Anda di halaman 1dari 14

MONODISCIPLINARY, INTERDISCIPLINARY, MULTIDISCIPLINARY,

TRANSDISCIPLINARY STUDIES
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Oleh :
IKLIL NAFISAH
NIM : 02040722012

Kelas A

Dosen Pengampu:
Dr. H. Achmad Murtafi Harits, M.Fil.I

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang diutus sebagai rahmat bagi
semesta alam. Semoga juga terlimpah kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang
yang menempuh jalannnya serta mengikuti petunjuknya hingga hari Kiamat.

Berkat rahmat, kekuatan, kesehatan jasmani dan rohani yang diberikan oleh Allah SWT,
akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “Monodisciplinary,
Interdisciplinary, Multidisciplinary, Transdisciplinary Studies”. Sekaligus kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat bapak Dr. H. Achmad Murtafi Harits,
M.Fil.I yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam pembuatan makalah ini, semoga
dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua.

Surabaya, 4 Oktober 2022

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dakwah..............................................................................2
B. Prinsip Dakwah...................................................................................2

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................12
B. Daftar Pustaka.....................................................................................12

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan pengembangan pendidikan di tingkat perguruan tinggi terus berjalan


cepat seiring dengan perkembangan pengalaman manusia menyelesaikan berbagai permasalahan
kehidupan yang dihadapinya di muka bumi.

Dalam kehidupan dunia yang ditandai dengan arus perubahan yang sangat cepat
dalam segala bidang, dibarengi ketidakpastian yang tidak terelakkan serta
semakin terinterkoneksikannya jaringan keilmuan, kehidupan sosial,
budaya, ekonomi, dan agama antarbangsa dunia di muka bumi, manusia
dituntut untuk mampu berpikir tingkat tinggi, mampu menjadi pribadi
adaptif, dalam upaya memecahkan masalah-masalah baru yang saling
berkait-kelindan, seperti perubahan iklim, kelangkaan energi, kerusakan
lingkungan, pertumbuhan penduduk, ketahanan pangan, radikalisme
agama, dan terorisme.

Di era kekinian, Semua masalah yang dihadapi manusia, tidak bisa dipecahkan hanya dengan satu
disiplin ilmu. Pemecahan harus multidisiplin yang hanya bisa dilakukan lewat kolaborasi.
Masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat, progresif, dan kerap kali
memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai
bidang kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial, seperti: industri,
perekonomian, pemerintahan, perkumpulan-perkumpulan, dan pendidikan.

Selain itu perkembangan teknologi dan peradaban dunia yang pesat berbanding lurus dengan
kerumitan masalah yang ditimbulkannya. Masalah yang dihadapi dunia saat ini adalah
masalah global yang memerlukan penanganan yang berbeda dengan yang telah dilakukan
sebelumnya. Masalah yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi
sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi
dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi
penggabungan berbagai disiplin ilmu.

Masalah paling penting yang dihadapi manusia di era globalisasi ini adalah masalah kompleksitas
yang dicirikan dengan ketidak menentuan, multiperspektif dan proses saling keterkaitan
antara satu sama lain. Sebagaimana yang dianjurkan oleh UNESCO, perlu berperan serta
secara aktif dalam mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi masalah global yang ada
saat ini. Kita perlu mencari pendekatan baru yang lebih baik untuk mengatasi masalah
global yang bersifat multi sektoral.

Oleh karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk tersebut, dunia pendidikan sangat dianjurkan
untuk menerapkan pendidikan Kolaborasi Multidisiplin dan interdisiplin guna
mendapatkan pengetahuan yang menunjang perkembangan ilmu dan aplikasinya dalam
kehidupan baik sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial.

Memahami konsep Multidisiplin dan interdisiplin merupakan dalam upaya memahami dan
memecahkan masalah kompleks dan urgensi pendidikan sebagai ilmu. Pendidikan tinggi di

1
era rebolusi indusrtri 4.0 harus sangat kuat dalam kolaborasi multidisiplin. Harus berbasis
sains terapan dan teknologi untuk meraih kemajuan yang lebih besar.

