Disusun oleh :
Kelompok 6
1.SHELSA AURELLIA
2.SHOFIYYAH IBNATU ARIF
3.VIA ANGGI AMELIA
4.QOONIA’H NAYYIRATUL JANAN A
belum tuntas diatasi atau dipecahkan sudah bermunculan permasalahan yang lain, susul-
menyusul dan bertambah banyak permasalahan yang dihadapi manusia di jaman ini dan
Oleh sebab itu sebuah keniscayaan memahami agama sesuai dengan jamannya.
Quran dan Al Hadits merupakan peran yang sangat strategis, sehingga pemahaman umat
islam dan pemerhati agama akan semakin komprehensif serta akan sangat toleran
kesalihan yang disampaikan dalam ceramah atau khotbah namun juga diharapkan
kehadirannya bisa ikut secara aktif dalam memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapi manusia.
Berbagai harapan selama ini terhadap kehadiran agama seperti tersebut di atas
cukup pesat, seiring dengan semakin beragamnya objek kajian dan metode kajiannya.
Sebagai objek kajian, agama islam dapat digunakan sebagai doktrin atau dogma, realitas
normatif teologis, sedangkan kajian yang meletakkan agama sebagai fakta sosial lebih
Ada beberapa peristilahan yang hampir sama dan menunujukkan tujuan dan arah
yang sama dengan pendekatan, yakni kerangka teoritis, kerangka konseptual, perspektif,
sudut pandang, dan paradigma. Semua istilah itu dapat diartikansebagai cara
Sehubungan dengan pemikiran diatas, maka pada lamgkah pertama kita akan
diajak untuk mengkaji berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami
agama. Hal ini perlu dilakukan dengan asumsi melalui berbagai pendekatan, kehadiran
agama secara fungsional dapat dirasakan oleh Penganutnya dan begitu sebaliknya tanpa
mengetahui berbagai pendekatan tersebut, maka agama tidak mungkin dapat dijangkau
atau didekati oleh masyarakat dan pada akhirnya masyarakat menemukan solusi
Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang diangkat disini
adalah :
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan Pembahasan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Pendekatan normatif yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi pokok
asli dari ajaran Tuhan didalamnya dan dapat diartikan sebagai hal-hal yang mengikuti
norma-norma atau aturan tertentu.Dalam konteks ajaran islam,pendekatan normatif
merupakan ajaran agama yang belum pernah tercampur dengan pemahaman dan
penafsiran manusia.Pendekatan normatif dapat dikatakan pendekatan yang memiliki
domain bersifat keimanan yang mengasumsikan seluruh ajaran islam [dalam al-
quran,hadist dan ijtihad]
Hal ini memberikan dampak yang besar terhadap perilaku pengikut teologi normatif
ini.Pemikiran teologi yang keras mendorong pengikutnya menjadi agresif,sementara
teologi yang kalem cenderung menggiring pengikutnya bersikap deterministik dan
pasrah.
yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang mutlak adanya, dimana ajaran
yang berasal dari Tuhan sudah pasti benar dan tidak perlu dipertanyakan terlebih
dahulu. Dimulai dari keyakinan lalu diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.
Kebenaran yang diyakini oleh seseorang merupakan kebenaran yang tidak bisa
oleh orang lain dianggap kurang benar atau salah sama sekali.
2. Komitmen
pihak lain yang mencoba menyerang kebenaran yang telah diyakini secara
mutlak.
3. Dedikasi
Hasil dari loyalitas dan komitmen yang besar akan menghasilkan dedikasi yang
tinggi dari penganut agama sesuai dengan kebenaran yang diyakini. Dedikasi
cukup berarti ketika dipakai untuk melihat dimensi Islam yang bersifat qoth’i.
Persoalannya justru akan semakin rumit ketika pendekatan ini dihadapkan pada
realita dalam al-Qur’an maupun Hadis yang tidak tertulis secara eksplisit, namun
kehadirannya diakui dan diamalkan oleh komunitas tertentu secara luas. Contoh
yang paling kongkrit adalah adanya ritual tertentu dalam masyarakat yang sudah
Agama Islam dilihat secara normatif pasti benar serta menjunjung tinggi nilai-nilai
bidang kesehatan, kehidupan, kebudayaan, politik dan lainnya, agama tampil sangat
ideal dan dibangun berdasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam ajaran agama.
C. Signifikansi Pendekatan Normatif
Sebuah ajaran agama dapat dipastikan kebenarannya karena ia diyakini berasal dari
Tuhan yang disebut wahyu. Namun mungkinkah ajaran agama atau wahyu dari
Tuhan tersebut dapat dipahami tanpa ada penalaran dari akal sebagai metode untuk
mengerti terhadap ajaran tersebut?. Dan siapakah yang mempunyaiotoritas
penjabarannya?, dan dengan cara apa?.
Qodri Azizi mengatakan: Dalam tradisi mempelajari Islam, tujuan utamanya adalah
untuk memahami Islam. Di tingkat Perguruan Tinggi, satu pertanyaan timbul:
“Belajar Islam tersebut lewat siapa?”. Apakah lewat guru/ulama atau penulis itu
tepat dalam memahami Islam?. Nah, disinilah letak kajian akademik terhadap Islam
yang dilakukan oleh sarjana Muslim sendiri, yaitu kajian akademik terhadap
pemikiran ulama terdahulu dalam memahami Islam.
