Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODOLOGI STUDI ISLAM

Berbagai Pendekatan dan Metode dalam Studi Islam

Ustadz Pembimbing : Jiyanto, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun oleh :

Alya Diniya

Amalia Qurrotu’aini

Anaa Mardhiyyah

Andi Nurul Maghfira

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MA’HAD ‘ALY BAHASA


ARAB ISLAM

SURAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat pada
waktunya

Makalah ini ditulis dalam upaya mempelajari alternatif terhadap metode dan
pendekatan di dalam mempelajari islam yang mana kita terbiasa dalam masyarakat
menerima ajaran dalam satu jalur baik disekolah maupun di tempat tempat kajian yang
hal ini dapat dipahami yaitu untuk mempermudah pengamalan, dan efek dari metode
pengajaran ini adalah munculnya kegagapan dalam masyarakat dalam menerima
perbedaan sehingga muncul perselisihan di kalangan masyarakat.

Tentu saja makalah ini masih banyak kekurangan disana sini yang jauh dari kata
sempurna oleh karena itu bimbingan, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan untuk menambah wawasan dan menyempurnakan makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada ustadz Jiyanto, S.Pd.I., M.Pd.I selaku
dosen mata kuliah metodologi islam yang telah memberikan kami tugas ini sehingga
kami mendapatkan kesempatan untuk memperdalami pelajaran ini, kami ucapkan juga
terimakasih kepada semua pihak yang sudah mau membagi ilmu dan pengalamannya
dalam merancang makalah dan pembelajaran ini. Semoga makalah ini memberi kita
semua manfaat aamiinn
Solo, 14 september 2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian metodologi dalam studi islam


- Metodologi studi islam
- Definisi metodologi
- Pengertian studi islam
- Urjensi metodologi dalam studi islam

B. Beberapa pendekatan dalam studi islam


- Pendekatan sosiologis
- Pendekatan historis
- Pendekatan antropologi
- Pendekatan psikologi

C. Sejarah dalam perkembangan studi islam


- studi islam pada era klasik
- studi islam pada era kejayaan islam
- studi islam pada era modern
- studi islam di Negara non islam

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSAKA
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Dalam sebuah penelitian, kita harus berhadapan dengan berbagai permasalahan


yang harus dipergunakan untuk memperjelas dasar, kerangka pikir dan metodologi
yang sesuai dengan penelitian itu sendiri, yakni pendekatan ( approaach).
Pendekatan ini untuk kajian dalam sebuah penelitian menjadi penting kerena
penelitian apa yang dilakukan oleh seorang peneliti perlu memeliki kejelasan
wilayah dan disiplin ilmunya. Kendatipun menggunakan bertbagai pendekantan,
penelitian itu harus jelas disiplin apa yang dipakai, mengingat diera mederen
sekarang ini disiplin ilmu telah jenjadi sepesialisasi sehingga kita mau tidak mau
harus melakukan identifikasi.

Kajian keislaman (Islamic Studies) yang dilakukan oleh kaum orientalis


tidak terlepas pula pada pendekatan disiplin ilmu yang dipergunakan. Dikenal
dalam kajian orientalis dimana para orientalis mulai sengat dalam kajian
mengujudkan keristen sebagai agama orisinal dari Tuhan (sebagai agama wahyu)
dengan pendekatan teoligis hingga mereka memiliki objek tivitas ilmiah. Salah satu
upaya menuju objej tivitas ini dengan menentukan pendekatan kajian tertentu,
seperti pendekatan sosiologis, antropologis, Fenomenologis, historis dan politis.
Kemunculan ragam pendekatan kajian ini dalam hal keislaman ini tampaknya lebih
dikernakan kondisi atau perubahan zaman yang meliputi setiap ruang dan waktu.
Medel kajian keislaman dengan berbagai pendekatan ini dimanakan dengan studi
pendekatan multidisipliner (multisiplinier studies)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tentang pendekatan metodologi studi


islam, maka bisa dirumuskan beberapa hal berikut ini
 Apa yang dimaksud dengan metodologi islam ?
 Apa saja pendekatan dalam studi islam ?
 Bagaimana sejarah dalam perkembangan studi islam
C. Tujuan studi islam