PENJELASAN MONO
Seiring dengan perkembangan zaman yang
perkembangan kehidupan saat ini menunjukkan bahwa suatu masalah tidak lagi dapat
dipecahkan oleh satu disiplin ilmu, tapi membutuhkan kontribusi dari disiplin ilmu lain.

Makalah ini akan mengupas materi mengenai monodisciplinary, interdisciplinary,


multidisciplinary, transdisciplinary studies.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan monodisciplinary?
2. Apa yang dimaksud dengan interdisciplinary?
3. Apa yang dimaksud dengan multidisciplinary?
4. Apa yang dimaksud dengan transdisciplinary?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan monodisciplinary.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan interdisciplinary.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan multidisciplinary.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transdisciplinary.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Monodisciplinary
Monodisiplin merupakan suatu pendekatan yang fokus pada satu disiplin akademik atau
tunggal sudut pandang untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu melalui Pendidikan
maupun penelitian. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan monodisipliner adalah mono
(satu ilmu).1 Pendekatan ini merupakan sebuah pendekatan yang bahan pelajarannya bertitik
tolak murni berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan tanpa mempertautkan dengan
cabang ilmu lainnya.
Setya Yuwan Sudikan menjelaskan, dua watak dasar yang sangat penting dan menonjol
dalam perkembangan ilmu pada abad ke 20. Pertama, betapa tertutupnya bangunan
ontologis, epistemologis, teoretis, dan metodologis ilmu-ilmu (spesialistis partikular)
kealaman, ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Kedua, betapa sibuknya masing-masing disiplin
ilmu membangun "tembok kokoh" dan "tembok pemisah" disipliner dengan mengabaikan
keberadaan ilmu-ilmu lain atau kerjasama ilmu-ilmu. Kerjasama ilmu-ilmu dan gabungan
ilmu benar-benar dianggap "cinta terlarang".
Monodisiplinerisme melandasi dan menggerakkan segenap ilmu-ilmu dalam bekerja.
Kerja ilmu dan temuan teori dikendalikan oleh monodisiplinerisme semata. Dalam proses
bekerjanya, ideologi monodisiplinerisme ini meyakini beberapa hal. Yang pertama yakni
ilmu-ilmu apa pun harus mengejar tujuan dan kepentingan tertentu yang melekat (inheren)
dalam dirinya sendiri (internal), bukan mengejar suatu tujuan dan kepentingan di luar dirinya
(eksternal). Kedua, ilmu-ilmu apa pun harus bekerja dengan asas-asas disiplineritas yang
1
Rahmat, Pendidikan Agama Islam Multidisipliner (Telaah Teori dan Praktik Pengembangan PAI dii Sekolah dan Perguruan
Tinggi), (Yogyakarta: LKiS 2017), Hal 89.

2
ketat dan pasti yang dimilikinya dan dalam batas-batas cakupan yang telah ditetapkan. Dan
yang ketiga, ilmu-ilmu apa pun perlu bekerja dengan satu teori dan metodologi yang sesuai
dengan tujuan dan kepentingan monodisipliner.2
Pendekatan monodisiplin sejak berabad-abad yang lalu telah memperoleh pengakuan,
yaitu dengan dihasilkannya berbagai temuan dalam kaitannya dengan proses penelitian
secara empiris. Akan tetapi perlu dipahami bahwa mausia memerlukan pemahaman lain
dengan cara-cara yang lain. Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan berkembang secara evolutif.
Secara paradigmatis, pada saat tertentu ilmu pengetahuan mencapai titik puncak dan pada
akhirnya terjadi revolusi. Pada saat tertentu ilmu pengetahuan mencapai stagnasi, di
dalamnya diperlukan cara-cara pemecahan lain, yaitu interdisiplin.3