(maudhu’) atau dhaif. Baginya hadits-hadits itu adalah absah, karena maknanya
sejalan dengan berbagai gambaran dan ajaran alquran. Karena hadits-hadits itu
Menurut Harun Nasution dalam bukunya Akal dan Wahyu Dalam Islam (yang
dijadikan fokus dalam tulisan ini). Kalau kita lihat kamus-kamus Arab, akan kita
jumpai kata 'aqala berarti mengikat dan menahan. Maka tali pengikat
Arab Saudi dan lain-lain, disebut 'iqal ( ) عقالdan menahan orang di dalam penjara
Lisan Al-'Arab ( ) لسان العرب, umpamanya menjelaskan bahwa al'aql berarti alhijr(
arti kebijaksanaan (alnuha- ) النهى, lawan dari lemah pikiran (al-humq- ) الحمق.
Selanjutnya disebut bahwa al-'aql juga mengandung arti kalbu (al-qalb- ) القلب.
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa kata 'aqala mengandung arti memahami.
Asli dari kata 'aqala kelihatannya adalah mengikat dan menahan dan orang yang
'aqil di zaman jahiliyyah, yang dikenal dengan hamiyah ( ) حميةyaitu orang yang
dapat menahan amarahnya, dan oleh karenanya dapat mengambil sikap dan
Dalam pemahaman Izutzu, kata 'aql di zaman jahiliyah dipakai dalam arti
dapat melepaskan diri dari bahaya yang ia hadapi. Kebijaksanaan praktis serupa ini
Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama
adalah Alquran dan Al-Sunnah; sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat
untuk memahami Alquran dan Al-Sunnah. Ketentuan ini sejalan dengan agama
Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah Swt yang penjabarannya
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw22. Di dalam Alquran surat An-Nisa ayat 156
kita dianjurkan agar mentaati Allah dan Rasul-Nya serta ulil amri (pemimpin).
amri sifatnya kondisional, atau tidak mutlak, karena betapapun hebatnya ulil amri
itu, ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak dapat dikultuskan. Atas
dasar inilah ketaatan kepada ulil amri sifatnya kondisional, jika produk dari ulil
amri tersebut sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka wajib diikuti;
sedangkan jika produk dari ulil amri tersebut bertentangan dengan kehendak Tuhan,
dipergunakannya untuk memahami (ayat ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
orangyang meminta izin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. mereka
rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah Telah
mengunci mati hati mereka, Maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka
Ayat-ayat Alquran maupun uraian kamus yang diberikan di atas tidak menyebut bahwa
akal adalah daya pikir yang berpusat di kepala. Al-'aql malahan dikatakan sama dengan
Tentang wahyu, Harun Nasution selanjutnya menerangkan. Wahyu berasal dari kata
Arab al-Wahy ( ) الوحي, dan al-Wahy adalah kata asli Arab dan bukan kata pinjaman dari
bahsa asing. Kata itu berarti suara, api dan kecepatan, disamping itu ia juga
mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al-Wahy selanjutnya mengandung
arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat. Tetapi kata itu lebih dikenal
dengan arti “apa yang disampaikan Tuhan kepada Nabi-Nabi”. Dalam kata wahyu
dengan demikian terkandung arti penyampaian sabda Tuhan kepada orang pilihan-Nya
agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Sabda Tuhan itu
mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang diperlukan umat manusia dalam
perjalanan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat nanti. Dalam Islam wahyu atau
sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw terkumpul semua dalam
Alquran.
Selanjutnya Harun Nasution menerangkan bahwa wahyu diturunkan melalui tiga cara;
pertama melalui jantung hati seseorang dalam bentuk ilham, kedua dari belakang tabir
sebagai yang terjadi dengan Nabi Musa as, dan ketiga melalui utusann yang dikirim
Sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw adalah dalam bentuk
ketiga dan itu ditegaskan oleh Alquran yang salah satunya dalam surat Asy-Syu'ara :
Alam, - Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), - Ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
Ayat tersebut dengan jelas menggambarkan bahwa firman Tuhan sampai kepada Nabi
Muhammad Saw melalui jibril sebagai utusan Tuhan, jadi bukan melalui ilham ataupun
dari belakang tabir. Dalam konsep wahyu terkandung pengertian adanya komunikasi
antara Tuhan, yang bersifat imateri dan manusia yang bersifat materi. Falsafat dan
terhadap akal. Oleh karena itu ayat Alquran mendorong manusia supaya banyak berpikir
dan mempergunakan akalnya dalam memahami segala ajaran atau wahyu yang
diturunkan-Nya.
Kata-kata yang dipakai dalam Alquran untuk menggambarkan perbuatan berpikir bukan
hanya 'aqala, tetapi juga Nazara yang berarti melihat secara abstrak dalam arti berpikir
Seperti kita ketahui, akal dalam Islam memperoleh kedudukan yang tinggi, bukan hanya
dalam soal-soal keduniaan saja, tetapi juga dalam soal-soal keagamaan itu sendiri. Dan
hal yang sangat erat kaitannya dengan masalah akal dalam Islam adalah menuntut ilmu.
KESIMPULAN
Pengertian pendekatan normatif-teologis secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya
belakang dengan keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap
sebagai yang paling benar dibandingkan lainnya.Amin Abdullah dalam bukunya yang
Perkembangan jaman yang demikian pesat dan disertai dengan munculnya berbagai
persoalan baru dalam kehidupan manusia, menjadi sebuah tuntutan untuk lebih
memahami agama sesuai jamannya. Tuntutan terhadap agama dapat dijawab dengan
jawaban terhadap masalah yang timbul. Jadi sebaiknya umat tidak memahami Islam
MadaniMedia
Press
darihttp://menzour.blogspot.com/2016/03/makalah-pendekatan-normatif.html?m=1
Diu, A. (2018). Pemikiran M. Amin Abdullah tentang Pendidikan Islam dalam Pendekatan