Studi Islam, sebagai usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang Islam dan
segala seluk-beluk yang berhubungan dengan agama Islam, sudah tentu mempunyai
tujuan yang jelas, yang sekaligus menunjukkan kemana studi Islam tersebut
diarahkan. Dengan arah dan tujuan yang jelas itu, maka dengan sendirinya studi Islam
akan merupakan usaha sadar dan tersusun secara sistematis.

Adapun arah dan tujuan dalam studi islam dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agama


Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain
dalam kehidupan budaya manusia.

2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang
asli, dan bagaimana penjabaran serta operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan
perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.

3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang
tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya.

4. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai - nilai dasar ajaran
agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan
serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman
modern ini.

Selanjutnya dengan tujuan tujuan tersebut diharapkan agar studi ini


bermanfaat untuk pelajar dan masyarakat serta kehidupan social beragama
hingga generasi generasi mendatang sehingga tujuan islam sebagai agam
rahmatan lil alaminn terwujud di kalangan umat.
PEMBAHASAN

A. Pengertian metodologi dalam studi islam

- Definisi metode

Istilah motodologi berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos dan logos. Methodos
berarti cara, niat dan selukbeluk yang berkaitang dengan upaya menyelesaikan
sesuatu. Sementara logos berarti ilmu pengetahuan, Cakrawala dan wawasan.
Dengandemikian, metodologi adalah pengetahuan tantang cara-cara yang berlaku
dalam kajian atau penelitian. Selaian itu metodologi adalah pengetahuan tentang
berbagai metode yang dipergunakan dalam pengetahuan. Louay Safi
mendepenisikan metodologi sebagai bidang pengetahuan ilmiah yang berhubuangan
dengan pembahasan tentang metode-metode yang digunakan dalam mengkaji
fenomena alam dan manusia, atau dengan redaksi yang lain, metedologi adalah
bidang pengetahuan ilmiah yang membenarkan mendeskripsikan dan menjelaskan
aturan-aturan, prosedur, metode ilmiah

- Pengertian studi islam

Istilah studi islam sendiri dalam diskurus barat adalah islamologi klasik atau
ilmu keislaman pada dasarnya sama dengan Islamic studies atau kajian
keislaman yang dalam bahasa arab disebut dirosah islamiyah, istilah yamg
mirip dengan majlis ta’lim namun sebenarnya dua hal ini sangat bertolak
belakang, majlis ta’lim bersifat doktriner dengan tujuan meningkatkan
keagamaan seseorang dengan pemahaman dan praktik, sementara islamologi
tidak bertanggung jawab atas keagamaan individu,

Dengan kata lain, studi islam atau dikenal dengan kajian keislaman
tersebut diartikan dalam konteks Islamic studies yang berkembang dengan
akademi tradisi barat ia tidak sama dengan artian pendidikan islam atau
attarbiyah alislamiyah yang secara konvesional lebih merupakan proses
transmisi ajarn agama dari generasi ke generasi karena itu ia tidak saja
melibatkan aspek koknitif,pengetahuan tentang ajaran ajaran islam, tetapi juga
aspek afektif dan sikomotorik menyangkut bagaimana sikap atau pengalaman
atas ajaran ajaran islam ( adapun kajiann keislaman lebih merupakan usaha kritis
terhadap teks, sejarah, doktrin, pemikiran, dan institusi keislaman dengan
menggunakan pendekatan pendekatan tertentu yang secara popular dikalaangan
akademik dianggap ilmiyah, kajiann seperti ini pada dasarnya tidak selalu
diarahkan untuk menemukan keimanan atau mempertahankan ajaran yang
dikajinya artinya memiliki impliksasi untuk menolak atau mempercayainya.

