Anda di halaman 1dari 10

Buletin Psikoiogi, Volume 13, No.

I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108

Situated Learning dan Strategi Transfer


Kepemimpinan
FathuI Himam

Kerangka PermasaIahan Kraft, & Quick, 1998; Cady &


Hardalupas 1999; Himam, 2002).
t
Masyarakat, baik organisasi
maupun perseorangan, saat ini sedang Salah satu aspek pokok yang
hidup dan berkembang dalam situasi memerlukan penanganan pertama
yang serba berubah. Perubahan adalah bagaimana mempersiapkan
ter~ebut terutama bersumber pada sumber daya manusia dalam organi-
arus globalisasi yang melanda hampir sasi agar mempunyai pengetahuan,
seluruh lapisan kegiatan manusia. keterampilan, sikap, dan arah perilaku
Situasi ini berdampak pada berkem- yang relevan dengan proses peru-
bangnya saling keterkaitan antara satu bahan yang terjadi. Banyak peristiwa
aksi dan situasi dengan aksi dan kegagalan atau sumber ketidak-
situasi yang lain, yang mendptakan efisienan yang berpusat pada kualitas
jaring hubungan sebab akibat yang sumber daya manusia yang rendah
sifatnya kompleks dan tidak pasti. dan tidak sesuai dengan tuntutan
perubahan. Waterman Jr., Waterman,
Dunia industri dan organisasi
dan Collard (1994) serta Cascio (1995)
mengartikan situasi ini sebagai sumber
mengidentifikasikan diperlukannya
tant~gan dan kesempatan. Tumbuh
jenis pekerja baru yang career-resilient.
dalam kehidupan organisasi satu
Jenis pekerja 1m muncul karena
kebutuhan untuk mengembangkan
lingkungan kerja menuntut mereka
strategi yang efektif untuk meng-
untuk secant terus menerus mengem-
antisipasi kemungkinan dampak
bangkan dan memperbarui pengeta-
negatif yang muncul akibat situasi
huan, keterampilan, dan arah-
global tersebut. Organisasi dituntut
'nyauntuk berkompetisi (Sandbers-
untuk, antara lain, mengembangkan
2000).
strategi belajar yang tepat, yang secara
efektif dapat digunakan sebagai Mereka dituntut untuk selalu
landasan bagi upaya adaptasi terhadap mengembangkan pengetahuan, kete-
situasi yang serba berubah (Gowing, rampilan, sikap, dan arahmereka agar
mampu merespon dengan cepat ritme

