Anda di halaman 1dari 14

RPP “MERDEKA BELAJAR” BERBASIS LSLC:

BAGAIMANA MERANCANG PEMBELAJARAN DI ABAD 21?

Ditulis oleh Dr. Nofrion, M. Pd


Dosen Program Studi S1 dan S2 Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

A. Pengantar
Pendidikan adalah investasi masa depan (education as an investment). Kebijakan
pendidikan hari ini akan menentukan kualitas generasi bangsa sekaligus peran dan
fungsinya dalam pergaulan global yang saling terhubung dan digital. Mengawali
tugasnya sebagai orang nomor satu di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Nadiem Makarim atau sering disebut Mas Menteri oleh
media mengeluarkan suatu revolusi dalam pembelajaran yang disebut dengan
“Merdeka Belajar”. Program ini diharapkan bisa menjadi solusi bagi dunia
pendidikan dimana guru dan siswa diberikan “kemerdekaan” dalam belajar. Salah
satu aspek yang dibidik adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP.
Atas dasar masukan dari banyak pihak, menteri menilai bahwa RPP yang ada
selama ini kurang efisien (membutuhkan waktu dan energi yang banyak dalam
menyusunnya) dan kurang efektif. Lalu, dicanangkanlah RPP Merdeka Belajar
dengan jargon “cukup satu lembar” dengan fokus pada tiga komponen saja yaitu:
1. Tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti pembelajaran
3. Penilaian pembelajaran

Jika dibandingkan dengan komponen RPP berdasarkan Permendikbud nomor 22


tahun 2016 tentang Standar Proses terlihat bahwa terjadi pengurangan jumlah
komponen yang signifikan dari 13 komponen menjadi tiga komponen wajib saja
dan komponen lain sebagai pelengkap. Lebih lanjut, Mendikbud juga memberikan
kebebasan kepada guru dan MGMP untuk mengembangkan format RPP secara
kolaboratif dan tidak menetapkan suatu format yang wajib dipakai oleh guru se
nusantara. Sampai disini, kebijakan RPP Merdeka Belajar membuat guru bisa
bernafas lega. Tidak akan dibebani lagi oleh kewajiban menyusun RPP “seideal”
1
mungkin sesuai dengan format “baku” yang dianggap sakti mandraguna serta
harus mengintegrasikan ini dan itu serta harus menuliskan redaksinya di dalam
RPP. Sungguh, suatu pekerjaan yang berat. Jika RPPnya saja sudah memberatkan
guru apalagi melaksanakannya.

Namun, disisi lain kebijakan RPP Merdeka Belajar ini justru menantang guru
untuk lebih kreatif dalam merancang tiga aspek wajib dalam RPP tersebut yaitu
tujuan, kegiatan inti dan penilaian. Menurut pemikiran penulis, RPP bisa saja satu
lembar atau lebih. Hal terpenting adalah guru harus memastikan bahwa aktivitas
dan pengalaman belajar yang dirancang bisa membuat siswa mencapai tujuan
pembelajaran dan dapat dinilai efektivitasnya. Tulisan sederhana ini menyajikan
suatu ide dan gagasan tentang bagaimana merancang pembelajaran di abad 21
serta apa saja yang harus diperhatikan guru dalam merancang RPP versi Merdeka
Belajar.

B. Landasan Teoretis
Menurut Tyler dalam William H. Schubert (1986:171) menjelaskan bahwa ada
empat pertanyaan pokok yang menjadi dasar dan ukuran dalam merancang sebuah
kurikulum untuk pembelajaran termasuk di dalamnya merancang perencanaan
pembelajaran.
1. What educational purposes should the school seek to attain? (apa tujuan
pendidikan atau pembelajaran yang hendak dicapai?).
2. How can learning experiences be selected which are likely to be useful in
attaining these purposes? (pengalaman belajar apa yang harus dipilih
untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut).
3. How can learning experiences be organized for effective instruction?
(bagaimana pengalaman belajar dikelola agar pembelajaran berjalan
efektif?)
4. How can the effectiveness of learning experiences be evaluated?
(bagaimana pengalaman belajar dapat dievaluasi, berhasil atau tidak?).