B. Interdisciplinary
Interdisipliner (interdisciplinary) merupakan suatu pendekatan dalam pemecahan suatu masalah
dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna
secara terpadu. Menurut A. E. Prentice yang dikutip Rahmat, interdisipliner merupakan interaksi
intensif antara satu disiplin atau lebih, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui
program-program penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode maupun analisis.
Maka, pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu. 4
Menurut Klein, studi interdisipliner dilakukan pendidik, peneliti, dan banyak praktisi
karena studi itu dapat menjawab situasi yang kompleks, menjawab permasalahan yang luas,
meneliti hubungan antardisiplin, menjawab masalah yang ada di luar lingkup salah satu disiplin
yang ada, dan mendapatkan keutuhan pengetahuan, baik dalam skala terbatas maupun luas. 5
Khoiruddin Nasution dalam mendefinisikan pendekatan interdisipliner (interdisciplinary
approach) membaginya ke dalam dua mazhab.6 Pertama, interdisipliner adalah pendekatan dalam
memecahkan suatu problematika dengan menggunakan tinjauan bukan hanya dari satu perspektif,
melainkan dari berbagai macam perspektif atau sudut pandang ilmu serumpun yang relevan dan
terpadu. Kata kunci atau ciri pokok dari pendekatan interdisipliner adalah ilmu serumpun yang
terintegrasi.7 Yang dimaksud dengan ilmu serumpun adalah ilmu-ilmu yang berada dalam rumpun
ilmu tertentu, misalnya rumpun ilmu agama, rumpun ilmu sosial-humaniora, rumpun ilmu pasti,
rumpun ilmu hukum, dan sebagainya.8 Adanya batasan ilmu serumpun akan sangat terlihat
relatif dalam batasannya dan dapat diterima secara sah. Sedangkan yang dimaksud yang relevan
adalah ilmu-ilmu yang cocok digunakan dalam pemecahan suatu masalah. Adapun istilah terpadu,
yang dimaksud yaitu ilmu-ilmu yang digunakan dalam pemecahan suatu masalah melalui
pendekatan ini terjalin satu sama lain secara tersirat (implicit) merupakan suatu kebulatan atau
kesatuan pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap sub-sub uraiannya kalau pembahasan
atau uraian itu terdiri atas sub-sub uraian. 9
Kedua, interdisipliner berarti kerjasama antar satu ilmu dengan ilmu lain sehingga
merupakan satu kesatuan dengan metode tersendiri. Boleh juga dikatakan integrasi antara satu
ilmu dengan ilmu lain, sehingga membentuk satu ilmu baru, dengan metode baru. Misalnya
perpaduan antara psikologi dan social menjadi psikologi-sosial, perpaduan sosiologi dan agama
menjadi sosiologi-agama, demikian seterusnya dengan ilmu-ilmu lain. 10 Kajian interdisipliner
mazhab kedua ini sejalan dengan kenyataan bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang secara

2
Rahmat, Hal 90.
3
Ibid, 91
4
Ali Akbar, Mahyuddin Barni, “Pendidikan Islam Multi, Inter, Dan Transdisiplin (Tinjauan Sejarah)”, Tarbiyah Islamiyah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Agama Islam, Hal. 19.
5
Moh. Turmudi, Zaenal Arifin, Mujamil Qomar, “Kajian Multidipliner, Interdisipliner Dan Transdisipliner Di Perguruan Tinggi
Islam”, Proceeding International Seminar on Islamic Education and Peace, Vol 1, 2021, Hal. 278
6
Dedi wahyudi, “Studi Islam Interdisipliner dalam Pendidikan Islam Berbasis Moderasi Beragama”, Moderatio : Studi Islam
Interdisipliner dalam Pendidikan Islam Berbasis Moderasi Beragama, Vol.02 No.1 (2022), Hal. 11.
7
Ali Akbar, Mahyuddin Barni, “Pendidikan Islam Multi, Inter, Dan Transdisiplin (Tinjauan Sejarah)”, Tarbiyah Islamiyah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Agama Islam, Hal. 18-19.
8
Khoiruddin Nasution, “Berpikir Rasional-Ilmiah Dan Pendekatan Interdisipliner Dan Multidisipliner Dalam Studi Hukum
Keluarga Islam“, Al-Ahwal, Vol. 10, No. 1, Juni 2017 M/1438 H, Hal. 19
9
Chanifudin, “Pendekatan Interdisipliner : Tata Kelola Pendidikan Islam Di Tengah Kompleksitas“, Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 05, Januari 2016, Hal. 1286.