45
46 Fathul Himam

serta dinamika perubahan yang terjadi mempunyai satu agenda pendidikan


di lingkungan kerjanya. Mereka yang ingin dicapai (misal: mencer-
dituntut untuk mampu berfungsi daskan kehidupan bangsa), tapi di sisi
secara kompetitif dalam pasar tenaga lain mereka pun dituntut agar lulusan
kerja serba berubah pula rw
aterman, mereka bisa diterima (i.e. bisa
Jr., Waterman, & Collard, 1994).. berfungsi sebagai calon pemimpin
Oemikian halnya dengan peru- bangsa) oleh masyarakat pemakai.
bahan tuntutan masyarakat terhadap Oilema ini muncul terutama karena
keluaran perguruan tinggi, misalnya tidak semua agenda pendidikan
sarjana. Masyarakat saat ini menem- berupa pengalaman-pengalaman bela-
patkan fungsi perguruan tinggi, yang jar yang bisa langsung diterapkan
notabene merupakan organisasi yang dalam realitas kehidupan sehari-hari
mengolah atau mendidik anak-anak di masyarakat.
mereka agar mempunyai nilai tambah Problema tersebut makin diper-
yang sesuai dengan tuntutan parah oleh sikap arogan lembaga
perubahan, sebagai satu organisasi pendidikan (misal: konotasi perguruan
yang vital, yang sangat menentukan tinggi sebagai menara gading) yang
merah-birunya kualitas kehidupan berasumsi bahwa agenda pendidikan
masyarakat. merekalah yang merupakan solusi
Seringkali terdengar keluhan- yang paling tepat bagi upaya-upaya
keluhan masyarakat terhadap kualitas pemecahan masalah yang berkembang
keluaran dari lembaga pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehari-
tinggi. Masyarakat sebagai pemakai hari.
beranggapan bahwa lulusan pergu- Permasalahan-permasalahan itu
ruan tinggi atau jenis-jenis lembaga jelas ~enunjukkan adanya dikotomi
pendidikan yang lain sering antara apa yang dipelajari dengan
menghasilkan tenaga yang tidak siap bagaimana aplikasi dari hal yang
pakai. Masyarakat merasa terbebani dipelajari tersebut (Brown, Collin, &
dengan kualitas keluaran yang Duguid, 1989). Oikotomi atau
demikian, sebab mereka perlu pemisahan antara dua hal tersebut
mengalokasikan investasi tambahan dalam proses belajar membuat
untuk mengolah kembali tenaga kerja persepsi antara penyelenggara pendi-
tersebut sehingga mereka bisa siap dikan dengan pengguna hasil
pakai. pendidikan terhadap proses belajar
Permasalahan 1m seringkali yang seharusnya dilakukan menjadi
menimbulkan dilema bagi lembaga berbeda. Lebih lanjut, hal 1m
pendidikan. Oi satu sisi mereka menyebabkan proses belajar menjadi

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
Situated Learning dan Strategi Transfer Kepemimpinan 47

terpisah dari konteksnya. Banyak ide yang berpengalaman yang tergabung


yang muncul sebagai upaya untuk dalam satu komunitas keilmuan.
memecahkan masalah yang timbul Winn (1993) menambahkan
dalam masyarakat seringkali tidak bahwa situated learning terjadi bila
atau sulit dipahami dan diterapkan. siswa berkesempatan untuk menger-
Permasalahan-permasalahan jakan tugas-tugas belajar yang sifatnya
tersebut merangsang munculnya otentik, yang penyelesaiannya
pertanyaan mengenai bagaimana dilakukan dalam situasi kerja yang
mengembangkan proses dan strategi nyata. Ini artinya proses belajar akan
belajar yang tepat, yang bisa terjadi bila proses tersebut melibatkan
menjembatani misi pendidikan dari unsur konteks atau lingkungan yang
lembaga-lembaga pendidikan dengan benar-benar menjadi sasaran diterap-
harapan-harapan dari masyarakat kannya pengetahuan yang dipelajari.
pemakai. Universitas Gadjah Mada Pengertian situated learning ini
sendiri saat ini, misalnya, sedang melibatkan beberap unsur pentinSt
berupaya untuk memfungsikan insti- yaitu:
tusinya sebagai pencetak pemimpin
1. Setiap individu adalah unik.
bangsa di masa depan. Untuk
Pengalaman-pengalaman belajar
mewujudkan fungsi ini, penerapan
yang dibawa oleh masing-masing
teori situated learning dalam proses
individu sifatnya khas, dan
belajar mempakan salah satu pilihan
pengaiaman-pengalaman ini akan
yang perlu dipertimbangkan validitas-
mempengaruhi bagaimana mem-
nya (Damarin, 1993; Harley, 1993;
persepsikan realitas belajar sebagai
Mclellan, 1993).
hal yang penting atau kurang
penting.
Situated Learning sebagai Kerangka 2. Setiap sasaran yang ingin dicapai
Proses Pembelajaran Kepemimpinan dalam proses belajar hams
Harley (1993) mendefinisikan melibatkan unsur lingkungan atau
situated learning sebagai satu proses konteks yang sifatnya khusus.
belajar yang mengarah pada upaya Kekhususan 1m menyebabkan
untuk memahami the fusion point proses belajar hams melibatkan
antara pengalaman-pengalaman bela- segala unsur yang terdapat dalam
jar siswa yang telah dipunyai dengan konteks tersebut. Karenanya dapat
pengetahuan-pengetahuan bam yang dikatakan bahwa dalam proses
secara substantif disusun atas dasar belajar terdapat sam komunitas
collective agreement dari para praktisi ilmu yang terdiri dati para ahli
atau praktisi. Komunitas ini

