Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“Aliran Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
yang diampu oleh :

Prof. Dr. Hamzah Upu. M.Pd


Sabri. S.Pd.,M.Pd.,Ph.d

Oleh:
Ahmad Faisal
220007301004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
ABSTRAK

Pada filsafat matematika tidak terdapat penambahan teorema atau teori baru
matematika, oleh karena itu filsafat matematika tidak dapat dikatakan sebagai ilmu
matematika. Filasfat matematika dapat dikatakan sebagai refleksi terhadap ilmu
matematika yang mengakibatkan hadirnya pertanyaan dan jawaban tertentu.
Matematika dan filsafat merupakan dua ilmu yang memiliki hubungan sangat erat
dibandingkan dengan ilmu lainnya. Hal ini disebabkan karena filsafat merupakan
pangkal atau landasan untuk mempelajari ilmu, sedangkan matematika merupakan
ibu atau ratu dari segala ilmu. Filsafat pendidikan berusaha mengungkap masalah-
masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Agar pendidikan mempunyai arti jelas,
karena pendidikan sangat besar peranannya dalam membina kemajuan suatu bangsa
sesuai dengan filsafat yang diyakini. Pada makalah akan membahas mengenai topik
matematika dan hubungannya dengan aliran-aliran dalam filsafat matematika.

Kata Kunci: Filsafat Matematika, Aliran Filsafat Matematika, Pendidikan


Matematika

In the philosophy of mathematics there is no additional theorem or new theory


of mathematics, therefore the philosophy of mathematics cannot be said to be a
science of mathematics. Philosophy of mathematics can be said to be a reflection of
mathematics which results in the presence of certain questions and answers.
Mathematics and philosophy are two sciences that have a very close relationship
compared to other sciences. This is because philosophy is the base or foundation for
studying science, while mathematics is the mother or queen of all sciences.
Educational philosophy seeks to uncover philosophical educational problems. So that
education has a clear meaning, because education plays a very large role in fostering
the progress of a nation in accordance with the philosophy that is believed. This paper
will discuss the topic of mathematics and its relationship with schools in the
philosophy of mathematics.
Keywords: Mathematical Philosophy, Mathematical Philosophy, Mathematics
Education
PENDAHULUAN

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu phillein dan shopia yang artinya
cinta dan kebijaksanaan. Berfilsafat akan membawa pada hakikat pengetahuan atau
dengan kata lain membawa pada pengetahuan yang paling dalam. Pada filsafat
matematika tidak terdapat penambahan teorema atau teori baru matematika, oleh
karena itu filsafat matematika tidak dapat dikatakan sebagai ilmu matematika. Filasfat
matematika dapat dikatakan sebagai refleksi terhadap ilmu matematika yang
mengakibatkan hadirnya pertanyaan dan jawaban tertentu. Manusia ingin menata dan
lebih mamahami kehidupan sehingga pada suatu titik, manusia ingin agar bisa
meramalkan dan mengendalikan kejadian atau peristiwa di masa depan (Ulfa, 2020).
Manusia sebagai pelaku dalam perkembangan tersebut perlu menyadari pentingnya
filsafat untuk memberikan batasan secara realistis dan logis untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan agar tidak merugikan manusia, alam dan lingkungan (Atmaja,
2020).

Ilmu Filsafat merupakan landasan penting dalam perkembangan ilmu


pengetahuan. Menurut Lubis (2015) filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan,
yaitu: (1) Apakah yang dapat kita ketahui?; (2) Apa yang seharusnya kita kerjakan?;
(3) Sampai dimanakan harapan kita?; (4) Apakah yang dinamakan manusia itu?”.
Keempat pertanyaan ini memiliki jawaban yang termasuk ke dalam bidang yang
berbeda-beda. Jawaban untuk pertanyaan pertama termasuk ke dalam bidang
metafisika. Jawaban pertanyaan kedua termasuk ke dalam bidang etika. Jawaban
pertanyaan ketiga termasuk pada bidang agama, dan jawaban untuk pertanyaan
keempat termasuk pada bidang antropologi dan sosiologi, yang semuanya
menyangkut interaksi manusia. Berkembangnya jaman yang diringi dengan
perkembangan teknologi informasi mengakibatkan semakin banyaknya spesialisasi
dari ilmu pengetahuan (Sunaryo dkk, 2022).

Matematika dan filsafat merupakan dua ilmu yang memiliki hubungan sangat
erat dibandingkan dengan ilmu lainnya. Hal ini disebabkan karena filsafat merupakan
pangkal atau landasan untuk mempelajari ilmu, sedangkan matematika merupakan
ibu atau ratu dari segala ilmu. Ada juga yang beranggapan bahwa Filsafat merupakan
salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini
disebabkan karena sejarah filsafat erat kaitannya dengan sejarah mengenai manusia
pada masa lalu. Filsafat sebagai pandangan hidup, sangat erat kaitannya dengan nilai-
nilai tentang budaya manusia yang dianggap benar yang dijadikan sebagai pandangan
hidup. Oleh sebab itu suatu masyarakat atau bangsa dituntut untuk dapat
melaksanakan apa-apa saja yang terkandung dalam filsafat tersebut. Dengan kata lain
hal–hal yang terkadung dalam filsafat dapat dihubungkan dengan teori kehidupan
(Armanto, 2021).