3
dinamis dan bertransformasi menjadi wujud sintesis dari dua bidang ilmu pengetahuan yang berbeda,
hasil dari perkembangan itu selanjutnya melahirkan ilmu baru yang dapat berdiri sendiri menjadi
sebuah disiplin ilmu. Contohnya adalah ketika ilmu linguistik dalam studinya membutuhkan ilmu
psikologi, maka dalam perkembangannya muncullah ilmu psikologi linguistik. Contoh lain juga
terdapat pada ilmu sosial yang membutuhkan ilmu psikologi, maka muncullah psikologi-sosial. Ini
disebut interdisipliner. Konsekuensi dari posisinya menjadi ilmu baru, maka ia harus memiliki
metode baru yang diakibatkan adanya epistemologi, aksiologi, dan ontologi yang baru. Dari contoh
yang dicatat, ilmu Sosial bergabung dengan psikologi, maka menjadi ilmu Psikologi Sosial.
Dengan ilmu baru ini maka berarti mempunyai epistemology, aksiologi dan ontologi baru, bukan
lagi epistemology, aksiologi dan ontology ilmu psikologi, bukan juga epistemology, aksiologi dan
ontology ilmu sosial.11
Studi interdisipliner dilakukan pendidik, peneliti, dan banyak praktisi karena studi itu
dapat menjawab situasi yang kompleks, menjawab permasalahan yang luas, meneliti hubungan
antardisiplin, menjawab masalah yang ada di luar lingkup salah satu disiplin yang ada, dan
mendapatkan keutuhan pengetahuan, baik dalam skala terbatas maupun luas. 12
Sementara itu, Bernard mendefinisikan interdisipliner sebagai sintesis dari dua atau lebih
disiplin ilmu, membentuk tingkat wacana baru dan integrasi pengetahuan serta upaya interdisipliner
dapat menciptakan disiplin baru. Sebagaimana kutipan berikut ini;
“Interdisciplinarity” is a synthesis of two or more disciplines, establishing a new level of
discourse and integration of knowledge. Interdisciplinary efforts can create new disciplines. For
instance, quantum information processing amalgamates elements of quantum physics and computer
science; bioinformatics combines molecular biology with computer science. Other examples are
biochemistry, ecophilosophy and astrophysics; and psychoimmunoneuroendocrinology. In an
interdisciplinary pediatric undernutrition team, members come together as a whole to discuss their
individual assessments and develop a joint service plan for the child. 13
Rintisan saling-silang dan kerja sama ilmu-ilmu dan metode-metode yang disertai perubahan
filosofis mulai banyak atau marak dilakukan pada dasawarsa 1980-an. Gerakan saling-silang
dan kerja sama ilmu-ilmu dan metode penelitian pun dimulai, kemudian berkembang cukup baik
pada masa selanjutnya. Di sinilah dapat disaksikan munculnya gerak konvergensi dalam tradisi ilmu-
ilmu modern, yaitu gerak penggabungan, penyatuan, pemaduan, dan pengombinasian teori dan
metodologi ilmu-ilmu yang beraneka ragam dan majemuk. Sebagai contoh, saling silang dan kerja
sama ilmu biologi dan teknologi melahirkan bioteknologi, saling silang dan kerja sama antara
antropologi dan psikologi menghasilkan antropologi psikologi.14

