Anda di halaman 1dari 11

1

MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN


GREEN CAMPUS
Tujuan : Untuk Mendeskripsikan Persoalan
Tentang Green Campus
Dosen : Bp. Taufik Kamil
KELOMPOK 2 IF 38-05
UNIVERSITAS TELKOM
TAHUN AJARAN
2014/2015

1
LEMBAR ANGGOTA

No Nama NIM Job Desc
1 Thareq Arsyad 1301140155
2 Arian Nurrifqhi 1301144005
3 Ferdy Dian Anugrah 1301140035
4 Fiqry Firdhan 130114305
5 Ilham Fadli Suryabakti 1301144175
6 Fikri Razzaq Arasyid 1301144425
7 Fitrah Bima Anugrah 1301140295
8 Fatima Nurshafarani 1301144245
9 Daraswati Zakirah 1301140325









1
Kata Pengantar

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang
telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalag
ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Green
Campus, khusunya di Indonesia. Karena salah satu Negara yang mempunyai
hutan yang luas. Tetapi masih banyak pencemaran dan polusi walaupun
Indonesia merupakan negara dengan luas hutan terbesar ke-8 di dunia.
Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu bapak
Taufik Kamil yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun makalah yang baik dan benar.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Telkom
University.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih






Kelompok 2 IF 38-05
1
Daftar Isi






















1
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi berjalan begitu cepat dalam berbagai
sisi kehidupan. Perkembangan teknologi membuat manusia lebih mudah
mengerjakan suatu pekerjaan. Yang pada awalnya manusia harus bersusah
payah mengerjakan suatu hal kini mereka semakin mudah mengerjakan
pekerjaan dengan bantuan teknologi yang canggih.
Namun begitu pesatnya teknologi saat ini terkadang manusia lupa
kesadaran akan lingkungan yang mereka pijak. Padahal lingkungan sangat
berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Terlebih lagi apabila
kita tinggal di daerah tropis dengan sejuta pesona biotik yang dimiliki oleh
daerah tropis rusak akibat dari kemajuan teknologi. Indonesia misalnya.
Indonesia adalah Negara yang memiliki wilayah hutan yang sangat luas,
hal ini terbukti dengan statistik tahun 2005 yang menempatkan Indonesia
sebagai Negara dengan hutan terluas di dunia, yaitu pada urutan ke-8 yaitu
dengan Luas area 847,522 km2. Oleh karena itu untuk menjaga dan
melestarikan hutan yang berada di kawasan Negara Indonesia, diperlukan
sebuah alat atau program yang mampu menumbuhkan sikap cinta terhadap alam
Indonesia.
Untuk menumbuhkan hal tersebut membutuhkan proses dari yang terkecil
sampai yang terbesar, seperti halnya diterapkan pada sekolah sekolah dan
universitas yang ada di Indonesia. Untuk di sekolah dasar atau sekolah
menengah biasanya belum banyak program yang mengajarkan hal tersebut,
hanya dalam bentuk penyampaian untuk menjaga lingkungan sekitar . beda hal
nya dengan ditingkat universitas, banyak sekali program yang dapat
mengajarkan hal ini, salah satunya adalah Green Campus
Green Campus, yang berarti Kampus Hijau memiliki makna yang luas
Green atau dengan sebutan Green Leaves sering diartikan dengan generasi
muda Indonesia adalah bibit-bibit unggul yang masih hijau dan green campus
berpotensi melahirkan generasi pribadi yang matang dan berguna bagi bangsa
1
dan negara. Green dalam konteks Green Power berarti kekuatan financial.
Green Campus sebagai kampus yang dapat memberikan power untuk menopang
seluruh aktifitas perkuliahan bertujuan menciptakan pribadi raharja yang dapat
mandiri secara financial (financially independent).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di
bahas dalam makalah ini adalah Sikap kita terhadap lingkungan alam dan Green
Campus.


C. Maksud dan Tujuan
Sebagai alat untuk menumbuhkan sikap cinta terhadap lingkungan sekitar
dan mengetahui pentingnya menjaga, melestarikan, mencintai lingkungan alam
yang ada di sekitar kampus bahkan di Indonesia













1
ISI

A. Pengertian Green Campus

Green dalam konteks Green Power berarti kekuatan financial. Green Campus
sebagai kampus yang dapat memberikan power untuk menopang seluruh aktifitas perkuliahan
bertujuan menciptakan pribadi raharja yang dapat mandiri secara financial Green dalam
konteks Green Power berarti kekuatan financial. Green Campus sebagai kampus yang
dapat memberikan power untuk menopang seluruh aktifitas perkuliahan bertujuan
menciptakan pribadi raharja yang dapat mandiri secara financial