2
Dari kutipan di atas dapat disarikan bahwa ada empat hal pokok yang harus
diperhatikan dalam merancang kurikulum dan pembelajaran yaitu:
1. Tujuan pembelajaran (aim, goal, objective). Saatnya untuk mengkaji ulang
apakah tujuan pembelajaran baik pada level nasional (aim), level sekolah
(goal), dan pada level mata pelajaran (objective) sudah relevan dengan
tujuan pembelajaran global dengan tetap mempertahankan nilai-nilai lokal
dan nasional sebagai identitas dan kepribadian.
2. Pengalaman belajar (learning experiences).
3. Aktivitas belajar (learning activities).
4. Penilaian pembelajaran (assessment and evaluation).

Kurikulum di sekolah harus memiliki orientasi dan fungsi (Brady & Kennedy,
2007:9)
Tabel 1. Orientasi dan Fungsi Kurikulum Sekolah
Curriculum Curriculum Functions Intisari
Orientations (Knowledge, Skill and Values)
plus perspective
Cultural ensure the foundation of memastikan fondasi
society are transmitted to the masyarakat ditransmisikan ke
next generation. generasi berikutnya
Personal provide for the instrinsic needs menyediakan kebutuhan
of individual and group instrinsik individu dan
kelompok.
Vocational ensure student are equipped memastikan siswa dilengkapi
with the necessary knowledge dengan pengetahuan dan
and skills to enable them to keterampilan yang diperlukan
participate actively in world of untuk memungkinkan mereka
work berpartisipasi aktif dalam dunia
kerja
Social enable society to function in a memungkinkan masyarakat
harmonious way for the benefit berfungsi secara harmonis
of all untuk kepentingan semua
Economical ensure that the productive memastikan bahwa kapasitas
capacity of individual and the produktif individual dan
nation as o whole is taken into bangsa secara keseluruhan
consideration dipertimbangkan
Sumber : Brady & Kennedy (2007:9)

3
Selanjutnya, dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses
dicantumkan 14 prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yaitu:
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar;
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Deningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9. Dembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. Dembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

C. Kerangka Pembelajaran Abad 21


Partnership for 21st Century Learning telah mempublikasikan Framework for 21st
Century Learning (2007) sebagai suatu visi terpadu untuk pembelajaran dalam
rangka memastikan keberhasilan siswa di dunia yang selalu berubah dan
pembelajaran yang tidak pernah berhenti. Kerangka kerja ini menjelaskan
keterampilan, pengetahuan, dan keahlian yang harus dikuasai siswa untuk berhasil
dalam pekerjaan dan kehidupan; itu adalah perpaduan dari pengetahuan konten,
keterampilan khusus, keahlian, dan literasi.

4
Gambar 1. Framework for 21st Century Learning
Sumber: Battle for Kids/p21.org (2019)

Kerangka P21 untuk Pembelajaran Abad 21 dikembangkan atas dasar masukan


dari pendidik, pakar pendidikan, dan pemimpin bisnis/pengusaha untuk
mendefinisikan dan mengilustrasikan keterampilan, pengetahuan, keahlian, dan
sistem pendukung yang dibutuhkan siswa untuk berhasil dalam pekerjaan, hidup,
dan kewarganegaraan. Kerangka kerja terus digunakan oleh ribuan pendidik dan
ratusan sekolah di AS dan di luar negeri. Semua elemen dalam Kerangka ini
penting untuk memastikan kesiapan siswa di abad 21. Ketika pembelajaran
dibangun dengan fondasi ini, menggabungkan pengetahuan dan keterampilan
dengan sistem pendukung yang diperlukan seperti standar, penilaian, kurikulum
dan pembelajaran, pengembangan profesional, dan lingkungan belajar, siswa lebih
banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan lulus dengan lebih siap untuk
berkembang di dunia yang saling terhubung secara digital dan global saat ini.
Kerangka pembelajaran abad 21 meliputi:

1. Mata Pelajaran dan Tema Utama yang meliputi;


a. English, reading, or language arts
b. World languages
c. Arts

5
d. Mathematics
e. Economics
f. Science
g. Geography
h. History
i. Government and Civics
Selain mata pelajaran utama, sekolah harus mempromosikan tema-tema
interdisipliner abad 21 yaitu;
a. Global Awareness
b. Financial, Economic, Business, and Entrepreneurial Literacy
c. Civic Literacy
d. Health Literacy
e. Environmental Literacy

2. Learning Skill dan Innovation


Keterampilan belajar dan inovasi semakin diakui sebagai indikator yang
memisahkan siswa yang siap untuk kehidupan yang lebih kompleks dan
lingkungan kerja di abad ke-21, dan mereka yang tidak. Fokus pada kreativitas,
pemikiran kritis, komunikasi, dan kolaborasi sangat penting untuk mempersiapkan
siswa untuk masa depan. Keterampilan belajar yang dimaksud adalah:
a. Creativity dan Innovation
b. Critical Thinking and Problem Solving
c. Communication
d. Collaboration

3. Information, Media, and Technology Skills


Orang-orang di abad ke-21 hidup dalam teknologi dan lingkungan yang didorong
oleh media, ditandai oleh berbagai karakteristik seperti: 1) akses ke banyak
informasi, 2) perubahan cepat dalam alat teknologi, dan 3) kemampuan untuk
berkolaborasi dan memberikan kontribusi individu pada skala yang belum pernah
terjadi sebelumnya. Warga negara dan pekerja yang efektif di abad ke-21 harus

6
mampu menunjukkan berbagai keterampilan berpikir fungsional dan kritis terkait
dengan informasi, media, dan teknologi. Meliputi:
a. Information Literacy
b. Media Literacy
c. ICT (Information, Communications, and Technology) Literacy

4. Life and Career Skills


Kehidupan dan lingkungan kerja saat ini membutuhkan lebih dari sekadar
keterampilan berpikir dan pengetahuan konten. Kemampuan untuk menavigasi
kehidupan yang kompleks dan lingkungan kerja di era informasi yang kompetitif
secara global mengharuskan siswa untuk memberikan perhatian yang ketat untuk
mengembangkan kecakapan hidup dan karier yang memadai. Meliputi:
a. Flexibility and Adaptability
b. Initiative and Self-Direction
c. Social and Cross-Cultural Skills
d. Productivity and Accountability
e. Leadership and Responsibility

Pembelajaran abad ke 21 membutuhkan sistem pendukung yang inovatif untuk


melibatkan peserta didik melalui keterampilan danpengetahuan, teknologi tepat
guna, dan koneksi dunia nyata untuk menjadikan pembelajaran relevan,
dipersonalisasi, danmenarik. P21 telah mengidentifikasi lima sistem pendukung
penting untuk memastikan semua siswa menerima jenis pembelajaran pengalaman
yang membangun kompetensi abad ke-21. Lima sistem pendukung yang
dimaksud adalah:
a. 21st Century Standards
b. Assessments of 21st Century Skills
c. 21st Century Curriculum and Instruction
d. 21st Century Professional Development
e. 21st Century Learning Environments

7
Kemitraan untuk Pembelajaran Abad 21 mengakui bahwa semua siswa
membutuhkan pengalaman pendidikan di sekolah dan di luar serta dari tempat
lahirnya karier untuk membangun pengetahuan dan keterampilan sebagai modal
untuk sukses di dunia yang saling terhubung secara global dan digital. Kemitraan
untuk Pembelajaran Abad 21 menjadikan pengajaran dan pembelajaran yang
inovatif menjadi kenyataan bagi semua orang.

D. Merancang RPP untuk Pembelajaran Abad 21


RPP Merdeka Belajar difokuskan pada tiga komponen inti (komponen lain
bersifat pelengkap dan dapat dipilih secara mandiri). Ketiga komponen inti
tersebut adalah:
1. Tujuan pembelajaran. Pertanyaanya adalah bagaimana merumuskan
tujuan pembelajaran?. Tujuan pembelajaran dibuat dengan merujuk
kepada kurikulum dan kebutuhan dasar siswa. Jika selama ini ada aturan
bahwa tujuan pembelajaran memuat unsur A (audience), B (Behavior), C
(Condition) dan D (Degree) maka dalam RPP ke depan hal ini bisa
dipertahankan namun minimal rumusan tujuan pembelajaran memuat
proses dan hasil yang diharapkan. Contoh:

Rumusan Tujuan Pembelajaran versi A B C D:


Dengan mengamati dan mendiskusikan (Condition) masalah dalam video
tentang gunung meletus siswa (Audience) diharapkan mampu menentukan
(Behavior) minimal tiga upaya mitigasi bencana gunung meletus dengan
benar (Degree).

Rumusan Tujuan Pembelajaran Minimal:


Dengan mengamati dan mendiskusikan (Condition) video gunung meletus
siswa (Audience) diharapkan mampu menentukan (Behavior) upaya-
upaya mitigasi bencana gunung meletus.

Terlihat dalam rumusan Tujuan Pembelajaran di atas fokus pada


kebutuhan siswa. Proses dan kegiatan yang dirancang serta capaian yang
diharapkan.

8
2. Kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dalam
konteks ini menurut hemat penulis mencakup:
a. Kegiatan pendahuluan yang meliputi orientasi, apersepsi dan motivasi.
b. Kegiatan inti yang merujuk kepada pendekatan saintifik dengan pola
lima M (learning experiences), student centre, sintak model
pembelajaran yang diadosi dengan metode dan teknik pembelajaran
yang variatif yang dikuasai guru. Kegiatan pembelajaran pada kegiatan
ini bertumpu pada dua aspek utama yaitu:
1) Activity. Guru harus merancang pembelajaran yang dapat
mendorong siswa melakukan berbagai bentuk aktivitas belajar baik
aktivitas belajar dasar (basic learning activity) maupun aktivitas
belajar lanjut (advance learning activity). Menurut Nofrion, dkk
(2017:2018:2019), aktivitas belajar dasar seperti melihat,
mendengar, mengamati, menanya, mencoba, mencari,
mengumpulkan dan aktivitas sejenis. Sedangkan aktivitas belajar
lanjut meliputi berdialog, interaksi, mengkomunikasikan,
berkolaborasi (menunjukkan saling peduli, saling belajar
(reciprocal relation) dan saling menguatkan tanpa mendominasi
dalam mencari solusi suatu masalah). Aktivitas belajar lanjut
terjadi untuk menganalisis dan mengevaluasi dan menyimpulkan
(inferring). Dialog dan Kolaborasi merupakan karakter “silent
revolution” yang digagas oleh Sato (2012) dalam bukunya
Mereformasi Sekolah. Manabu Sato adalah peraih Penghargaan
Selevel Nobel bidang pendidikan di China atas kontribusinya
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalitas
guru melalui Lesson Study for Learning Community (LSLC).
2) Thinking. Aktivitas belajar erat kaitannya dengan proses berpikir.
Saat melakukan aktivitas belajar siswa melakukan aktivitas
berpikir dan saat berpikir siswa juga melakukan aktivitas belajar.
Berpikir adalah esensi utama manusia. Filsuf mengatakan saat saya
berpikir maka saya ada. Menurut Krulik, dkk (2003) ada dua
9
kemampuan yaitu kemampuan dasar meliputi ingatan dan berpikir
sederhana serta kemampuan berpikir kritis. Pada Kurikulum 2013,
pembelajaran diarahkan pada kemampuan berpikir kritis (C4 dan
C5) dan berpikir kreatif (C6).

Gambar 2. Dimensi Proses Berpikir


Sumber : Anderson & Krathwohl (2001)

Rancangan kegiatan pembelajaran pada kegiatan inti harus mengacu pada


aktivitas belajar dan kemampuan berpikir. Tugas guru adalah mencari dan
menyiapkan suatu masalah atau soal atau tugas yang dapat memicu terjadinya
aktivitas belajar dan berpikir siswa.
c. Kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup, siswa dalam bimbingan
guru menyampaikan pokok-pokok materi pelajaran yang telah
dikuasai. Perlu menjadi perhatian dan bahan diskusi bersama bahwa
kurang tepat jika pada kegiatan penutup siswa diminta menyampaikan
simpulan dari pelajaran. Lebih tepatnya adalah siswa diminta
menyampaikan inti sari atau pokok-pokok materi yang telah dikuasai.
Alasannya, jika siswa diminta menyampaikan simpulan maka akan
membutuhkan waktu yang lebih lama dan memiliki potensi pendapat
yang sama. Berbeda jika siswa diminta menyampaikan pokok-pokok
10
materi yang dikuasai. Peluang pendapat berbeda jauh lebih besar
dibandingkan dengan menyampaikan simpulan pembelajaran. Pada
kegiatan penutup, guru memberikan refleksi dan apresiasi, penugasan
dan menjelaskan kegiatan pembelajaran berikutnya. Terkait dengan
penugasan, guru sebaiknya tidak lagi memberikan penugasan dalam
bentuk soal yang harus dikerjakan di rumah. Dengan menerapkan
“Flipped Classroom”, guru memberi tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi/konsep yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya bisa dalam bentuk bahan ajar daring, ebook, video, slide
presentation baik yang disiapkan guru atau menggunakan sumber-
sumber daring dan valid.
3. Asesmen atau penilaian pembelajaran. Penilaian pembelajaran meliputi
penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Proses
pembelajaran dinilai dengan teknik observasi menggunakan lembar
observasi pembelajaran. Hasil belajar dinilai dengan tes hasil belajar. Guru
dapat menggunakan soal pilihan ganda atau esai berbasis masalah. Jika
menggunakan soal pilihan ganda maka guru harus memastikan bahwa soal
tersebut sudah memenuhi kaidah soal HOTS yang ditandai dengan adanya
stimulus pada soal.

Lalu, seperti apakah RPP Merdeka Belajar tersebut?. Sesuai dengan arahan
Mendikbud, guru dapat menggunakan format RPP yang sudah ada,
menyederhanakannya atau melakukan modifikasi asalkan sesuai dengan prinsip
efisien, efektif dan berorientasi kepada siswa. Berikut ini, penulis mencoba
merancang suatu RPP dengan memodifikasi Lesson Design yang biasa digunakan
guru dalam praktik PLAN Lesson Study for Learning Community (LSLC) dan
disesuaikan dengan arahan Mendikbud tentang tiga komponen inti RPP Merdeka
Belajar dengan prinsip efisien, efektif dan berorientasi kepada siswa. Terdapat
lima hal pokok yang harus dipahami guru dalam membuat RPP Merdeka Belajar
Berbasis LSLC ini.

11
1. Dalam merancang RPP, lebih banyak menempatkan diri sebagai siswa.
Apa yang harus dilakukan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai. Bukan
apa yang harus dilakukan guru agar materi tersampaikan semuanya. Guru
harus membayangkan kondisi dan ekspresi awal siswa sebelum belajar,
kondisi siswa saat menemui masalah dan ekspresi siswa saat mampu
menyelesaikan masalah atau sebaliknya.
2. Fokus pada aktivitas belajar dan kemampuan berpikir dan pembelajaran
kolaboratif yang ditandai dengan adanya dialog dan kolaborasi (saling
peduli dan saling menguatkan tanpa ada yang mendominasi).
3. Kegiatan inti mewadahi;
a. Aksi. Apa yang disajikan guru (video, masalah, artikel atau soal).
b. Reaksi. Bagaimana reaksi siswa berkemampuan rendah dan siswa
berkemampuan tinggi?.
c. Prediksi. Apa saja yang mungkin terjadi?. Siswa berkemampuan
rendah akan putus asa?. Bagaimana pula dengan siswa berkemampuan
tinggi?
d. Solusi. Apa yang akan dilakukan guru jika ada siswa berkemampuan
rendah putus asa karena menemui soal yang tidak mampu
diselesaikannya?. Apa pula yang akan dilakukan guru kepada siswa
yang berkemampuan tinggi?.
4. Tersedianya soal/tugas/masalah yang menantang atau HOTS.
5. RPP Merdeka Belajar dirancang bersama-sama oleh guru. Contoh sesama
guru mata pelajaran di sekolah. Sesama guru mata pelajaran antar sekolah
(MGMP) atau berbasis sekolah/lintas mata pelajaran.

12
DRAF
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN/RPP MERDEKA BELAJAR BERBASIS LSLC

MATA PELAJARAN : …………………………………………..


KD dan Materi : …………………………………………..
Tujuan Pembelajaran : …………………………………………..
KEGIATAN KEGIATAN
KEGIATAN INTI
PENDAHULUAN PENUTUP
Meliputi; Sub. Materi 1: Sub. Materi 2: Sub. Materi 3: Meliputi;
1. Orientasi (salam, AKSI (Instruksi) AKSI (Instruksi) AKSI (Instruksi) 1. Siswa
sapa, periksa, doa). REAKSI REAKSI REAKSI menyampaikan
2. Apersepsi. (Activity and Thinking) (Activity and Thingking) (Activity and Thinking) pokok-pokok
3. Motivasi PREDIKSI PREDIKSI PREDIKSI pembelajaran.
SOLUSI SOLUSI SOLUSI 2. Guru merefleksi
pembelajaran dan
apresiasi.
Soal/Tugas/Masalah Soal/Tugas/Masalah Soal/Tugas/Masalah 3. Penugasan untuk
Level LOTS/MOTS Level LOTS/MOTS Level LOTS/MOTS pertemuan berikut
(Flipped
Classroom) bukan
Soal/Tugas/Masalah Soal/Tugas/Masalah Soal/Tugas/Masalah PR.
Level HOTS Level HOTS Level HOTS 4. Penjelasan skenario
pembelajaran
berikutnya.
Penilaian proses (lembar observasi aktivitas belajar dan sikap)
Penilaian hasil belajar (soal LOTS, MOTS dan HOTS)
5 – 10 Menit 70 menit 5 – 10 menit
Padang, 16 Desember 2019
Guru Mapel,

Dr. Nofrion, M. Pd

13
DAFTAR REFERENSI

Anderson, L. W & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching


and Assesing; A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives.
New York. Addison Wesley Lonman Inc

Brady, Laurie & Kennedy, Kerry. 2007. Curriculum Construction. Australia.


Pearson

Krulick, S. Rudnick, J. J Milou, E. 2003. Teaching Mathematic in Middle School:


A Practical Guide. Buston:Pearson Education

Nofrion et al. 2019. EXO OLO TASK;What Should Student Do in The Class?.
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education. Vol 3,
No. 1, (pp. 75-81), June, 2019. ISSN: 2580-4030 (Print) 2580-1775
(Online)

N Nofrion et al 2018 IOP Conf.Ser.:Earth Environ.Sci. 145 012038

Nofrion, N;Wijayanto, Bayu. 2018. Learning Activities in Higher Order Thinking


Skill (HOTS) Oriented Learning Context. Geosfera Indonesia, (S.I), v.3,
n.2, p.122-130, aug.2018. ISSN 2614-8528
Nofrion, Nofrion. (2017). Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Penerapan
Metode “Jumping Task” Pada Pembelajaran Geografi. Jurnal Geografi. 9. 11.
10.24114/jg.v9i1.6043.

Sato, Manabu. 2012. Mereformasi Sekolah. Konsep dan Praktik Komunitas


Belajar. Jakarta. PELITA

Schubert, H. William. 1986. Curriculum. Perspective, Paradigm and Possibility.


New York. Macmillan Publishing Company/Collier Macmillan Publishers

www.p21.org

14

Anda mungkin juga menyukai