- Urgensi metodologi dalam studi islam

Pada saat ini, umat Islam sedang menghdapi tantangan dari kehidupan dunia dan
budaya modern, studi keIslaman menjadi sangat urgen. Urgensi studi Islam dapat
dipahami dan diuraikan sebagai berikut:

1. Umat Islam saat ini Berada Dalam Kondisi Problematis

Saat ini umat Islam masih berada dalam posisi marginal dan lemah dalam segala
bidang kehidupan sosial budaya. Dalam kondisi ini, umat Islam harus bisa
melakukan gerakan pemikiran yang dapat menghasilkan konsep pemikiran yang
cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan dan kemajuan
tersebut. Dalam posisi problematis ini, jika umat Islam hanya berpegang pada ajaran
ajaran Islam hasil penafsiran ulama‘ terdahulu yang merupakan warisan doktriner
turun temurun dan dianggapnya sebagai ajaran yang sudah mapan, sempurna, dan
sudah paten, serta tidak ada keberanian untuk melakukan pemikiran ulang, berarti
mereka mengalami kemandekan intelektual yang pada gilirannya akan menghadapi
masa depan yang suram. Di sisi lain, jika umat Islam melakukan usaha pembaruan
dan pemikiran kembali secara kritis dn rasional terhadap ajaran-ajaran agama Islam
guna menyesuaikan terhadap tuntutan perkembangan zaman dan kehidupan modern,
maka akan dituduh sebagai umat yang meninggalkan atau tidak setia lagi terhadap
ajaran Islam warisan ulama‘ terdahulu yang dianggapnya sudah mapan dan
sempurna tersebut. Melalui pendekatan yang bersifat rasional-obyektif, studi Islam
diharapkan:

a) Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah atau jalan keluar dari kondisi
yang problematis tersebut
b) Dapat mengarah kepada dan bertujuan untuk mengadakan usaha-usaha
pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran agama Islam agar mampu beradaptasi
dan menjawab tantangan zaman dan dunia modern denga tetap berpegang teguh
pada sumber ajaran agama Islam yang asli, yaitu Al-Qur‘an dan as-Sunnah;

c) Mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam, agar tetap
menjadi seorang muslim sejati, yang mampu menjawab tantangan pada era
globalisasi ini

2. Umat Manusia dan Peradabannya Berada dalam Suasana Globalisasi

Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern


telah membuk era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia,
yang dikenal dengan era globalisasi. Pada era ini ditandai dengan semakin dekatnya
hubungan komunikasi antarbangsa dan budaya umat manusia.

Pada suasana smacam ini tentunya umat manusia membutuhkan aturan-aturan, nilai-
nilai dan norma-norma serta pedoman dan pegangan hidup yang universal dan diakui
atau diterima oleh semua bangsa. Sementara itu tekhnologi modern jusru semakin
menjadikan manusia-manusia modern kehilangan identitas diri, menurunkan derajat
kemanusiaan, dan menyebabkan terjadinya proses dehumanisasi, yang menjadikan
manusia kehilangan sifat sifat manusiawinya.

Dengan demikian, manusia modern pun berada dalam kondisi yang serba
problematis. Jika ilmu pengetahuan dan tekhmologi modern dibiarkan berkembang
terus secara bebas tanpa kontrol dan pengarahan, maka akan menyebabkan
terjadinya kehancuran dan malapetaka yang mengancam kelangsungan hidupnya dan
peradaban manusia itu sendiri. Pengetahuan menjadi terpisah dari nilai; kekuatan
besar telah dicapai,tetapi tanpa kebikajsanaan Manusia telah menciptakan kekuatan
besar dalam bidang sains dan tehnologi, tetapi kekuatankekuatan itu sering digunakan
untuk merusak (destruktif).

Manusia telah mampu menemukan cara-cara untuk memperoleh keamanan dan


kenikmatan, tetapi pada waktu yang sama mereka merasa tidak aman dan risau,
karena mereka tidak yakin akan arti kehidupnnya, tidak memiliki kebermaknaan
hidup dan tidak tahu arah mana yang mereka pilih dalam kehidupan itu. Situasi
semacam ini bukan hanya menimpa dan merupakan tantangan bagi bangsa-bangsa
modern, tetapi ia juga menimpa dan merupakan tantangan bagi selruh umat manusia
di seluruh dunia, termasuk di dalamnya umat Islam. Sebagai agama rahmah
lil„alamin, Islam tentunya mempunyai onsep-konsep atau ajaran-ajaran yang bersifat
manusiawi dan universal, ayng dapat menyelamtkan manusia dan alam smesta dari
kehancurannya. Karena itu, Islam harus bisa menawarkan nilai-nilai, norma-norma,
dan aturan-aturan hidup yang bersifat manusiawi dan universal itu kepada dunia
modern, dan dharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif pemecahan terhadap
keadaan problematis.
Disinilah letak urgensi studi Islam, untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islam yang
murni, dan yang bersifat menusiawi dan universal, yang mempunyai daya untuk
mewujudkan dirinya sebagai rahmatan lil „alamin.

3, Situasi keberagamaan di Indonesia cenderung menampilkan kondisi keberagamaan

Situasi legalistik-formalistik menjadikan agama harus dimanifestasikan dalam bentuk


ritual formal, sehingga muncul formalisme keagamaan yang lebih mementingkan
bentuk daripada isi. Kondisi seperti itu, menyebabkan agama kurang dipahami
sebagai dasar moral dan etika yang bertujuan membebaskan manusia dari kebodohan,
ataupun kebobrokan moral. Di samping itu, formalisme keagamaan yang cenderung
induvidualistik daripada kesatuan social mengakibatkan munculnya sikap negatif
seperti nepotisme, kolusi dan korupsi. Oleh karenanya, signifikasi studi Islam di
Indonesia adalah mengubah pemahaman dan penghayatan keIslaman masyarakat
Muslim-Indonesia secara khusus, dan masyarakat agama pada umumnya.

B. Beberapa pendekatan dalam studi islam

Dewasa ini kehadiran agama semangkin dituntut agar ikut terlibat secara aktif dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidah boleh
hanya sekadar lambang kesalehan atau terhenti sekedar disampaikan didalam khutbah,
melainkan secara konsepsional harus menunjukan cara-cara yang palinh efektip dalam
memecahakan masalah.Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab
manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan
tiologisnormatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan
pendekatan secara operasional konseptual dan dapat memberikan jawaban terhadap
masalah yang timbul. Berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami
agama, yaitu :

1. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya. Sosiologi
mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara yang terbentuk dan tumbuh
serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya,
keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama dalam tiap
persekutuan hidup manusia.
Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama
lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan
masyarakat. Teori sosiologis tentang watak agama serta kedudukan
dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong di tetapkannya
serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:
a. Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas
b. Kategori bisosial, gender perkawinan, keluarga masa kanak-kanak dan usia
c. Pola organisasi sosial, meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem
pertukaran dan birokrasi.
d. Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal,
penyimpangan, dan globalisasi. (Peter Conolly, 2002, 283).

Dalam al-Quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang
menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima selainnya. Namun disisi lain
(sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan lain (lakum
dinukum waliyaddin)

2. Pendekatan Historis

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa
tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan
peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa
tersebut, dan lain sebagainya,

Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena


agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi
social kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang
mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam menurut pendekatan sejarah.
Ketika ia mempelajari Al-qur‘an, ia sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya
kandungan Al-qur‘an itu menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep
dan bagian kedua berisi kisahkisah sejarah dan perumpamaan. Melalui pendekatan
sejarah ini seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empirism
dan mendunia. Dari kedaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau
keselarassan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada dalam empiris
dan historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama,
karena Agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan
kondisi sosial kemasyarakatan.

3. Pendekatan antropologis

Pendekatan ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama
dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya.

Dalam berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan


positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan
masyarakat yang kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan
gerakan keagamaan yang mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial
masyarakat. Sedangkan golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk
mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran
tatanan itu menguntungkan pihaknya.

Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada daratan empirik akan
dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul
dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan
berbagai pranata yang terjadi dimasyarakat. (Abuddin Nata: 2004, 391).

Dalam pendekatan ini kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos
kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin
mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan
cara mengubah pandangan keagamaan. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis
ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme
pengorganisasian. Salah satu konsep kunci terpenting dalam antropologi adalah
modern adalah holisme, yakni pandangan bahwa praktik-praktik sosial harus diteliti
dalam konteks dan secara esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang
lain dalam masyarakat yang sedang diteliti. Para antropologis harus melihat agama
dan praktikpraktik pertanian, kekeluargaan dan politik, magic dan pengobatan (secara
bersama-sama maka agama tidak bisa dilihat sebagai system otonom yang tidak
terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.

4. Pendekatan Psikologi

Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala
perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang
tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ilmu jiwa
agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan mempersoalkan
benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan
adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku
penganutnya. Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat
keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan
sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan
tingkatan uasianya. Dengan ilmu agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok
untuk menanamkannya. Label psikologi agama seolah menunjukan bahwa bidang ini
merupakan cabang psikologi yang concern dengan subjek agama, sejajar dengan
psikologi pendidkan, atau psikologi olahraga, atau psikologi klinis. Akan tetapi
kenyataanya, psikologi agama berada di bagian luar mainstream psikologi.
C. Sejarah dalam perkembangan studi islam

- Studi islam pada era klasik

pendidikan islam pada zaman awal dilaksananakan di masjid masjid yang


berpusat di makkah, madinah ( hijaz), basrah, kuffah,damaskus dan palestina dan
fustat (mesir) madrasah makkah dipelopori oleh muadz bin jabal, madrasah
madinah dipelopori oleh abu bakar,umar dan ustman bin affan, madrasah basrah
dipelopori oleh abu musa alasyari dan anas bin malik,madrasah kuffah
dipelopori oleh ali bin abi thalib dan Abdullah bin mas’ud, madrasah damskus
atau syiria dipelopori oleh abu ubaidah dan abu darda sedangkan madrasah
fustat (mesir) dipelopori oleh abdulloh bin amr bin ash

- Studi islam pada era kejayaan islam

studi islam pada era kejayaan islam,studi islam dipusatkan di ibu kota Negara
yaitu Baghdad, istana dinasti bani abbas pada zaman al makmum ( 513 – 533 H)
putra harun ar rasyid, didrikan bait alhikmah yang dipelopori oleh khalifah
sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan denga wajah ganda, sebagai
perpustakaan dan sebagai lembaga pendidikan sekolah dan penerjemahan karya
karya yunani kuno sebagai akslerasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan

- Studi islam pada era modern

studi islam sekarang ini berkembang hampir diseluruh Negara di dunia, baik
didunia islam maupun non islam di dunia islam terdapat pusat pusat studi islam
seperti universitas alazhar kairo mesir, universitas ummul qura makkah, dan
universitas madinah, di teheran juga terdapat universitas Teheran di universitas
ini studi islam dilakukakan difakultas kulliyat ilahiyyat atau fakultas agama, di
universitas damaskus atau syiria studi islam ditampung pada fakultas syariah
yang di dalamnya terdapat program studi syariah ushuluddin dan sejenisnya