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 ~ 7108
48 Fathul Himam

mempunyai persyaratan-persya- 4. Komponen dalam situated learning


ratan khusus mengenai siapa saja meliputi: Apprenticeship, coaching,
yang berhak untuk berparisipasi di repeated practice, articulation,
dalamnya. Agar siswa bisa reflection, collaboration, and stories.
berinteraksi dengan komunitas ini, Implikasinya, pengetahuan sebagai
i.e. dalam menjalani proses hasH belajar tidaklah bersifat
belajarnya, dia harus diakui umum, yang bisa berlaku pada
keberadaannya sebagai salah satu semua situasi. Pengetahuan
partisipan yang sah (i.e. legitimate seharusnya bersifat khusus, yang
peripheral participation). Karenanya, berlaku pada satu konteks tertentu,
belajar dapat diartikan sebagai satu karena kolaborasi, misalnya, meng-
proses untuk hidup dan berkem- . indikasikan terjadinya interaksi
bang dalam komunitas kemasya- yang intensif antara siswa dengan
rakatan yang nyata. Konsekuensi- yang menjadi sumber pengeta-
nya, siswa dituntut untuk huan. Akibatnya, kurikulum
berprestasi yang sesuai dengan pendidikan tidak cukup hanya
harapan atau standard yang menyajikan materi-materi ilmu
ditentukan oleh komunitas pengetahuan yang sifatnya generik
tersebut. Oi sini, proses trial and alau universal, tapi harus
error sarna sekali tidak diharapkan mengarah pada terlibatnya siswa
untuk terjadi. Jadi, belajar akan dalam komunitas atau konteks
terjadi bila siswa mampu keilmuan yang menjadi sasaran
mentransformasikan dirinya sesuai dari proses belajar tersebut. Ini
dengan norma-norma yang berlaku sama halnya dengan proses belajar
dalam komunitas yang dimasuki- bahasa. Belajar bahasa di kelas
nya itu. hanya memungkinkan siswa untuk
3. Evaluasi terhadap hasH belajar menguasai hal-hal yang sifatnya
diarahkan pada pengukuran superfisial, yang tidak otentik.
terhadap performa yang secara Belajar bahasa pada tempat bahasa
nyata berhasil dicapai oleh siswa itu sehari-harinya digunakan, akan
dalam proses interaksinya itu. merangsang siswa untuk melaku-
Mclellan (1993) menegaskan, kan tugas-tugas yang otentik, yang
memungkinkan mereka untuk
we value employees or students
memahami dan menerapkan
who do good things, not those who
bahasa tersebut dalam kehidupan
merely have the capability to do
sehari-hari.
good things (p.39).

Buletin Psikologi, Volume 13, No.1, Juni 2005 ISSN : 0854 -7)08
Situated Learning dan Strategi Transfer Kepemimpinan 49