Filsafat pendidikan merupakan sebuah usaha untuk mengenalkan filsafat dan


pendidikan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan kedua kata tersebut yaitu
filsafat dan pendidian. Filsafat pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari dan
berusaha mengungkap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Agar
pendidikan mempunyai arti jelas, karena pendidikan sangat besar peranannya dalam
membina kemajuan suatu bangsa sesuai dengan filsafat yang diyakini (Atmaja, 2020).
Pada makalah ini penyusun akan membahas mengenai topik matematika dan
hubungannya dengan aliran-aliran dalam filsafat matematika.
PEMBAHASAN

Aliran-aliran dalam Filsafat Matematika

1. Platonisme
Platonisme menganggap matematika adalah kebenaran mutlak dan
pengetahuan matematika merupakan hasil ilham Illahi. (Tuhan adalah salah
seorang ahli matematika atau matematikawan). Platonisme memandang obyek-
obyek matematika adalah real dan eksistensi real obyek dan struktur matematika
adalah sebagai eksistensi realitas yang ideal dan bebas dari sifat manusiawi.
Kegiatan matematika adalah proses menemukan hubungan-hubungan yang telah
ada di alam semesta.
Kurt Godel sebagai salah satu pengusung Platonisme di jaman modern
sekarang ini menyatakan bahwa bilangan adalah abstrak (Sukardjono, 2000)
sehingga diperlukan adanya eksistensi suatu obyek yang bebas dari pikiran
manusia untuk menyatakannya. Oleh karena bilangan adalah independen/bebas
dan keberadaannya bersifat obyektif, maka sebarang proposisi mengenai suatu
bilangan dapat salah atau benar, sebab proposisi tersebut dapat secara tepat
menggambarkan abstraksi obyek (bilangan) tersebut, atau tidak. Demikian juga,
oleh karena total banyaknya bilangan adalah tak hingga, maka akan terdapat
inspeksi yang dilakukan oleh Tuhan yang mampu berpikir cepat dan tak terhingga
untuk melakukan pemeriksaan setiap bilangan guna melihat bagaimana sebuah
pernyataan ptersebut. Setelah selesai dilakukan, Tuhan akan melaporkan apakah
patau bukan p.
Platonisme juga berpandangan bahwa manusia (dan Tuhan) dapat
mengidentifikasi obyek-obyek abstrak, mengenal ruas garis atau himpunan.
Kenyataan bahwa dalam memahami konsep abstrak, seringkali dengan cara
menghubungkan obyek-obyek fisik secara bebas dan terbuka, tidak berarti
manusia tidak dapat mengidentifikasi obyek-obyek abstrak tersebut.
Menurut Platonis abstrak juga objek, meskipun benda abstrak tidak ada
dalamruang dan tidak terbuat dari materi fisik. Platonis juga mengklaim bahwa
teorema matematika memberikan deskripsi benar tentang objek. Menurut teori
Plato aritmatika untuk mengatakan apa urutan benda-benda abstrak tersebut.
Selama bertahun-tahun, matematikawan telah menemukan semua bilangan bulat
positif. Sebagai contoh, urutanbilangan bulat positif (1,2,3,...). Jadi, menurut
Plato, urutan bilangan bulat positif adalah objek studi, seperti tata surya adalah
objek studi bagi para astronom. Sejauh ini, hanya satu jenis objek matematika
telah dibahas, yaitu angka.
contoh materi yang berkaitan adalah materi bilangan.
Konsep bilangan asli (1, 2, 3, 4, ...) dikembangkan dari operasi manusia
dengan kumpulan benda diskrit. Proses pengembangan ini sudah selesai pada
abad VI SM, ketika seseorang bertanya: ada berapa bilangan prima? Dan
jawabannya ditemukan melalui penalaran – ada banyak bilangan prima yang tak
terhingga. Jelas, tidak mungkin untuk memverifikasi pernyataan semacam itu
secara empiris. Namun, pada saat itu konsep bilangan asli sudah stabil dan
terlepas dari sumber aslinya – hubungan kuantitatif kumpulan diskrit dalam
praktik manusia, dan mulai bekerja sebagai model mandiri yang stabil. Sistem
bilangan asli adalah idealisasi dari hubungan kuantitatif ini. Orang
mengabstraksinya dari pengalaman mereka dengan koleksi kecil (1, 2, 3, 10, 100,
1000…).
2. Logisisme
Aliran logikalisme atau logisime adalah ide-ide dan prinsip-prinsip semua
ilmu pengetahuan lain dimuat dalam ilmu pengetahuan merupakan perkembangan
logika. Dasar logika pengetahuan matematika secara meyakinkan memperkuat
kepastian dalam matematika (Prabowo, 2009). Salah satu tokoh aliran filsafat
logikalisme adalah Bertrand Russell, ia berpendapat bahwa logika adalah
prinsipnya. Ide fundamental yang merupakan dasar pengembangan ilmu
pengetahuan diterapkan dalam hukum logika.
Tesis Logisisme adalah matematika sebagai cabang dari logika. Menurut
aliran ini, seluruh matematika dari sejak jaman kuno perlu dikonstruksi kembali
ke dalam term-termlogika dan tentu saja programnya adalah mengubah seluruh
matematika ke dalam logika. Semua konsep matematika haruslah dirumuskan
dalam term-termlogika dan semua teorema matematika harus dikembangkan
sebagai teorema logika. Tesis ini muncul sebagai upaya untuk meletakkan
pondasi matematika ke tempat yang paling dasar dan paling dalam. Pondasi
matematika yang saat ini digunakan dibangun dengan sistem bilangan real,
didorong ke sistem bilangan asli, dan akhirnya didorong lagi ke teori himpunan.
Bertrand Russel berhasil memperlihatkan bahwa dua buah klaim aliran
logisisme berikut dapat diselesikan dengan logika (Sukardjono, 2000) yaitu (1)
seluruh konsep matematika secara mutlak dapat direduksi ke dalam konsep
logika, tercakup dalam konsep teori himpunan atau beberapa sistem yang
kekuatannya sama, seperti Teori Typedan (2) seluruh kebenaran matematika
dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan-aturan inferensi dalam logika.
Tujuan kedua klaim ini adalah jika seluruh matematika dapat diekspresikan ke
dalam term-termlogika secara murni dan dapat dibuktikan menggunakan prinsip-
prinsip logika, maka kepastian pengetahuan matematika dapat direduksi ke dalam
logika. Jadi, tugas logisisme adalah menyediakan dasar logika untuk pengetahuan
matematika secara pasti dan meyakinkan serta mengukuhkan kembali kemutlakan
kepastian dalam matematika.
Contoh untuk aliran filsafat logisisme adalah materi logika matematika.
Jika saya ke kampus, saya akan bertemu Heru dan Joni. Hari ini saya ke kampus.
Simpulan yang tepat …
a. Saya dan Heru bertemu Joni.
b. Saya bertemu Heru karena Joni tidak di kampus.
c. Saya ke kampus untuk bertemu Heru dan Joni.
d. Saya akan bertemu Heru dan Joni.
e. Saya, Heru dan Joni bertemu di kampus.
Penyelesaian :Soal ini bisa diselesaikan dengan metode penarikan kesimpulan
Modus Ponens. Soal tersebut memiliki dua pernyataan, yaitu
Pernyataan 1 : Jika saya ke kampus, saya akan bertemu Heru dan Joni.
Pernyataan 2 : Hari ini saya ke kampus.
Kedua pernyataan tadi apabila ditulis dalam kalimat logika matematika adalah
sebagai berikut. Premis 1 : P => Q Premis 2 : P Berdasarkan metode penarikan
kesimpulan Modus Ponens, jika diketahui Premis 1 adalah P => Q dan Premis 2
adalah P, maka kesimpulannya adalah Q. Jadi, apabila kesimpulan tersebut dibuat
dalam bentuk kalimat, maka kesimpulannya adalah SAYA AKAN BERTEMU
HERU DAN JONI sehingga jawaban yang benar adalah D. Selain model soal
diatas, masih ada beberapa model soal lainnya dan tidak semuanya menggunakan
metodepenarikan kesimpulan Modus Ponens. Ada model soal yang menggunakan
metode penarikan kesimpulan ModusTolens dan juga Silogisme, disesuaikan
dengan apa yang diketahui dan apa permasalahannya.
3. Intuisionisme dan Konstruktivisme
Intuisionisme adalah aliran filsafat dalam tradisi Kant bahwa semua
pengetahuan manusia diawali oleh intuisi, menghasilkan konsep-konsep, dan
diakhiri dengan ide-ide. Setidaknya untuk semua tujuan praktis, segala sesuatu,
termasuk matematika, hanya ada dalam pikiran. Aliran Intuisionisme mulai
dikembangkan sekitar 1908 oleh matematikawan Belanda L.J.W. Brouwer (1882-
1966), meskipun beberapa ide awal intuisionisme diketahui telah ada, seperti
yang dirumuskan Kronecker (1890-an) dan Poincare antara 1902-1906.L.E.J.
Brouwer menyatakan bahwa matematika adalah kreasi pikiran manusia. Bilangan
ibarat karakter dalam cerita dongeng, hanyalah entitas mental, yang tidak akan
pernah ada, kecuali dalam pikiran manusia yang memikirkannya. Jadi,
intuisionisme menolak keberadaan obyek-obyek dalam matematika.
Aliran Intuisionisme tidak memandang kebenaran matematis sebagai struktur
obyektif seperti pendapat aliran Formalisisme dan Logisisme. Menurut aliran ini,
matematika tidak akan dapat seluruhnya dilambangkan, berpikir matematis tidak
tergantung pada bahasa tertentu yang digunakan untuk mengungkapkannya.
Pengetahuan dari proses matematis haruslah sedemikian sehingga proses itu dapat
diperluas hingga tak terbatas.
Tesis aliran Intusionisme adalah matematika harus dibangunsemata-mata atas
dasar metode konstruktif finit (dalam sejumlah langkah yang hingga) dengan
dasar barisan bilangan asli yang diketahui secara intuitif. Menurut aliran ini, pada
dasar yang paling dalam terletak intuisi primitif, bersekutu dan bekerja sama
dengan akal duniawi manusia, yang memungkinkan manusia mengangankan
suatu obyek tunggal, kemudian satu lagi, satu lagi dan seterusnya tak berakhir.
Dengan cara ini diperoleh barisan tak berakhir, yang dikenal dengan barisan
bilangan alam. Dengan menggunakan dasar intuitif bilangan asli ini, sebarang
obyek matematika harus dibangun dengan cara konstruktif murni, dengan
menggunakan operasi dan langkah-langkah yang banyaknya berhingga.
Bagi kaum Intuisionis, suatu himpunan tak boleh dipikirkan sebagai koleksi
yang telah siap jadi, akan tetapi harus dipandang sebagai hukum yang elemen-
elemennya dapat atau harus dikonstruksi selangkah demi selangkah. Konsep
himpunan seperti ini dapat membebaskan matematika dari kemungkinan
terjadinya kontradiksi, seperti munculnya kontradiksi pada pernyataan ”himpunan
semua himpunan”. Kaum Intuisionis juga menolak pendapat aliran formalisme
bahwa hukum excluded midledan hukum kontradiksi adalah ekuivalen.
Heyting pada tahun 1939 mulai membangun piranti logis intuisionis dengan
mengembangkan lambang logika kaum intuisionis. Kaum Intuisionis dengan
logika yang dikembangkannya sendiri telah berjaya dengan berhasil menyusun
kembali sebagian besar matematika masa kini, termasuk teori kekontinuan dan
teori himpunan. Namun demikian, akibat dari tesisnya sendiri terlalu banyak hal
menarik dalam matematika yang harus dihilangkan dan dikorbankan. Kekurangan
lainnya, matematika intusionis dianggap sebagai kurang kuat dibanding
matematika klasik, dan dalam banyak hal jauh lebih rumit untuk berkembang.
Kelebihannya, metode intuisionisme diyakini tidak menghasilkan kontradiksi.
Contoh materi matematika yang berkaitan adalah materi deret geometri tak
hingga.
4. Formalisme
Aliran formalisme dalam matematika dapat dilacak pada Bishop Berkeley,
tetapi pencetus utamanya adalah David Hilbert (1862-1943), pada tahun 1925,
diteruskan oleh J. Von Neumann tahun1931 dan H. Curry tahun 1951. Aliran
Formalisme banyak dianut oleh matematikawan Amerika akibat pengaruh Oswald
Veblen dan V.E. Huntington. Aliran ini sering disebut aliran postulatsional atau
aliran aksiomatik dan dalam pendidikan matematika melahirkan jenis matematika
yang disebut matematika modern (New Math) seperti yang sekarang diberikan di
sekolah-sekolah.
Formalisme dibentuk dengan tujuan khusus menyingkirkan semua kontradiksi
dalam matematika, antara lain mengatasi paradok dalam teori himpunan (Paradok
Russel/Paradok Tukang Cukur) dan untuk menyelesaikan tantangan matematika
klasik yang disebabkan oleh kritik kaum Intuisionis. Dengan kata lain aliran
formalisme bertujuan untuk menterjemahkan seluruh matematika ke dalam sistem
formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong dari arti).
Aliran formalisme menganjurkan pendekatan murni abstrak, berangkat dari
prinsip awal, dan mendeduksi segalanya dari prinsip awal tersebut. Karya-karya
yang dihasilkannnya sama sekali tidak mempunyai (dan memang tidak perlu
mempunyai) hubungan dengan ilmu pengetahuan dan dunia nyata, sesuatu yang
sangat membanggakan aliran ini. Menurut aliran formalisme, matematika sekedar
rekayasa simbol berdasarkan aturan tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem
pernyataan tautologis, yang memiliki konsistensi internal, tetapi kosong dari
makna. Matematika direduksi hanya menjadi sebuah permainan intelektual,
seperti catur. Dalam bahasa populer, formalisme memandang matematika sebagai
permainan formal penuh makna yang dimainkan dengan lambang-lambang di atas
kertas menggunakan aturan tertentu.
Tesis aliran formalisme ada dua (1) matematika murni dapat diekspresikan
dalam bentuk sistem formal yang kosong dari arti, dan di dalamnya mengandung
kebenaran matematika yang direpresentasikan dalam bentuk teorema formal, dan
(2) untuk menunjukkan bahwa sistem formal yang dibangun bebas dari segala
macam kontradiksi dan paradok, digunakan alat yang disebut meta-matematika
dengan cara mendemonstrasikan bahwa term-termnya bebas dari inkonsisteni.
Secara ringkas, tesis kaum Formalis adalah membangun matematika yang
berpusat pada penggunaan sistem lambang formal. Programnya adalah
membangun konsistensi seluruh matematika dengan menggunakan teori bukti.
Tesisnya bahwa matematika harus dikonstruksi kembali atas dasar kaidah
konsistensi dengan lambang-lambang formal, menemukan hasilnya dalam karya
Hilbert, Grundlagen der Mathematik.
Kaum formalis memandang matematika sebagai koleksi perkembangan
abstrak, dimana term-termmatematika semata-mata hanyalah lambang-lambang
dan pernyataan adalah rumus-rumus yang melibatkan lambang-lambang tersebut.
Dasar untuk aritmatika tidak terletak pada logika tetapi pada koleksi tanda-tanda
pralogis atau lambang-lambang dalam seperangkat operasi dengan tanda-tanda
ini. Oleh karena itu, menurut aliran Formalisme, matematika kosong dari muatan
konkrit dan hanya memuat elemen-elemen lambang ideal, sehingga
membangunkekonsistenan dari berbagai cabang matematika menjadi sangat
penting. Tanpa disertai bukti kekonsistenan, seluruh penyelidikan matematika
tidak berarti sama sekali. Dengan tesis kaum formalis ini, perkembangan
matematika aksiomatis terdorong ke puncak kejayaan tertinggi.
Contoh Topik Matematika dalam aliran filsafat Konstruktifisme
Pada materi segi empat dalam menentukan keliling persegi panjang, adalah
sebagai berikut.
a. Sediakan huruf A, B. C dan D pada kertas ukuran A4.
b. Sediakan rol meteran dengan panjang minimal 50 meter.
c. Ajak siswa ke lapangan yang ada di sekolah, misalnya lapangan basket.
Lapangan basket merupakan contoh persegi panjang.
d. Satu orang siswa diminta untuk berjalan mengelilingi lapangan bola basket.
Selanjutnya siswa tersebut untuk menaruh huruf yang telah disediakan
sebelumnya.
e. Dua orang siswa diminta untuk mengukur panjang dari titik A ke titik B, dari
titik B ke titik C, dari titik C ke titik D dan dari titik D ke titik A. sementara siswa
lain diminta untuk menulis panjang/jarak dari masing-masing titik tersebut.
f. Setelah diketahui panjang masing-masing titik, mintalah masing-masing siswa
untuk menjumlahkan hasil pengukuran. Sehingga di dapat penjumlahan : 28 + 15
+ 28 + 15 = 86
g. Setelah itu, minta siswa untuk menyederhanakan penjumlahan tersebut,
sehingga di dapat (2 x 28) + (2 x 15) = 86. h. Guru memberikan penjelasan
tentang arti panjang dan lebar. Sehingga penyederhanaan penjumlahan tadi bisa
diganti menjadi 2P + 2L = K
5. Nominalisme
Bagi para nominalis, tidak ada objek matematis—tidak ada objek abstrak, bebas
pikiran dan waktu. Atau paling tidak, mereka percaya bahwa menganggap benda-
benda semacam itu ada hanya dapat didasarkan pada iman (seperti kepercayaan
agama), bukan akal. Karena mereka tidak ingin membuang matematika
sepenuhnya, para nominalis harus menginterpretasikan pernyataan matematika
secara non-literal. Jika tidak ada objek matematika, tampaknya tidak ada yang
perlu diketahui. Pernyataan matematika tampaknya hanya salah. Ini,
bagaimanapun, masalah besar, karena pengetahuan matematika tampaknya
merupakan jenis pengetahuan kita yang paling dapat diandalkan—jika kita
mengetahui sesuatu, kita mengetahui fakta-fakta matematika tertentu. Faktanya,
ini adalah argumen utama yang menentang nominalisme. Nominalis menangani
masalah ini dalam berbagai cara. Salah satunya adalah mengatakan bahwa,
meskipun tidak ada objek matematika, masih ada pernyataan yang benar
tentangnya. Salah satu versi dari ini adalah "konvensionalisme," yang mengatakan
bahwa pernyataan matematika itu benar karena itu hanya konvensi linguistik:
"setiap domain integral hingga adalah bidang" adalah benar dengan menganalisis
definisi "hingga," "domain integral," dan "bidang." Variasi lain, "nominalisme
parafrase", mengatakan bahwa pernyataan matematis menjadi benar jika
diparafrasekan dengan tepat. Salah satu versi dari ini, "jika-maka", mengatakan
bahwa kita harus memparafrasakan "setiap domain integral hingga adalah bidang"
sebagai "jika ada domain integral hingga, masing-masing akan menjadi bidang."
Ini terasa aneh, bahwa kita harus menyusun ulang semua pernyataan kita, tetapi
kecuali untuk menyusun ulang, itu memungkinkan ahli matematika untuk terus
mengerjakan matematika seperti yang selalu kita lakukan.lain , "fiksi",
mengatakan bahwa, meskipun pernyataan matematis salah, pernyataan itu benar
dalam "kisah matematika" kita, seperti "Sherlock Holmes tinggal di London"
benar dalam kisah Conan Doyle.
Contoh Topik Matematika dalam aliran filsafat Nominalisme
1. Objek matematika murni — bilangan, himpunan, fungsi, ruang geometris
abstrak, dan sebagainya — harus diklasifikasikan sebagai abstrak.
2. seperti yang biasanya dipahami, klaim eksistensial seperti “Ada angka antara 3
dan 5” sebenarnya adalah klaim tentang inskripsi angka konkret dan
karenanya klaim tersebut mungkin benar meskipun tidak ada entitas abstrak
3. Geoffrey Hellman mengusulkan bahwa pernyataan S dalam bahasa aritmatika
adalah benar jika dan hanya jika kondisi modal tertentu berlaku:
a. Mungkin ada urutan tak hingga dari objek yang memenuhi aksioma aritmatika.
b. Jika ada urutan seperti itu, kondisi struktural tertentu yang diturunkan dari S
akan berlaku untuk itu.
6. Struktualisme
Versi utama strukturalisme adalah bentuk-bentuk modern dari Platonisme,
dengan objek matematis yang nyata, objek abstrak independen (struktur).
Pengetahuan matematika berasal dari pengetahuan kita tentang struktur,
pengetahuan yang kita miliki di luar matematika juga. Pernyataan matematika
kemudian ditafsirkan sebagai pernyataan tentang struktur. Ini memiliki
keuntungan, dari sudut pandang filosofis, membuat pertanyaan tentang
matematika berlanjut dengan diskusi filosofis mengenai kelas objek yang lebih
luas. Filsuf dengan demikian dapat menggunakan diskusi filosofis yang telah
terjadi mengacu pada struktur dalam diskusi mereka tentang objek matematika.
Strukturalisme dikembangkan sebagian sebagai tanggapan terhadap "struktur
induk" Bourbaki dan karakterisasi beberapa matematikawan matematika sebagai
studi (atau ilmu) tentang pola (atau struktur). Ini juga sebagian merupakan
tanggapan terhadap tantangan Paul Benacerraf dalam “Bilangan Apa yang Tidak
Mungkin” [3]: “Menjadi 3 tidak lebih atau kurang dari menjadi lebih besar dari 2
