Anda di halaman 1dari 14

Suska Journal of Mathematics Education

(p-ISSN: 2477-4758|e-ISSN: 2540-9670)


Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP


Kelas VIII di Karawang berdasarkan Gaya Kognitif
Dadang Saparudin1, Kiki Nia Sania Effendi2, dan Dadang Rahman Munandar3
1,2,3
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Singaperbangsa Karawang
e-mail: 1dadang.16029@student.unsika.ac.id, 2kiki.niasania@staff.unsika.ac.id

Submitted: Revised : Accepted:

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis


peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependence dan peserta didik yang memiliki gaya
kognitif field independence. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dengan instrumen soal kemampuan
komunikasi matematis dan tes GEFT (Group Embedded Figures Test) serta didukung dengan
wawancara. Dengan menganalisis hasil tes kemampuan komunikasi matematis dari masing-masing
tipe gaya kognitif yang dimiliki peserta didik ditemukan terdapat perbedaan kemampuan
komunikasi matematis dari subjek yang memiliki gaya kognitif field dependence dan gaya kognitif field
independence. Peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependence cenderung memperoleh
informasi sebagaimana adanya, cenderung tidak mampu mencari informasi lain di luar konten yang
diberikan maupun pada kehidupan sehari-harinya serta cenderung menyelesaikan masalah dengan
cara yang telah ditetapkan sehingga terkesan menghapal. Peserta didik yang memiliki gaya kognitif
field independence dapat memperoleh informasi dengan mengaitkan pengetahuan pada pengalaman
pada kehidupan sehari-harinya dan analitis dalam mengolah informasi yang diketahuinya, sehingga
memperoleh bagian penting yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah serta memiliki
kelancaran dalam mengekspresikan ide/gagasannya secara tepat.

Kata kunci: komunikasi matematis, gaya kognitif

PENDAHULUAN
Peserta didik merupakan individu sosial yang perlu berinteraksi dengan peserta didik lainnya
dalam pembelajaran di kelas maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Kemampuan komunikasi
matematis meliputi kemampuan siswa: menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam ide matematika, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa
atau simbol matematika, mendengarkan, diskusi dan menulis tentang matematika, membaca
dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, menyusun pertanyaan matematika yang
relevan dengan situasi masalah, membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi (Sumarmo, Rohaeti, & Herdiana, 2017).
Menurut Rahmayanti & Effendi (2019) kemampuan komunikasi harus dimiliki oleh siswa
dalam pembelajaran matematika untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui aktivitas
komunikasi siswa dapat bertukar ide matematis kemudian mengkomunikasikan hasil pemikirannya.
Dalam kegiatan pembelajaran matematika hendaknya menekankan pada kegiatan yang dapat
meningkatkan komunikasi matematis agar siswa memiliki kemampuan berinteraksi dengan baik
dalam menyelesaikan masalah. Sejalan dengan hal tersebut Rufaidah (2018) mengatakan bahwa
meskipun kemampuan komunikasi matematis itu penting namun pada kenyataannya dalam proses
pembelajaran peserta didik tidak berani mengemukakan pendapatnya merasa khawatir jika keliru.

DOI:http://dx.doi.org/10.24014/sjme.vXiX.XXXX
Dadang Saparudin1, Kiki Nia Sania Effendi2, dan Dadang Rahman Munandar3

Ketika peserta didik diberi pertanyaan terkait materi yang disajikan dalam bentuk gambar ataupun
diagram, peserta didik tidak dapat menterjemahkan informasi dalam gambar atau diagram tersebut.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Saparudin & Effendi (2019) pada kelas IX
SMP diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematis peserta masih tergolong sangat rendah,
ditinjau dari indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis. Salah satu soal yang diberikan
merupakan tes tulis yang diadopsi dari Hermawan (2017) mengukur kemampuan menghubungan
gambar ke dalam ide matematika, masalah yang diberikan yaitu disjikan sebuah balok yang di
atasnya diberikan kubus kemudian diberikan gambaran panjang rusuk pada balok selanjutnya
peserta didik mengidentifikasi panjang rusuk pada kubus sehingga kemudian diminta untuk
menentuka volumen kedua bangun tersebut.

Gambar 1. Jawaban Peserta Didik

Gambar 1 merupakan salah satu jawaban peserta didik dalam menjawab tes kemampuan
komunikasi matematis, terlihat peserta didik sudah dapat mengidentifikasi panjang setiap rusuk
pada balok, namun peserta didik tidad dapat mengidentifikasi panjang rusuk pada kubus, sehingga
peserta didik tidak dapat menentukan volume kedua bangun tersebuat yang menyatu. Oleh karena
itu peserta didik belum dapat menghubungkan gambar kedalam ide matematika dan peserta didik
masih belum memenuhi indikator ini. Hal ini sejalan dengan (Nurlaila, Sariningsih, & Maya, 2018)
mengatakan bahwa masih banyak yang mengalami kesalahan saat peserta didik diminta
menghubungkan gambar kedalam ide matematika.
Berdasarkan hal tersebut, cara siswa dapat berbeda dalam menghubungkan gambar dan
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah matematis. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Wolfe & Johnson dalam (Pratiwi, 2015) yang menyatakan bahwa seseorang memiliki cara
yang berbeda dalam mencari dan memproses informasi serta melihat dan menginterpretasikannya.
Perbedaan cara seseorang dalam memproses informasi dikenal dengan gaya kognitif, seperti yang
dikatakan Keefe dalam (Suleman, 2018).
Salah satu gaya kognitif yang telah dipelajari secara meluas dan dikembangkan oleh Herman
A. Witkin yaitu gaya kognitif field dependence dan field independence. Menurut Witkin dalam (Junita,
2016) peserta didik field dependence menunjukkan kebolehan lebih baik dalam pembelajaran dan
dapat mengingat bahan-bahan yang mempunyai isi kandungan berkaitan dengan sosial. Kelebihan
ini bergantung pada kebolehan mereka memberikan perhatian utama kepada bidang sosial.
Sebaliknya prestasi individu field independence tidak berapa baik tentang bahan-bahan yang berbentuk
sosial karena mereka kurang memberikan perhatian kepada bahan berbentuk sosial.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi
matematis peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependence dan peserta didik yang memiliki
gaya kognitif field independence. Dengan judul penelitian Analisis Kemampuan Komunikasi
Matematis Peserta Didik SMP Kelas VIII di Karawang berdasarkan Gaya Kognitif.

METODE
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut (Moelong,
2017) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

112 Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP Kelas VIII di Karawang berdasarkan Gaya Kognitif

konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dengan metode
penelitian studi kasus. Menurut (Creswell, 2014) penelitian studi kasus adalah penelitian yang
mengeksplorasi kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem
terbatas (berbagai kasus) melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam yang melibatkan
berbagai sumber informasi atau sumber informasi majemuk dan melaporkan deskripsi kasus dan
tema kasus.
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini di tentukan dengan teknik. Menurut
Sugiyono (2018) Teknik penentuan subjek penelitian ini dilakukan secara purposif yaitu
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Salah satu pertimbangan pengambilan
subjek yang kemukakan oleh Asikin dalam (Moalani & Cahyana, 2016) bahwa dalam penelitian
kualitatif memilih subjek penelitian sebanyak 10% - 20% dari kelas terjangkau.
Pertimbangan lain yang digunakan dalam penentuan subjek dalam penelitian ini adalah
berdasarkan pada skor hasil tes GEFT yang ujikan pada kelas VIII-A SMPN Satap 1 Tirtajaya
tahun ajaran 2019/2020. Dimana bila skor GEFT ≤ 11 masuk dalam kategori gaya kognitif field
dependende sedangkan bila skor GEFT > 11 masuk kategori gaya kognitif field indeendence. Selanjutnya
Selanjutnya meminta pertimbangan guru matematika, pertimbangan tersebut gagasannya secara
lisan dengan tujuan agar mudah diajak untuk wawancara sehingga diperoleh data yang maksimal.
Berdasarkan hasil tes dan pertimbangan guru tersebut sari 20 siswa kelas VIII-A dipilih 2 subjek.
Subjek terpilih yaitu sunjek yang memiliki kategori gaya kognitif field dependence dan subjek yang
memiliki gaya kognitif field independence, masing-masing 1 orang subjek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Gaya kognitif pada penelitian diproleh dari hasil tes GEFT pada 20 peserta didik SMPN
Satap 1 Tirtajaya. Berikut adalah hasil identifikasi mengenai tes GEFT yang telah dilakukan dikelas
VIII-A secara daring melalui WhatsApp :
Tabel 1. Hasil Indentifikasi Tes GEFT
Gaya Kognitif Banyak Persentase
Field Dependence 8 40%
Field Independence 12 60%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dari 20 peserta didik kelas VIII-A SMPN Satap 1
Tirtajaya sebanyak 8 peserta didik atau 40% memiliki gaya kognitif field dependence (FD) dan
sebanyak 12 peserta didik atau 60% memiliki gaya kognitif field independence (FI). Dari data tersebut
menujukkan bahwa proporsi peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independence (FI) lebih
besar dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependence (FD). Berikut
merupakan data peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independence (FI) dan yang memiliki
gaya kognitif field dependence (FD).
Tabel 2. Hasil Pengelompokan Gaya Kognitif
Inisial Subjek Gaya Kognitif
AL, NK, DN, DD, IM, IR, PK, PR Field Dependence
AD, AS, DYP, IF, NP, SA, DY, RU, SH, SK, Field Independence
AAR, TK

Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13 113
Dadang Saparudin1, Kiki Nia Sania Effendi2, dan Dadang Rahman Munandar3

Secara umum subjek dengan gaya kognitif field independence memiliki kelancaran dalam
memenuhi tiap indikator kemampuan komunikasi matematis dengan tepat, namun subjek dengan
gaya kognitif field dependence masih mengalami kesulitan dalam memenuhi beberapa indikator
kemampuan komunikasi matematis. Berikut disajikan analisis hasil tes kemampuan komunikasi
matematis berdasarkan gaya kognitif yang dimiliki peserta didik:
• Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Soal Nomor 1
Berikut akan disajikan analisis hasil perkejaan setiap subjek dalam menyelesaikan soal
nomor 1 terkait dengan mengukur kemampuan peserta didik dalam menghubungkan benda nyata,
gambar kedalam ide matematika dengan melukis jaring-jaring dan mengidentifikasi sifat-sifat kubus
untuk membuat model jaring-jaring dadu.
Adapun indikator yang harus dipenuhi pada soal tes nomor 1 ini adalah menyatakan
benda-benda nyata, situasi, dan peristiwa sehari-hari ke dalam bentuk model matematika (gambar)
dengan peserta didik mendapatkan permasalah untuk melukis jaring-jaring dan mengidentifikasi
sifat-sifat kubus dari sebuah dadu maka peserta dapat memberikan pernyataan matematis dari
pengalaman peristiwa sehari serta menguhubungan dadu kedalam model matematika.
1. Analisis Jawaban Subjek PR

Gambar 1. Jawaban No. 1 Subjek PR

Berdasarkan Gambar 1 hasil jawaban pada soal nomor 1 subjek PR mampu


mengidentifikasi sifat-sifat kubus serta subjek dapat melukis jaring-jaring kubus dan sudah dapat
menempatkan mata dadu enam dan mata dadu satu berhadapan yang artinya jika dijumlahakan
sama dengan tujuh namun tidak dengan mata dadu yang lainnya, hal ini disebkan karena peserta
didik tidak dapat menyatakan sifat dadu yang sebenarnya bahwa setiap sisi yang berhadapan mata
dadu jika dijumlahkan sama dengan tujuh. Oleh karena ini subjek PR belum dapat
menghubungkan menghubungkan benda nyata, gambar kedalam ide matematika dengan tepat.
Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan subjek PR, berikut cuplikan wawancara
dengan subjek PR :
P : Apa yang PR ketahui dari dadu itu?
PR : Yaaa, dadu itu kotak kak
P : Kotak itu kalau di matematika disebut apa?
PR : Kubus Kak
P : Apa yang PR ketahui tentang mata dadunya?
PR : Seinget saya mah yang titik enam itu berhadapan sama yang titik satu kak
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas subjek sudah dapat menghubungkan dadu ke
dalam ide matematika dengan mengatakan bahwa dadu merupakan kubus serta sudah dapat
menyatakan mata dadu enam dan satu berhdapan yang artinya jika dijumlahkan sama dengan tujuh
hal ini sesuai dengan sifat dadu pada sebenarnya dalam kenyataan namun subjek PR tidak begitu
memahami sifat dadu yang sebenarnya sehingga subjek tidak dapat melikus model jaring-jaring
dadu dengan tepat.

114 Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP Kelas VIII di Karawang berdasarkan Gaya Kognitif

2. Analisis Jawaban Subjek AAR

Gambar 2. Jawaban No. 1 Subjek AAR

Berdasarkan Gambar 2 hasil jawaban pada soal nomor 1 subjek AAR mampu
mengidentifikasi sifat-sifat kubus serta dapat memberikan pernyataan sifat dadu dengan benar,
sehingga subjek dapat melukis model jaring-jaring dadu dengan tepat dengan memberikan setiap
mata dadu yang berhadapan berjumlah tujuh, namun pada gambar model jaring-jaring dadu
berbentuk panjang sehingga kurang mencerminkan bahwa yang di gambar adalah jaring-jaring
kubus. Oleh karena itu subjek AAR sudah dapat menghubungkan menghubungkan benda nyata,
gambar kedalam ide matematika.
Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan subjek AAR, berikut cuplikan wawancara
dengan subjek AAR :
P : Apa yang AAR ketahui dati dadu tersebut?
AAR : Dadu itu berbentuk kotak kak dan di setiap sisi yang berhdapan jumlah mata dadunya sama
dengan 7
P : Kotak itu kalau dalam matematika apa?
AAR : Kubus
P : Lalu mengapa yang kamu gambar itu tidak mencerminkan jaring-jaring kubus
AAR : Sebernya saya itu gambar jaring-jaring kubus kak, tapi itu gak pake penggaris jadi saya
gambarnya agak panjang-panjang
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas subjek sudah dapat menghubungkan dadu ke
dalam ide matematika dengan mengatakan bahwa dadu merupakan kubus serta dapat dapat
menyatakan bahwa disetiap sisi yang berhadapan pada dadu jika dijumlahkan sama dengan tujuh,
namun subjek AAR keliru dalam menggambar jaring-jaring kubus dengan alas subjek AAR tidak
menggunakan penggaris sehingga setiap bidang jaring-jaring berbentuk persegi panjang.
• Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Soal Nomor 2
Berikut akan disajikan analisis hasil perkejaan setiap subjek dalam menyelesaikan soal
nomor 2 terkait dengan mengukur kemampuan peserta didik dalam menjelaskan ide matematika
secara tulisan dan gambar dengan mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan menentukan luas
permukaan kubus untuk memperoleh perbandingan luasnya dari yang diketahui perbandingan
rusuk kedua kubus tersebut ialah 1:2.
Adapun indikator yang harus dipenuhi pada soal tes nomor 2 ini adalah menjelaskan ide,
dan model matematika (gambar) ke dalam bahasa biasa dengan subjek mendapatkan permasalah
untuk menentukan luas permukaan kubus dari yang diketahui perbandingan rusuk kedua kubusnya
saja maka peserta didik dapat melukis kedua kubus dengan ukuran yang berbeda sesuai
perbandingan rusuknya kemudian peserta didik dapat menggunakan informasi yang didapat untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan bahasa yang biasa digunakan untuk mempermudahnya.

Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13 115
Dadang Saparudin1, Kiki Nia Sania Effendi2, dan Dadang Rahman Munandar3

1. Analisis Jawaban Subjek PR

Gambar 3. Jawaban No. 2 Subjek PR

Berdasarkan Gambar 3 hasil jawaban pada soal nomor 2 subjek PR mampu melukis kedua
kubus dengan ukuran berbeda dan dapat mengidentifikasi luas permukaan kubus sehingga subjek
PR mampu menentukan luas permukaan kedua kubus dengan memilih panjang rusuk kubus yang
kecil 1 satuan panjang dan kubus yang besar 2 satuan panjang serta subjek PR belum dapat
menyimpulkan dan menyederhanakan kedua luas permukaan kubus yang ditentukan, namun kedua
gambar yang dilukis bukan merupakan gambar kubus melainkan yang dilukis adalah gambar balok.
Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan subjek PR, berikut cuplikan wawancara
dengan subjek PR :
P : Apa saja yang PR ketahui dari soal tersebut?
PR : Perbandingan rusuk 1:2 kak
P : Unsur-unsur apa saja yang dibutuhkan untuk unuk melukisnya?
PR : Aku gambar seingetnya aja kak, dan setau aku gambar kubus tuh yang kotak gtu
P : Kenapa yang kamu gambar itu balok?
PR : Masa sih kak?
P : Iya
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas subjek PR dapat memperoleh perbandingan rusuk
kubus 1:2, namun sunyek PR belum tepat dalam mengingat gambar yang dipelajari dikelasnya
sehingga subjek PR keliru antara gambar kubus dengan gambar balok.
2. Analisis Jawaban Subjek AAR

Gambar 4. Jawaban No. 2 Subjek AAR

Berdasarkan Gambar 4 hasil jawaban pada soal nomor 2 subjek AAR mampu melukis
kedua kubus dengan ukuran berbeda dan dapat mengidentifikasi luas permukaan kubus sehingga
subjek AAR mampu menentukan luas permukaan kedua kubus dengan memilih panjang rusuk
kubus yang kecil 1 satuan panjang dan kubus yang besar 2 satuan panjang serta subjek AAR belum

116 Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP Kelas VIII di Karawang berdasarkan Gaya Kognitif

dapat menyimpulkan dan menyederhanakan kedua luas permukaan kubus yang ditentukan, namun
kedua gambar yang dilukis subjek AAR masih kurang rapih.
Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan subjek AAR, berikut cuplikan wawancara
dengan subjek AAR :
P : Apa saja yang AAR ketahui dari soal tersebut?
AAR : kubus dan perbandingan rusuknya 1 banding 2 kak
P : Mengapa tidak menyelesaikan perbandingan luas permukaan kedua kubus tersebut
AAR : Itu kan ada kak perbandingan luasnya 6 banding 24
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas subjek AAR dapat memperoleh informasih bahwa
ada dua kubus yang berbeda dengan perbandingan rusuk kubus 1:2, namun subjek AAR
beranggapan bahwa 6 banding 24 adalah hasil akhir dari penyelesaian masalah tersebut sehingga
subjek tidak dapat menyederhanakan perbandingan luas permukaannya.
• Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Soal Nomor 3
Berikut akan disajikan analisis hasil perkejaan setiap subjek dalam menyelesaikan soal
nomor 3 terkait dengan mengukur kemampuan peserta didik dalam menjelaskan ide matematika
secara tulisan dan gambar dengan mengidentifikasi sifat-sifat balok dan menentukan luas
permukaan balok untuk memperoleh tinggi akuarium dari yang diketahui luas permukaannya 348
cm2 dan lebarnya 6 cm.
Adapun indikator yang harus dipenuhi pada soal tes sama halnya dengan soal nomor 2
yaitu menjelaskan ide dan model matematika (ekspresi aljabar) ke dalam bahasa biasa dengan
subjek mendapatkan permasalah untuk menemukan tinggi akurium dari yang diketahui luas
permukaan dan lebar dari akua rium tersebut maka peserta didik dapat melukis sketsa akuariumnya
dengan bentuk balok serta menyatakan bahwa sebenarnya akuarium itu tidak memiliki tutup pada
atapnya kemudian peserta didik dapat menggunakan informasi yang didapat untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan bahasa yang biasa digunakan untuk mempermudahnya.
1. Analisis Jawaban Subjek PR

Gambar 5. Jawaban No. 3 Subjek PR

Berdasarkan Gambar 5 hasil jawaban pada soal nomor 3 subjek PR mampu


mengidentifikasi sifat-sifat balok dan dapat memahami rumus luas permukaan balok tetapi subjek
PR dapat menentukan tinggi dengan benar dari rumus yang ia gunakan yaitu 7,125 cm dengan
mengetahui lebar, panjang dan luas permukaan yang diberikan ialah 6 cm, 10 cm, dan 348 cm2,
namun subjek PR tidak dapat mengetahui bidang-bidang akurium pada kenyataanya sehingga
tinggi yang diperoleh oleh subjek PR bukan merupakan tinggi akuarium melainkan adalah tinggi
balok yang bidang-bidangnya lengkap.

Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13 117
Dadang Saparudin1, Kiki Nia Sania Effendi2, dan Dadang Rahman Munandar3

Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan subjek PR, berikut cuplikan wawancara
dengan subjek PR :
P : Apa saja yang diketahui PR dapatkan pada soal no 3 ini?
PR : Lebar 6 cm, panjang 10 cm, dan luas permukaan 348 cm2
P : Apa saja sih yang dapat PR amati dari akurium dengan matematis
PR : Akuarium itu berbentuk balok kak, kadang ada juga yang berbentuk kubus
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas subjek PR dapat memperoleh informasi yang
disajikan pada soal dan mampu memperoleh informasi bentuk akuarium ada yang berbentuk balok
atau balok kemudian subjek PR mengamati bahwa bentuk akurium yang dimaksud pada soal
nomo3 ini adalah berbentuk balok. Subjek PR mampu menentukan tinggi dengan tepat dari rumus
yang ia gunakan, namun rumus yang ia gunakan kurang tepat sehingga tinggi yang ia tentukan
bukanlah merupakan tinggi dari akurium akan tetapi tinggi dari balok yang memiliki enam bidang.
2. Analisis Jawaban Subjek AAR

Gambar 6. Jawaban No. 3 Subjek AAR

Berdasarkan Gambar 6 hasil jawaban pada soal nomor 3 subjek AAR mampu
mengidentifikasi sifat-sifat balok dan dapat memahami rumus luas permukaan balok serta dapat
menyatakan bawha akuarium itu memiliki lima sisi hal ini sesuai dengan akuarium yang sebenarnya
sehingga subjek AAR dapat menentukan tinggi dengan benar dari rumus yang ia gunakan yaitu 9
cm dengan mengetahui lebar, panjang dan luas permukaan yang diberikan ialah 6 cm, 10 cm, dan
348 cm2, namun AAR dapat menggambar balok dengan tepat walaupun masih kurang rapih serta
tidak dapat menyimpulkan dari hasil penyelesaiannya.
Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan subjek AAR, berikut cuplikan wawancara
dengan subjek AAR :
P : Apa yang AAR ketahui dari akurium itu?
AAR : Biasanya akuarium itu atasnya bolong kak, jadi sisinya ada 5 kan atasnya gak ada kak
P : Mengapa pl nya satu sedangkan yang lainnya dua?
AAR : Ya kan atasnya gak ada kak, nah pl itu kan sisi atas dan sisi bawahnya
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas subjek AAR dapat memperoleh informasi bahwa
akuarium itu bidang atasnya kosong sehingga ada 5 bidang yang tersisa pada akuarium serta ia
dapat memahami rumus luas permukaan balok dengan tepat sehingga subjek AAR dapat
menyusun rumus untuk menentukan tinggi akurium dengan tepat serta menyelesaikannya dengan
benar.

118 Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP Kelas VIII di Karawang berdasarkan Gaya Kognitif

• Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Soal Nomor 4


Berikut akan disajikan analisis hasil perkejaan setiap subjek dalam menyelesaikan soal
nomor 4 terkait dengan mengukur kemampuan peserta didik dalam menyatakan peristiwa sehari-
hari dalam simbol matematika dengan mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan menentukan luas
permukaan kubus serta memahami konsep rumus volume kubus dalam memutuskan dalam
memilih motif kertas kado yang tersedia yang sudah diketahui ukuran panjang lebarnya dan harga
yang berbeda setiap motifnya untuk memperindah tempat kado yang hanya diketahui volumenya
yaitu 64000m3.
Adapun indikator yang harus dipenuhi pada soal tes nomor 4 ini adalah menjelaskan dan
membuat pertanyaan matematika yang dipelajari dengan peserta didik mendapatkan permasalah
untuk mengidentifikasi dan menemukan luas permukaan kubus dari sebuah pengalaman pada saat
membuat tempat kado dan memperindahnya dengan kertas kado yang bermotif maka peserta
didik dapat menjelaskan pembuatan kado secara matematis serta membuat pernyataan-pernyataan
matematis yang dipelajari agar mempermudah untuk menyelesaikan masalahnya.
1. Analisis Jawaban Subjek PR

Gambar 7. Jawaban No. 4 Subjek PR

Berdasarkan Gambar 7 hasil jawaban pada soal nomor 4 subjek PR dapat memisalkan
bawha tempat kado adalah kubus serta mampu memahami volume kubus untuk memperoleh
panjang tiap sisi tempat kado ialah 40 cm dan mampu menentukan luas permukaan tempat kado
seluas 9600 cm2, dan subjek PR dapat namun subjek PR memutuskan dengan benar untuk
memilih kertas kado yang akan dibeli oleh Stepanus, namun subjek PR tidak dapat merencanakan
pembelian kertas kado sehingga subjek PR tidak dapat memberi alasan atas pilihannya.
Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan subjek PR, berikut cuplikan wawancara
dengan subjek PR :
P : Apa saja yang PR dapat ketahui pada soal nomor 4 ini?
PR : volume kado nya itu 64000 cm3
P : Menurut mu kado itu berbentuk apa?
PR : Kayak berbentuk kubus kak
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas subjek PR dapat memperoleh informasi bahwa
volume tempat kado adalah 64000 cm3 dan dapat menentukan panjang setiap sisi tempat kado
dengan mengira bahwa tempat kado tersebut berbentuk kubus, namun subjek PR tidak dapat
memperoleh informasi yang lainnya seperti panjang, lebar dan harga pada setiap motif kertas kado

Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13 119
Dadang Saparudin1, Kiki Nia Sania Effendi2, dan Dadang Rahman Munandar3

yang disajikan pada soal akan tetapi subjek PR dapat memutuskan pemilihan kertas kado dengan
benar.
2. Analisis Jawaban Subjek AAR

Gambar 8. Jawaban No. 4 Subjek AAR

Berdasarkan Gambar 8 hasil jawaban pada soal nomor 4 subjek AAR dapat memisalkan
bawha tempat kado adalah kubus serta mampu memahami volume kubus untuk memperoleh
panjang tiap sisi tempat kado ialah 40 cm dan mampu menentukan luas permukaan tempat kado
seluas 9600 cm2, namun subjek AAR mampu menentukan luas pada setiap motif kertas kado yaitu
kertas kado motif pertama 5100 cm2 dan luas kertas kado motif kedua 6750 cm2 serta dapat
memutuskan dengan benar untuk memilih kertas kado yang akan dibeli oleh Stepanus dengan
alasan harga lebih murah dan sudah dapat membungkus tempat kado tersebut, akan tetapi subjek
AAR tidak dapat merencanakan pembelian kertas kado sehingga tidak terlihat perbandingan
pemilihan antara motif ketas kado pertama dan kertas kado kedua serta berapa banyak kertas kado
yang dibelinya.
Hal ini juga didukung oleh wawancara dengan subjek AAR, berikut cuplikan wawancara
dengan subjek AAR :
P : Informasi apa saja yang AAR dapatkan pada soal no 4 ini?
AAR : volume tempat kadonya 64000 cm3 dan panjang lebar dari masing-masing kertas kadonya
sama harganya juga kak.
P : Yang AAR ketahui biasanya kado berbentuk apa?
AR : berbentuk kubus kak
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas subjek AAR dapat memperoleh informasi bahwa
volume tempat kado adalah 64000 cm3, dan panjang lebar dari masing-masing kertas kadonya
beserta harganya serta mengangap tempat kado tersebut berbentuk kubus sehingga subjek AAR
dapat menentukan setiap panjang sisi pada tempat kado dan luas masing-masing motif kertas kado
kemudian dapat menyelesaikan permasalah pada soal ini walaupun masih kurang lengkap.

Pembahasan
Pada masing-masing peserta didik yang memiliki gaya kognitif berbeda mampu
memperoleh maupun memproses informasi dengan berbeda pula merujuk pada hasil analisis
penelitian diatas bahwa setiap subjek yang memiliki gaya kognitif field dependence dan gaya kognitif

120 Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP Kelas VIII di Karawang berdasarkan Gaya Kognitif

