Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Budaya Terhadap Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit

Nim : 181101026

Fifiadelina0895@gmail.com

Abstrak

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan
dan juga prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besardi rumah sakit ,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis atau pun tindakan medis yang
dilakukan oleh tenaga medis.Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai suatu Kegagalan
tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan yaitu
kesalahan tindakan atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan atau kesalahan
perencanaan. Adapun tujuan dari pengaruh budaya terhadap keselamatan pasien dirumah sakit ini
adalah apabila pasien memiliki budaya yang berbeda dengan perawat atau tenaga kerja kesehatan
yang lain agar melakukan komunikasi . misalnya pasien ada larangan tertentu dari budaya nya yang
bertentangan dengan tindakan medis yang akan di lakukan perawat terhadap pasien tersebut. Oleh
karena itu perawat bertanya terlebuh dahulu kepada pasien itu agar tidak terjadi kesalah pahaman ,
atau pun sebelum melakukan tindakan nya perawat harus meminta izin terlebih dulu terhadap
pasien ataupun keluarga pasien . semua orang memiliki budaya yang berbeda-beda. Kita sebagai
perawat juga harus memahi budaya pasien kita . dan apabila pasien tersebut sudah mengizinkan kita
melakukan tindakan yang akan di lakukan dan itu tidak melanggar budaya nya maka perawat
melakukan tindakannya.

Kata kunci : pengaruh budaya , keselamatan pasien, metode tim

Latar belakang

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan juga prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar
di rumah sakit,merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis atau tindakan
medis.Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis
yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan yaitu kesalahan
tindakan atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan atau kesalahan
perencanaan. Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).Kesalahan tersebut bisa juga terjadi di dalam
tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose dan tidak juga menerapkan
pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau
tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi, tahap pengobatan seperti kesalahan
pada prosedur pengobatan, dan juga pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan
keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak , tahap preventive
seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat;
atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system
yang lain.

Tujuan
Adapun tujuan dari pengaruh budaya terhadap keselamatan pasien dirumah sakit ini adalah
apabila pasien memiliki budaya yang berbeda dengan perawat atau pun tenaga kerja
kesehatan yang lain agar melakukan komunikasi . misalnya pasien ada larangan tertentu
dari budaya nya yang bertentangan dengan tindakan medis yang akan di lakukan perawat
terhadap pasien tersebut. Oleh karena itu perawat harus bertanya terlebuh dahulu kepada
pasien itu agar tidak terjadi kesalah pahamaan , atau pun sebelum melakukan tindakan nya
perawat harus meminta izin terlebih dulu terhadap pasien tersebut ataupun keluarga pasien .
kita tau semua orang memiliki budaya yang berbeda-beda. Kita sebagai perawat juga harus
memahami budaya pasien kita . dan apabila pasien tersebut sudah mengizinkan kita
melakukan tindakan yang akan di lakukan dan itu tidak melanggar budaya nya maka
perawat melakukan tindakannya tersebut. Jadi inti dari tujuan ini adalah harus
berkomunikasi terhadap pasien agar tidak terjadi kesalahan atau pun tindakan yang tidak di
harapkan.

Metode
Metode yang di gunakan dalam asuhan keperawatan ini adalah metode tim. Metode tim
merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang dimana Seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga kerja keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan. kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. prinsip model tim
yaitu bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan. kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan di bidangnya.
Adapun tujuan pemberian dari metode tim ini adalah
1.Untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien
sehingga pasien merasa puas
2.Dapat meningkatkan kerjasama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas
3.Meningkatkan pengetahuan serta pilihan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan
4. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang kooperatif
5.Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar menyatukan kemampuan
anggota tim yang berbeda-beda

Hasil
Pengembangan metode tim ini di dasarkan pada falsafah yang mengupayakan tujuan
dengan menggunakan kemampuan anggota kelompok. Berdasarkan metode diyakinkan
bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf berhak
menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang etrbaik
sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapakan dengan menggunakan
kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non pofesional,
dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien.
ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran,
dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di
bawah tanggung jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk
melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan
keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan sehingga berpikir
kritis dalam asuhan keperawatan dapat tercapai dengan baik.

Pembahasan
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di
rumah sakit menjadi lebih aman.Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Definisi ini biasanya digunakan oleh lembaga kesehatan, namun dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki tolok ukur sendiri melihat kondisi seseorang
apakah dia dianggap sehat ataupun sakit. Orang akan pergi mencari pelayanan kesehatan
ketika dia merasa dirinya sakit, namun dilain sisi terdapat seseorang yang sudah menderita
penyakit pun tetap tidak mau mencari pelayanan kesehatan karena dia merasa diriya baik-
baik saja. Sebagai contoh, seorang karyawan suatu perusahaan yang terkena batuk , dia
akan segera mencari layanan kesehatan agar batuknya segera sembuh dan tidak
mengganggu aktivitas dia bekerja di kantornya ataupu kegiatan sehari-harinya , namun
berbeda bagi petani yang tinggal di desa, ketika ia terkena batuk dia tidak segera mencari
solusi untuk mengobati batuknya tersebut, karena petani ini menganggap batuk adalah
suatu hal yang wajar mengenai seseorang jika sedang terjadi pergantian musim, selagi si
petani masih bisa bekerja dan pergi ke sawah maka dia merasa dirinya dalam keadaan
sehat. Persepsi seseorang mengenai kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh lingkungan
social dan budayanya. Keadaan demikian juga dipengaruhi instink, pengalaman, dan juga
apa yang mereka pelajari dari anggota masyarakat maupu lingkungan sekitar mereka. Oleh
karena itu setiap orang memiliki budaya yang berbeda-beda. Rumah sakit merupakan
tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
berbagai alat dan teknologi, bermacam profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan
pasien selama 24 jam secara terus-menerus, dimana keberagaman dan kerutinan pelayanan
tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi kejadian tidak diharapkan
( KTD ) , dimana KTD merupakan kejadian yang akan mengancam keselamatan pasien.
Upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit akan sangat berarti dan efektif bilamana
keselamatan pasien menjadi budaya kerja sehari-hari dari setiap unsur di rumah sakit
termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan dan staf penunjang. The Institute of Medicine
( IOM ) menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam gerakan perubahan menuju sistem
pelayanan kesehatan yang lebih aman adalah mengubah budaya keselamatan pasien, di
mana sebuah kesalahan dianggap sebagai kesempatan untuk meningkatkan mutu pelayanan
dan mencegah insiden keselamatan pasien. Sebagai respon terhadap rekomendasi IOM
tersebut, organisasi pemberi layanan kesehatan sejak tahun 2006 mulai berfokus pada
budaya keselamatan di unit kerjanya. Langkah pertama adalah dengan menetapkan status
budaya keselamatan di rumah sakit). Konsep budaya keselamatan pasien didefinisikan
sebagai produk dari nilai – nilai, sikap, persepsi, kompetensi dan pola perilaku individu
maupun kelompok yang akan mempengaruhi komitmen dan kemampuan organisasi dalam
mengatur manajemen keselamatan. Budaya positif telah dikaitkan dengan peningkatan
keselamatan pasien.

Penutup
Rumah sakit merupakan tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam obat,
ratusan tes dan prosedur, berbagai alat dan teknologi, bermacam profesi dan non profesi
yang memberikan pelayanan pasien selama 24 jam secara terus-menerus, dimana
keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
terjadi kejadian tidak diharapkan ( KTD ) , dimana KTD merupakan kejadian yang akan
mengancam keselamatan pasien ( Depkes RI,2006 ).

Upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit akan sangat berarti dan efektif bilamana
keselamatan pasien menjadi budaya kerja sehari-hari dari setiap unsur di rumah sakit
termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan dan staf penunjang (Bea, 2013). The Institute of
Medicine ( IOM ) menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam gerakan perubahan menuju
sistem pelayanan kesehatan yang lebih aman adalah mengubah budaya keselamatan pasien,
di mana sebuah kesalahan dianggap sebagai kesempatan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan mencegah insiden keselamatan pasien ( Doweri dkk, 2015). Sebagai respon
terhadap rekomendasi IOM tersebut, organisasi pemberi layanan kesehatan sejak tahun
2006 mulai berfokus pada budaya keselamatan di unit kerjanya. Langkah pertama adalah
dengan menetapkan status budaya keselamatan di rumah sakit (Sammer, CE dkk. 2010 ).
Konsep budaya keselamatan pasien didefinisikan sebagai produk dari nilai – nilai, sikap,
persepsi, kompetensi dan pola perilaku individu maupun kelompok yang akan
mempengaruhi komitmen dan kemampuan organisasi dalam mengatur manajemen
keselamatan. Budaya positif telah dikaitkan dengan peningkatan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah hal yang terpenting yang perlu di perhatikan oleh perawat yang
terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan
kesehatan dan lingkungan sekItar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta
kesembuhan pasien. Oleh karna itu perawat harus memiliki pengetahuan mengenai hak
pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga
keselamatan diri pasien serta menjadi kan komunikasi sebagai kunci utama untuk dapat
memberikan kenyaman dan keselamatan bagi pasien.

Referensi

Firawati., Pabuty, A., & Putra, A.S. (2012). Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di RSUD
Solok. Jurnal Kesehatan Masyrakat, 6(2), 73-79.

Iskandar, Edy. (2015). Tata Kelola dan Kepatuhan Penerapan Standar Patient Safety Penyakit
Stroke di Rumah Sakit Dr. Kanujoso Djatiwibowo Tahun 2015. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.

Islami, K., Arso, S.P., & Lestantyo, D. (2018). Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien
Puskesmas Mangkang, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(4), 27-41.

Kamil, Hajjul. (2018). Patient Safety. Idea Nursing Journal, 1(1), 1-8.

Kemenkes. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


432/menkes/sk/iv/2007 Tentang pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Kemenkes RI. (2009). Undang- Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Keselamatan Pasien.
Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Kemenkes. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/menkes/sk/viii/


2010 Tentang Standart Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.

Permenkes. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
Simamora, R.H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Pasien Berbasis
Komunikasi Efektif: SBAR.

Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1), 84-89.

Anda mungkin juga menyukai