dan kurang dari 4. Objek apa pun dapat berperan dari 3” (penekanan pada
aslinya). Maksud dari strukturalisme adalah memang, inilah sebenarnya objek
matematika: mereka adalah struktur, atau tempat dalam struktur. Bagi banyak ahli
matematika yang mempelajari konsep matematika yang lebih modern (grup,
ruang topologi, kategori), yang penting bukanlah objek matematika individu,
tetapi bagaimana mereka saling berhubungan: kelompok mana yang isomorfik
dengan yang lain, untuk yang mana terdapat homomorfisme dari satu ke yang
lain, dll. Ini kurang benar untuk analis klasik dan ahli teori bilangan. Mereka
hanya tertarik pada satu atau dua struktur tertentu (bilangan bulat, dan mungkin
bilangan p-adik untuk ahli teori bilangan, bilangan real (atau Rn), atau bilangan
kompleks (atau Cn) untuk analis). Dalam artian, dalam struktur tersebut, setiap
objek memiliki karakteristiknya masingmasing. Tetapi dalam arti lain, tidak:
ketika melakukan teori bilangan, kami benar-benar tidak peduli, dalam arti yang
dalam, apa bilangan bulatnya. Jika seseorang ingin percaya pada mereka sebagai
semacam set, itu bagus. Semua yang penting tentang mereka adalah hubungan
mereka: bahwa 1 < 2 < 3 . . ., bahwa setiap bilangan bulat memiliki penerus yang
unik, yaitu 2 × 3 = 6, dll. Bagi para strukturalis, objek matematika hanyalah posisi
dalam struktur tertentu: struktur bilangan asli, struktur Z8, dll. Tidak masalah
apakah ada adalah hal-hal di dunia nyata yang mencontohkan struktur: mereka
ada secara independen dari contoh mereka. Bagi para filosof, keuntungan
pembahasan struktur dibandingkan pembahasan objek matematika tradisional
adalah bahwa struktur cocok dengan diskusi filosofis yang lebih luas, karena
struktur tidak hanya digunakan dalam matematika. Ada struktur infield bisbol (di
mana tempatnya adalah untuk baseman pertama, baseman kedua, shortstop, dll.),
Misalnya, atau korporasi (seperti yang dijelaskan dalam bagan organisasinya).
Filsafat telah mengembangkan banyak catatan filosofis yang saling bersaing
tentang hal-hal universal yang dapat dengan mudah disesuaikan dengan
strukturalisme. Ada juga beberapa strukturalis (Charles Chihara di antara mereka)
yang merupakan nominalis, dan mengusulkan “strukturalisme tanpa struktur”.
Contoh Topik Matematika dalam aliran filsafat Strukturalisme
Bahwa 1 < 2 < 3 . . ., bahwa setiap bilangan bulat memiliki penerus yang unik,
yaitu 2 × 3 = 6, dll.
7. Sosial Konstruktivisme
Sosial konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil
konstruksi. Konstruksi pengetahuan dari kenyataan yang dilakukan melalui
aktivitas seseorang merupakan akibat dari pengetahuan (Sumarsih, 2009). Sejalan
dengan pendapat tersebut bahwa pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme menjadikan siswa mencapai prestasi yang baik, karena dalam
pembelajaran siswa mendapatkan pengalaman langsung, sehingga pelibatan
siswa secara langsung membangun perkembangan kognitif dan pengalaman
mereka juga membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri
(Nurhidayati, 2017).
Menurut konstruktivisme sosial tidak ada yang dipelajari dari awal; tetapi ini
terkait dengan pengetahuan yang ada dengan informasi baru yang diintegrasikan
ke dalam dan memperluas jaringan pemahaman yang ada. Oleh karena itu,
pembelajar yang berhasil adalah orang yang menanamkan ide-ide baru dalam
jangka waktu lama dan untuk siapa pemahaman diperluas untuk mencakup
pengalaman baru. Oleh karena itu, pandangan pembelajar sosial konstruktivis
tentang dunia akan selalu subjektif, karena setiap individu akan menafsirkan
pengalaman melalui kerangka pemahaman yang berbeda yang sudah ada dan akan
mengembangkan pandangan unik mereka tentang dunia.
Contoh Topik Matematika dalam aliran filsafat Sosial Konstruktivisme
untuk contoh pola dasar ini, yang melibatkan rumus Euler yang menghubungkan
jumlah simpul, sisi, dan permukaan polihedra. Praktik matematika bertanggung
jawab atas kebenaran keyakinan dasar dan aksioma: aksioma Peano telah diterima
sebagai karakterisasi optimal dari bilangan asli.
8. Phenomology
Fenomenologi merupakan sebuah aliran. Yang berpendapat bahwa, hasrat
yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan
terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang
terdapat dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang kemudian diterima
oleh akal (otak) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan
jalan penalaran. Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir
secara kritis.
Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai subyek
memaknai obyek-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan
pemaknaan yang dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada intinya,
bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita
ketahui sekarang ini merupakan pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya
melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa, dengar oleh alat indera kita.
Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran murni yang
dialami manusia.
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari
manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa
dihubungkan dengan Ilmu Hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti dari
pada fenomenologi. Secara harfiah, fenomenologi fenomenalisme adalah aliran
atau paham yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber
pengetahuan dan kebenaran. Seorang fenomenalisme suku melihat suatu gejala
tertentu dengan ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan
fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat difahami bahwa fenomenologi
berarti ilmu tentang fenomenon-fenomenon apa saja yang nampak. Sebuah
pendekatan filsafat yang berpusat pada analisi terhadap gejala yang
menampakkan diri pada kesadaran kita.
Contoh Topik Matematika dalam aliran filsafat Sosial Konstruktivisme
Misalnya, pertimbangkan tindakan kognitif "M tahu bahwa tidak ada bilangan
prima terbesar." Isinya adalah “tidak ada bilangan prima terbesar”; objeknya bisa
berupa himpunan bilangan prima, atau teorema bahwa tidak ada bilangan prima
terbesar
9. Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuanberasal dari pengalaman indra manusia.. Dikatakan bahwa ditemukan
fakta-fakta matematikdengan riset secara empirik, seperti fakta-fakta dalam ilmu
pengetahuanlainnya. Empirisisme bukanlah salah satu dari tiga posisi klasik yang
telah dianjurkan pada awal abadke-20, tetapi terutama muncul dalam abad
pertengahan.
Empirisisme matematik kontemporer diformulasikan oleh Quine dan Putnam,
terutama didukung oleh kebutuhan argumen: matematika sangat dibutuhkan untuk
semua ilmu pengetahuan yang sifatnya empirik, dan jika kita ingin mempercayai
realitas fenomenayangdigambarkan oleh ilmu pengetahuan, kita sebaiknya juga
mempercayai realitas yang sungguh-sungguh diperlukan untuk penggambaran
tersebut. Misalnya, membicarakan fisika tentuperlumembicarakan tentang
elektron, maka elektron harus ada. Karena fisika perlu membicarakantentang
bilangan untuk menyediakan penjelasannya, maka bilangan harus ada.
Secarakeseluruhan, filsafat yang dibawa oleh Quine dan Putnam adalah sebuah
argumen yangbersifatalami. Filsafat tersebut menganjurkan adanya bentuk-bentuk
matematik sebagai penjelasanterbaik bagi pengalaman, sebagai perbedaan jalur
matematika dengan ilmu pengetahuanlain. Putnam sangat kuat menolak sebutan
“Platonist” sebagai akibat ontology yang terlaluspesifikyang tidak memerlukan
praktek matematik dalam arti riil. Ia menganjurkan suatubentuk“realisme riil”
yang menolak kebenaran yang mistik dan menerima banyak quasi-
empirisismedalam matematika. Putnam telah terlibat dalam menciptakan sebutan
“realismmurni”.
Jika matematika hanya bersifat empirik seperti ilmu pengetahuan lainnya,
maka saranini bisakeliru, dan tidak pasti. Dalam kasus Mill, justifikasi secara
empirik diberikanlangsung, sementara dalam kasus Quine tidak diberikan
langsung, tetapi melalui teori koherensecarasains secara keseluruhan. Untuk
filsafat matematika yang mencoba mengatasi kekurangan dari pendekatan-
pendekatan Quine dan Gödel, yaitu dengan mengambil aspek-aspek dari setiap
Realismin Mathematicsnya, dikemukakan oleh Penelope Maddy.
Contoh untuk aliran filsafat empirisme adalah materi bangun datar,
bilangan dan logika matematika.
Contoh Topik Matematika dalam aliran filsafat Empirisme Thales mengambil
sebuah tongkat, misalnya PQ, ia membuat lingkaran pusat P jari-jari sama dengan
PQ. Pada saat itu Thales melakukannya di pagi hari yang cerah, sehingga
bayangan Q jatuh tepat pada tepi lingkaran atau bayangan PQ=PR, pada saat itu
pula bayangan T jatuh di titik S, sehingga KS dapat diukur. Berarti MS=TM=t
tinggi piramida. Sebut MK = AB = a (setengah alas piramida) dapat diukur. KS =
b dapat diukur. Jadi t = a + b. demikian metoda bayangan dari Thales. Thales
adalah orang pertama yang namanya dikaitkan dengan suatu penemuan, yakni
dalil Thales. Dalil Thales tersebut adalah garis-garis sejajar akan memotong dua
garis atas perbandinganperbandingan seharga, misalnya AP : PB = DQ : QC.
Dalil ini masih dipelajari di SMP atau di SMA sekarang ini, selain itu juga Thales
orang pertama yang menemukan sifat-sifat geometri seperti berikut ini:
1. Diameter membagi dua sama besar suatu lingkaran
2. Sudut alas suatu segitiga sama kaki, sama besar
3. Sudut siku yang dibentuk dua garis berpotongan tegaklurus sama besar
4. Dua segitiga kongruen jika dua sudut dan satu kaki yang bersesuaian dari sudut
itu, sama besar
PENUTUP

Kesimpulan

Aliran-aliran dalam filsafat matematika, adalah sebagai berikut:

a) Platonisme Matematika adalah sebuah pandangan metafisik bahwa objek


matematika bersifat abstrak yang eksistensinya terbebas dari manusia bahasa
pikiran dan praktik kehidupan.
b) Logisisme adalah matematika sebagai cabang dari logika. Menurut aliran ini,
seluruh matematika dari sejak jaman kuno perlu dikonstruksi kembali ke dalam
term-term logika dan tentu saja programnya adalah mengubah seluruh matematika
ke dalam logika. Semua konsep matematika haruslah dirumuskan dalam term-
term logika dan semua teorema matematika harus dikembangkan sebagai teorema
logika
c) Intuitionisme berpandangan matematika sebagai suatu aktifitas pemikiran
manusia yang terbatas dari bahasa dan basisnya adalah filsafat tentang fikiran.
d) Konstruktivisme berpandangan bahwa adalah suatu keharusan utuk mencari atau
mengkinstruksi objek matematik untuk menunjukan eksistensinya.
e) Formalisme bertujuan untuk menterjemahkan seluruh matematika ke dalam
sistem formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong dari arti).
f) Nominalisme harus menginterpretasikan pernyataan matematika secara non-
literal. Jika tidak ada objek matematika, tampaknya tidak ada yang perlu
diketahui.
g) Strukturalisme Strukturalisme dipandang sebagai salah satu penelitian kesastraan
yang menekankan pada kajian hubungan antar unsur pembangun karya sastra
yang bersangkutan.
h) Phenomenology merupakan sebuah aliran. Yang berpendapat bahwa, hasrat yang
kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap
fenomena atau pertemuan kita dengan realita.
i) Empiricism adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman indra manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Ulfa, M & Parnabhakti, L. 2020. Perkembangan Matematika dalam Filsafat dan


Aliran Formalisme yang Terkandung dalam Filsafat Matematika. Jurnal
Ilmiah Matematika Realistik. 1(1): 11-14.

Atmaja, I. M. D. 2020. Filsafat Ilmu Sebagai Pembentuk Karakteristik


Pengembangan Media Pembelajaran Matematika. Jurnal Santiaji Pendidikan.
10(1): 20-26.

Lubis, N. A. F. 2015. Pengantar Filsafat Umum. In M. Y. Nasution (Ed.). Ar Ruzz


Media: 52(1). Perdana Publishing.

Prabowo, A. (2009). Aliran aliran filsafat dalam matematika. JMP: Jurnal


Ilmiah Matematika Dan Pendidikan Matematika, 1(2), 25–45.

Sunaryo, Y dkk. 2022. Implementasi Kriteria Filsafat Matematika pada Pendidikan


Matematika. Prosiding Galuh Mathematics National Conference (GAMMA
NC) 2022.

Sari, D. N. & Armanto, D. 2021. Matematika dalam Filsafat Pendidikan. Jurnal


Pendidikan & Matematika. 10(2): 202-209.

Anda mungkin juga menyukai