Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M. Ag
Disusun Oleh:
Wahidah Ma’rifatunnisa’
NIM. 02040821031
SURABAYA
2021
1
Pendahuluan
Islam memberikan kebebasan kepada manusia agar menggunakan akalnya
secara maksimal untuk memahami dan mempelajari segala ilmu pengetahuan
khususnya problematika keislaman. Namun kenyataannya, terkadang ada yang
beranggapan bahwa Islam adalah agama yang bersifat sempit. Anggapan ini timbul
karena salah dalam mengartikan hakikat Islam. Mereka memaknai islam hanya
melihat satu sudut pandang saja. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan metodologi
studi islam. Metodologi studi Islam merupakan prosedur yang ditempuh secara
ilmiah, cepat, dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai
aspeknya, baik dari segi sumber ajaran, pemahaman terhadap ajarannya, maupun
sejarahnya. Dalam metodologi studi Islam, terdapat prosedur ilmiah sebagai ciri
pokoknya, yang membedakan dengan studi islam lainnya yang tanpa metodologi. 1
Contoh yang pernah terjadi dalam masyarakat, yaitu munculnya fatwa MUI
(Majelis Ulama Indonesia) tentang “Rokok”, kemudian terbit fatwa bahwa
merokok hukumnya haram dengan alasan dapat menimbulkan penyakit. Kemudian
apakah persoalannya selesai, dan apakah fatwanya dipatuhi?. Ternyata fatwa
tersebut belum menyelesaikan masalah. Karena rokok terkait dengan banyak hal
misalnya: tenaga kerja, ekonomi, kesehatan, bukan semata-mata urusan fikih. Maka
cara menyelesaikannya harus secara komprehensif dan melibatkan banyak pihak.
Peristiwa di atas mungkin saja disebabkan proses pengkajian Islam belum tersusun
secara sistematis dan tidak disampaikan dengan pendekatan serta metode yang
tepat.2
Dari contoh diatas, disimpulkan bahwa kedudukan studi islam ini sangat
penting, karena studi islam ini mengkaji tentang keagamaan. Pada kenyataannya,
studi islam mengajarkan kepada umat islam sebagai kehidupan yang selalu
mengalami perubahan sehingga sifatnya meluas. Dalam studi islam, kita harus
berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadist, karena kita mempelajari apa yang
1
Suparlan,”Metode dan Pendekatan Dalam Kajian Islam”, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 3
Nomor 1 (2019), https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/fondatia/article/view/185, 15 September
2021, 85.
2
Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI, 2012), 6.
2
dihadapi oleh para filsafat yang telah mengkaji ajaran islam yang telah
menghasilkan bentuk pemahaman dalam studi islam. Tidak hanya mempelajari
mengenai ilmu-ilmu keagamaan, studi islam pada saat sekarang ini juga
mempelajari mengenai ilmu-ilmu yang berkembang pada masa sekarang seperti
ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memahami dan menganalisis dalam studi
islam, diperlukan berbagai pendekatan-pendekatan.
Pendekatan merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris “approach”.
Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijakan landasan kajian sebuah studi
atau penelitian. Pendekatan juga dapat dimaknai sebagai suatu perspektif atau
paradigma dengan mempergunakan disiplin ilmu tertentu, sesuai dengan fenomena
yang menjadi fokus kajian atau studinya. Pendekatan merupakan suatu cara
pandang yang terjadi dalam studi untuk memahami agama. Pendekatan dalam
aplikasinya, lebih mendekati disiplin ilmu, karena tujuan utama pendekatan ini
adalah untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang
dipakai dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri.
Penentuan metode dan pendekatan dalam sebuah penelitian adalah sebuah
kebutuhan yang sangat penting. Hal tersebut dikerenakan, dengan langkah
penentuan itu akan menjadi kejelasan langkah berikutnya. Sedangkan pendekatan
studi islam yaitu cara kerja untuk memudahkan manusia dalam memahami dan
mendalami islam secara tertentu agar tidak terjadi kegagalan.3 Dalam sebuah
penelitian studi islam, kita harus berhadapan dengan berbagai permasalahan. Yang
harus dipergunakan untuk memperjelas dasar, kerangka pikir dan metodologi yang
sesuai dengan penelitian itu sendiri adalah pendekatan yang digunakan.