Saat kita berbicara tentang green campus, sebenarnya persoalan yang dihadapi oleh
seluruh civitas akademika bukan hanya tentang bagaimana cara agar kampus sebagai
tempat belajar mahasiswa menjadi hijau bersih dan nyaman. Bukan juga tentang seberapa
menguntungkan jika kebijakan green campus dilakasanakan untuk menarik para mahasiswa
baru dan memperoleh berbagai penghargaan nasional mapupun internasional dari kebijakan
itu karena sudah ikut berpartisipasi dalam isu-isu internasional. Persoalan green campus
sebenarnya lebih dari persoalan praktis yang telah disebutkan, persoalan green campus
adalah persoalan moral. Mengapa? Karena persoalan green campus nantinya akan
mempunyai konsekuensi etis,seperti mengapa itu dilarang, dan mengapa itu dilakukan?,
mengapa itu baik, dan mengapa itu buruk untuk dilakukan?.
Persoalan yang sudah disebutkan mengindikasikan perlunya sebuah landasan moral
dalam wacana green campus. Sebuah landasan yang bisa dijadikan prinsip bagi seluruh
civitas akademika bahwa persoalan green campus bukan hanya sekedar persoalan praktis
(apakah kegunaannya?), tetapi juga persoalan yang berhubungan dengan kewajiban kita
sebagai manusia yang berada di dunia.
Landasan Moral Green Campus : dalam Kenyataannya Manusia adalah Bagian dari
Alam
Apa yang baik-nya kita lakukan sebagai manusia? Menurut Driyarkara (2006:556)
adalah berbuat dan bertindak sebagaimana manusia, sesuai dengan kenyataannya, dan
sesuai dengan kodratnya. Hal itu mengindikasikan bahwa landasan yang paling tepat agar
manusia bermoral adalah kodrat manusia itu sendiri (kemanusiaannya). Dan hubungannya
dengan green campus adalah ; kmai dapat berkata bahwa kodrat manusia adalah bagian
dari alam. Sekali lagi bahwa manusia adalah bagian dari alam.
Memang terlihat sederhana, tetapi salah pandang terhadap pernyataan ini telah
dilakukan sepanjang sejarah umat manusia sehinggamembuat kita seperti yang dikatakan
Driyarkara tidak berlaku sebagai manusia. Salah pandang itu adalah anggapan bahwa
manusia adalah penguasa alam. Rene Descartes (1596-1650) sebagai bapak zaman
modern lah yang memulai anggapan itu dengan perkataan bahwa : dengan melakukan
adaptasi terhadap benda-benda tersebut, dan dengan demikian, membuat kita sebagai tuan
dan pemilik alam (Descartes, *1637+ 2008:48).
1
Mengapa pernyataan itu salah? karena hal itu mengingkari kodrat kita sebagai
manusia, mengingkari kenyataan kita. Martin Heidegger (1889-1976)dalam karyanya Being
and Time dan TheQuestion Concernig Technology kembali mempertanyakan cara pandang
melihat alam yang seperti itu.
Menurutnya,kodrat keberadaan manusia adalah bersama pengada (mahluk) yang
lain, in-der-Welt-sein, bersama mahluk lainnya. Salah pandang dalam memandang alam yang
anthroposentris(menjadikan manusia sebagai pusat dan tujuan alam semesta) seperti pada
pandangan Descartes, membuatmanusia jadi bersikap teknologis. Heidegger (1977:20-21)
menyebutnya dengan ge-stell, yaitu sikap membingkai, dan memaksa manusia melihat alam
sebagai persediaan (utilitarian). Sikap ini bukanlah sikap manusia yang asli, sikap ini
mengingkari kenyataan manusia. Kita bisa melihat dampak dari salah pandang ini adalah
terjadinya pelbagai kerusakan lingkungan. Sikap yang benarbahwa dalam kenyataannya
manusia hanyalah bagian dari alam dan hidup bersama mahluk lainnya menurut Heidegger
([1927] 2001:83-84) adalah Sorge, yang berarti merawat alam dengan perhatian.
Dengan logika tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa landasan moral yang
paling cocok dalam wacana green campus adalah kewajiban. Karena green campus yang
akan menciptakan tatanan kampus berorientasi etika lingkunganmemang sesuai dengan
kodrat manusia, yaitu bagian dari alam. Dan juga cocok dengan sikap yang benar dalam
memandang alam yaitu dengan Sorge, atau merawat dengan perhatian.Pendasaran moral
ini mengandaikan strategi untuk dilaksanakan,yaitu melakukan penyadaran moral terhadap
seluruh civitas akademika dalam mengembangkan wacana green campus, -dengan berbagai
cara seperti penyuluhan atau penambahan mata kuliah etika lingkungan di setiap fakultas
bahwagreen campus adalah kewajiban! Kewajiban kita sebagai manusia!.
Beberapa persoalan terpenting adalah mengubah mindset moral dalam alasan dan
tindakan menciptakan green campus. Bukan lagi misalnya bertanya apakah manfaat dan
keuntungan membuang limbah praktikum di sungai dengan proses pengelolahan limbah?
tetapi membuang limbah praktikum di sungai dengan proses pengelolahan limbah memang
harus dilakukan karena sesuai dengan kewajiban kita sebagai civitas akademika dan
sebagai manusia. Orientasi yang melulu hasil (utilis) dan yang cenderung ekonomis dan
politis, bahkan medis sekalipun dapat mereduksi arti pentingwacana green campus, yaitu
sebagai salah satu usaha merawat alam sebagai kodrat kita.Tentunya landasan ini akan
menciptakan berbagai implikasi terhadap banyak hal, dan yang terpenting adalah terhadap
pengembangan IPTEK di perguruan tinggi.
B. Kenapa Harus Green Campus dan Keuntunganya
C. Green Campus Pilot Project
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 2008 tentang Air
Tanah pada pasal 2 di sebutkan bahwa sumber daya air termasuk di dalamnya
air tanah dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan
hidup dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan air yang berkelanjutan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kebijakan pengelolaan air tanah
1
ditujukan sebagai arahan dalam penyelenggaraan konservasi air tanah,
pendayagunaan air tanah, pengendalian daya rusak air tanah, dan sistem
informasi air tanah yang disusun dengan memperhatikan kondisi air tanah
setempat.
Arah kebijakan pengembangan Universitas Sebelas Maret
terkait pengelolaan sumber daya air di arahkan sebagai berikut:
1. Mewujudkan sinergi dan mencegah konflik antar Fakultas/Bagian dalam
pemanfaatan sumberdaya air,
2. Mendorong proses pengelolaan sumberdaya air yang terpadu antar
Fakultas/Bagian dan antar blok bangunan yang terkait,
3. Menyeimbangkan upaya konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air agar
terwujud kemanfaatan air yang berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh
civitas akademika di Universitas Sebelas Maret Surakarta,
4. Menyeimbangkan fungsi akademik (kebutuhan air untuk mendukung
pembelajaran), kebutuhan sosial (kebutuhan MCK), dan nilai ekonomi
(kebutuhan kantin),
5. Melaksanakan pengaturan sumber daya air secara bijaksana agar pengelolaan
sumber daya dapat diselenggarakan seimbang dan terpadu,
6. Mengembangkan sistem pembiayaan pengelolaan sumberdaya air yang
mempertimbangkan prinsip cost recovery dan kondisi sosial ekonomi
Kampus Universitas Sebelas Maret,
7. Mengembangkan sistem kelembagaan pengelolaan sumberdaya air yang
membuka akses partisipasi seluruh civitas akademika Kampus Universitas
Sebelas Maret serta mewujudkan pemisahan fungsi pengatur (regulator) dan
fungsi pengelola (operator).
Area resapan air
Perbandingan kawasan terbangun dan tidak terbangun (kawasan resapan) di
Kampus Universitas Sebelas Maret dapat digunakan untuk menentukan
seberapa besar air hujan yang dapat dimasukkan kedalam tanah memalui
proses infiltrasi dan perkolasi sehingga mampu melakukan pemasokan air
tanah, khususnya air tanah dangkal. Semakin banyak air hujan yang dapat
masuk ke dalam tanah dan atau batuan maka upaya perlindungan dan
pelestarian air tanah berhasil baik.Keberadaan penutupan permukaan tanah
di Kampus Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta dapat
dibagi menjadi 6 Zona (A-G) dengan luas 600.000 m
2
, yang terdiri dari area
tidak terbangun dan area terbangun. Area tidak terbangun yang
bersifat permeabelseluas 247292.62 m
2
, (41,76 %) yang terdiri dari taman,
hutan kampus, sungai dan danau yang ditampilkan pada Gambar 4.2. Area
terbangun yang bersifat impermeabeldengan luas 351.303,32 m
2
(59,24 %)
1
yang terdiri dari bangunan gedung, jalan, dan area parkir yang
ditampilkan pada Gambar di bawah.

Dalam upaya mengurangi air hujan yang menjadi aliran permukaan dan
memperbanyak peresapan maka Universitas Sebelas Maret merencanakan
beberapa program yaitu:
1. Mempertahankan luasan kawasan Hutan Kampus sehingga pembangunan
gedung di arahkan secara vertikal,
2. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada sempadan jalan (koridor
masuk dan keluar), pulau jalan dan median jalan, persimpangan jalan, ruang
pejalan kaki, sempadan danau dan sempadan sungai.
3. Pembuatan danau baru di daerah resapan barat dan daerah resapan timur,

















1
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai