Oleh:
Kelompok VII
CIBALONG – TASIKMALAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan filsafat sejak zaman pra-Yunani kuno hingga
abad XX sekarang ini, telah banyak aliran filsafat bermunculan. Setiap aliran filsafat
memiliki kekhasan masing-masing sesuai dengan metode yang dijalankan dalam
rangka memperoleh kebenaran.
Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada
zaman kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Dalam zaman modern ada periode
yang disebut Renaissance (kelahiran kembali). Kebudayaan klasik warisan Yunani-
Romawi dicermati dan dihidupkan kembali, seni dan filsafat mencari inspirasi
darisana.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari
kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia
sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan terdapat perbedaan pendapat.
Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, kebenaran
pasti berasal dari rasio (akal). Sebaliknya, aliran empirisme meyakini pengalamanlah
sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Kemudian
muncullah suatu aliran yang diberi nama aliran kritisisme, yang mencoba memadukan
kedua pendapat berbeda itu.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian dari aliran empirisme, rasionalisme, dan kritisisme?
2. Siapa saja yang berperan dalam aliran-aliran filsafat tersebut?
3. Bagaimana membedakan filsafat rasionalisme, empirisme, dan kritisisme?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran empirisme, rasioanlisme, dan kritisisme.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran- aliran tersebut.
3. Untuk mengetahui perbedaan filsafat rasionalisme, empirisme, kritisisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Rasionalisme
Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini
berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Rasionalisme adalah paham
filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh
dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh
dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah
logis atau kaidah-kaidah logika. Dalam aliran rasionalisme ada dua macam bidang, yaitu
bidang agama dan bidang filsafat. Dalam bidang agama, rasionalisme adalah lawan
autoritas, dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Sementara, dalam
bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan empirisme dan terutama berguna sebagai teori
pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan
bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal, contohnya logika dan
matematika.
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai
bapak filsafat modern. Beliau merupakan ahli ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu
kedokteran. Beliau mengatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya,
harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode
yang umum. Beliau juga berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya
adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran
dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.
Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri
dari segala pemikiran tradisional (scholastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak
mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam
Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.
Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak
pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, cogito ergo sum (saya
berpikir maka saya ada). Jelasnya bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.
Adapun kelemahan aliran filsafat rasionalisme antara lain:
- Doktrin-doktrin filsafat rasionalisme cenderung mementingkan subjek daripada objek,
sehingga rasionalisme hanya berfikir yang keluar dari akal budinya saja yang benar,
tanpa memerhatikan objek-objek rasional secara peka.
- Cara memahami objek di luar cakupan rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut
mengundang kritikan tajam, sekaligus memulai permusuhan baru dengan sesama
pemikir filsafat yang kurang setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif
tersebut.
Sedangkan kelebihan aliran filsafat rasionalisme antara lain:
- Mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia. Contoh:
matematika, astronomi, biologi disusun berdasarkan logika.
- Dengan menalar, manusia mampu menjelaskan pemahaman yang rumit dan bersifat
abstrak.
- Kebenaran diperoleh dari sebab-sebab yang menyatakannya benar.
- Rasionalisme memberikan kerangka berfikir yang koheren dan logis.
- Memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan
pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.
B. Filsafat Empirisme
Latar belakang munculnya empirisme adalah awal muasal timbulnya aliran ini
bermula dari penolakan atas dominasi logika cartesian di daratan Eropa saat itu. Di
samping itu, gelora renaissance di daratan Eropa menginspirasi dataran Britania Raya
sampai ada istilah sendiri yaitu enlightment. Kata ini berasal dari bahasa yunani emoeiria,
empeiros (berarti berpengalaman dalam, berkenalan dengan, terampil untuk). Empirisme
adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman manusia. Berbeda dengan anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio. Paham ini berpendapat bahwa indera atau pengalaman
adalah sumber satu-satunya atau paling tidak sumber primer dari pengetahuan manusia,
sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Sumber ilmu pengetahuan dalam teori empirisme adalah pengalaman dan penginderaan
inderawi.
Dalam sejarah filsafat, klaim empiris ialah tidak ada sesuatu dalam pikiran yang
mulanya tidak ada dalam indera. Hal tersebut mengandung makna bahwa:
1. Sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman.
2. Semua ide (gagasan) merupakan abstraksi yang dibentuk lewat menggabungkan apa
yang dialami.
3. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan.
4. Akal budi tidak dapat memberikan tentang realitas tanpa acuan daripengalaman
inderawi.
Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan dapat di peroleh melalui indera. Indera
memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian kesan-kesan tersebut
berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Pengetahuan yang berupa
pengalaman terdiri dari penyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang bermacam- macam.
Adapun kelemahan aliran filsafat empirisme antara lain:
1. Indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil? Tidak.
Keterbatasan kemampuan indera ini melaporkan bahwa tidak sebagaimana adanya,
dari sini akan membentuk pengetahuan yang salah.
2. Indera menipu. Pada orang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas dirasakan
dingin. Ini juga akan menimbulkan pengetahuan yang empiris.
3. Objek yang menipu contohnya ilusi.
4. Berasal dari indera atau objek sekaligus. Yang mana mata (indera penglihatan) tidak
dapat melihat keseluruhan seekor kerbau tersebut, dan seekor kerbau tersebut juga
tidak dapat memperlihatkan seluruh anggota badannya. Andaikan saja ketika kita
melihatnya dari depan, kita hanya dapat melihat kepalanya saja yang mana kita tidak
akan melihat ekornya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa aliran ini lemah karena keterbatasan indera atau
objek tersebut. Maka dari itu aliran empirisme sangatlah bertentangan dengan aliran
rasionalisme
Sedangkan kelebihan aliran filsafat empirisme antara lain:
1. Mengedepankan fakta-fakta yang dapat diterima indera sehingga praktis digunakan
untuk mencari kebenaran.
2. Informasi dapat diperoleh dengan cepat melalui indera.
3. Dalam metod eilmiah, empiris sangat berguna dalam pengumpulan data atau
pencarian bukti-bukti awal, sehingga empiris membentuk kerangka pengujian dalam
mencari kebenaran.
4. Empiris adalah cara pertama munculnya pengetahuan tertentu.
C. Filsafat Kritisisme
Aliran ini dimulai di Inggris, kemudian Prancis dan selanjutnya menyebar ke seluruh
Eropa, terutama di Jerman. Di Jerman pertentangan antara aliran rasionalisme dan
empirisme terus berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Latar belakang munculnya
kritisisme adalah karena paham rasionalisme dan empirisme masing-masing sama
bagusnya, tetapi karena ada pertentangan di antara kedua paham tersebut, akhirnya
Immanuel Kant mencoba untuk menjembataninya dengan memadukan kedua unsur
tersebut menjadi suatu paham bernama kritisisme.
Aliran filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di introdusir oleh
Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas
kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Pertentangan antara rasionalisme
dan empirisme dicoba untuk diselesaikan oleh Kant dengan kritisismenya. Untuk itulah
Kant menulis 3 buku yang berjudul: kritik der rainen vernuft (kritik atas rasio murni),
kritik der urteilskraft (kritik atas dasar pertimbangan), dan kritik rasio praktis
B. Saran
dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat mengambil
manfaat tentang berbagai macam aliran filsafat yang muncul dalam sejarahnya,
diantaranya aliran filsafat rasionalisme, empirisme, dan kritisisme.
DAFTAR PUSTAKA