5. Instruktur harus berfungsi sebagai knowledge appropriate to the new


seorang ahli yang mampu situation. In order to teach the student
membawa siswa untuk memasuki effectively, then, instruction must
situasi kehidupan yang nyata, serta support not only the growth of each
mampu mengoptimalkan dan situational knower but also the
mengintegrasikan pengalaman- processes and pleasures of travelling
pengalaman belajar yang telah (Damarin, 1993, p. 29).
dipunyai siswa dengan situasi baru Nampaknya upaya untuk
yang harus atau sedang dihadapi. mengembangkan seseorang untuk
Pertanyaan selanjutnya adalah menjadi pemimpin melalui suatu
bagaimana mengembangkan bentuk proses pendidikan formal masih
pembelajaran kepemimpinan yang merupakan suatu imp ian yang terus
sesuai dengan konteks kebutuhan berlanjut. Banyak program pelatihan
masyarakat Indonesia yang sedang kepemimpinan yang ditawarkan,
berkembang saat ini? Bagaimana dengan biaya yang tidak kedl, untuk
mengintegrasikan realitas pemimpin mewujudkan impian ini. Seringkali
yang diharapkan masyarakat dengan program-program tersebut menjan-
proses pembelajaran yang dikem- jikan waktu yang singkat untuk
bangkan perguruan tinggi sehingga mencetak seorang pemimpin yang
organisasi ini mampu menghasilkan handal.
sarjana-sarjana yang mempunyai Mungkinkah mendesain satu
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan program pendidikan kepemimpinan
arah gaya, dan budaya kepemimpinan yang canggih, yang cukup mem-
yang relevan dengan kebutuhan butuhkan waktu satu minggu untuk
masyarakat? menciptakan figur pemimpin yang
diharapkan oleh bangsa ini? Kalau
Model-Model Pendekatan Transfer tidak, mengapa banyak ditawarkan
Kepemimpinan: program pelatihan kepemimpinan
yang bernilai jual tinggi? Apakah
We can think a student, not as a
fenomena ini hanya merupakan
knower [vitII a body
sebuah mimpi yang berbingkai (mimpi
knowledge
yang dalamnya terjadi pula mimpi-
and in diverse
mimpi lain)? Ataukah hal tersebut
rather as a confederation of many
merupakan wujud upaya yang keras
knowers, each with its own
dari masyarakat untuk mewujudkan
knowledge, as the student travels from
impian mereka agar menjadi
one situation to another, she becomes
kenyataan?
a different knower, drawing on the

Buletin Psikologi, Volume 13, No. l, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
50 Fathul Himam

Conger (1992) berpendapat bahwa Pendekatan pengembangan


terdapat empat cara pendekatan pokok pribadi diarahkan pad a upaya untuk
dalam mengembangkan program menghilangkan hambatan emosional
pelatihan kepemimpinan, yaitu: dengan menciptakan situasi-situasi
1. Pendekatan yang berorientasi dan pengalaman-pengalaman baru
pada pengembangan pribadi. yang menantang, yang membuat
individu terstimulasi untuk mampu
2. Pendekatan yang berorientasi
memahami beban emosionalnya yang
pad a pengembangan konsep.
terpendam dan berani mengatasi
3. Pendekatan yang berorientasi beban tersebut sehingga tidak lagi
pad a umpan batik. menghambat ekspresi potensinya yang
4. Pendekatan yang berorientasi sejati. Individu diharapkan akan lebih
pada pengembangan kemampuan. mampu berfungsi secara kreatif dan
Masing-masing pendekatan mempu- inovatif.
nyai ciri khas dan tujuan masing- Pendekatan ini lebih difungsikan
masing sesuai dengan arah tujuan sebagai upaya penyembuhan dengan
yang ingin dicapai. menempatkan instruktur pelatihan
sebagai fasilitator. Dengan mencip-
Pendekatan pengembangan pribadi takan situasi pelatihan yang saling
mendukung, kompak, dan in tim
Pendekatan ini beranggapan bah-
diharapkan individu akan termotivasi
wa tidak semua individu menyadari
untuk mengembangkan satu langkah
bahwa mereka mempunyai potensi
berani yang mampu mengatasi masa-
yang besar untuk menjadi seorang
lah emosionalnya yang menghambat.
pemimpin yang efektif. Seringkali
Salah satu bentuk pelatihan semacam
ketidaksadaran ini dilatarbelakangi
ini adalah outward bound training yang
oleh adanya hambatan emosional.
menyajikan tantangan-tantangan
Harapan-harapan masyarakat dan
petualangan di alam terbuka, yang
keluarga yang terlalu tinggi seringkali
memaksa individu untuk bisa suroive
menghalangi manifestasi kemampuan
bila ia mampu mengatasi ketakutan-
seseorang. Ketakutan-ketakutan untuk
ketakutannya. Jenis pelatihan sema-
mengalami kegagalan dan penolakan
cam ini menciptakan situasi yang
dari masyarakat merupakan bentuk
membuat individu berani mengambil
hambatan emosional yang sering
resiko serta mengembangkan
terjadi akibat berkembangnya pera-
kemampuan untuk bekerja sama dan
saan tidak mampu untuk memenuhi
mempercayai orang lain. Semua hal itu
tuntutan yang tinggi itu.
merupakan elemen yang terpenting

Buletin Psikologi, Volume 13, No.1, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7 \08
Situated Learning dan Strategi Transfer Kepemimpinan 51

bagi pengembangan perilaku kepe- dengan bentuk-bentuk perilaku yang


mimpinan yang efektif. nyata.

Pendekatan konseptual Pendekatan umpan balik:


Pendekatan ini didasarkan pad a Dalam hal ini umpan balik ber-
satu asumsi bahwa kepemimpinan fungsi sebagai cermin yang mereflek-
merupakan satu seni yang rumit dan sikan kekuatan-kekuatan serta kele-
umumnya kurang dapat difahami mahan-kelemahan perilaku kepemim-
secara utuh dan benar. Oleh pinan individu. Agar dap berfungsi
karenanya, pelatihan kepemimpinan sebagai cermin, maka situasi pelatihan
haruslah diarahkan pada satu upaya haruslah diarahkan pad a upaya untuk
untuk menciptakan kondisi yang menciptakan:
mampu menstimulasi individu untuk 1. Kontradiksi terhadap pandangan
menyadari dan mengalami konsep- individu mengenai kemampuan
konsep penting yang terdapat dalam dan kualitas perilaku kepemim-
pengertian dan proses kepemimpinan pinan mereka. Kontradiksi ini
yang benar. diharapkan akan menstimulasi
Dengan pengertian ini, maka individu untuk secara sungguh-
desain pelatihan yang efektif haruslah sungguh mengevaluasi kembali
meliputi: (1) pengembangan satu kualitas perilaku mereka serta
model kepemimpinan efektif yang mampu mengembangkan upaya
sederhana, dengan menganaHsis nyata untuk mempeIajari hal-hal
elemen-elemen terpenting yang yang baru yang mengarah pada
tercakup dalam proses kepemimpinan perilaku yang lebih efektif;
(misalnya: inspiring a shared vision, 2. Umpan balik yang menyenangkan
modelling the way, dan lain-lain); (2) dan hal ini berfungsi sebagai
penyajian ilustrasi-ilustrasi yang kejutan yang positif. Bagi mereka
konkret dan mudah dipahami, yang yang masih kurang yakin dengan
bisa digunakan untuk menjelaskan kemampuan kepemimpinan
secara lebih rind model dan elemen mereka, umpan batik yang positif
yang telah dibahas sebelumnya. ini akan menstimulasi tumbuhnya
Ilustrasi tersebut dapat berupa rasa percaya dirL Rasa percaya diri
studi kasus, aktivitas-aktivitas di luar ini diharapkan akan diujudkan
ruangan yang dapat menstimulasi dalam bentuk inisiatif dan
individu untuk menghubungkan komitmen yang tinggi serta
konsep-konsep dasar kepemimpinan

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN: 0854 - 7108
52 Fathul Himam

Kesimpulan
resiko.
Pemahaman mengenai situated
Umpan ini akan berfungsi learning berimplikasi pada perlu
efektif bila jumlahnya tidak terlalu diciptakannya budaya belajar yang
banyak membuat individu bam, yang melibatkan unsur sosial-
sulit menentukan kepen- budaya dari lingkungan yang relevan
tingannya. Hal yang dengan sasaran proses belajar tersebut.
diperhatikan adalah individu agar Konsekuensinya, kolaborasi dengan
diberi waktu cukup untuk lingkungan sangatlah diperlukan
mencoba yang bam mereka dalam proses penularan ilmu. Implisit
temukan di bawah bimbingan pengertian Inl mempersepsikan
intmkturnya. pengetahuan sebagai satu produk
yang sifatnya spesifik dan context-
Peudekatau peugembaugan l(prr1l1rnnl,lllfl bound.

