Oleh
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena alhamdulillah
dengan limpahan karunia dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman
Muhammad SAW, kepada para Sahabatnya, keluarga, serta sampai kepada kita
selaku umatnya. Amin.
Makalah berjudul “Filsafat Pendidikan Matematika” ini kami buat untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan dosen mata kuliah Sejarah Matematika.
Semoga selain untuk memenuhi tugas tersebut, makalah ini dapat bermanfaat bagi
khalayak pembaca pada umumnya dan kami khususnya.
Mengingat kemampuan penulis yang sangat terbatas maka penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang dan bermanfaat buat kita
semua.
Fitri Alfionita
i
DAFTAR ISI
Kesimpulan ...................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara harafiah filsafat yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari
bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara
etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut
Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan
hukumnya.
Matematika adalah sebuah cabang dari ilmu pengetahuan yang sudah muncul
dari berabad abad tahun yang lalu, permasalahan matematika muncul berbeda
beda pada tiap tiap jaman tertentu baik pada jaman Negara Mesopotamia,
Babilonia, Mesir, dan Yunani. Dari negara negara itulah mereka berusaha untuk
mempelajarai dan mengkaji lebih lanjut mengenai permasalahan matematika.
Mereka melakukannya dengan cara abstraksi dan cara idealis. Mereka berusaha
untuk mencari fakta bahwa ilmu itu bersifat tetap atau berubah ubah, seperti tokoh
yang menganut bahwa ilmu itu tetap adalah Permenides dan tokokh yang
menganut bahwa ilmu itu bersifat berubah ubah adalah Heraclitos.
Dari hal tersebut munculah berbagai intuisi-intuisi sehingga muncul filsafat
pendidikan matematika, hal ini juga didasari bahwa menemukan filsafat
matematika itu dengan berpikir secara ekstensi yaitu berpikir secara seluas
luasnya dan berpikir secara intensi yaitu berpikir secara sedalam dalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat matematika?
2. Apa filsafat pendidikan matematika?
3. Apa hubungan filsafat dengan matematika?
4. Bagaimana kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi filsafat matematika.
2. Untuk mengetahui definisi filsafat pendidikan matematika.
3. Untuk mengetahui hubungan filsafat dengan matematika.
4. Untuk mengetahui kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan
manusia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani: mathematikos yaitu ilmu pasti, dari
kata mathema atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu
pengetahuan. Istilah Matematika menurut bahasa Latin
(manthanein atau mathema) yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-
anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari
filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi
matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan
manusia. Bidang pengetahuan yang disebut filsafat matematika adalah hasil
pemikiran filsafati yang sasarannya ialah matematika itu sendiri. Filsafat dan
matematika sudah tidak diragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang kedua
bidang pengetahuan ini sangat erat hubungannya.
Pendapat para ahli matematika dan para filsuf mengenai apa itu filsafat
matematika. Dapat diambil contoh dalam perumusan dari 2 buku matematika dan
2 kamus filsafat yaitu sebagai berikut:
1. Filsafat matematika dapat dilukiskan sebagai suatu sudut pandang dimana
bagian dan kepingan matematika dapat disusun dan dipersatukan
berdasarkan asas.
2. Suatu filsafat matematika itu sama dengan penyusunan kumpulan
pengetahuan matematika yang kacau balau yang terhimpun selama berabad-
abad yang diberi suatu makna tertentu.
3. Penelaahan konsep-konsep pembenaran terhadap asas-asas yang digunakan
dalam matematika.
4. Penelaahan tentang konsep-konsep dan sistem-sistem yang terdapat dalam
matematika, dan mengenai pembenaran terhadap pernyataan matematika.
1. Epistemologi matematika
Epistemologi matematika adalah teori pengatahuan yang sasaran
penelaahannya ialah pengetahuan matematika. Epistemologi sebagai salah satu
bagian dari filsafat merupakan pemikiran reflektif terhadap berbagai segi dari
pengetahuan seperti kemungkinan, asal-mula, sifat alami, batas-batas, asumsi
dan landasan, validitas dan reliabilitas sampai kebenaran pengetahuan. Dengan
demikian landasan matematik merupakan pokok soal utama dari epistemologi
matematik.
2. Ontologi matematik
Ontologi pada akhir-akhir ini dipandang sebagai teori mengenai apa yang
ada. Hubungan antara pandangan ontologis (atau metafisis) dengan matematik
cukup banyak menimbulkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh sebagian
filsuf matematik. Dalam ontologi matematik dipersoalkan cakupan dari
pernyataan matematik (cakupannya suatu dunia yang nyata atau bukan).
Pandangan realisme empirik menjawab bahwa cakupan termaksud merupakan
suatu realitas. Eksistensi dari entitas-entitas matematik juga menjadi bahan
pemikiran filsafati. Terhadap problim filsafati ini pandangan Platonisme
menjawab bahwa titik dan garis yang sesungguhnya terdapat dalam dunia
transenden yang kini hanya diingat oleh jiwa manusia di dunia ini, sedang
konsepsi Aristotelianisme mengemukakan bahwa entitas-entitas itu sungguh
ada dalam dunia empirik tetapi harus disuling dengan abstraksi. Suatu hal lagi
yang merupakan problim yang bertalian ialah apakah matematik ditemukan
oleh manusia atau diciptakan oleh budinya. Pendapat yang menganggap
matematik sebagai suatu penemuan mengandung arti bahwa aksioma-aksioma
matematik merupakan kebenaran mesti (necessary truth) yang sudah lebih dulu
di luar pengaruh manusia.
3. Aksiologi matematik
Aksiologi matematika terdiri dari etika yang membahas aspek kebenaran,
tanggungjawab dan peran matematika dalam kehidupan, dan estetika yang
membahas mengenai keindahan matematika dan implikasinya pada kehidupan
yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama seni dan budaya dalam
kehidupan. Aksiologi matematika sangat banyak memberikan kontribusi
perubahan bagi kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini. Segala
sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas dari pengaruh matematika. Dari segi
tehnis, matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan
teknologi. Dengan matematika, peradaban manusia berkembang dari peradaban
yang sederhana dan bersahaja menjadi peradaban modern yang bercorak ilmiah
dan tehnologis.
5
2. Epistemologi Matematika
Epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat dimana pemikiran
reflektif terhadap segi dari pengetahuan seperti kemungkinan, asal-mula, sifat
alami, batas-batas, asumsi dan landasan, validitas dan reliabilitas sampai
kebenaran pengetahuan.
Jadi, matematika jika ditinjau dari aspek epistemologi, matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan
pengukuran secara kuantitatif. Dengan konsep-konsep yang kongkrit, kontektual,
dan terukur matematika dapat memberikan jawaban secara akurat. Perkembangan
struktur mental seseorang bergantung pada pengetahuan yang diperoleh siswa
melalui proses asimilasi dan akomodasi.
3. Aksiologi Matematika
Aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan
dalam seseorang mengembangkan ilmu. Aksiologi : Filsafat nilai, menguak baik
buruk, benar-salah dalam perspektif nilai Aksiologi matematika sendiri terdiri dari
etika yang membahas aspek kebenaran, tanggungjawab dan peran matematika
dalam kehidupan, dan estetika yang membahas mengenai keindahan matematika
dan implikasinya pada kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain
terutama seni dan budaya dalam kehidupan. Jadi, jika ditinjau dari aspek
6
Konsep matematika menurut Shumway (1980: 245) terdiri dari empat level
pemahaman siswa, yaitu:
1. level 1, kongkret (concrete) yaitu mengenal contoh dari pengalaman
sebelumnya;
7
2. Teori Belajar
Teori belajar yang dimaksud disini menggambarkan bahwa siswa perlu
secara aktif menggunakan matematika dengan tujuan untuk mempelajarinya.
Konsep matematika saling berhubungan, dalam hal ini siswa perlu memahami
sebuah konsep awal sebelum mempelajari topik selanjutnya. Oleh karenanya,
dalam mempelajari matematika siswa harus memiliki pengalaman membangun
dan menyerap konsep matematika dengan menemukan hubungan atau menguji ide
dalam kontek yang baru. Dalam proses ini hal yang terpenting adalah komunikasi.
Bahasa merupakan alat dalam berpikir, sehingga dialog diperlukan untuk
membangun pengetahuan matematika yang subjektif. Komunikasi dan interaksi
juga membawa siswa untuk membandingkan ide dan menguji validitasnya.
Karena matematika adalah pengetahuan yang dibangun, maka akan timbul
perbedaan bangunan matematika antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Belajar juga dipengaruhi oleh lingkungan ruang kelas. Konteks ruang kelas
ditentukan oleh beberapa komponen, termasuk maksud dan tujuan kelas,
keterlibatan siswa dan hubungan mereka, percakapan dalam kelas, dan
ketersediaan sumber materi. Maksud dan tujuan kelas mencakup hal yang
berkaitan dengan guru, orang tua, TU, dewan pengurus sekolah dan lain
sebagainya. Tujuan guru dan tekanan untuk memenuhi yang ada padanya
mempengaruhi cara pandang guru terhadap tanggung jawab, bagaimana guru
merencanakan kegiatan kelas dan aspek lain dalam kontek sosial.
9
3. Teori Mengajar
Guru matematika seharusnya bekerja untuk mencapai dua tujuan yaitu
mengajar matematika dan memajukan keadilan sosial. Guru seharusnya
merencanakan kegiatan yang membangun konstruksi pengetahuan subjektif
melalui percakapan serta menyediakan kelas yang demokratis dan menguatkan
cara berpikir kritis serta keterlibatan sosial. Pada intinya guru matematika
seharusnya menyajikan pengetahuan matematika kepada siswa baik secara
langsung atau tidak langsung dan juga menyelenggarakan penilaian (Martin,
2009: 89).
Dalam mengajar matematika guru dapat menggunakan pendekatan
problem solvingi (pemecahan masalah), inkuiri, problem possing, open ended, di
dalam kurikulum mengajarnya dan menggambarkan masalah atau topik dari
kontek sosial yang relevan. Siswa dalam bekerja dapat dilakukan secara mandiri
sekaligus secara berkelompok, artinya dengan bekerja mandiri siswa lebih
menguatkan krativitas dan self-direction, dan yang berkelompok siswa dapat
membangun kepercayaan diri serta terlibat dalam komunikasi dengan yang lain.
Grouws dan Cooney (1988) dalam Marsigit (2009) menyebutkan bahwa
mengajar matematika adalah berkaitan dengan memfasilitasi proses belajar siswa
oleh karenanya, guru yang baik mensyaratkan sebuah kombinasi dari kompetensi
mata pelajaran matematika, gaya dan strategi mengajar yang flesibel, dan
memperhatikan emosional dan sosial yang sesuai dengan kebutuhan kognitif
siswa. Lebih lanjut dia menyarankan bahwa hal ini juga mensyaratkan
penggunaan gaya mengajar dan fokus pada konsepsi siswa dan cara bekerja
sebagaimana yang sesuai dengan konten matematika.
Gaya dan strategi mengajar yang digunakan guru akan sangat bergantung
pada kondisi guru, siswa, dan lingkungan belajar, serta pengalaman mereka,
sehingga ada kemungkinan jika dalam kondisi atau suasana yang lain maka
12
diperlukan gaya dan strategi mengajar yang lain pula. Pada intinya bahwa gaya
dan strategi mengajar akan berbeda-beda bergantung pada kondisi guru,
sekelompok siswa dan juga pengalaman-pengalaman belajar mereka.
Dalam penelitian yang lebih mendalam, filsafat pendidikan matematika
mungkin menyimpulkan bahwa posisi filsafat yang berbeda akan berbeda secara
signifikan terhadap implikasi pendidikan. Konsep mengajar dan belajar
matematika -khususnya: maksud dan tujuan, silabus, buku teks, kurikulum,
metode mengajar, prinsip mendidik, teori belajar, penelitian pendidikan
matematika, konsepsi guru terhadap matematika, dan pengajaran matematika yang
memahami persepsi siswa- akan terbawa dengan sendirinya dari pandangan
filosofis dan epistemologis terhadap matematika.
Pandangan yang lebih umum mengenai filsafat pendidikan matematika
memiliki tujuan untuk memperjelas dan menjawab pertanyaan tentang status dan
pondasi (foundation) dari objek dan metode pendidikan matematika. Secara
ontologi menjelaskan mengenai sifat dasar dari masing-masing komponen
pendidikan matematika, secara epistimologi menjelaskan apakah semua penyataan
yang berarti dalam pendidikan matematika mempunyai tujuan dan menentukan
kebenaran (Marsigit, 2009).
Agar pembelajaran matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada
umumnya, Ebbutt dan Straker (1995: 10-63) dalam Marsigit, mendefinisikan
matematika sekolah yang selanjutnya disebut sebagai matematika, sebagai
berikut:
1. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan Guru dalam
pembelajaran di kelas diharapkan mampu:
• Memberi kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan
penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan,
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan
berbagai cara,
• Mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan,
perbandingan, pengelompokan, dsb,
• Mendorong siswa menarik kesimpulan umum,
• Membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian
satu dengan yang lainnya.
2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan Guru dalam pembelajaran di kelas diharapkan mampu:
• Mendorong inisiatif dan memberikan kesempatan berpikir berbeda,
• Mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah
dan kemampuan memperkirakan,
• Menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat daripada
menganggapnya sebagai kesalahan,
• Mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika,
• Mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya,
• Mendorong siswa berfikir refleksif, dan
• Tidak menyarankan hanya menggunakan satu metode saja.
3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving) Guru
dalam pembelajaran di kelas diharapkan mampu:
13
C. Pendidikan Matematika
Pendidikan matematika, yang dalam konteks ini disebut dengan matematika
sekolah adalah matematika yang umumnya diajarkan di jenjang pendidikan
formal dari SD sampai dengan tingkat SMA. Tidak termasuk tingkat perguruan
tinggi karena di perguruan tinggi matematika didefinisikan dalam konteks
matematika sebagai ilmu (matematika murni).
Tujuan pendidikan matematika hendaknya mencakup keadilan sosial
melalui pengembangan demokrasi pemikiran kritis dalam matematika. Siswa
seharusnya mengembangkan kemampuan yang mereka miliki untuk menganalisis
masalah matematika. Pendidikan matematika hendaknya dapat menguatkan siswa,
hal ini berarti siswa berfikir matematika dalam kehidupan sehari-hari serta mampu
menggunakannya sebagai praktik penerapan matematika.
Kemampuan siswa yang ditumbuhkan dalam mempelajari matematika
terutama matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih
guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi
serta berpandu kepada perkembangan IPTEK. Bagian-bagian tersebut terdiri dari
objek-objek pembelajaran matematika sekolah baik berupa objek langsung
maupun objek tak langsung. Adapun objek langsung pembelajaran matematika
sekolah terdiri atas empat hal, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Dan
objek tak langsungnya antara lain adalah disiplin diri, kemahiran matematika,
14
Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu, maka penerapan filsafat dalam
pembelajaran di sekolah menjadi salah satu hal yang menarik perhatian. Karena
biasanya filsafat hanya ada di perguruan tinggi, namun pada zaman sekarang
filsafat juga ada di sekolah. Walaupun hanya sebagai pelengkap dalam
pembelajaran, namun filsafat memberikan pengaruh yang besar dalam
pembelajaran di sekolah. Filsafat adalah kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap
pembelajaran siswa melakukan kegiatan filsafat.
Dengan penerapan filsafat dalam pembelajaran di sekolah, maka proses
belajar mengajar akan berjalan dengan efektif dan efisien. Filsafat memberikan
keuntungan bagi guru dan juga siswa. Bagi guru, dengan adanya pelajaran filsafat,
maka guru akan lebih memahami karakter dari siswa-siswanya. Belajar filsafat
adalah berpikir, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pola pikir siswa-
siswanya dalam memahami matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan
16
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa filsafat
matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan
filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Yang bertujuan untuk
memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami
kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia.
Sedangkan filsafat pendidikan matematika adalah filsafat yang membicarakan
proses pendidikan matematika. Pendidikan matematika mengacu pada masalah
belajar dan mengajar. Filsafat matematika membentuk filsafat pendidikan
matematika, artinya bahwa filsafat pendidikan matematika didukung oleh filsafat
matematika.
Terhadap pembelajaran dalam pendidikan matematika, pemikiran filsafat
memiliki peran yang sangat penting. Filsafat turut berperan dalam menciptakan
suatu pembelajaran matematika yang memungkinkan para siswa untuk
membangun logika pikirnya serta membangun pengetahuan matematikanya.
Jadi, filsafat matematika membentuk pendidikan matematika, artinya bahwa
pendidikan matematika didukung oleh filsafat matematika.
18
DAFTAR PUSTAKA
19