C. Multidisciplinary
Perkembangan keilmuan seiring dengan ragam permasalahan sosial menciptakan studi
multidisiplin. Secara harfiah multidisiplin diterjemahkan sebagai “banyak disiplin ilmu”. Menurut
KBBI multidisiplin berarti “berbagai disiplin ilmu”. Sedangkan dalam kamus Amerika kata
multidisiplin baru muncul pada tahun 1975 yang mengartikan multidisiplin sebagai “tersusun atau
terdiri dari beberapa cabang pembelajaran khusus yang bertujuan mencapai satu tujuan bersama”. 15
Multidisipliner (multidisciplinay) merupakan strategi riset atau penelitian yang
melibatkan penggabungan minimal dua disiplin akademik untuk bersama-sama mengatasi
masalah tertentu secara kolaboratif, yaitu berusaha menghadirkan berbagai disiplin untuk
memberikan pandangannya masing-masing dalam menawarkan solusi atas suatu masalah. 16
Pemikiran dan penelitian multidisiplin terjadi jika subjek penelitian dikaji dan didekati dari berbagai
sudut pandang dengan mempertahankan batas-batas disiplin dan metode yang dimilikinya.17
Menurut Melsen, pendekatan multidisipliner adalah membangun kerja sama antara ilmu
10
Ali Munirom, “Pendekatan Interdisipliner Dalam Pendidikan Islamdiperguruan Tinggi Islam Swasta”, Jurnal Mubtadiin, Vol.
1No. 01, Januari-Juni2021, https://journal.an-nur.ac.id/index.php/mubtadiin, Hal. 89.
11
Khoiruddin Nasution, “Berpikir Rasional-Ilmiah Dan Pendekatan Interdisipliner Dan Multidisipliner Dalam Studi Hukum
Keluarga Islam”, Al-Ahwal, Vol. 10, No. 1, Juni 2017, Hal. 19.
12
Durhan, “Integrasi Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Pendidikan Agama Islam Dengan Pendekatan Interdisipliner”, Jurnal
Pemikiran, Pendidikan dan penelitian Ke-Islaman, Vol. 6, No. 1, Feb 2020, Hal. 57.
13
Bernard C.K. Choi, Anita W.P. Pak, Multidisciplinarity, interdisciplinarity and transdisciplinarity in health research, services,
education and policy: Definitions, objectives, and evidence of effectiveness, Clin Invest Med • Vol 29, no 6, December 2006, 355

14
Moh. Turmudi, Zaenal Arifin, Mujamil Qomar, “Kajian Multidipliner, Interdisipliner Dan Transdisipliner Di Perguruan Tinggi
Islam”, Proceeding International Seminar on Islamic Education and Peace, Vol 1, 2021, Hal. 278
15
Saringatun Mudrikah dkk, Inovasi Pembelajaran di Abad 21, (Sukoharjo, Penerbit Pradina Pustaka, 2022), Hal 75.
16
Mujamil Qomar, Pendidikan Islam: Multidisipliner, Interdisipliner, Dan Transdisipliner, Cetakan pertama (Malang, Jatim:
Madani Media, 2020), Hal. 6.
17
Ali Akbar, Mahyuddin Barni, “Pendidikan Islam Multi, Inter, Dan Transdisiplin (Tinjauan Sejarah)”, Tarbiyah Islamiyah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Agama Islam, Hal. 18.

