Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN STUDI ISLAM: MONODISCIPLINARY STUDIES,

INTERDISCIPLINARY STUDIES, MULTIDISCIPLINARY STUDIES DAN


TRANSDISCIPLINARY STUDIES

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Mata kuliah


Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M. Ag
Disusun Oleh:
Wahidah Ma’rifatunnisa’
NIM. 02040821031

PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2021
1

Pendahuluan
Islam memberikan kebebasan kepada manusia agar menggunakan akalnya
secara maksimal untuk memahami dan mempelajari segala ilmu pengetahuan
khususnya problematika keislaman. Namun kenyataannya, terkadang ada yang
beranggapan bahwa Islam adalah agama yang bersifat sempit. Anggapan ini timbul
karena salah dalam mengartikan hakikat Islam. Mereka memaknai islam hanya
melihat satu sudut pandang saja. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan metodologi
studi islam. Metodologi studi Islam merupakan prosedur yang ditempuh secara
ilmiah, cepat, dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai
aspeknya, baik dari segi sumber ajaran, pemahaman terhadap ajarannya, maupun
sejarahnya. Dalam metodologi studi Islam, terdapat prosedur ilmiah sebagai ciri
pokoknya, yang membedakan dengan studi islam lainnya yang tanpa metodologi. 1
Contoh yang pernah terjadi dalam masyarakat, yaitu munculnya fatwa MUI
(Majelis Ulama Indonesia) tentang “Rokok”, kemudian terbit fatwa bahwa
merokok hukumnya haram dengan alasan dapat menimbulkan penyakit. Kemudian
apakah persoalannya selesai, dan apakah fatwanya dipatuhi?. Ternyata fatwa
tersebut belum menyelesaikan masalah. Karena rokok terkait dengan banyak hal
misalnya: tenaga kerja, ekonomi, kesehatan, bukan semata-mata urusan fikih. Maka
cara menyelesaikannya harus secara komprehensif dan melibatkan banyak pihak.
Peristiwa di atas mungkin saja disebabkan proses pengkajian Islam belum tersusun
secara sistematis dan tidak disampaikan dengan pendekatan serta metode yang
tepat.2
Dari contoh diatas, disimpulkan bahwa kedudukan studi islam ini sangat
penting, karena studi islam ini mengkaji tentang keagamaan. Pada kenyataannya,
studi islam mengajarkan kepada umat islam sebagai kehidupan yang selalu
mengalami perubahan sehingga sifatnya meluas. Dalam studi islam, kita harus
berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadist, karena kita mempelajari apa yang

1
Suparlan,”Metode dan Pendekatan Dalam Kajian Islam”, Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 3
Nomor 1 (2019), https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/fondatia/article/view/185, 15 September
2021, 85.
2
Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI, 2012), 6.
2

dihadapi oleh para filsafat yang telah mengkaji ajaran islam yang telah
menghasilkan bentuk pemahaman dalam studi islam. Tidak hanya mempelajari
mengenai ilmu-ilmu keagamaan, studi islam pada saat sekarang ini juga
mempelajari mengenai ilmu-ilmu yang berkembang pada masa sekarang seperti
ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memahami dan menganalisis dalam studi
islam, diperlukan berbagai pendekatan-pendekatan.
Pendekatan merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris “approach”.
Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijakan landasan kajian sebuah studi
atau penelitian. Pendekatan juga dapat dimaknai sebagai suatu perspektif atau
paradigma dengan mempergunakan disiplin ilmu tertentu, sesuai dengan fenomena
yang menjadi fokus kajian atau studinya. Pendekatan merupakan suatu cara
pandang yang terjadi dalam studi untuk memahami agama. Pendekatan dalam
aplikasinya, lebih mendekati disiplin ilmu, karena tujuan utama pendekatan ini
adalah untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang
dipakai dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri.
Penentuan metode dan pendekatan dalam sebuah penelitian adalah sebuah
kebutuhan yang sangat penting. Hal tersebut dikerenakan, dengan langkah
penentuan itu akan menjadi kejelasan langkah berikutnya. Sedangkan pendekatan
studi islam yaitu cara kerja untuk memudahkan manusia dalam memahami dan
mendalami islam secara tertentu agar tidak terjadi kegagalan.3 Dalam sebuah
penelitian studi islam, kita harus berhadapan dengan berbagai permasalahan. Yang
harus dipergunakan untuk memperjelas dasar, kerangka pikir dan metodologi yang
sesuai dengan penelitian itu sendiri adalah pendekatan yang digunakan.
Pendekatan memegang peranan penting dalam memahami agama islam,
karena penelitian dalam studi islam yang akan dilakukan, perlu memeliki kejelasan
wilayah dan disiplin ilmunya. Ada beberapa pendekatan dalam studi islam seperti
pendekatan sosiologis, antropologis, fenomenologis, historis, dan lain-lain.
Masalah-masalah yang dihadapi dunia islam saat ini sebagaimana contoh diatas,
merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain.

3
Nurliana Damanik, Metodologi Studi Islam, (Medan: Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,2019), 8.
3

Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan
menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan
berbagai disiplin lain yang memperlihatkan berbagai ciri-ciri berbeda, sehingga
dapat dikelompokkan kedalam beberapa model pendekatan, antara lain: pendekatan
monodisipliner (Monodisciplinary Studies), pendekatan interdisipliner
(Interdisciplinary Studies), pendekatan multidisipliner (Multidisciplinary Studies),
dan pendekatan transdisipliner (Transdisciplinary Studies).
Konsep Monodisciplinary Studies
Pendekatan monodisipliner adalah pendekatan dengan suatu ilmu yang
tunggal sudut pandang. Pendekatan ini merupakan sebuah pendekatan yang bahan
pelajarannya bertitik tolak murni berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan
tanpa mempertautkan dengan cabang ilmu lainnya.4 Ciri pokok atau kata kunci dari
pendekatan monodisipliner adalah mono (satu ilmu) atau satunya itu. Pendekatan
monodisiplin sering disebut sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu bentuk atau
model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu, tanpa
menghubungkan dengan struktur ilmu lain. Jadi pengembangan materinya hanya
berdasarkan ciri dan karakterisitik dari bidang studi bersangkutan. Pada intinya,
pendekatan monodisiplin adalah cara pandang yang fokus pada satu disiplin
akademik dan keilmuwan saja untuk suatu masalah tertentu melalui pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pada era monodisipliner, berkembang ideologi kemonodisiplineran yang
disebut (monodisiplinerisme). Monodisiplinerisme mewawasi, melandasi, dan
menggerakkan segenap ilmu-ilmu dalam bekerja. Kerja ilmu dan temuan teori
dikendalikan oleh monodisiplinerisme semata. Dalam bekerja ini, ideologi
monodisiplinerisme ini meyakini empat hal. Pertama, ilmu apapun harus mengejar
tujuan dan kepentingan tertentu yang melekat dalam dirinya sendiri. Kedua, Ilmu
apapun harus bekerja dengan asas disiplin yang ketat dan pasti yang dimilikinya,
dalam batasan cakupan yang ditetapkan asas ketuntasan masalah yang dikaji.
Ketiga, ilmu apapun, bekerja dengan satu teori dan satu metodologi yang sesuai

4
Rahmat, Pendidikan Agama Islam Multidisipliner Telaah Teori dan Praktek Pengembangan PAI
di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: LKiS, 2017), 90.
4

dengan tujuan dan kepentingan monodisipliner. Keempat, ilmu apapun wajib


mengusung objektivitas empiris yang positivis gelar sekaligus tolak ukur yang
tunggal. 5
Dalam dunia keilmuan, setidaknya telah melewati tiga generasi pendekatan
terhadap ilmu pengetahuan. Generasi pertama, era klasik, adalah generasi
monodisiplin. Pada generasi ini ilmuwan puas dengan batang, cabang atau ranting
dari disiplin ilmu yang dikuasainya dan tidak begitu peduli terhadap batang, cabang
dan ranting disiplin ilmu di luar bidang yang dikuasainya. Generasi ini belum atau
bahkan tidak menyadari akan adanya kekurangan yang melekat pada pendekatan
monodisiplin seperti itu. Spesialisasi, bahkan overspecialization adalah ciri
khasnya. Cara pendekatan persoalan dan cara berpikir pada generasi ini mulai
dikritisi oleh generasi yang datang setelahnya. Generasi kedua, era modern, pada
dasarnya juga masih bercorak monodisiplin, tetapi telah mulai ada kesadaran baru
yang mengingatkan bahwa ada kekurangan yang melekat pada pendekatan
monodisiplin. Namun, secara tegas belum berani keluar dari cara berpikir dengan
paradigma lama tersebut.
Generasi ketiga dengan tegas mengkritik dan meninggalkan model
pendekatan generasi pertama dan kedua yang dipraktikkan secara kaku. Generasi
ketiga adalah generasi pendekatan keilmuan yang bercorak inter, multi dan
transdisiplin. Orang mulai sadar bahwa permasalahan yang dihadapi oleh alam
semesta, seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan hidup dan persoalan yang
dihadapi oleh manusia, seperti fenomena lunturnya nilai-nilai, pendidikan karakter,
pendidikan nilai, penanggulangan korupsi, kolusi dan nepotisme, juga kasus-kasus
radikalisme, terorisme dan kekerasan yang mengatasnamakan agama yang sedang
merebak sekarang ini tidak bisa dan tidak mungkin dapat diselesaikan dengan hanya

5
Ni’mawati,dkk “ Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner Dalam Pendidikan Islam
Menghadapi Isu Nasional dan Global: Studi Kasus Terhadap Isu Covid-19”, Jurnal Ilmu- Ilmu Al-
qur’an, Hadits, Syari’ah dan Tarbiyah, Volume 5, Nomor 1, (2020), https://pps.iiq.ac.id/jurnal/
index.php/MISYKAT/article/view/100/67, 20 September 2021, 103.
5

menggunakan pendekatan monodisiplin. Persoalan-persoalan ini memerlukan kerja


sama antar berbagai disiplin ilmu pengetahuan. 6
Pendekatan monodisiplin sejak berabad-abad yang lalu telah memperoleh
pengakuan, yaitu dengan dihasilkannya berbagai temuan dalam kaitannya dengan
proses penelitian secara empiris, tetapi perlu dipahami bahwa manusia memerlukan
pemahaman lain dengan cara-cara yang lain. Menurut Khun, ilmu pengetahuan
berkembang secara evolutif. Secara pragmatis, pada saat tertentu, ilmu pengetahuan
mencapai titik puncak dan pada akhirnya terjadi revolusi. Pada saat tertentu juga,
pengetahuan mencapai stagnasi, pada saat itulah diperlukan cara-cara pemecahan
lain yaitu interdisiplin, multidisiplin dan transdisiplin. 7
Dalam memecahkan masalah apalagi yang berhubungan dengan dunia
keislaman, jika kita hanya menggunakan monodisiplin, kita akan berhadapan
dengan berbagai kelemahan yang muncul dimana kita hanya memahami disiplin
ilmu itu saja tanpa memahami disiplin ilmu lain yang dapat dimanfaatkan untuk
melengkapi disiplin ilmu yang kita pahami. Dalam jurnal yang ditulis oleh
Mohamad Rapik dengan judul “Deradikalisasi Faham Keagamaan Sudut Pandang
Islam” mengatakan bahwa, jika dalam memahami islam hanya berdasarkan satu
sudut pandang, maka yang akan terjadi adalah munculnya golongan-golongan yang
bersifat radikal. Karena salah satu penyebab utama dari munculnya radikalisme
agama adalah pemahaman akan agama itu sendiri.
Aksi-aksi radikal tersebut, jelas didasarkan pada pandangan agama yang
simplistis. Pandangan tersebut menjadi bermasalah karena tidak mampu
mengkomparasikan antara cita ideal ayat-ayat Allah dan realitas di lapangan.
Mereka tidak mampu mendialogkan antara nilai moral yang terdapat dalam agama
maupun fakta di lapangan. Menyangkut hal ini, tidak jarang terdapat pertentangan
antara yang ideal yang nyata, antara cita dan fakta, atau antara teks dan konteks
lantaran pemahaman yang teramat kaku dan linier. Akibatnya, pandangan semacam

6
Aiman Faiz,”Pendidikan nilai dan karakter dalam perspektif pendidikan umum di perguruan
tinggi”, Jurnal Kajian Pendidikan Umum, Vol. 18 No. 2 (2020), https://ejournal.upi.edu/index
.php/SosioReligi/article/view/28726, 20 September 2021, 5-6.
7
Rahmat, Pendidikan Islam Multidisipliner, 91.
6

ini seringkali terpatahkan oleh realitas sosial yang senantiasa berubah yang
memang merupakan sunnatullah yang tidak dapat diubah. 8
Di dalam dunia akademik saat ini, ditandai dengan keberadaan disiplin ilmu
yang saling terpisah namun saling berintegrasi. Integrasi merupakan kata kunci
yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman. Pendekatan dengan
memanfaatkan disiplin tunggal atau monodisiplin tidak lagi dapat memberikan
kontribusi yang optimal terhadap upaya-upaya yang diperlukan untuk mengatasi
masalah yang bersifat global dan menjadi semakin rumit. Contohnya adalah dalam
penelitian disertasi yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa S3 UIN Sunan Ampel
Surabaya yang awalnya berjudul “Diaspora Muslim Bawean Abad XIX-XX di Asia
Tenggara sebagai Kultur Keislaman Nusanatara”.
Dari judul disertasi tersebut, mahasiswa masih menggunakan satu sudut
pandang atau satu pendekatan, yaitu pendekatan historis. Mahasiswa tersebut
disarankan oleh dosen pembimbing untuk mengganti judul dengan pendekatan
multidisiplin, maka judul seharusnya diganti menjadi “DIASPORA MUSLIM
BAWEAN DI ASIA TENGGARA Kajian Historis Sosiologis dan Budaya atas
Tradisi Merantau Muslim Bawean dan Kontribusinya terhadap Kemajuan Ekonomi
dan Pendidikan Masyarakat Bawean Kontemporer”. Dari Judul itu tampak bahwa
kajian terhadap Muslim Bawean didekati dengan perspektif keilmuan 1) Historis 2)
Sosiologis 3) Budaya 4) Ekonomi 4) Pendidikan. Penelitian dengan empat
pendekatan tersebut tentunya lebih memberi manfaat untuk kedepannya, daripada
hanya melihat dari sudut pandang historisnya saja. 9
Konsep Interdisciplinary Studies
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antarsatu atau dua
disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-
program penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan

8
Mohamad Rapik, “Deradikalisasi Faham Keagamaan Sudut Pandang Islam”, Jurnal Ilmu Hukum,
Volume 7 No 2 (2014), https://online-journal.unja.ac.id/jimih/article/view/2063, 20 September
2021, 113.
9
Khoirul Anam dan Masdar Hilmy, Kajian Islam Multidisipliner, (Surabaya: UIN SUNAN AMPEL
PRESS,2020), 37
7

analisis.10 Menurut Klein (1990), studi interdisipliner dilakukan pendidik, peneliti,


dan banyak praktisi karena studi itu dapat menjawab situasi yang kompleks,
menjawab permasalahan yang luas, meneliti hubungan antardisiplin, menjawab
masalah yang ada di luar lingkup salah satu disiplin yang ada, dan mendapatkan
keutuhan pengetahuan, baik dalam skala terbatas maupun luas.11Dalam
memecahkan masalah, pendekatan model ini menggunakan tinjauan berbagai sudut
pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu.
Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan interdisipliner ini adalah inter
(terpadu antarilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau terpadunya itu. Yang
dimaksud dengan ilmu serumpun adalah ilmu-ilmu yang berada dalam rumpun ilmu
tertentu. Sebagai alternatif ilmu yang relevan maksudnya, ilmu-ilmu yang cocok
digunakan dalam pemecahan suatu masalah. Ilmu serumpun juga banyak versinya.
Misalnya rumpun Ilmu Agama, rumpun Ilmu Sosial-Humaniora, rumpun Ilmu
Pasti. Rumpun ini dapat juga lebih rinci menjadi rumpun Ilmu Hukum, rumpun
Ilmu Sosial, rumpun Ilmu Ilmu Jiwa dan semacanya.
Contohnya adalah dalam konteks pendidikan islam, maka bisa dilihat
problem yang terjadi didalamnya seperti ilmu yang berkenaan dengan lembaga dan
kebijakan pendidikan islam, yang dapat menggunakan ilmu manajemen
pendidikan. Contoh lain, misalnya, ilmu sosial membutuhkan psikologi, maka
12
muncullah ilmu psikologi sosial. Adapun istilah terpadu, yang dimaksud yaitu
ilmu-ilmu yang digunakan dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini
terjalin satu sama lain secara tersirat (implicit), yang merupakan suatu kebulatan
atau kesatuan pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap sub-sub uraiannya
kalau pembahasan atau uraian itu terdiri atas sub-sub uraian.13

10
Agus Zaenul Fitri, dkk, Model Pendekatan Multi-Inter-Transdisipliner Dalam Pembelajaran
Berbasis Kurikulum KKNI, (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2020), 22.
11
Tanya Augsburg and Stuart Henry, The Politics of Interdisciplinary Studies Essays on
Transformations in American Undergraduate Programs, (Amerika: McFarland & Company, Inc,
2009), 9.
12
Rahmat, Pendidikan Islam Multidisipliner, 92.
13
Setya Yuwana Sudikan, “Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, dan Transdisipliner Dalam
Studi Sastra”, Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya, Volume 2 No 1 (2018), https:
//journal.unesa.ac.id/index.php/paramasastra/article/view/1496, 15 September 2021), 4.
8

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan


interdisipliner adalah pendekatan dalam memecahkan suatu masalah dengan
menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun, yang relevan atau
tepat, guna secara terpadu sehingga interdisiplin menunjukkan adanya interaksi
intensif antara satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun
tidak, melalui program pengajaran, dan penelitian dengan tujuan melakukan
integrasi konsep, metode dan analisis. Pada interdisipliner, para ahli saling bertukar
pendapat agar mendapatkan wawasan mengenai cara berpikir ahli dari keilmuan
lainnya.
Pentingnya pendekatan ini, didasarkan pada keterbatasan dari hasil-hasil
penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Dalam studi
misalnya, menggunakan pendekatan sosiologis, historis dan normatif secara
bersamaan. Misalnya dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah
Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi
dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah
dengan pendekatan hermeneutik misalnya. Contohnya, jika seseorang melakukan
kajian terhadap topik sosiologi hukum Islam, dengan menggunakan sudut pandang
keilmuan sosiologi dan sudut pandang keilmuan hukum Islam, maka ia sejatinya
telah melakukan kajian Islam interdisipliner.14
Dalam pendekatan interdisipliner yang diperlukan adalah bagaimana
menciptakan pemikir/ peneliti yang memiliki keahlian di bidang keilmuan Islam,
tetapi juga memiliki kemampuan dalam menganalisa problem-problem sosial.
Bagaimanapun, Islam sebagai agama harus berdialog dengan realitas kehidupan
yang kongkrit, yang persoalan-persoalannya perlu didekati dengan perspektif-
perspektif keilmuan yang berkembang. Menurut Qomarudin Hidayat, apa yang kita
kenal dengan interdisipliner, sebetulnya bukan hal yang baru dalam khazanah
Islam. Dalam proses pewahyuan al-Qur’an yang diturunkan secara berangsur-
angsur, misalnya kita melihat bahwa sejumlah ayat al-Qur’an pada masa Rasulullah

14
Khoirul Niam dan Masdar Hilmi, Kajian Islam Multidisipliner, 36.
9

Saw. itu segera menjadi wacana publik dan berpengaruh luas dalam semua segi
kehidupan masyarakat Islam saat itu.
Dengan kata lain, ayat-ayat ini langsung bersentuhan dengan problem-
problem kehidupan masyarakat pada level yang sangat kongkrit. Ini menunjukkan
bahwa al-Qur’an memiliki karakter terbuka, bahwa ayat-ayat al-Qur’an
membicarakan problem-problem yang ada di masyarakat dalam totalitasnya yang
utuh, bukan hanya menyangkut salah satu dimensinya saja. Maka, kalau kita mau
mengikuti contoh Rasulullah Saw. dalam menerapkan ajaran al-Qur’an, mau tidak
mau kita harus mempelajari al-Qur’an dengan mendialogkannya dengan problem-
problem kehidupan. Mendialogkannya dengan problem-problem kehidupan riil
berarti melihat ajaran Islam dengan multi perspektif. Islam yang dikaji secara
interdisipliner merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan dalam kajian
Islam, sehingga Islam dapat memberikan kontribusi wacana dalam memecahkan
problem-problem yang terjadi di tengah masyarakat secara praktis 15
Dalam jurnal yang ditulis oleh Ni’mawati dan lain-lain dengan judul
“Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner Dalam Pendidikan Islam
Menghadapi Isu Nasional Dan Global: Studi Kasus Terhadap Isu Covid-19”
menyebutkan bahwa ternyata dalam menghadapi pandemi covid 19 seperti saat ini,
satu bidang keilmuan saja tidak mungkin menjawab persoalan hidup yang
sesunggunya bersifat kompleks dan saling berkaitan. Tidak hanya dapat
diselesaikan dengan fiqh saja, teologi saja, ekonomi saja, matematika saja dan
seterusnya, tetapi membutuhkan penanganan atau pendekatan interdisipliner.
Untuk memahami lebih komprehensif tentang Covid-19, perlu memahaminya
dengan kajian virologi yaitu ilmu tentang virus. Selain cabang ilmu Virologi, riset
interdisipliner tentang Covid-19 yang sangat relevan adalah bidang ilmu kesehatan
masyarakat. Selain itu, jika dikaji menurut sudut pandang pandemi dalam al-qur’an,
maka dapat menggunakan sudut pandang disiplin ilmu agama islam, hadis, ilmu
tafsir, fiqih dan ilmu kalam. 16

15
Saifuddin Mujtaba,dkk,” Studi Islam Interdisipliner: Sebuah Keniscayaan”, Jurnal Studi
Keislaman, Volume 2, nomor 2 (September 2015), http://journal.iaincurup.ac.id/index.php
/alistinbath/article/view/2253, 20 September 2021, 172.
16
Ni’mawati,dkk “ Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner”, 121.
10

Sedangkan dalam tesis yang ditulis oleh Baiq Uyun Rahmawati (2018)
dengan judul “Makna Mitos dalam Arus Perubahan pada Muslim Masyarakat Suku
Sasak di Kabupaten Lombok Barat.” Tesis ini memberikan kesimpulan bahwa pada
awalnya masyarakat suku Sasak mempertimbangkan mitos sebagai sesuatu yang
keramat, sehingga mereka tidak berupaya untuk melanggarnya. Bertahannya mitos,
selain melibatkan pemahaman agama Islam yang tidak sempurna, juga karena
menghubungkan sosial budaya yang dilakukan tuan guru dalam pembahasan Islam.
Keberadaan mitos tersebut tetap bertahan lama karena di support oleh tokoh agama,
tokoh adat dan pemerintah setempat. Tetapi seiring berjalan berkembangnya zaman
dan terjadinya modernisasi di masyarakat suku Sasak, maka terjadi pemaknaan
ulang mitos. Hal ini disebabkan oleh perubahan keyakinan dan perubahan pola
sosial karena modernitas. Dalam tesisnya Baiq Uyun Rahmawati tersebut, adanya
integrasi keilmuan yang interdisiplinary, yakni berupa ilmu agama Islam dengan
antropologi agama.17
Konsep Multidisciplinary Studies
Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan beberapa disiplin
untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Ciri pokok atau kata kunci dari
pendekatan multidisipliner ini adalah multi (banyak ilmu). Pendekatan
Multidisiplin menyarankan penelitian dengan melibatkan lebih dari dua ilmu yang
berbeda dan digunakan untuk menganalisis masalah yang sama. Multidisipliner
adalah pengkajian terhadap topik keislaman tertentu dari sudut pandang rumpun
keilmuan, semisal rumpun keilmuan sosial humaniora. Ia mencontohkan, jika
seseorang melakukan kajian keislaman dengan melihatnya dari sudut politik,
ekonomi, sosiologi, dan histori, maka ia telah melakukan kajian keislaman
multidisipliner. 18
Kajian multidisipliner berupaya membangun kerjasama antara ilmu
pengetahuan yang masing-masing tetap berdiri sendiri, dengan metode sendiri-
sendiri. Makna lainnya, kajian multidisipliner adalah kajian interkoneksi antara satu

17
Baiq Uyun Rahmawati, “Makna Mitos dalam Arus Perubahan pada Muslim Masyarakat Suku
Sasak di Kabupaten Lombok Barat”, Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018,96.
18
Khoirul Niam dan Masdar Hilmi, Kajian Islam Multidisipliner, 35.
11

ilmu dengan ilmu lain, namun masing-masing bekerja berdasarkan disiplin dan
metode masing-masing. Defenisi lain dari pendekatan multidisipliner, yaitu
pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan berbagai sudut
pandang banyak ilmu yang relevan dengan masalah yang sedang dicarikan
solusinya. Dari penjelasan tentang definisi di atas, dapat disimpulkan dengan
contoh model kajian Islam sebagai objek material, sedangkan ilmu sosial
humaniora sebagai objek formal (pendekatan). Dikatakan multidisipliner, ketika
menggunakan lebih dari satu ilmu sebagai pendekatan dalam mengkaji Islam.19
Pendidikan Islam multidisipliner adalah suatu pendidikan Islam melalui
berbagai pendekatan disiplin ilmu dalam pemecahan suatu masalah pendidikan
agama Islam. Hal ini berarti dengan menggunakan berbagai sudut pandang banyak
ilmu yang relevan (pendekatan historis atau sejarah, antropologi, dan sosiologi).
Dengan demikian diharapkan pendidikan agama Islam mampu mewarnai setiap sisi
kehidupan, tidak monoton sebagai pembelajaran berupa ta’abbud secara ritual
semata. Karakter studi multidisipliner adalah utuh, holistik, dan sangat terbuka
perkembangan terbaru dan terakhir dari berbagai ilmu dan metodologi dari berbagai
disiplin ilmu.
Pendekatan multidisipliner ini memiliki nilai guna yang tinggi. Mapuranga
Barbra dan Phillipa Mutswanga menyatakan bahwa, kegunaan pendekatan
multidisipliner tercermin pada harapan beberapa sumber, yang mengatakan bahwa
ahli-ahli yang bervariasi akan berkolaborasi untuk memberikan masyarakat dengan
dukungan disabilitas untuk menjalani kehidupan yang penuh makna.20 Pendidikan
Islam multisipliner pada dasarnya, merupakan suatu proses mendidikkan ajaran-
ajaran Islam, dengan bantuan tinjauan berbagai perspektif keilmuan yang memiliki
relevansi dengan ajaran-ajaran Islam tersebut dan bekerja sama memecahkan suatu
masalah yang dihadapi pendidikan Islam. Di sini terdapat kerjasama berbagai ilmu

19
Ramadhanita Mustika Sari dan Muhammad Amin, “Implementasi Integrasi Ilmu Interdisipliner
dan Multidisipliner: Studi Kasus di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Jurnal
Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains, Volume 2, (Maret 2020), http://sunankalijaga.org/
prosiding/index.php/kiiis/article/view/409/384, 20 September 2021, 248.
20
Mapuranga Barbra and Phillipa Mutswanga, “The Efectiveness of The Multi-disciplinary
Approach [MDA+ for Leaners with Intellectual Disabilities *IDS+”, International Journal of
Research in Humanities and Social Studies,Vol. 2, Issue 4, April 2015, 32.
12

secara otonom dalam memberikan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Masing-masing ilmu memberikan persepsinya sendiri-sendiri terhadap ajaran-
ajaran Islam, sehingga merefleksikan wawasan yang sangat luas. Hal ini
mengarahkan bahwa multidisipliner tersebut memiliki makna yang signifikan
terhadap pendidikan Islam.21
Adapun pendekatan multidisipliner ketika dilacak akar filsafatnya dapat
ditemukan pada pemikiran filosof Islam dan filosof Arab pertama, Ya’kub Ibn
Ishaq al-Kindi. Ia adalah filosof pertama yang merumuskan konsep keselaran
agama dengan filsafat (al-taufiq bain al-din wa alfalsafah). Konsep ini, selain
mengisi kekosongan dalam filsafat Yunani, juga untuk menyangkal tuduhan bahwa
filsafat itu anti agama. Keselarasan antara agama dan filsafat itu didasarkan pada
tiga hal, yaitu: (1) Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat; (2) Wahyu yang
diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat itu saling berkesesuaian; dan (3)
Menuntut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam agama. Menafsiri ayat-ayat al-
Qur’an makin mudah dengan bantuan berbagai disiplin ilmu (multidisipliner).
Misalnya, sejarah, hukum, ekonomi, sosiologi, psikologi, astronomi, biologi, fisika,
kimia, pendidikan dan sebagainya. Ilmu-ilmu ini sangat dibutuhkan dalam
membantu memahami ayat-ayat yang berkaitan langsung dengan ilmu-ilmu
tersebut.22
Prakteknya, dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an yang membahas
kemasyarakatan sangat membutuhkan sosiologi, dalam membahas ayat mengenai
planet-planet membutuhkan astronomi, dan dalam memahami ayat yang
membicarakan anatomi manusia membutuhkan biologi. Demikian juga dengan
pembahasan aspek-aspek lainnya. Berbagai disiplin ilmu tersebut membantu
memperjelas pemahaman kandungan ayat-ayat al-Qur’an. Berbagai ilmu tersebut
berperan membantu menafsiri ayat-ayat al-Qur’an. Kontribusi ilmu-ilmu tersebut
sangat besar dalam memahami pesan-pesan Tuhan yang terkandung di dalam al-

21
Mujaml Qamar, “Filsafat Pendidikan Islam Multidisipliner”, Prosiding Seminar Nasional Prodi
PAI UMP Tahun 2019, digital.library.ump.ac.id, 25 September 2021, 11.
22
Mujaml Qamar, Filsafat Pendidikan Islam Multidisipliner,11.
13

Qur’an. Tanpa kontribusinya, timbul kesulitan yang luar biasa dalam memahami
pesan-pesan Tuhan yang berada di luar keahlian seseorang pembahas.
Komponen keilmuan lainnya yang terdapat dalam lingkup pendidikan Islam
juga membutuhkan pendalaman melalui pendekatan multidisipliner, baik
komponen ilmu akidah, kalam, akhak, tasawuf, sejarah peradaban Islam, dan
bahasa Arab. Masing-masing komponen keilmuan itu bisa diimplementasikan
dengan menggunakan pendekatan multidisipliner secara operasional, manakala
dilakukan secara maksimal. Apalagi jenis keilmuan lainnya yang berada di luar
kawasan “ilmu-ilmu keislaman murni”, makin membutuhkan pendekatan
multidisipliner. Pendekatan ini semakin dirasakan mendesak pelaksanaannya ketika
menghadapi pesan-pesan Islam yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan umum,
dan dogma yang tersembunyi di balik ketentuan-ketentuan agama Islam.
Sebagai contoh, judul disertasi Hartono (2019), “Strategi Pengembangan
Perpustakaan Digital dalam Membangun Aksesibilatasi Informasi Berbasis Nilai
Islam Multikultural: Studi Kasus pada Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri di
Malang Jawa Timur. Salah satu kesimpulan yang dihasilkan dalam disertasi ini,
yakni adanya integrasi nilai Islam multikultural yang mendasari modernitas
teknologi informasi berbasis humanisme, dan mengembangkan toleransi dalam
membangun kesadaran yang saling menghargai dalam layanan perpustakaan
digital. Dari disertasinya, terdapat integrasi ilmu yang multidisiplinari, yakni antara
ilmu perpustakaan dengan nilai Islam yang bersifat multikultural. Dengan adanya
integrasi keilmuan tersebut, maka kajian perpustakaan yang selama ini seringkali
berkutat pada hal-hal yang teknis, menjadi lebih humanis. Dan bermanfaat untuk
kemajuan peradaban. Apalagi sekarang di zaman modern, banyak hadirnya
perpustakaan digital.23
Konsep Transdisciplinary Studies
Transdisipliner (transdisciplinary) adalah upaya mengembangkan sebuah
teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar
berbagai disiplin. Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah

23
Hartono, Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam Membangun Aksesibilatasi
Informasi Berbasis Nilai Islam Multikultural, Disertasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
14

pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu


yang relatif dikuasai dan relevan dengan masalah yang akan dipecahkan tetapi
berada di luar keahlian sebagai hasil pendidikan formal (formal education) dari
orang yang memecahkan masalah tersebut. Ilmu yang berada di luar keahlian yang
akan digunakan oleh seseorang itu bisa satu atau lebih ilmu.24
Ciri utama dari trandisipliner adalah adanya integrasi multidisipliner yang
dipakai untuk membahas suatu masalah yang kompleks yang bermuara pada
penemuan teori baru.25 Pendekatan trandisipliner dalam penggunaanya dilakukan
untuk mencapai sasaran, yaitu bagaimana menghadapi aspek realitas, bagaimana
memahami isu-isu global yang kompleks, bagaimana mendorong sinergi antar
disiplin ilmu, dan bagaimana membangun kerjasama antar ahli dari berbagai sektor.
26
Transdisiplinaritas berupaya bagaimana melakukan apa yang ingin kita lakukan
terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan berbagai disiplin ilmu yang
ada. Jika kita balik, dapat pula kita rumuskan konsep transdisiplinaritas dengan kata
lain bahwa, dengan memanfaatkan beberapa disiplin ilmu, kita dapat melakukan
apa yang ingin kita lakukan sebagaimana seharusnya kita melakukannya.
Dalam studi transdisiplin, dimulai dari masalah dan secara bersama-sama
menggunakan berbagai disiplin lain berupaya memecahkan masalah tersebut.
Pendekatan transdisiplin memiliki perbedaan dengan pendekatan multidisiplin dan
interdisiplin. Pendekatan multidisiplin dan interdisiplin memperlihatkan disiplin
yang tersegmentasi. Kedua pendekatan ini, multidisiplin dan interdisiplin, tidak
memiliki konsep integrasi yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap masalah yang ada. Pendekatan multidisiplin masih memperlihatkan unsur-
unsur monodisiplin didalamnya. Baik pendekatan interdisiplin maupun
multidisiplin belum memperlihatkan adanya keluasan pemikiran yang terintegrasi

24
Rahmat, Pendidikan Agama Islam Multidisipliner, 93.
25
Purniadi Putra,” Transdisiplinaritas Dalam Pendidikan Islam”, Jurnal Studi Keislaman, Volume
17, No. 2, (2017), http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/1951, 25
September 2021, 90.
26
Batmang, “Pendekatan Transdisipliner (Suatu Alternatif Pemecahan Masalah Pendidikan)”,
Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 9 No. 2, (Juli-Desember 2016) , https://ejournal.iainkendari.ac.id/al-
tadib/article/view /51248.
15

yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang bersifat global dan


kompleks.27
Dalam transdisipliner, dengan pendekatan dan metode yang dikembangkan
bersama dengan mengintegrasikan dan mengubah bidang pengetahuan dari
berbagai perspektif dan memahami masalah secara kompleks dengan
mentransformasi pengetahuan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam upaya
menyelesaikan sebuah persoalan global, hendaknya diupayakan adanya dialog antar
disiplin ilmu pengetahuan. Implementasi transdisiplin diasumsikan sebagai upaya
kooperatif para ilmuwan dalam mendudukkan persoalan-persoalan yang
menyangkut kehidupan manusia, sehingga melalui dialog tersebut dapat dicapai
analisis praksis berdasarkan metode yang dikembangkan masing-masing disiplin
ilmu tersebut karena masing-masing disiplin ilmu memiliki keunggulannya sendiri-
sendiri dalam mengatasi problem global.
Pendekatan transdisiplin dapat dipandang sebagai ruang intelektual atau
“intellectual space” yang merupakan wilayah tempat isu-isu yang dibahas saling
dikaitkan, dieksplorasi, dan dibuka untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik.
Dalam ruang intelektual, isu-isu dibahas dan juga dipikir ulang (rethinking) serta
dianalisis untuk dapat diimplementasikan. Transdisiplin mempunyai kesamaan
makna dengan transektoralitas yang juga memerlukan kajian. Tujuan dari
pendekatan trandisiplin adalah untuk membangun pandangan-pandangan yang
diperlukan untuk mengeksplorasi makna baru dan sebuah sinergi.28
Penggunaan pendekatan transdisiplin dilakukan untuk mencapai sasaran
yaitu: 1) Bagaimana menghadapi aspek-aspek realitas; 2) Bagaimana memahami
isu-isu global dan kompleks; 3) Bagaimana mendorong sinergi antar disiplin; 4)
Bagaimana menggalang kerjasama antarahli berbagai sektor. Implementasi
transdisiplin mengandung makna, adanya kerja kooperatif atau sinergi di antara
orang-orang dan sektor-sektor yang terlibat di dalamnya. Penerapan transdisiplin
digunakan untuk mencapai sesuatu di luar dimensi kuantitatif. Adanya sinergi