field independence memiliki kemampuan komunikasi matematis yang berbeda, seperti yang dikatakan
Keefe dalam (Suleman, 2018) bahwa perbedaan cara seseorang dalam memproses informasi
dikenal dengan gaya kognitif.
Merujuk pada pernyataan Kogan dalam (Afifah, 2015) gaya kognitif sebagai variasi individu
dalam cara memandang, mengingat dan berpikir atau cara tersendiri dalam hal memahami
menyimpan, menstransformasi dan menggunakan informasi, hal ini didukung juga dengan hasil
penelitian Junita (2016) bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara
peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependence dan gaya kognitif field independence.
Pada dasarnya subjek dengan kedua gaya kognitif yang berbeda ini tidak jauh berbeda
dalam kemampuan komunikasi matematis hanya saja subjek dengan gaya kognitif field independence
memiliki kelancaran dalam mengekspresikan ide/gagasannya secara tepat. Hal ini didukung dengan
hasil penelitian Santosa & Bahri (2019) bahwa subjek dengan gaya kognitif field independence
memiliki kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik dibandingkan dengan subjek yang
memiliki gaya kognitif field dependence.
• Kemampuan Komunikasi Matematis yang Memiliki Gaya Kognitif Field Dependence (FD)
Merujuk pada Tabel 2 subjek yang memiliki gaya kognitif field dependence adalah subjek PR.
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil tes kemampuan komunikasi matematis dan hasil
wawancara dari subjek PR secara umum masih kurang mampu dalam memenuhi setiap indikator
kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini.
Subjek yang memiliki gaya kognitif field defendence sulit untuk menyatakan benda-benda
nyata ke dalam bentuk model matematika (gambar) hal ini terlihat pada Gambar 2 subjek hanya
dapat beranggapan dadu adalah kubus namun subjek tidak dapat memperoleh informasi lain di
kehidupan sehari-harinya dengan menyatakan sifat dadu, subjek PR hanya menerima informasi
pada soal yang disajikan saja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Marlissa dan Widjajanti (2015)
bahwa subjek yang memiliki gaya kognitif field dependence cenderung menerima informasi
sebagaimana adanya. Sehingga subjek kesulitan dalam menghubungkan benda nyata ke dalam ide
matematika.
Selanjutnya berdasarkan Gambar 4 PR sudah mampu dalam menjelaskan ide dan model
matematika dengan gambar pada saat subjek menggambar perbandingan kubus dengan ukuran
yang berbeda namun subjek tidak dapat menyatakan dengan bahasa biasa sehingga subjek tidak
dapat membuat kesimpulan akhir pada penyelesainya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Achir,
Usodo & Retiawan (2017) bahwa subjek dengan gaya kognitif field dependence tidak mampu dalam
mendapatkan solusi akhir dari hasil pekerjaannya.
Kemudian subjek tidak dapat membuat pernyataan matematis untuk mendukung dalam
penyelesaian masalah yang dihadapinya hal ini disebabkan subjek tidak dapat menjelaskan dan
membuat pertanyaan matematika yang dipelajarinya untuk memperoleh informasi lain dengan
pandangan khusus. Hal ini terlihat pada Gambar 8 saat subjek tidak fokus pada ukuran dan harga
tiap motif kertas kado. Sejalan dengan penelitian Amalia (2017) bahwa subjek yang memiliki gaya
kognitif field dependence cenderung fokus pada gambaran umum.
• Kemampuan Komunikasi Matematis yang Memiliki Gaya Kognitif Field Independence (FI)
Berdasarkan Tabel 2 subjek yang memiliki gaya kognitif field independence adalah subjek AAR
serta pada hasil tes kemampuan komunikasi matematis dan hasil wawancara dari subjek AAR
secara umum hampir mampu dalam memenuhi setiap indikator kemampuan komunikasi
matematis yang digunakan dalam penelitian ini.
Subjek yang memiliki gaya kognitif field indefendence mampu memperoleh informasi lain di
kehidupan sehari-harinya maupun diluar konten yang diberikan kemudian menghubungkan
kedalam bentuk model matematika, hal ini sejalan dengan pernyataan Nugraha dan Awalliyah
(Amalia, 2017) bahwa subjek dengan gaya kognitif field independence akan cenderung mampu
Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13 121
Dadang Saparudin1, Kiki Nia Sania Effendi2, dan Dadang Rahman Munandar3

mencari informasi lebih banyak di luas konten yang telah ada. Sehingga berdasarkan Gambar 3
subjek dapat memperoleh informasi sifat dadu yang sebenarnya kemudian menghubungkan
dengan sifat-sifat kubus.
Selanjutnya subjek sudah mampu dalam menjelaskan ide dan model matematika
mengunakan gambar dengan bahasa yang dimilikinya berdasarkan pengalamannya untuk
mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan yang dihapinya. Hal ini terlihat pada Gambar 7
saat subjek dapat mengingat bagian-bagian akuarium yang pernah dilihatnya. Sejalan dengan hasil
penelitian Hajar, Bernard & Djam’an (2018) bahwa subjek dengan gaya kognitif field independence
dapat mengolah informasi dengan mengingat kembali pengetahuan yang dimiliki berdasarkan
pengalaman belajarnya yang tersimpan dalam memori jangka panjangnya, pengetahuan yang
dimilikinya sebelumnya dikaitkan dengan masalah yang dihadapi.
Kemudian subjek dapat membuat pernyataan matematis untuk mendukung dalam
penyelesaian masalah yang dihadapinya hal ini disebabkan subjek dapat menjelaskan dan membuat
pertanyaan matematika untuk menganalisis informasi yang diperolehnya. Hal ini sejalan dengan
penelitian Kayanti & Komarudin (2017) bahwa subjek yang memiliki gaya kognitif field independence
cenderung memiliki kemampuan analitik yang kuat. Sehingga berdasarkan Gambar 9 subjek dapat
fokus dan menganalisis panjang, lebar dan harga pada tiap motif kertas kado kemudian dapat
memutuskan pilihan kertas kado dengan benar.
Subjek dengan gaya kognitif field dependence cenderung menyelesaikan masalah dengan cara
yang telah ditetapkan. Hal ini didukung dengan pernyataan Somyurek, Guyer & Atasoy (Pratiwi,
2015) bahwa subjek dengan gaya kognitif field dependence lebih suka menyelesaikan sesuatu dengan
cara yang telah ditetapkan, sedangkan subjek yang memiliki gaya kognitif field independence lebih suka
menyelesaikan sesuatu dengan tidak linear.
Berdasarkan pembahasan pada subjek yang memiliki gaya kognitif field dependence dan field
independence di atas diperoleh bahwa subjek dengan gaya kognitif field independence cenderung lebih
baik dalam memperoleh dan mengolah informasi, hal ini didukung dengan hasil penelitian Nur &
Palobo (2018) bahwa subjek field independence cenderung analitis dalam mengolah informasi yang
diketahui, sehingga memperoleh bagian penting yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah.
Namun berbeda dengan hasil penelitian Inayah (2016) menyatakan bahwa tidak terdapat
berbedaan kemampuan komunikasi matematis antara peserta didik yang memiliki gaya kognitif field
independence dengan peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependence. Hasil temuan penelitian
tersebut juga sesuai dengan pendapat Zainuddin (Hasbi, 2013) yang menyatakan bahwa gaya
kognitif bersifat bipolar, masing-masing kutubnya mempunyai nilai adaptif dalam keadaan khusus.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti, maka
diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang memiliki gaya
kognitif field dependence cenderung memperoleh informasi sebagaimana adanya, cenderung tidak
mampu mencari informasi lain di luar konten yang diberikan maupun pada kehidupan sehari-
harinya serta cenderung menyelesaikan masalah dengan cara yang telah ditetapkan sehingga
terkesan menghapal.
Peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independence dapat memperoleh informasi
dengan mengaitkan pengetahuan pada pengalaman pada kehidupan sehari-harinya dan analitis
dalam mengolah informasi yang diketahuinya, sehingga memperoleh bagian penting yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah serta memiliki kelancaran dalam mengekspresikan
ide/gagasannya secara tepat.

