inductive thinking). Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara
menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan
pikir. Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles
(384-322 SM). Ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar
filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan
metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut
silogisme (syllogisme). Selain nama-nama di atas, masih ada banyak filosof-
filosof lain seperti:
- Anaximander (610 SM-546 SM) dengan diktum falsafinya bahwa
permulaan yang pertama, tidaklah bisa ditentukan (Apeiron), karena tidak
memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang.
- Anaximenes yang hidup pada abad ke 6 SM., masih satu generasi dengan
Anaximander, ia berpendapat bahwa zat yang awal ada adalah udara. Ia
menganggap bahwa semuanya di alam semesta dirasuki dengan udara.
- Demokreitos (460-370 SM), ia mengembangkan teori mengenai atom
sebagai dasar materi, sehingga ia dikenal sebagai “Bapak Atom Pertama”.
- Empedokles (484-424 SM) adalah seorang filsuf Yunani yang berpendapat
bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia sebut sebagai akar,
yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu, ia menambahkan satu unsur lagi
yang ia sebut cinta (philia). Hal ini dilakukannya untuk menerangkan
adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur lainnya. Empedokles juga
dikenal sebagai peletak dasar ilmu-ilmu fisika dan biologi pada abad 4 dan
3 SM.
- Archimedes, (sekitar 287-212 SM) ia adalah seorang ahli matematika,
astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes
dianggap sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal
ini didasarkan pada temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem
katrol (yang didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian
saja), dan ulir penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat
menunjukkan gerak matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan
konstelasi di langit. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia
kemudian dijuluki sebagai Bapak IPA Eksperimental.
Sebelum masuk periode Islam ada yang menyebut sebagai periode
pertengahan. Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena
awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut
dengan zaman kegelapan (The Dark Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya
para Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada
pada zaman ini hampir semua adalah para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas
keilmuan yang mereka lakukan harus berdasar atau mendukung kepada agama.
Ataupun dengan kata lain, aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas
keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering dikenal dengan sebagai Anchilla
12
Theologiae (Pengabdi Agama). Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini
adalah dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.
2. Masa Periode Romawi
Pada tahun 30 SM, setelah Cesar dapat menguasai Mesir maka berlangsunglah
Masa Romawi. Masa Romawi merupakan masa yang terakhir dari pertumbuhan
ilmu pada zaman kuno dan masa ini juga merupakan yang paling sedikit dalam
memberikan sumbangan dalam sejarah ilmu pada zaman kuno. Bangsa Romawi
terkenal mahir dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan
dengan membangun jembatan dan saluran air serta mengatur hukum dan
pemerintahan. Bangsa romawi tidak menghasilkan seorang ilmuwanpun yang
terkemuka. Bangsa Yunani Kuno pada umumnya menaruh perhatian pada teori
ilmiah dan tidak menghiraukan soal-soal praktis dalam kehidupan. Sedangkan
Bangsa Romawi lebih menekankan pada soal-soal praktis dan mengabaikan teori-
teori ilmiah. Oleh sebab itu, dalam masa Romawi tidak muncul ilmuwan yang
mengembangkan ilmu kecuali 2 orang yaitu Gallen dan Ptolemy, mereka pun
orang Yunani bukan orang Romawi.
Pola pikir Barat pada zaman Romawi, apabila kita melihat perkataan diatas
atau sebelumnya, maka kita dapat memahami bahwa bangsa romawi lebih fokus
pada keinsinyuran, keterampilan ketatalaksanaan, yaitu dengan membangun
jembatan dan saluran air serta mengatur hukum dan pemerintahan. Artinya bangsa
Romawi lebih memfokuskan diri kepada pembangunan, hukum dan pemerintahan.
3. Kekuasaan Dominasi Gereja Roma
Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram.
Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasi gereja sangat kuat dalam
berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh raja-raja. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan
gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereja akan mendapat balasan yang sangat
kejam. Contohnya, inkuisi terhadap Nicolaus Copernicus (1473-1543) karena
teori tata suryanya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari galaxi. Lewat
penelitian astronomisnya, menghasilkan otoritas astronomi tradisional yang
didominasi oleh teori Aristoteles dan Ptolemaeus yang menolak bahwa bumi
adalah pusat semesta.
Konsep-konsep kuno itu menjadi masuk akal setelah dalam bukunya De
Revolutionibus Orbium Coelestium (tentang peredaran benda-benda angkasa, baru
terbit tahun 1687), menunjukan secara matematis bahwa bumi mengitari matahari
sebagai pusat semesta. Bahwa penemuan Copernicus ini mengguncangkan
kemapanan penafsiran religious, saat paling jelas ditampilkan dalam peristiwa
Galileo-Galilei (1564-1642). Astronom genius ini berhasil membuktikan
kebenaran teori Copernicus lewat teleskop temuannya pada tahun 1610. Karena
dianggap menyebarkan teori Heliosentrisme itu dalam bukunya Dialogo (Dialog
13
mengenai dua sistem utama tentang dunia, 1632 M), dia dipanggil ke Roma,
sampai akhirnya dihukum oleh inkuisitor (Intelejen Gereja) dengan dicukil
matanya. Yang berkembang dalam kasus ini tak lain dari pada observasi empiris,
sebuah metode yang sangat sentral bagi perkembangan sains modern, tetapi hal ini
bertolak belakang dari keimanan gereja.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan mendapat doktrinasi dari gereja.
Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan
manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup
manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan
banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahir
filsafat scholastik yaitu suatu gerakan filsafat yang dilandasi pada theologi dan
untuk alat pembenaran agama. Dengan adanya berbagai pembatasan yang
dilakukan kerajaan atas saran dari gereja, maka timbullah sebuah gerakan kultural,
pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan
kegerejaan di Italia pada pertengahan abad 14 M. Sebelum gereja mempunyai
peran penting dalam pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam kemewahan,
kemegahan, keperkasaan dan kemasyhuran. Namun, ketika dominasi gereja mulai
berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah
semangat renaissance.
4. Masa Renaisans
Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan
istilah renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk
menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan
lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan
garis batas yang jelas antara abad pertengahan, zaman renaisans, dan zaman
modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan
dari zaman renaisans.
Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau
sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era
sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi
perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme,
sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat
dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat
humanisme.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak
abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka
Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa
kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Walaupun Islam akhirnya terusir
dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani
gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan
14
kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-14 M, rasionalisme
pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.
15
2. Perkembangan Pola Pikir Manusia Masa Dinasti Abbasiyyah.
Periode Abbasiyah adalah era baru dan identik dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Semasa dinasti Umayyah kegiatan dan aktivitas nalar ilmu yang
ditanam itu berkembang pesat yang mencapai puncakya pada era Abbasiah.
Sebelum Dinasti Abbasiyah, para ulama memelihara dan mentransfer ilmu
mereka melalui hafalan atau lembaran-lembaran yang tidak teratur, pusat kegiatan
Dunia Islam selalu bermuara pada masjid. Masjid dijadikan centre of education.
Pada Dinasti Abbasiyah inilah mulai adanya pengembangan keilmuan dan
teknologi.
Rasa cinta Khalifah terhadap ilmu pengetahuan disalurkan melalui kegiatan
penerjemahan secara besar-besaran yang peranannya sangat besar dalam
mentransfer ilmu pengetahuan. Mereka menerjemahkan dari buku-buku asing,
seperti bahasa Sansekerta, Suryani, atau Yunani kedalam bahasa arab yang telah
dimulai sejak zaman Umayyah. Misalnya, Khalid ibn Yazid, seorang penguasa
pecinta ilmu yang memerintahkan kepada para cendekiawan Mesir atau yang
tinggal di Mesir agar mereka menerjemahkan buku-buku tentang kedokteran,
perbintangan, dan kimia yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa arab. Demikian
juga Khalifah Umar II menyuruh menerjemahkan buku-buku kedokteran kedalam
bahsaa arab.
Pada 832 M, Ma‘mun mendirikan Baitul Hikmah di Baghdad sebagai akademi
pertama, lengkap dengan teropong bintang, perpustakaan, dan lembaga
penerjemahan. Kepala akademi yang pertama adalah Yahya ibn Musawaih (777-
857 M), murid Gibril ibn Bakhtisyu, kemudian diangkat Hunain ibn Ishaq, murid
Yahya sebagai ketua kedua.
Pada abad ke-10 M, abad pembangunan daulah Islamiyah mulai dari Cordon
di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembangunan di segala
bidang, terutama dalam bidang berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni. Dunia Islam, pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya dan makmur.
Kegiatan kaum muslim bukan hanya menerjemahkan bahkan mulai memberikan
syarah (penjelasan), dan melakukan tahqiq (pengeditan). Pada mulanya muncul
dalam bentuk karya tulis yang ringkas, lalu dalam wujud yang lebih luas dan
dipadukan dalam berbagai pemikiran dan petikan, analisis dan kritik yang disusun
dalam bentuk bab-bab dan pasal-pasal. Dengan kepekaan mereka, hasil kritik dan
analisis itu memancing lahirnya teori-teori baru sebagai hasil renungan mereka
sendiri. Misalnya apa yang yang telah dilakukan oleh Muhammad ibn Musa al-
Khawarizmi dengan memisahkan aljabar dari ilmu hisab yang pada akhirnya
menjadi ilmu tersendiri secara sistematis. Pada masa inilah lahir karya-karya
ulama yang telah tersusun rapi.
Diantara pusat-pusat ilmu pengetahuan dan filsafat yang terkenal ialah
Damaskus, Alexandria, Qayrawan, Fustat, Kairo, al-Madaain dan Jundeshahpur
16
yang selanjutnya berkembang melalui pusat-pusat kegiatan ilmiah di Eropa Barat
Daya seperti Sevilla, Cordova, al-Hamra.
Para pemikir muslim tidak hanya menterjemahkan karya asing ke dalam
bahasa Arab, baik secara langsung maupun tidak langsung, tetapi mereka
memberikan ulasan, pemodifikasian, penyempurnaan dan penyesuaian dengan
konteks agama Islam. Akibatnya, lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan
dalam khazanah intelektual Islam.
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu secara garis besarnya
terbagai kepada dua bagian, yaitu:
a. Ilmu-ilmu Naqliyah
Diantara ilmu naqliyah tersebut yang berkembang pesat pada masa ini adalah
sebagai berikut:
- Ilmu Tafsir
- Ilmu Balaghah
- Ilmu Bahasa
- Ilmu Hadits
- Ilmu Kalam (Teologi Islam)
- Ilmu Tasawwuf
- Ilmu Fiqih
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19