Pendekatan memegang peranan penting dalam memahami agama islam,
karena penelitian dalam studi islam yang akan dilakukan, perlu memeliki kejelasan
wilayah dan disiplin ilmunya. Ada beberapa pendekatan dalam studi islam seperti
pendekatan sosiologis, antropologis, fenomenologis, historis, dan lain-lain.
Masalah-masalah yang dihadapi dunia islam saat ini sebagaimana contoh diatas,
merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain.
3
Nurliana Damanik, Metodologi Studi Islam, (Medan: Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,2019), 8.
3
Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan
menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan
berbagai disiplin lain yang memperlihatkan berbagai ciri-ciri berbeda, sehingga
dapat dikelompokkan kedalam beberapa model pendekatan, antara lain: pendekatan
monodisipliner (Monodisciplinary Studies), pendekatan interdisipliner
(Interdisciplinary Studies), pendekatan multidisipliner (Multidisciplinary Studies),
dan pendekatan transdisipliner (Transdisciplinary Studies).
Konsep Monodisciplinary Studies
Pendekatan monodisipliner adalah pendekatan dengan suatu ilmu yang
tunggal sudut pandang. Pendekatan ini merupakan sebuah pendekatan yang bahan
pelajarannya bertitik tolak murni berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan
tanpa mempertautkan dengan cabang ilmu lainnya.4 Ciri pokok atau kata kunci dari
pendekatan monodisipliner adalah mono (satu ilmu) atau satunya itu. Pendekatan
monodisiplin sering disebut sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu bentuk atau
model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu, tanpa
menghubungkan dengan struktur ilmu lain. Jadi pengembangan materinya hanya
berdasarkan ciri dan karakterisitik dari bidang studi bersangkutan. Pada intinya,
pendekatan monodisiplin adalah cara pandang yang fokus pada satu disiplin
akademik dan keilmuwan saja untuk suatu masalah tertentu melalui pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pada era monodisipliner, berkembang ideologi kemonodisiplineran yang
disebut (monodisiplinerisme). Monodisiplinerisme mewawasi, melandasi, dan
menggerakkan segenap ilmu-ilmu dalam bekerja. Kerja ilmu dan temuan teori
dikendalikan oleh monodisiplinerisme semata. Dalam bekerja ini, ideologi
monodisiplinerisme ini meyakini empat hal. Pertama, ilmu apapun harus mengejar
tujuan dan kepentingan tertentu yang melekat dalam dirinya sendiri. Kedua, Ilmu
apapun harus bekerja dengan asas disiplin yang ketat dan pasti yang dimilikinya,
dalam batasan cakupan yang ditetapkan asas ketuntasan masalah yang dikaji.
Ketiga, ilmu apapun, bekerja dengan satu teori dan satu metodologi yang sesuai
4
Rahmat, Pendidikan Agama Islam Multidisipliner Telaah Teori dan Praktek Pengembangan PAI
di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: LKiS, 2017), 90.
4
5
Ni’mawati,dkk “ Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner Dalam Pendidikan Islam
Menghadapi Isu Nasional dan Global: Studi Kasus Terhadap Isu Covid-19”, Jurnal Ilmu- Ilmu Al-
qur’an, Hadits, Syari’ah dan Tarbiyah, Volume 5, Nomor 1, (2020), https://pps.iiq.ac.id/jurnal/
index.php/MISYKAT/article/view/100/67, 20 September 2021, 103.
5
6
Aiman Faiz,”Pendidikan nilai dan karakter dalam perspektif pendidikan umum di perguruan
tinggi”, Jurnal Kajian Pendidikan Umum, Vol. 18 No. 2 (2020), https://ejournal.upi.edu/index
.php/SosioReligi/article/view/28726, 20 September 2021, 5-6.
7
Rahmat, Pendidikan Islam Multidisipliner, 91.