Cara dilakukan dengan


ini Dengan diterapkannya prinsip-
membuat kepemimpinan prinsip situated maka prestasi
~r,"C£>C yang praktis dan individu sehamsnya bisa dilihat dari
itu, dimensi bagaimana kemampuan aktua! mereka
kepemimpinan dalam memecahkan permasalahan-
pecah, dalam bentuk-bentuk permasalahan sehari-hari yang
perilaku yang berkembang dalam masyarakat.
Pelatihan
dituntut eklektif,

upaya
pengalaman berikut-
ini berfungsi sehingga secara visual bentuk
tingkat memimpin desainnya akan seperti
mereka yang sesungguhnya.

Buletin Psikoiogi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
Situated Learning dan Strategi Transfer Kepemimpinan 53

Pertanyaan-pertanyaan aplikatif Cascio, W.F. 1995. Whither industrial


and organizational psychology in a
1. Bagaimana bentuk upaya lembaga
changing world of work? American
pendidikan tinggi dalam mem-
Psychologist, 50, 11,928-939.
bangun jaringan kolaborasi yang
mampu mendukung efektivitas Conger, J.A. 1992. Learning to lead:
proses belajar? The art of transforming managers
into leaders. San Fransisco: Jossey-
2. Konteks atau situasi yang bagai-
Bass Publishers.
mana yang hams dikembangkan
sehingga individu mampu Damarin, S.K. 1993. Schooling and
menunjukkan perilaku belajar yang situated knowledge: travel or
sifatnya otentik? Apakah kega- tourism.
galan dalam menemukan konteks Educational TechnoloS~1 (March), 27-32.
belajar tersebut akan berarti Gowing, M.K., Kraft, J.D, & Quick, J.C
kegagalan pula dalam proses 1998. TIle new organization reality:
pendidikan? Downsizing, restructuring, and revita-
3. Mungkinkah fen omena perilaku lization. Washington, D.C: Ame-
agamis diintegrasikan dalam rican Psychological Association.
mendesai program peiatihan? Harley, S. 1993. Situated learning and
Apakah behavior modelling tepat classroom instruction. Educational
unutk diterapkan dalam konteks
Technology (March), 46-51.
membangun figur pemimpin yang
berakhlak mulia? Himam, F. 2002. Inventing the future:
A meta-ethnographic analysis
towards understanding the process
Daftar Pustaka of individual and organizational
Brown, JS, Collins, A., & Duguid, P. adaptive strategies to change
1989. Situated cognition and the (Doctoral dissertation, University of
culture of Nebraska-Lincoln).
learning. Educational Researcher ,32, 32- Mclellan, H. 1993. Evaluation in a
42. situated learning environment.
Cady, S.H. & Hartdalupas, L. 1999. A Educational
lexicon for organizational change: Technology (March), 39-45.
examining the use of language in Sanber& J. 2000. Understanding
popular, practitioner, and scholar human competence at work: An
periodicals. The Journal of Applied interpretative approach. Academy of
Business Research, 15,4,81-94. Management Journal, 43, I, 9-25.

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I. Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108
54 Fathul Himam

Waterman, Jr., R.H., Waterman, J.A., & Winn, W. 1993. Instructional design
Collard, B.A. 1994. Toward a career- and situated learning: paradox or
resilient workforce. Harvard partnership.
Business Review, July-August, 87-95. Educational Technology (March) 16-21.

Buletin Psikologi, Volume 13, No. I, Juni 2005 ISSN : 0854 - 7108

Anda mungkin juga menyukai