27
Acheng Rahmat, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana, 2015), 50.
28
Ibid, 51.
16

dalam konsep transdisiplin dimaksudkan untuk mencapai tingkat harmoni yang


lebih tinggi dari integrasi ilmu pengetahuan yang disebut dengan simponi.
Transdisiplin mempunyai manfaat tidak hanya digunakan untuk
menghadapai masalah-masalah kompleks semata, tapi juga untuk melibat adanya
problem baru yang muncul akibat dari analisis yang mendalam dari proses
interdisiplin. Perbedaan penting antara interdisiplin dan transdisiplin adalah sebagai
berikut, dalam pendekatan interdisiplin analisis masalah yang dihadapi dilakukan
secara paralel, sedangkan dalam pendekatan transdisiplin, disiplin yang terlibat di
dalamnya menawarkan pendekatan yang spesifik dan bahkan asumsi dasar untuk
menciptakan dialog untuk memahami isu-isu kompleks yang sedang dihadapi.
Transdisiplin dengan kata lain merupakan upaya gabungan untuk memahami
masalah global yang sering bersifat kompleks.
Apabila diterapkan dalam dunia pendidikan, implementasi dari pendekatan
transdisiplin adalah sebagai berikut: jika interdisipliner, mencoba mengintegrasikan
tema dalam beberapa mata pelajaran. Kemudian multidisipliner, mengasumsikan
adanya pembahasan suatu tema melalui sudut pandang bidang keilmuwan masing-
masing. Maka trandisipliner melihat tema bukan hanya dari perspektif
matapelajaran akan tetapi juga dari persektif konteks dan kebutuhan peserta didik
berdasarkan bakat dan minatnya. Transdisipliner juga memiliki makna sebagai
suatu penelitian lintas disiplin untuk menciptakan pendekatan yang
utuh/menyeluruh/holitistik.29
Pendidikan transdisipliner memiliki pandangan bahwa, kepentingan umat
manusia adalah kepentingan utama dan bukan kepentingan disiplin ilmu. Disiplin
ilmu tidak boleh menjadi pembatas kotak cara berfikir, bersikap dan bertindak
seseorang. Disiplin ilmu yang diajarkan harus bersifat terbuka dan kebenaran yang
diajarkan selalu berkembang. Penekanan pada aspek manusia ini bukan suatu yang
baru dalam pendidikan tetapi dominasi penguasaan “scholastic knowledge” yang
mendominasi kepedulian pada unsur manusia tersebut. Demikian juga
transdisiplinaritas dalam pendidikan, makna yang digali dan dikembangkannya

29
Agus Zaenul Fitri, dkk, Model Pendekatan Multi-Inter-Transdisipliner, 31.
17

berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia yang berkesinambungan.


Oleh karenanya dengan pendekatan transdisiplinaritas ini, pendidikan dapat
menjadi salah satu alternatif memecahkan kebuntuan keilmuan melalui sebuah
proses perbaikan dan penyesuaian dengan lintas disiplin ilmu yang
dikembangkan.30
Orientasi pendidikan Islam transdisipliner, berupaya menjawab segala
tantangan seiring dengan perkembangan zaman. Pengembangan kurikulum
pendidikan Islam transdisipliner harus dikembangkan secara holistik agar dapat
mengembangkan potensi-potensi SDM yang ada baik ilmu, kepribadian maupun
kehidupan sosial. Analisis paradigmatik pendidikan Islam transdisipliner dalam
rangka pengembangan SDM yang unggul dan berkarakter harus menonjolkan pada
keutuhan spiritual yang mewarnai dinamika perkembangan berbagai disiplin
keilmuan, berdasar pada kaidah tidak hanya teoretis tetapi juga praktis.31
Jika dalam lingkup perguruan tinggi, orientasi daripada pendekatan
transdisiplin dapat dilihat dari visi-misi perguruan tinggi islam, salah satunya UIN
Sunan Ampel Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari paradigma keilmuannya
yaitu: Uinsa mengembangkan paradigma keilmuan dengan model menara kembar
tersambung (integrated Twin Tower). Model ini merupakan pandangan integrasi
akademik bahwa ilmu-ilmu keislaman, sosial humaniora, serta sains dan teknologi
berkembang sesuai karakter, menyapa bertemu, dan mengaitkan diri satu sama lain
dalam satu pertumbuhan yang terkoneksi. Model ini bergerak bukan dalam
kerangka Islamisasi ilmu pengetahuan, melainkan Islamisasi nalar yang dibutuhkan
dalam rangka terciptanya tata keilmuan, yang saling melengkapi antara ilmu
keislaman, sosial humaniora, serta sains dan teknologi. Dengan demikian
paradigma di atas memberikan gambaran yang jelas tentang pendekatan

30
Ah. Sahaludin dan Iwan Kurniawan, ”Paradigma Transdisiplineritas dalam Pendidikan Islam”,
Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara, Vol. 1, No. 2, (Desember 2020, http://www.jurnal.uinban
ten.ac.id/index.php/jlpn/article/3736/2751/, 25 September 2021, 153.
31
Imam Mawardi, “Pendidikan Islam Transdisipliner Dan Sumber Daya Manusia Indonesia”, Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 28 Nomor 2, (2013), https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jpi/
article/view/547, 25 September 2021, 267.
18

transdisipliner.32 Pernyataan tersebut sejalan dengan visi UIN Sunan Ampel


sebagaimana tertuang dalam buku pedoman penyelenggaraan pendidikan
pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, dalam visi tersebut disebutkan bahwa,
visi program doktoral adalah menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keislaman inter, multi
dan transdisipliner yang unggul dan kompetitif bertaraf internasional pada tahun
2021.33
Kesimpulan
Pendekatan merupakan suatu cara pandang atau paradigma yang terjadi
yang ada dalam studi untuk memahami agama. Hal tersebut karena penelitian dalam
studi islam yang akan dilakukan, perlu memeliki kejelasan wilayah dan disiplin
ilmunya. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan
menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan
berbagai disiplin lain yang memperlihatkan berbagai ciri-ciri berbeda, sehingga
dapat dikelompokkan kedalam beberapa model pendekatan, antara lain: pendekatan
monodisipliner (Monodisciplinary Studies), pendekatan interdisipliner
(Interdisciplinary Studies), pendekatan multidisipliner (Multidisciplinary Studies),
dan pendekatan transdisipliner (Transdisciplinary Studies).
Pendekatan monodisipliner adalah pendekatan dengan suatu ilmu yang
tunggal sudut pandang. Pendekatan dengan memanfaatkan disiplin tunggal atau
monodisiplin tidak lagi dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap upaya-
upaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang bersifat global dan menjadi
semakin rumit. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan
suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu
serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Pendekatan multidisipliner
adalah penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah
tertentu. Pendekatan transdisipliner adalah upaya mengembangkan sebuah teori
atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai
disiplin.

32
Mustanadi, Al-qur’an dan Visi-Visi Transformatif Menangkap Pesan-Pesan Inspiratif Al- Qur’an
tentang Kemajuan, kesetaraan, dan keterbukaan, ( Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2020),
84.
33
Khoirul Anam dan Masdar Hilmy, Kajian Islam Multidisipliner, 55.
19

Dari keempat pendekatan dapat ditemukan perbedaannya yaitu:


monodisiplin adalah suatu pendekatan yang bahan pelajarannya tanpa
mempertautkan dengan cabang ilmu lainnya. Interdisipliner adalah interaksi
intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun
yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan
melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis. Multidisipliner adalah
penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu.
Transdisipliner adalah upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru
dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin.
Daftar Pustaka
Augsburg Tanya. and Henry, Stuart. The Politics of Interdisciplinary Studies Essays
on Transformations in American Undergraduate Programs. Amerika:
McFarland & Company, Inc, 2009.
Barbra, Mapuranga and Mutswanga, Phillipa. “The Efectiveness of The Multi-
disciplinary Approach [MDA+ for Leaners with Intellectual Disabilities
*IDS+”. International Journal of Research in Humanities and Social
Studies. Vol. 2. Issue 4. April 2015. 32.
Batmang. “Pendekatan Transdisipliner (Suatu Alternatif Pemecahan Masalah
Pendidikan)”, Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 9 No. 2. (Juli-Desember 2016).
https://ejournal.iainkendari.ac.id/al-tadib/article/view /51248.
Damanik, Nurliana. Metodologi Studi Islam. Medan: Fakultas Ushuluddin dan
Studi Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,2019.
Faiz, Aiman. ”Pendidikan nilai dan karakter dalam perspektif pendidikan umum di
perguruan tinggi”. Jurnal Kajian Pendidikan Umum. Vol. 18 No. 2 (2020).
https://ejournal.upi.edu/index .php/SosioReligi/article/view/28726, 20
September 2021.
Hartono. Strategi Pengembangan Perpustakaan Digital dalam Membangun
Aksesibilatasi Informasi Berbasis Nilai Islam Multikultural. Disertasi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
Khoirul Anam dan Masdar Hilmy. Kajian Islam Multidisipliner. Surabaya: UIN
SUNAN AMPEL PRESS,2020.
Mawardi, Imam. “Pendidikan Islam Transdisipliner Dan Sumber Daya Manusia
Indonesia”. Jurnal Pendidikan Islam. Volume 28 Nomor 2. (2013).
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jpi/ article/view/547, 25 September
2021, 267.
Mujtaba, Saifuddin. Dkk. ” Studi Islam Interdisipliner: Sebuah Keniscayaan”.
Jurnal Studi Keislaman. Volume 2. nomor 2 (September 2015).
20

http://journal.iaincurup.ac.id/index.php /alistinbath/article/view/2253. 20
September 2021. 172
Mustanadi. Al-qur’an dan Visi-Visi Transformatif Menangkap Pesan-Pesan
Inspiratif Al- Qur’an tentang Kemajuan, kesetaraan, dan keterbukaan.
Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2020.
Mustika Sari, Ramadhanita dan Amin, Muhammad. “Implementasi Integrasi Ilmu
Interdisipliner dan Multidisipliner: Studi Kasus di Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta”. Jurnal Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains.
Volume 2. (Maret 2020), http://sunankalijaga.org/ prosiding/index.php/
kiiis/article/view/409/384. 20 September 2021. 248.
Ni’mawati. dkk. “ Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner Dalam
Pendidikan Islam Menghadapi Isu Nasional dan Global: Studi Kasus
Terhadap Isu Covid-19”, Jurnal Ilmu- Ilmu Al- qur’an, Hadits, Syari’ah dan
Tarbiyah, Volume 5. Nomor 1. (2020). https://pps.iiq.ac.id/jurnal/
index.php/MISYKAT/article/view/100/67. 20 September 2021. 103.
Putra, Purniadi. ” Transdisiplinaritas Dalam Pendidikan Islam”, Jurnal Studi
Keislaman, Volume 17. No. 2. (2017), http://ejournal.radenintan.ac.id
/index.php/analisis/article/view/1951. 25 September 2021. 90
Qamar, Mujamil. “Filsafat Pendidikan Islam Multidisipliner”.Prosiding Seminar
Nasional Prodi PAI UMP Tahun 2019. digital.library.ump.ac.id. 25
September 2021.
Rahmat, Acheng. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana, 2015.
Rahmat. Pendidikan Agama Islam Multidisipliner Telaah Teori dan Praktek
Pengembangan PAI di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: LKiS,
2017.
Rapik, Mohamad. “Deradikalisasi Faham Keagamaan Sudut Pandang Islam”.
Jurnal Ilmu Hukum. Volume 7 No 2 (2014). https://online-journal.unja.ac.
id/jimih/article/view/2063. 20 September 2021. 113.
Sahaludin, Ah dan Kurniawan, Iwan. ”Paradigma Transdisiplineritas dalam
Pendidikan Islam”, Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara. Vol. 1. No. 2.
(Desember 2020). http://www.jurnal.uinban ten.ac.id/index.php/jlpn/a
rticle/3736/2751/. 25 September 2021.
Suparlan. ”Metode dan Pendekatan Dalam Kajian Islam”. Jurnal Pendidikan Dasar.
Volume 3 Nomor 1 (2019). https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/fond
atia/article/view/185. 15 September 2021. 85.
Supiana. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI, 2012.
Uyun Rahmawati, Baiq. “Makna Mitos dalam Arus Perubahan pada Muslim
Masyarakat Suku Sasak di Kabupaten Lombok Barat”. Tesis UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2018.
21

Yuwana Sudikan, Setya. “Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, dan


Transdisipliner Dalam Studi Sastra”. Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan
Pembelajarannya. Volume 2 No 1 (2018). https: //journal.unesa.ac.id
/index.php/paramasastra/article/view/1496. 15 September 2021. 4.
Zaenul Fitri, Agus. Dkk. Model Pendekatan Multi-Inter-Transdisipliner Dalam
Pembelajaran Berbasis Kurikulum KKNI. Tulungagung: Akademia
Pustaka, 2020.

Anda mungkin juga menyukai