122 Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP Kelas VIII di Karawang berdasarkan Gaya Kognitif

REFERENSI
Achir, Y. S., Usodo, B., & Setiawan, R. (2017). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada Materi Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel (Spldv) Ditinjau Dari Gaya Kognitif. PAEDAGOGIA, 20(1), 78-87.
Afifah, D. S. (2015). Profil Pengajuan Masalah Matematika Siswa SMP Berdasarkan Gaya
Kognitif. JP2M, 1(1), 100-111.
Amalia, S. R. (2017). Analisis Kesalahan Berdasarkan Prosedur Newman dalam Menyelesaikan
Soal Cerita Ditinjau dari Gaya Kognitif Mahasiswa. AKSIOMA, 8(1), 17-30.
Creswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif & Desain Riseet. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hajar, S., Bernard, H., Djam’an, N. (2018). Karakteristik Pemecahan Masalah Matematika
Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. IMED 2(1), 92-99.
Hermawan, D. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa SMP Negeri 1 Rawamerta. Karawang: Tidak
Diterbitkan.
Inayah, N. (2016). Pengaruh Kemampuan Penalaran Matematis dan Gaya Kognitif Terhadap
Kemampuan Komunikasi dan Koneksi pada Materi Statistika Siswa SMA. Journal of OST
2(2), 74-80.
Junita, R. (2016). Kemampuan Representasi dan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMA
Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Gaya Kognitif. Pythagoras, 11(2), 193-206.
Karyanti & Komarudin. (2017). Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Peserta Didik SMP
Kelas VIII Terhadap Materi Bangun Dimensi Tiga. Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika (hal. 89-94). Lampung: UIN Raden Intan Lampung.
Marlissa, I & Widjajanti, D. B. (2015). Pengaruh Strategi React Ditinjau Dari Gaya Kognitif
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Prestasi Belajar Dan Apresiasi Siswa
Terhadap Matematika. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2(2), (186-196)
Maolani, R. A. & Cahyana, U. (2016). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja Grasindo
Persada.
Moeleong, L. J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, A, D. & Palobo, M. (2018). Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif dan Gender. Kreano, 9(2), 139-148.
Nurlaila, S., Sariningsih, R., & Maya, R. (2018). Analisis Kemampuan Komunikasi Mematis Siswa
SMP Terhadap Soal-soal Bangun Ruang Sisi Datar. JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika
Inovatif), 1(6), 1113-1120.
Pratiwi, D. D. (2015). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pemecahan Masalah
Matematika Sesuai dengan Gaya Kognitif dan Gender. Al-Jabar Jurnal Pendidikan
Matematika, 6(2), 131-141.
Rahmayanti, S. R., & Effendi, K. N. (2019). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP
Pada Materi Himpinan. JUDIKA (Jurnal Pendidikan Unsika), 7(1), 10-18.
Rufaidah, R. (2018). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) dengan Media LKPD Pada
Materi Relasi Dan Fungsi Siswa Kelas VIII-B Mts Al-Ma’arif Bocek Karangploso Tahun
Pelajaran 2017/2018. JPM (Jurnal Pendidikan Matematika), 4(2), 95–101.

Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13 123
Dadang Saparudin1, Kiki Nia Sania Effendi2, dan Dadang Rahman Munandar3

Santosa, F. H., & Bahri, S. (2019). Kemampuan Komunikiasi Matematis Mahasiswa yang
Memperoleh Pembelajaran PBL dan Mind Mapping Ditinjau dari Gaya Kogniti. JP3M
2(1), 54-65.
Saparudin, D., & Effendi, K. N. (2019). Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Peserta Didik
SMP Kelas VIII Terhadap Materi Bangun Dimensi Tiga . Sesiomadika (hal. 687-694).
Karawang: UNSIKA.
Sugiyono. (2018). Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Suleman. (2018). Pengaruh Teknik Pemberian Balikan dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar
IPA. Akademika Jurnal Ilmiah, 7(2), 77-90.
Sumarmo, U., Rohaeti, E. E., & Herdiana, H. (2017). Hard Skills dan Soft Skills. Bandung: Refika
Aditama.

124 Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 6, No. 1, 2020, hal. xx-13

Anda mungkin juga menyukai