6
ini seringkali terpatahkan oleh realitas sosial yang senantiasa berubah yang
memang merupakan sunnatullah yang tidak dapat diubah. 8
Di dalam dunia akademik saat ini, ditandai dengan keberadaan disiplin ilmu
yang saling terpisah namun saling berintegrasi. Integrasi merupakan kata kunci
yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman. Pendekatan dengan
memanfaatkan disiplin tunggal atau monodisiplin tidak lagi dapat memberikan
kontribusi yang optimal terhadap upaya-upaya yang diperlukan untuk mengatasi
masalah yang bersifat global dan menjadi semakin rumit. Contohnya adalah dalam
penelitian disertasi yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa S3 UIN Sunan Ampel
Surabaya yang awalnya berjudul “Diaspora Muslim Bawean Abad XIX-XX di Asia
Tenggara sebagai Kultur Keislaman Nusanatara”.
Dari judul disertasi tersebut, mahasiswa masih menggunakan satu sudut
pandang atau satu pendekatan, yaitu pendekatan historis. Mahasiswa tersebut
disarankan oleh dosen pembimbing untuk mengganti judul dengan pendekatan
multidisiplin, maka judul seharusnya diganti menjadi “DIASPORA MUSLIM
BAWEAN DI ASIA TENGGARA Kajian Historis Sosiologis dan Budaya atas
Tradisi Merantau Muslim Bawean dan Kontribusinya terhadap Kemajuan Ekonomi
dan Pendidikan Masyarakat Bawean Kontemporer”. Dari Judul itu tampak bahwa
kajian terhadap Muslim Bawean didekati dengan perspektif keilmuan 1) Historis 2)
Sosiologis 3) Budaya 4) Ekonomi 4) Pendidikan. Penelitian dengan empat
pendekatan tersebut tentunya lebih memberi manfaat untuk kedepannya, daripada
hanya melihat dari sudut pandang historisnya saja. 9
Konsep Interdisciplinary Studies
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antarsatu atau dua
disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-
program penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan
8
Mohamad Rapik, “Deradikalisasi Faham Keagamaan Sudut Pandang Islam”, Jurnal Ilmu Hukum,
Volume 7 No 2 (2014), https://online-journal.unja.ac.id/jimih/article/view/2063, 20 September
2021, 113.
9
Khoirul Anam dan Masdar Hilmy, Kajian Islam Multidisipliner, (Surabaya: UIN SUNAN AMPEL
PRESS,2020), 37
7
10
Agus Zaenul Fitri, dkk, Model Pendekatan Multi-Inter-Transdisipliner Dalam Pembelajaran
Berbasis Kurikulum KKNI, (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2020), 22.
11
Tanya Augsburg and Stuart Henry, The Politics of Interdisciplinary Studies Essays on
Transformations in American Undergraduate Programs, (Amerika: McFarland & Company, Inc,
2009), 9.
12
Rahmat, Pendidikan Islam Multidisipliner, 92.
13
Setya Yuwana Sudikan, “Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, dan Transdisipliner Dalam
Studi Sastra”, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya, Volume 2 No 1 (2018), https:
//journal.unesa.ac.id/index.php/paramasastra/article/view/1496, 15 September 2021), 4.
8
14
Khoirul Niam dan Masdar Hilmi, Kajian Islam Multidisipliner, 36.
9
Saw. itu segera menjadi wacana publik dan berpengaruh luas dalam semua segi
kehidupan masyarakat Islam saat itu.
Dengan kata lain, ayat-ayat ini langsung bersentuhan dengan problem-
problem kehidupan masyarakat pada level yang sangat kongkrit. Ini menunjukkan
bahwa al-Qur’an memiliki karakter terbuka, bahwa ayat-ayat al-Qur’an
membicarakan problem-problem yang ada di masyarakat dalam totalitasnya yang
utuh, bukan hanya menyangkut salah satu dimensinya saja. Maka, kalau kita mau
mengikuti contoh Rasulullah Saw. dalam menerapkan ajaran al-Qur’an, mau tidak
mau kita harus mempelajari al-Qur’an dengan mendialogkannya dengan problem-
problem kehidupan. Mendialogkannya dengan problem-problem kehidupan riil
berarti melihat ajaran Islam dengan multi perspektif. Islam yang dikaji secara
interdisipliner merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan dalam kajian
Islam, sehingga Islam dapat memberikan kontribusi wacana dalam memecahkan
problem-problem yang terjadi di tengah masyarakat secara praktis 15
Dalam jurnal yang ditulis oleh Ni’mawati dan lain-lain dengan judul
“Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner Dalam Pendidikan Islam
Menghadapi Isu Nasional Dan Global: Studi Kasus Terhadap Isu Covid-19”
menyebutkan bahwa ternyata dalam menghadapi pandemi covid 19 seperti saat ini,
satu bidang keilmuan saja tidak mungkin menjawab persoalan hidup yang
sesunggunya bersifat kompleks dan saling berkaitan. Tidak hanya dapat
diselesaikan dengan fiqh saja, teologi saja, ekonomi saja, matematika saja dan
seterusnya, tetapi membutuhkan penanganan atau pendekatan interdisipliner.
Untuk memahami lebih komprehensif tentang Covid-19, perlu memahaminya
dengan kajian virologi yaitu ilmu tentang virus. Selain cabang ilmu Virologi, riset
interdisipliner tentang Covid-19 yang sangat relevan adalah bidang ilmu kesehatan
masyarakat. Selain itu, jika dikaji menurut sudut pandang pandemi dalam al-qur’an,
maka dapat menggunakan sudut pandang disiplin ilmu agama islam, hadis, ilmu
tafsir, fiqih dan ilmu kalam. 16
15
Saifuddin Mujtaba,dkk,” Studi Islam Interdisipliner: Sebuah Keniscayaan”, Jurnal Studi
Keislaman, Volume 2, nomor 2 (September 2015), http://journal.iaincurup.ac.id/index.php
/alistinbath/article/view/2253, 20 September 2021, 172.
16
Ni’mawati,dkk “ Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner”, 121.
10
Sedangkan dalam tesis yang ditulis oleh Baiq Uyun Rahmawati (2018)
dengan judul “Makna Mitos dalam Arus Perubahan pada Muslim Masyarakat Suku
Sasak di Kabupaten Lombok Barat.” Tesis ini memberikan kesimpulan bahwa pada
awalnya masyarakat suku Sasak mempertimbangkan mitos sebagai sesuatu yang
keramat, sehingga mereka tidak berupaya untuk melanggarnya. Bertahannya mitos,
selain melibatkan pemahaman agama Islam yang tidak sempurna, juga karena
menghubungkan sosial budaya yang dilakukan tuan guru dalam pembahasan Islam.
Keberadaan mitos tersebut tetap bertahan lama karena di support oleh tokoh agama,
tokoh adat dan pemerintah setempat. Tetapi seiring berjalan berkembangnya zaman
dan terjadinya modernisasi di masyarakat suku Sasak, maka terjadi pemaknaan
ulang mitos. Hal ini disebabkan oleh perubahan keyakinan dan perubahan pola
sosial karena modernitas. Dalam tesisnya Baiq Uyun Rahmawati tersebut, adanya
integrasi keilmuan yang interdisiplinary, yakni berupa ilmu agama Islam dengan
antropologi agama.17
Konsep Multidisciplinary Studies
Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan beberapa disiplin
untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Ciri pokok atau kata kunci dari
pendekatan multidisipliner ini adalah multi (banyak ilmu). Pendekatan
Multidisiplin menyarankan penelitian dengan melibatkan lebih dari dua ilmu yang
berbeda dan digunakan untuk menganalisis masalah yang sama. Multidisipliner
adalah pengkajian terhadap topik keislaman tertentu dari sudut pandang rumpun
keilmuan, semisal rumpun keilmuan sosial humaniora. Ia mencontohkan, jika
seseorang melakukan kajian keislaman dengan melihatnya dari sudut politik,
ekonomi, sosiologi, dan histori, maka ia telah melakukan kajian keislaman
multidisipliner. 18
Kajian multidisipliner berupaya membangun kerjasama antara ilmu
pengetahuan yang masing-masing tetap berdiri sendiri, dengan metode sendiri-
sendiri. Makna lainnya, kajian multidisipliner adalah kajian interkoneksi antara satu
17
Baiq Uyun Rahmawati, “Makna Mitos dalam Arus Perubahan pada Muslim Masyarakat Suku
Sasak di Kabupaten Lombok Barat”, Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018,96.
18
Khoirul Niam dan Masdar Hilmi, Kajian Islam Multidisipliner, 35.
11
ilmu dengan ilmu lain, namun masing-masing bekerja berdasarkan disiplin dan
metode masing-masing. Defenisi lain dari pendekatan multidisipliner, yaitu
pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan berbagai sudut
pandang banyak ilmu yang relevan dengan masalah yang sedang dicarikan
solusinya. Dari penjelasan tentang definisi di atas, dapat disimpulkan dengan
contoh model kajian Islam sebagai objek material, sedangkan ilmu sosial
humaniora sebagai objek formal (pendekatan). Dikatakan multidisipliner, ketika
menggunakan lebih dari satu ilmu sebagai pendekatan dalam mengkaji Islam.19
Pendidikan Islam multidisipliner adalah suatu pendidikan Islam melalui
berbagai pendekatan disiplin ilmu dalam pemecahan suatu masalah pendidikan
agama Islam. Hal ini berarti dengan menggunakan berbagai sudut pandang banyak
ilmu yang relevan (pendekatan historis atau sejarah, antropologi, dan sosiologi).
Dengan demikian diharapkan pendidikan agama Islam mampu mewarnai setiap sisi
kehidupan, tidak monoton sebagai pembelajaran berupa ta’abbud secara ritual
semata. Karakter studi multidisipliner adalah utuh, holistik, dan sangat terbuka
perkembangan terbaru dan terakhir dari berbagai ilmu dan metodologi dari berbagai
disiplin ilmu.
Pendekatan multidisipliner ini memiliki nilai guna yang tinggi. Mapuranga
Barbra dan Phillipa Mutswanga menyatakan bahwa, kegunaan pendekatan
multidisipliner tercermin pada harapan beberapa sumber, yang mengatakan bahwa
ahli-ahli yang bervariasi akan berkolaborasi untuk memberikan masyarakat dengan
dukungan disabilitas untuk menjalani kehidupan yang penuh makna.20 Pendidikan
Islam multisipliner pada dasarnya, merupakan suatu proses mendidikkan ajaran-
ajaran Islam, dengan bantuan tinjauan berbagai perspektif keilmuan yang memiliki
relevansi dengan ajaran-ajaran Islam tersebut dan bekerja sama memecahkan suatu
masalah yang dihadapi pendidikan Islam. Di sini terdapat kerjasama berbagai ilmu
19
Ramadhanita Mustika Sari dan Muhammad Amin, “Implementasi Integrasi Ilmu Interdisipliner
dan Multidisipliner: Studi Kasus di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Jurnal
Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains, Volume 2, (Maret 2020), http://sunankalijaga.org/
prosiding/index.php/kiiis/article/view/409/384, 20 September 2021, 248.
20
Mapuranga Barbra and Phillipa Mutswanga, “The Efectiveness of The Multi-disciplinary
Approach [MDA+ for Leaners with Intellectual Disabilities *IDS+”, International Journal of
Research in Humanities and Social Studies,Vol. 2, Issue 4, April 2015, 32.
12
secara otonom dalam memberikan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Masing-masing ilmu memberikan persepsinya sendiri-sendiri terhadap ajaran-
ajaran Islam, sehingga merefleksikan wawasan yang sangat luas. Hal ini
mengarahkan bahwa multidisipliner tersebut memiliki makna yang signifikan
terhadap pendidikan Islam.21
Adapun pendekatan multidisipliner ketika dilacak akar filsafatnya dapat
ditemukan pada pemikiran filosof Islam dan filosof Arab pertama, Ya’kub Ibn
Ishaq al-Kindi. Ia adalah filosof pertama yang merumuskan konsep keselaran
agama dengan filsafat (al-taufiq bain al-din wa alfalsafah). Konsep ini, selain
mengisi kekosongan dalam filsafat Yunani, juga untuk menyangkal tuduhan bahwa
filsafat itu anti agama. Keselarasan antara agama dan filsafat itu didasarkan pada
tiga hal, yaitu: (1) Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat; (2) Wahyu yang
diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat itu saling berkesesuaian; dan (3)
Menuntut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam agama. Menafsiri ayat-ayat al-
Qur’an makin mudah dengan bantuan berbagai disiplin ilmu (multidisipliner).
Misalnya, sejarah, hukum, ekonomi, sosiologi, psikologi, astronomi, biologi, fisika,
kimia, pendidikan dan sebagainya. Ilmu-ilmu ini sangat dibutuhkan dalam
membantu memahami ayat-ayat yang berkaitan langsung dengan ilmu-ilmu
tersebut.22
Prakteknya, dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an yang membahas
kemasyarakatan sangat membutuhkan sosiologi, dalam membahas ayat mengenai
planet-planet membutuhkan astronomi, dan dalam memahami ayat yang
membicarakan anatomi manusia membutuhkan biologi. Demikian juga dengan
pembahasan aspek-aspek lainnya. Berbagai disiplin ilmu tersebut membantu
memperjelas pemahaman kandungan ayat-ayat al-Qur’an. Berbagai ilmu tersebut
berperan membantu menafsiri ayat-ayat al-Qur’an. Kontribusi ilmu-ilmu tersebut
sangat besar dalam memahami pesan-pesan Tuhan yang terkandung di dalam al-
21
Mujaml Qamar, “Filsafat Pendidikan Islam Multidisipliner”, Prosiding Seminar Nasional Prodi
PAI UMP Tahun 2019, digital.library.ump.ac.id, 25 September 2021, 11.
22
Mujaml Qamar, Filsafat Pendidikan Islam Multidisipliner,11.
13
Qur’an. Tanpa kontribusinya, timbul kesulitan yang luar biasa dalam memahami
pesan-pesan Tuhan yang berada di luar keahlian seseorang pembahas.
Komponen keilmuan lainnya yang terdapat dalam lingkup pendidikan Islam
juga membutuhkan pendalaman melalui pendekatan multidisipliner, baik
komponen ilmu akidah, kalam, akhak, tasawuf, sejarah peradaban Islam, dan
bahasa Arab. Masing-masing komponen keilmuan itu bisa diimplementasikan
dengan menggunakan pendekatan multidisipliner secara operasional, manakala
dilakukan secara maksimal. Apalagi jenis keilmuan lainnya yang berada di luar
kawasan “ilmu-ilmu keislaman murni”, makin membutuhkan pendekatan
multidisipliner. Pendekatan ini semakin dirasakan mendesak pelaksanaannya ketika
menghadapi pesan-pesan Islam yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan umum,
dan dogma yang tersembunyi di balik ketentuan-ketentuan agama Islam.
Sebagai contoh, judul disertasi Hartono (2019), “Strategi Pengembangan
Perpustakaan Digital dalam Membangun Aksesibilatasi Informasi Berbasis Nilai
Islam Multikultural: Studi Kasus pada Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri di
Malang Jawa Timur. Salah satu kesimpulan yang dihasilkan dalam disertasi ini,
yakni adanya integrasi nilai Islam multikultural yang mendasari modernitas
teknologi informasi berbasis humanisme, dan mengembangkan toleransi dalam
membangun kesadaran yang saling menghargai dalam layanan perpustakaan
digital. Dari disertasinya, terdapat integrasi ilmu yang multidisiplinari, yakni antara
ilmu perpustakaan dengan nilai Islam yang bersifat multikultural. Dengan adanya
integrasi keilmuan tersebut, maka kajian perpustakaan yang selama ini seringkali
berkutat pada hal-hal yang teknis, menjadi lebih humanis. Dan bermanfaat untuk
kemajuan peradaban. Apalagi sekarang di zaman modern, banyak hadirnya
perpustakaan digital.23
Konsep Transdisciplinary Studies
Transdisipliner (transdisciplinary) adalah upaya mengembangkan sebuah
teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar
berbagai disiplin. Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah
23
Hartono, Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam Membangun Aksesibilatasi
Informasi Berbasis Nilai Islam Multikultural, Disertasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
14
24
Rahmat, Pendidikan Agama Islam Multidisipliner, 93.
25
Purniadi Putra,” Transdisiplinaritas Dalam Pendidikan Islam”, Jurnal Studi Keislaman, Volume
17, No. 2, (2017), http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/1951, 25
September 2021, 90.
26
Batmang, “Pendekatan Transdisipliner (Suatu Alternatif Pemecahan Masalah Pendidikan)”,
Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 9 No. 2, (Juli-Desember 2016) , https://ejournal.iainkendari.ac.id/al-
tadib/article/view /51248.
15
27
Acheng Rahmat, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana, 2015), 50.
28
Ibid, 51.
16
29
Agus Zaenul Fitri, dkk, Model Pendekatan Multi-Inter-Transdisipliner, 31.
17
30
Ah. Sahaludin dan Iwan Kurniawan, ”Paradigma Transdisiplineritas dalam Pendidikan Islam”,
Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara, Vol. 1, No. 2, (Desember 2020, http://www.jurnal.uinban
ten.ac.id/index.php/jlpn/article/3736/2751/, 25 September 2021, 153.
31
Imam Mawardi, “Pendidikan Islam Transdisipliner Dan Sumber Daya Manusia Indonesia”, Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 28 Nomor 2, (2013), https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jpi/
article/view/547, 25 September 2021, 267.
18
32
Mustanadi, Al-qur’an dan Visi-Visi Transformatif Menangkap Pesan-Pesan Inspiratif Al- Qur’an
tentang Kemajuan, kesetaraan, dan keterbukaan, ( Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2020),
84.
33
Khoirul Anam dan Masdar Hilmy, Kajian Islam Multidisipliner, 55.
19
http://journal.iaincurup.ac.id/index.php /alistinbath/article/view/2253. 20
September 2021. 172
Mustanadi. Al-qur’an dan Visi-Visi Transformatif Menangkap Pesan-Pesan
Inspiratif Al- Qur’an tentang Kemajuan, kesetaraan, dan keterbukaan.
Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2020.
Mustika Sari, Ramadhanita dan Amin, Muhammad. “Implementasi Integrasi Ilmu
Interdisipliner dan Multidisipliner: Studi Kasus di Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta”. Jurnal Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains.
Volume 2. (Maret 2020), http://sunankalijaga.org/ prosiding/index.php/
kiiis/article/view/409/384. 20 September 2021. 248.
Ni’mawati. dkk. “ Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner Dalam
Pendidikan Islam Menghadapi Isu Nasional dan Global: Studi Kasus
Terhadap Isu Covid-19”, Jurnal Ilmu- Ilmu Al- qur’an, Hadits, Syari’ah dan
Tarbiyah, Volume 5. Nomor 1. (2020). https://pps.iiq.ac.id/jurnal/
index.php/MISYKAT/article/view/100/67. 20 September 2021. 103.
Putra, Purniadi. ” Transdisiplinaritas Dalam Pendidikan Islam”, Jurnal Studi
Keislaman, Volume 17. No. 2. (2017), http://ejournal.radenintan.ac.id
/index.php/analisis/article/view/1951. 25 September 2021. 90
Qamar, Mujamil. “Filsafat Pendidikan Islam Multidisipliner”.Prosiding Seminar
Nasional Prodi PAI UMP Tahun 2019. digital.library.ump.ac.id. 25
September 2021.
Rahmat, Acheng. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana, 2015.
Rahmat. Pendidikan Agama Islam Multidisipliner Telaah Teori dan Praktek
Pengembangan PAI di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: LKiS,
2017.
Rapik, Mohamad. “Deradikalisasi Faham Keagamaan Sudut Pandang Islam”.
Jurnal Ilmu Hukum. Volume 7 No 2 (2014). https://online-journal.unja.ac.
id/jimih/article/view/2063. 20 September 2021. 113.
Sahaludin, Ah dan Kurniawan, Iwan. ”Paradigma Transdisiplineritas dalam
Pendidikan Islam”, Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara. Vol. 1. No. 2.
(Desember 2020). http://www.jurnal.uinban ten.ac.id/index.php/jlpn/a
rticle/3736/2751/. 25 September 2021.
Suparlan. ”Metode dan Pendekatan Dalam Kajian Islam”. Jurnal Pendidikan Dasar.
Volume 3 Nomor 1 (2019). https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/fond
atia/article/view/185. 15 September 2021. 85.
Supiana. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI, 2012.
Uyun Rahmawati, Baiq. “Makna Mitos dalam Arus Perubahan pada Muslim
Masyarakat Suku Sasak di Kabupaten Lombok Barat”. Tesis UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2018.
21