- Studi islam di Negara non islam


Studi islam di Negara Negara non islam diselenggarakan dibeberapa Negara
anatara lain india, Chicago, los angeles, London dan kanada. Di india studi islam
dibagi dua islam sebaigai doktrin dan terdapat dua jurusan yaitu jurusan
madzhab sunnah dan jurusan madzhab syiah, sedangkan dari aspek sejarah di
jurusan Islamic studies dan juga Arabic studies Persian studies, dan political
science, di Chicago kajian islam diselenggarakan di Chicago university, secara
organisatoris, studi islam berada di pusat studi timur tengah dan jurusan
bahasa, dan kebudayaan timur dekat dilembaga ini, kajian islam lebih
mengutamakan tentang pemikiran islam, bahasa arab, naslkah naskah klasik,dan
bahasa bahasa islam non arab seperti urdu, Persia, di ameriak pada umumnya
studi islam mementingkan sejarah islam, bahasa arab dan abahsa islam non arab
dan ilmu ilmu social study islam di amerika berada dibawah naungan pusat
studi timur tengah dan di ucla dibagi menjadi 4 komponen pertama doktrin dan
studi islam, kedua bahasa arab, ketiga bahasa islam non arab, dan keempat ilmu
social, sejarah dan sosiologi, di London studi islam dimasukkan ke school of
oriental and Africa studies.

PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Dengan demikian dapat dipahami, Metodologi Studi Islam adalah prosedur yang
ditempuh dalam mempelajari Islam dengan cepat, tepat dan menyeluruh, yakni dari
berbagai aspeknya dan berbagai alirannya. Karenanya Metodologi Studi Islam
mempunyai arti penting dalam menempuh prosedur studi Islam yang dapat
mengubah pemahaman masyarakat Muslim Indonesia dari pemahaman semula yang
sempit menjadi pemahaman yang luas. Dari sikap yang ekstrim menjadi sikap yang
toleran, bijaksana. Sikap toleran tidak berarti akidahnya lemah. Posisi akidah seperti
dikatakan Ahmad Tafsir7 bahwa dalam keseluruhan ajaran Islam sangat penting.
Akidah adalah bagian dari ajaran Islam yang mengatur cara berkeyakinan. Pusatnya
ialah keyakinan kepada Tuhan. Akidah merupakan fondasi ajaran Islam secara
keseluruhan, di atas akidah itulah keseluruhan ajaran Islam berdiri dan didirikan.
Karena kedudukan akidah demikian penting, maka akidah seseorang muslim harus
kuat. Dengan kuat akidahnya akan kuat pula keislamannya secara keseluruhan. Untuk
memperkuat akidah perlu dilakukan sekurang-kurangnya dua hal:
1. Mengamalkan keseluruhan ajaran Islam sesuai kemampuan secara sungguh
sungguh.
2. Mempertajam dan memperluas pengertian tentang ajaran Islam. Jadi akidah dapat
diperkuat dengan pengamalan, pengalaman dan pemahaman.

Dengan demikian, kehadiran Metodologi Studi Islam diharapkan mampu


memberikan kontribusi yang nyata terhadap kesejahteraan umat Islam di seluruh
dunia

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurhasanah bakhtiar Marwan, Metodologi studi islam, cahaya firdaus, pekanbaru 2016

2. Dr. Fathurrahman muhtar, M.Ag. Metodologi studi islam, PIU IsDB, mataram

3. Nurliana damanik,prof. Dr H hasan bakti nasution, MA. Metodologi studi islam, medan 2018

4. Drs. Abuy sodikin badrussalam, S.Ag. Metodologi studi islam,atunas nusantara, bandung 2000

5. Dr. faisar ananda arfa, MA, Dr. syariffudin syam, M.Ag, Dr Muhammad syukri albani nasution
MA, Metode studi islam: jalan tengah memahami islam, charisma putra utama offset, Jakarta 2015

6. Dr siti nurjannah M.Ag, sri handayana M.Hum, Metodologi islam, idea press, Yogyakarta 2019

Anda mungkin juga menyukai