4
pengetahuan yang masing-masing tetap berdiri sendiri dengan metode masing-masing. 18 Sementara
itu, Klein sebagaimana dikutip oleh Bernard C.K. Choi mendefinisikan bahwa mutidisipliner adalah
proses untuk menyediakan penjajaran disiplin ilmu yang bersifat aditif, bukan integratif; perspektif
disiplin tidak berubah, hanya dikontraskan sebagaimana kutipan berikut ini.
“Multidisciplinarity”, according to Klein, is a process for providing a juxtaposition of
disciplines that is additive, not integrative; the disciplinary perspectives are not changed, only
contrasted. An example is a painting by Giotto can be studied not only within art history but also
within history of religions, European history, and geometry.”19
Multidisipliner menurut Kaelan merupakan interkoneksi antarsatu ilmu dengan ilmu lain, namun
masing-masing bekerja berdasarkan disiplin dan metodenya sendiri. Multidisipliner
(multidisciplinary) juga berarti pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan. Ilmu ilmu yang
relevan digunakan bisa dalam rumpun Ilmu Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu-Ilmu Sosial
(IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Humaniora (IIH) secara alternatif.20 Pendekatan multidisipliner
ini menekankan pada tinjauan multiperspektif ilmu yang terkait dengan masalah yang
dipecahkan.21
Baik multidisiplin maupun interdisiplin, keduanya merupakan sebuah upaya re-
approachment (pendekatan ulang) yang dibutuhkan dalam mengantisipasi perkembangan
ilmu pengetahuan yang sedemikian pesatnya di era disrupsi ini. Ilmu agama tidak semata-
mata ibadah ritual semata, melainkan juga menjadi landasan dalam menyelesaikan persoalan
sehari-hari. Sedangkan ilmu alam, sosial, dan humaniora haruslah berakar dari agama
sebagai sumber otoritatif dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dalam Islam.
Memahami ilmu tentang alam raya beserta isinya, juga ilmu sosial kemasyarakatan, harus
disertai dengan nilai-nilai spiritual transendental.22

D. Transdisciplinary
Transdisiplin disebut juga dengan lintas disiplin

Transdisiplin merupakan strategi riset atau penelitian yang melibatkan pemangku


kepentingan luar akademisi, seperti praktisi professional, pemerintah, politisi ataupun
pengusaha. Hal ini berguna agar hasil penelitian dapat memiliki probabilitas (peluang) yang
tinggi untuk diaplikasikan oleh masyarakat.

Transdisipliner adalah cara pandang atau pendekatan holistik dalam menyelesaikan masalah
kompleks yang dapat menghasilkan suatu disiplin/ilmu baru melalui pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat dan melibatkan semua komponen dan pemangku kepentingan
baik expert maupun non-expert (non akademisi)23

Dalam transdisiplin menyiratkan perpaduan antara pengetahuan berbagai disiplin dengan


pengetahuan orang awam yang menciptakan hibrida yang berbeda dari bagian disiplin
penyusunnya.

Transdisipliner adalah proses menjawab sesuatu permasalahan kompleks tentang apa yang harus kita
lakukan untuk apa yang ingin kita lakukan terhadap apa yang dapat kita lakukan menggunakan
berbagai apa yang telah ada (disiplin ilmu yang ada saat ini). Transdisipliner (transdisciplinarity)
juga merupakan upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan
dan keterhubungan antar berbagai disiplin.
Transdisiplinaritas berupaya bagaimana melakukan apa yang ingin kita lakukan terhadap apa yang
dapat kita lakukan menggunakan berbagai disiplin ilmu yang ada. Jika kita balik, dapat pula kita
18
Mardiah, M Syaifuddin Sabda, “Multi, Inter, and Transdisciplinary Islamic Education (A Theoretical Review on Islam
Perspective), Jurnal ISO (Ilmu Sosial dan Politik), Vol. 2, No. 1, Juni 2022, Hal. 102.
19
Bernard C.K. Choi, Anita W.P. Pak, 355
20
Saringatun Mudrikah dkk, 92.
21
Mujamil Qomar, “Filsafat Pendidikan Islam Multidisipliner”, Prosiding Seminar Nasional Prodi Pai Ump Tahun 2019, Hal 2.
22
Ahmad Syaripudin, Metodologi Studi Islam, (Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), Hal 124.
23
Agus Zaenul Fitri, Luluk Indarti, Muhammad Muntahibun Nafis, Model Pendekatan Multi-Inter-Transdisipliner Dalam
Pembelajaran Berbasis Kurikulum Kkni, (Tulungagung; Akademia Pustaka, 2020), hal 24.

5
rumuskan konsep transdisiplinaritas dengan kata lain bahwa, “Dengan memanfaatkan beberapa
beberapa disiplin ilmu yang ada, kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan sebagaimana
seharusnya kita melakukannya.”24

Penelitian transdisipliner adalah upaya penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari berbagai
disiplin ilmu yang bekerja sama untuk menciptakan konsep, teori, dan metodologi baru yang
mengintegrasikan dan bergerak melampaui pendekatan disiplin tertentu untuk mengatasi
masalah bersama.

Transdisiplin merupakan koordinasi berbagai disiplin ilmu dan interdisiplin dalam


sistem pendidikan atau inovasi berdasarkan aksioma umum dan pola epistimologis
yang muncul.

Transdisiplin bersifat holistik, yaitu pendekatan secara menyeluruh dari berbagai disipin.

Transdisiplin juga berarti cara pandang atau pendekatan holistic dalam menyelesaikan
masalah yang kompleks yang dapat menghasilkan ilmu atau disiplin baru melalui
pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dan melibatkan semua komponen
pemangku kepentingan.

Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu


masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai dan relevan dengan
masalah yang akan dipecahkan tetapi berada di luar keahlian sebagai hasil pendidikan
formal (formal education) dari orang yang memecahkan masalah tersebut. 25 Ilmu yang
berada di luar keahlian yang akan digunakan oleh seseorang itu bisa satu atau lebih
ilmu. Namun, biasanya untuk keperluan kedalaman pembahasan orang itu hanya
menggunakan satu ilmu saja di luar keahliannya itu. Ilmu yang relevan digunakan bisa
dalam rumpun Ilmu Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu Ilmu sosial (IIS), atau
rumpun Ilmu Ilmu Humaniora (IIH) sebagai alternatif. Penggunaan ilmu atau ilmu-
ilmu dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini bisa secara tersirat atau
tersurat, tetapi akan lebih baik dan biasasnya memang tersurat. Hal itu dilakukan
untuk menunjukkan pertanggungjawaban keilmuan orang tersebut.
Pendekatan ini dahulu kurang diterima karena dianggap melanggar etika keilmuan oleh
para ahli ilmu terutama oleh mereka yang ilmunya digunakan oleh orang yang bukan
ahlinya itu. Akan tetapi, dewasa ini hal itu dimungkinkan karena pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) lagi pula
kompleksnya permasalahan yang pada umumnya sulit dipecahkan oleh hanya dengan
pendekatan satu ilmu (pendekatan monodisipliner) saja. Bahkan pada saat yang sama
diterima baik oleh kalangan ilmuan termasuk oleh ilmuan ahlinya asalkan dalam
pemecahan suatu masalah itu menunjukkan kualitas dan kebenaran yang memadai.
Dengan demikian, seseorang yang menggunakan pendekatan transdisipliner harus
pula dipenuhi syarat sebagai berikut: a) menggunakan ilmu di luar ilmu keahlian
utamanya, biasanya dalam memecahkan suatu masalah menggunakan satu ilmu di luar
ilmu keahliannya itu; b) ilmu yang digunakan berada dalam rumpun ilmu yang sama
dengan ilmu keahlian utamanya; c) memahami dengan baik ilmu yang digunakan di luar
keahlian ilmu utamanya itu; d) menunjukkan hasil dengan kualitas dan kebenaran yang
memadai. Ciri pokok pendekatan transdisipliner adalah trans (lintas ilmu dalam
rumpun ilmu yang sama) atau melintasnya. 26

Tujuan dari pendekatan trandisiplin adalah untuk membangun pandangan-pandangan yang diperlukan
untuk mengeksplorasi makna baru dan sebuah sinergi. 27

24
Yusrin Ahmad Tosepu, Pendidikan Tinggi Kekinian Harus Kolaborasi Ilmu Pengetahuan Multidisiplin dan Interdisipliner, Hal 2
25
Dedi wahyudi, “Studi Islam Interdisipliner dalam Pendidikan Islam Berbasis Moderasi Beragama”, Moderatio : Studi Islam
Interdisipliner dalam Pendidikan Islam Berbasis Moderasi Beragama, Vol.02 No.1(2022), hal. 16
26
Setya Yuwana Sudikan, “Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, Dan Transdisipliner Dalam Studi Sastra”, Paramasastra :
Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra Dan Pembelajarannya, 2, no. 1 (2015) Hal.5.

27
Acheng Rahmat, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: Kencana, 2015), 51.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan, diantaranya:
1. Monodisciplanary merupakan strategi riset yang fokus pada satu disiplin akademik untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu.

2. Interdisciplinary adalah strategi riset yang melibatkan transfer suatu disiplin akademik ke dalam
disiplin akademik lainnya untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu sehingga mampu
memunculkan metode baru atau disiplin akademik yang baru.

3. Multidisciplinary merupakan strategi riset yang melibatkan minimal dua disiplin akademik
untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu secara bersama-sama.

4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13. Transdisciplinary adalah pendekatan yang melibatkan pemangku kepentingan lain di luar
akademisi, seperti praktisi profesional, pemerintah, politisi, pengusaha, agar hasil penelitian
dapat memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk diaplikasikan oleh masyarakat. 28
B. Transdisiplin adalah cara pandang atau pendekatan holistik dalam menyelesaikan
masalah kompleks yang dapat menghasilkan ilmu/disiplin baru melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat dan melibatkan semua komponen
pemangku kepentingan.
C. transdisipliner yaitu pendekatan yang mengumpulkan pengetahuan bersama untuk mengatasi
permasalahan yang jauh lebih kompleks dan berskala luas. Pendekatan ini berupaya

28
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 154, Tahun 2014, (Tentang Rumpun Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi Serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi)

7
mengembangkan teori baru dengan mengaitkan berbagai disiplin ilmu dan keterlibatan non
pakar untuk memeroleh suatu kesimpulan dan kebijakan
D. Transdisipliner dalam kajiannya berupaya untuk mengembangkan sebuah teori atau aksioma
baru dengan membangun kaitan antar berbagai disiplin dengan melibatkan orang diluar
akademisi (non-expe

E. Pendekatan transdisiplin ini bukan untuk memecahkan masalah demi untuk satu kepentingan
tertentu, tapi untuk kemaslahatan manusia, secara khusus dan kemaslahantan bumi serta alam
semesta ini secara umum.”

Secara umum, pendekatan dalam suatu ilmu, sebagaimana dijelaskan oleh Setya Yuwana
Sudikan, dapat dilihat melalui dua tipe yaitu monodisipliner dan interdisipliner. Pendekatan pertama
menggunakan suatu ilmu yang tunggal sudut pandang, sementara pendekatan kedua melibatkan
banyak disiplin ilmu.
Khusus untuk pendekatan interdisipliner, di samping disepadankan dengan pendekatan
multidisipliner, pandangan lain juga menyetarakan kedua pendekatan tersebut dengan istilah
transdisipliner, di mana ketiganya dimaknai dengan pendekatan keilmuan dengan menggunakan
tinjauan dari berbagai perspektif ilmu serumpun, relevan, dan terpadu untuk menyelesaikan masalah
tertentu. Definisi ini menitikberatkan pada kata kunci penggunaan ilmu serumpun, seperti rumpun
ilmu sosial humaniora, ilmu agama, dan ilmu eksakta (ilmu pasti). Tinjauan lain terhadap ketiga
istilah di atas mengartikannya sebagai kerja sama dari satu ilmu dengan ilmu lainnya sehingga
menjadi satu kesatuan dengan metode tersendiri. Definisi ini menitikberatkan pada adanya integrasi
satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lainnya sehingga melahirkan ilmu baru. 29

F. Saran

Dalam penyelesaian makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi tentunya penulis
menyadari jika makalah di atas masih terdapat banyak kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Maka penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
segera dilakukan perbaikan dan menjadi acuan penulis kedepannya.

29
Nor Salam, Metodologi Penelitian Hukum Islam Interdisipliner (Elaborasi Filsafat Ilmu Dan Ilmu-Ilmu Kesilaman), (Malang:
Literasi Nusantara, 2018), Hal. 50

8
9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai