Anda di halaman 1dari 38

Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif ISSN 2614-221X (print)

Volume 1, No. 3, Mei 2018 ISSN 2614-2155 (online)

DOI 10.22460/jpmi.v1i3.313-324

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 CARIU
PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA
VARIABEL DENGAN PENDEKATAN REALISTIC
MATHEMATIC EDUCATION (RME)
Nurlia Syamsudin1, M. Afrilianto2, Euis Eti Rohaeti3
1,2,3
IKIP Siliwangi, Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia
1
nurliasyamsudin@gmail.com, 2 muhammadafrilianto1@ikipsiliwangi.ac.id, 3 e2rht@yahoo.com

Diterima: 18 Maret 2018; Disetujui: 28 Mei 2018

Abstract
The purpose of this researchis to improve mathematical communication ability of the students in class
VIII A in two variabels equation system by using Realistic Mathematic Education (RME) approach at
SMPN 2 Cariu. The type of this research is Classroom Action Research (CAR) by using spiral
research model from Kemmis and McTaggart with the sample of this research is all students of class
VIII A SMPN 2 Cariu. This research consists of two cycles where each cycle consists of planning,
implementation, observation and replection, which is before and after this research is given the
instruments in the essay from in each cycle, there is an observation sheet of the teacher and students
activity during in the learning progress. The result of this research is to indicate the students
mathematical communication aibility can be improve through the application of the Realistic
Mathematic Education (RME) approach.
Keywords: Mathematical Communication, Realistic Mathematic Education, Classroom Action
Research

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemapuan komunikasi matematik siswa kelas VIII dalam
materi Sistem Persamaan Dua Variabel (SPLDV) dengan memanfaatkan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) di SMPN 2 Cariu. Jenis dari penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan menggunakan model penelitian spiral dari Kemmis dan McTaggart dengan
sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII A SMPN 2 Cariu. penelitian ini terdiri dari 2 siklus
dimana setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, dengan
sebelum dan sesudah penelitian diberikan instrumen berbentuk uraian. pada setiap siklusnya terdapat
lembar observasi aktivitas.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematik siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME).
Kata Kunci: Komunikasi Matematik, Realistic Mathematic Education (RME), Penelitian Tindakan
Kelas

How to cite: Syamsudin, N., Afrilianto, M., & Rohaeti, E. E. (2018). Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Cariu pada Materi
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME). JPMI – Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 1 (3), 313-324.

313
314 Syamsudin, Afrilianto, & Rohaeti, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik …

PENDAHULUAN
Matematika merupakan sarana berpikir logis, analitis, sistematis kritis dan kreatif serta
merupakan disiplin ilmu yang membantu dalam perkembangan daya pikir dan potensi yang
dimiliki setiap manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengusaan matematika sejak dini
sangatlah penting dalam menumbuhkan potensi yang dimiliki setiap manusia, dengan kata
lain matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib di berikan pada setiap
jenjang Pendidikan. Hal ini terkandung dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 yang menegaskan bahwa salah satu kurikulum
yang wajib diberikan pada siswa jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah mata
pelajaran Matematika. Melihat peranan penting matematika, maka dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan salah satu ilmu yang wajib di pelajari pada setiap jenjang pendidikan
baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan lanjutan.

Salah satu tujuan umum pembelajaran matematika yang disusun oleh pemerintah melalui
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang tertuang dalam Permendiknas No 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi, menegaskan bahwa pembelajaran matematika bertujuan
menjadikan peserta didik memiliki kemampuan dalam mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Dari point
ke empat tujuan pembelajaran matematika pada Permendiknas No.22 tersebut, dapat kita
ketahui bahwa salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah Kemampuan
Komunikasi Matematik. Dimana dengan memiliki kemampuan komunikasi matematik,
diharapkan siswa dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah sehingga siswa dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi yang ada pada
permasalahan yang diberikan (Rahmi, Nadia, Hasibah, & Hidayat, 2017).

Menurut Schoen, Bean dan Zibrath (Hendriana, Rohaeti, & Soemarmo, 2017) menjelaskan
bahwa kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan menjelaskan alogaritma dan
cara unik dimenyelesaikan pemecahan masalah; mengontruksi dan menjelaskan sajian
fenomena dunia nyata secara grafik, kata-kata dan kalimat,persamaan , tabel dan sajian secara
fisik; memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri. Sedangkan Greenes dan
Schulman (Umar, 2012) menyatakan komunikasi matematik adalah : (I) kekuatan sentral bagi
siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa
terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, (3) wadah
bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi
pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan
orang lain. Dari dua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematik terdiri atas komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing).
Komunikasi lisan (talking), misalnya membaca (reading), mendengar (listening), diskusi
(discussing), menjelaskan (explaining), dan sharing, sedangkan komunikasi tulisan (writing)
seperti mengungkapkan ide matematika dalam fenomena dunia nyata melalui grafik/gambar,
tabel, persamaan aljabar, maupun dengan bahasa sendiri atau sehari-hari.

Dari pendapat para ahli pada uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sangatlah penting
bagi setiap siswa dalam memiliki kemampuan komunikasi matematik karena sangat
berpengaruh pada pembelajaran matematika. Namun kenyataannya, pada saat peneliti
melakukan observasi pada salah satu kelas VIII SMPN 2 Cariu, interaksi antara guru dengan
siswa masihlah tidak seimbang , misalnya pada saat guru memancing siswa dengan sebuah
pertanyaan agar siswa mengeluarkan pendapat ataupun ide yang mereka miliki dan terjalinnya
interaksi antara siswa dengan guru, namun yang merespon , menanggapi atau berinteraksi
Volume 1, No. 3, Mei 2018 pp 313-324 315

dengan guru hanya 1 hingga 2 orang saja. Selain itu pada saat siswa mengerjakan tes awal
yang diberikan oleh peneliti kepada mereka, hampir seluruh siswa hanya mengerjakan soal
yang memiliki permasalahan dalam kontek sederhana saja, adapun pada saat menyelesaikan
soal yang diberikan siswa cenderung kurang memahami informasi yang ada pada soal
berbentuk uraian maupun gambar, adapun jika sudah mengerti apa informasi yang ada pada
soal namun mereka tidak tahu bagaimana mengubah informasi yang didapat ke dalam bentuk
ekspresi atau model matematika serta siswa juga selalu bingung dalam menentukan langkah
awal dan cara penyelesaiannya yang mengakibatkan hanya ada jawaban akhir saja. Sehingga
dari permasalahan-permasalahan tersebut dapat dipastikan bahwa kemampuan komunikasi
matematik siswa kelas VIII pada SMPN 2 Cariu masihlah rendah.

Penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematik pada siswa juga bisa disebabkan
oleh pemilihan pendekatan, strategi maupun metode dalam pembelajaran, hal ini pun sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Ruseffendi (Afrilianto, 2015) yaitu kemungkinan penyebab
kesukaran anak dalam belajar dikarenakan kesalahan gurunya, penyajiannya, metodenya, alat
peraga/permainannya. Sehingga sangatlah penting dalam memilih pendekatan, strategi
ataupun metode untuk diterapkan pada pembelajaran matematika, selain itu diperlukannya
pembelajaran yang lebih mudah dipahami serta bermakna pada setiap siswa, misalnya
memanfaatan realitas dan konteks kehidupan sehari-hari atau lingkungan sekitar yang telah
dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik

Hans Freudenthal mengemukakan bahwa“matematika merupakan suatu bentuk aktivitas


manusia (mathematic as human activities)”, pernyataan tersebut yang menjadi landasan dalam
pengembangan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education). Pada
pembelajaran Realistik tidak sekedar menunjukkan adanya hubungan dengan dunia nyata
namun lebih menekankan pada suatu situasi yang dapat dibayangkan siswa sehingga
mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran yang diberikan.

Setelah berdiskusi dengan guru kelas tersebut maka telah disepakati alternative pemecahan
masalah-masalah yang terjadi yaitu dengan melaksanakan sebuah penelitian dalam upaya
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik pada siswa, yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cariu pada Materi
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME)”.

METODE
Jenis penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), dengan menggunakan model Spiral Penelitian Tindakan dari Kemmis dan McTaggart
(Hendriana & Afrilianto, 2017). Model penelitian spiral ini terdiri dari rencana, aksi,
observasi dan refleksi pada setiap siklusnya, penelitian dengan model spiral akan dihentikan
jika tujuan penelitian yang dilaksanakan telah tercapai.
316 Syamsudin, Afrilianto, & Rohaeti, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik …

Rencana Rencana

Tindakan Siklus I Refleks Tindakan Siklus II Refleks


i i

Observasi Observasi

Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan McTaggart

Subyek pada penelitian ini adalah siswa siswi kelas VIII A SMPN 2 Cariu yang berjumlah 33
orang siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari dua indikator yaitu (1) Proses
pembelajaran baik itu pada siswa maupun pada guru dengan minimal ketercapaian
keberhasilan pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
85%, (2) Segi keberhasilan belajar apabila minimal 75% siswa secara perorangan
mendapatkan nilai diatas KKM.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Siklus I
a. Perencanaan
Pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan yaitu pemberian tes awal dan pembelajaran, adapun
hal lainnya yang dilakukan yaitu pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran materi
SPLDV dengan menggunkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), lembar
observasi yang ditujukan pada guru dan siswa, serta lebih memantapkan pemahaman dan
pengetahuan guru tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME).

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan pelaksanaan tindakan, adanya pergantian posisi antara guru dengan peneliti,
dimana peneliti menjadi guru sedangkan guru matematika menjadi pengamat (observer).
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa
tanggal 21 November 2017 dengan materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
dengan sub materi metode subtitusi dan eliminasi, dengan menggunakan RPP pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yang telah disiapkan sebelumnya.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan dimana guru mengucapkan


salam, memeriksa kehadiran siswa serta mengkondisikan kelas sehingga menjadi kondusif
untuk keberlangsungan kegiatan pembelajaran, selanjutnya guru memberikan informasi
tentang proses pembelajaran, selama kegiatan tersebut perhatian siswa masih terfokus pada
guru didepan kelas. Pada kegiatan inti guru mengawali pembelajaran dengan menjelasksn
secara singkat konsep dan hubungan antara PLDV dengan SPLDV pada siswa, untuk
memudahkan siswa lebih baik dalam memahami guru menggambarkan bagan didepan kelas.

Selanjutnya guru membentuk beberapa kelompok dan membagikan LKS pada setiap
kelompok serta meminta siswa untuk bersama-sama mendiskusikan jawabannya, pada tahap
ini ternyata hampir setiap kelompok dari 4-5 anggota, terdapat beberapa kelompok yang
Volume 1, No. 3, Mei 2018 pp 313-324 317

hanya ada 2 orang siswa yang mengerjakan LKS yang diberikan dan anggota lainnya ada
yang terdiam ataupun mengobrol dengan anggota lainnya. Kemudian guru berkeliling dan
mendatangi kelompok satu-persatu untuk mengajak siswa berdiskusi serta membimbing siswa
jika ada kesulitan, pada kegiatan ini siswa masih terlihat malu-malu pada saat bertanya pada
guru, namun walaupun sudah mendatangi satu persatu kelompok, ternyata masih ada beberapa
siswa yang tidak aktif bergabung mendiskusikan LKS.

Setelah beberapa saat guru memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka, ternyata waktu pembelajaran telah habis dengan
ditandai pergantian jam. Sehingga guru memberikan perintah untuk menyelesaikan soal LKS
yang belum selesai, dan akan dibahas pada pertemuan selanjutya.

c. Observasi dan Evaluasi


Setelah melaksanakan tahapan pelaksanaan tindakan, guru dan peneliti mendiskusikan
kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran, yaitu masih banyaknya siswa yang
kurang aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, pengelolaan waktu pembelajaran yang kurang
maksimal sehingga kegiatan pembelajaran terpotong oleh pergantian jam mata pelajaran, serta
lupanya guru tidak memberikan motivasi kepada siswa, sedangkan aspek motivasi sangatlah
penting dilakukan untuk menumbuhkan semangat mengikuti pembelajaran bagi siswa.
Berikut ini hasil observasi pada pelaksanaan Siklus I :

Tabel 1. Hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada Siklus I

Aspek yang diobservasi pada Aspek yang diobservasi pada


Skor
Guru Siswa
Siswa memperhatikan guru dalam
Guru menyampaikan informasi
4 3 menyampaikan informasi materi
materi dan tujuan pembeajaran
dan tujuan pembeajaran
Guru memberikan motivasi 0 Siswa memperhatikan guru
0
kepada siswa memberikan motivasi
Siswa aktif memberi respon
Guru mengadakan apersepsi 3 2
dalam kegiatan apersepsi
Guru memberikan LKS untuk
Siswa memperhatikan penjelasan
dikerjakan oleh siswa secara 4 3
guru
berkelompok
Siswa aktif menjawab pertanyaan
Guru memberikan penjelasan
4 3 dalam penjelasan materi yang
materi yang akan diajarkan
diberikan
Guru memotivasi siswa untuk
Siswa aktif dalam kegiatan
mengemukakan pendapat 3 2
diskusi
tentang materi yang diberikan
Guru mengarahkan siswa
untuk menyelesaikan soal Siswa berani dan aktif bertanya
4 3
dengan berdiskusi dengan jika mengalami kesulitan
anggota kelompok lain
Guru berkeliling mengamati
Siswa diberikan kesempatan
dan membimbing siswa jika
4 0 untuk mempresentasikan hasil
ada kesulitan
diskusi kelompok
318 Syamsudin, Afrilianto, & Rohaeti, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik …

Aspek yang diobservasi pada Aspek yang diobservasi pada


Skor
Guru Siswa
Guru meminta perwakilan Siswa diberikan kesempatan
kelompok untuk 0 0 untuk menanggapi hasil dikusi
mempresentasikan hasil diskusi kelompok lain
Guru memberikan kesempatan 0
Siswa bersama guru merangkum
siswa untuk menanggapi hasil 0
hasil diskusi
diskusi
Guru bersama-sama siswa 0 Siswa bersama guru merangkum
0
merangkum hasil diskusi hasil pembelajaran
Guru melakukan refleksi 0 0 Siswa melakukan refleksi
Guru memberikan PR 4 - -

Julmlah Skor 30 16 Jumlah Skor


Presentase Ketuntasan Belajar Presentase Ketuntasan
57,69% 33,33%
Belajar

Berdasarkan Tabel 1, hasil observasi terhadap ketuntasan guru dalam melaksanakan


pembelajaran menggunakan RPP dengan pendekatan yang dipilih, masihlah sangat rendah
yaitu 57,69%. Sementra itu hasil observasi tentang aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, memiliki presentase yang lebih rendah yaitu 33,33%. Namun
secara keseluruhan pada pembelajaran siklus I ini, dengan melihat pelaksanan pembelajaran
yang telah dilaksanakan, sudah mulai banyaknya siswa yang berani mengajukan pertanyaan
dan aktif berinteraksi sesama siswa maupun dengan guru.

Selain itu rata-rata nilai tes awal siswa yang mencapai KKM sangatlah kecil, dimana
banyaknya siswa hanya menjawab 1 soal serta adapula yang menjawab hanya jawaban
akhirnya saja. Hasil dari pengerjaan LKS bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) berhasil
dilakukan, pada tindakan siklus I hasil dari pengerjaan LKS terdapat sebuah peningkatan
kemampuan komunikasi siswa pada materi SPLDV apabila dibandingkan dengan tes awal,
salah satunya dalam mengerjakan soal uraian jawaban berisi cara penyelesaian sudah baik.

d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru bersama-sama menilai dan menyimpulkan kekurangan yang
terjadi selama pembelajaran yang mengakibatkan pembelajaran yang menggunakan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) belum sepenuhnya optimal hal ini dilihat
dari ketuntasan RPP hanya 57,69% saja. Hal ini terjadi, karena kurang ahlinya peneliti dalam
mengelola kegiatan pembelajaran dan waktu pembelajaran pada pelaksanaan siklus I, selain
itu masih banyak nya siswa yang kurang fokus selama pembelajaran dan masih banyaknya
siswa yang mengobrol pada saat pembelajaran berlangsung. Mengingat masih banyaknya
kekurangan yang terjadi pada saan pelaksanaan tindakan Siklus I, maka peneliti dan guru
melanjutkan tindakan ke tahap selanjutnya yaitu tahap tindakan Siklus II, dimana pada
tahapan siklus II peneliti dan guru bersama-sama menyiapkan apa saja yang harus diperbaiki
atau lebih ditingkatkan dari kegiatan Siklus I.
Volume 1, No. 3, Mei 2018 pp 313-324 319

Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada Siklus I, maka peneliti dan guru mata
pelajaran bersama-sama merencanakan siklus II agar kelemahan-kelemahan yang ada teratasi
sehingga mencapai hasil yang diinginkan. Pada tahap ini guru lebih mengutamakan
bimbingan dalam penyelesaian soal dan lebih memfokuskan diri kepada siswa yang kurang
aktif pada kegiatan sebelumnya serta mampu mengolah waktu pada pembelajaran siklus II.
.Pada tahap ini sama halnya dengan perencanaan pada siklus I hal yang dilakukan yaitu
pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunkan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME), dengan lembar observasiyang kemudian peneliti membuat
lembar observasi yang sama dengan tindakan siklus I dimana ditujukan pada guru maupun
siswa selama kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada Pelaksanaan tindakan pada Siklus II, peneliti tetap menjadi menjadi guru sedangkan
guru matematika menjadi pengamat (observer). Penyajian kelas pada pertemuan kedua ini
dilaksanakan pada hari senin tanggal 27 November 2017 dengan materi Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel serta sub materi metode campuran, untuk RPP yang disiapkan masih
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).

Kegiatan pembelajaran diawali dengan pembukaan pembelajaran dimana guru memeriksa


kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas sehingga menjadi kondusif untuk
keberlangsungan pembelajara. Selanjutnya guru memberikan informasi tentang proses
pembelajaran dan motivasi untuk menambah semangat yang dimiliki siswa dan diharapkan
selama kegiatan tersebut perhatian siswa masih fokus pada guru didepan kelas. Pada kegiatan
apresepsi ternyata apa yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya sebagian siswa sudah
paham serta dapat memberikan penjelasan secara garis apa yang dipelajari pada pertemuan
kemarin. Kegiatan selanjutnya adalah memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kemarin yang belum sempat dipresentasikan dan
ternyata banyak siswa yang ingin mempresentasikan kedepan hasil kerja kelompoknya.

Selanjutnya guru memberikan contoh-contoh soal kontekstual untuk menyampaikan materi


SPLDV metode campuran, pada tahap ini banyak siswa yang mulai aktif dalam mengajukan
pertanyaan seputar materi yang belum dipahami. Setelah pemberian materi, guru mengawali
kegiatan inti dengan meminta siswa berkelompok dengan teman sebangkunya, kemudian guru
memberikan LKS untuk didiskusikan, ternyata dengan metode kelompok kecil dengan teman
sebangkunya, keaktifan siswa dalam berdiskusi berjalan lebih baik, namun masih ada
kelompok-kelompok yang tidak semangat dalam mendiskusikan LKS yang diberikan.

Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru mengajak siswa untuk berdiskusi serta
membimbing siswa jika ada kesulitan, pada kegiatan ini siswa mulai aktif bertanya pada pada
guru yang mengakibatkan kelas mulai ribut namun masih dapat dikendalikan. Dengan
berkeliling dan membantu siswa yang mengalami kesulitan guru mengetahui siswa mana saja
yang belum memahami materi yang diberikan. Setelah beberapa saat guru memberikan
kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka,
banyak siswa yang masih malu namun ingin mempresentasikan hasil diskusi mereka, guru
kemudian membimbing siswa agar tidak malu dalam menyampaikan hasil pekerjaan mereka,
pada saat perwakilan salah satu kelompok mempresentasikan sudah mulai banyak siswa yang
320 Syamsudin, Afrilianto, & Rohaeti, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik …

mengajukan pertanyaan seputar hasil diskusi kelompok didepan kelas, anggota kelompok
menjelaskan dengan dibantu guru dalam menjawab pertanyaan tersebut.

Kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan adalah penutup, guru membimbing peserta didik
untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, kemudian guru meminta
siswa mengumpulkan hasil kelompok mereka dan menyampaikan bahwa pada pertemuan
selanjutnya akan diadakan tes sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

c. Observasi dan Evaluasi


Setelah penyajian pembelajaran kedua ini, guru dan peneliti mendiskusikan bahwa kegiatan
pembelajaran pada siklus II yang dilaksanakan telah berlangsung optimal, salah satunya
menejemen waktu yang sudah sesuai. Pada pelaksanaan siklus II ini hasil yang didapatkan
lebih baik daripada siklus I baik itu segi pelaksanan kegiatan pembelajaran maupun hasil LKS
yang dijawab oleh siswa. Berikut ini hasil observasi pelaksanaan Siklus II :

Tabel 2. Hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada Siklus II

Aspek yang diobservasi pada Aspek yang diobservasi pada


Skor
Guru Siswa
Siswa memperhatikan guru dalam
Guru menyampaikan informasi
4 3 menyampaikan informasi materi
materi dan tujuan pembeajaran
dan tujuan pembeajaran
Guru memberikan motivasi Siswa memperhatikan guru
4 4
kepada siswa memberikan motivasi
Siswa aktif memberi respon
Guru mengadakan apersepsi 4 4
dalam kegiatan apersepsi
Guru memberikan LKS untuk
Siswa memperhatikan penjelasan
dikerjakan oleh siswa secara 4 3
guru
berkelompok
Siswa aktif menjawab pertanyaan
Guru memberikan penjelasan
4 3 dalam penjelasan materi yang
materi yang akan diajarkan
diberikan
Guru memotivasi siswa untuk
Siswa aktif dalam kegiatan
mengemukakan pendapat 4 2
diskusi
tentang materi yang diberikan
Guru mengarahkan siswa
untuk menyelesaikan soal Siswa berani dan aktif bertanya
4 3
dengan berdiskusi dengan jika mengalami kesulitan
anggota kelompok lain
Guru berkeliling mengamati Siswa diberikan kesempatan
dan membimbing siswa jika 4 4 untuk mempresentasikan hasil
ada kesulitan diskusi kelompokdan
Guru meminta perwakilan Siswa diberikan kesempatan
kelompok untuk 3 4 untuk menanggapi hasil dikusi
mempresentasikan hasil diskusi kelompok lain
Guru memberikan kesempatan
siswa untuk menanggapi hasil Siswa bersama guru merangkum
4 3
diskusi hasil diskusi
Volume 1, No. 3, Mei 2018 pp 313-324 321

Aspek yang diobservasi pada Aspek yang diobservasi pada


Skor
Guru Siswa
Guru bersama-sama siswa Siswa bersama guru merangkum
3 4
merangkum hasil diskusi hasil pembelajaran
Guru melakukan refleksi 3 4 Siswa melakukan refleksi
Guru memberikan PR 4 - -

Julmlah Skor 45 41 Julmlah Skor


Presentase Ketuntasan Belajar Presentase Ketuntasan
94,23% 85,42%
Belajar

Dengan memperhatikan Tabel 2, dalam pelaksanan pembelajaran berdasarkan RPP yang


sebelumnya dibuat telah dilaksanakan secara optimal, dimana pada aktivitas guru hanya ada
beberapa kekurangan saja. Sedangkan untuk hasil aktivitas siswa yang telah dilaksanakan,
hampir seluruh siswa sudah berani dan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan aktif
berinteraksi sesama siswa maupun dengan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Namun,
masih terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan dan masih terbilang kurang aktif
serta tidak fokus pada saat pembelajaran dan memilih mengobrol dengan temannya. Selain itu
rata-rata hasil dari pengerjaan LKS memiliki banyaknya peningkatan jika dibandingkan
dengan hasil LKS pada tindakan siklus I.

d. Refleksi
Kegiatan refleksi pada siklus II memberikan kabar gembira yang mana menunjukkan bahwa
bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang pertamakali diterapkan oleh
guru pada kelas VIII SMPN 2 Cariu memberikan hasil yang sangat baik. Selain itu adanya
peningkatan dalam kemampuan komunikasi matematik yang terlihat pada siswa, salah
satunya sudah mulai baik dalam mengubah indikator yang ada pada soal cerita atau
permasalahan kedalam bentuk ekspresi matematik, serta sudah banyaknya siswa yang aktif
dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan selama pembelajaran dilaksanakan. Namun
demikian masih saja kekurangan yang terjadi misalnya masih ada beberapa siswa yang
mengobrol tidak mengerjakan LKS yang diberikan, sehingga guru harus lebih memotivasi
siswa sehingga tidak adanya siswa yang masih mengikuti pembelajaran dengan tidak fokus.

Tabel 3. Rekapitulasi Ketuntasan Scenario Pembelajaran

Hasil
Data Observasi Peningkatan
Siklus I Siklus II
 Ketuntasan Skenario
57,69% 94,23% 36,54%
Pembelajaran (Guru)
 Ketuntasan Skenario
33,33% 85,42% 52,09%
Pembelajaran (Siswa)

Berdasarkan Tabel 3, jika dibandingkan dengan Siklus I, pada tahap Siklus II ini mengalami
kenaikan presentase yang sangat signifikan. Dengan melihat kenaikan presentasi tersebut,
dapat menunjukkan bahwa lebih banyaknya permasalahaan yang dihubungkan dengan dunia
322 Syamsudin, Afrilianto, & Rohaeti, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik …

nyata, motivasi belajar yang baik serta pengelolaan waktu yang tepat dapat meningkatkan
ketuntasan dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan untuk rekapitulasi hasil belajar siswa
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Pretest Siklus I Siklus II Postest

87.88%
63.64%
36.37%
21.21%

Gambar 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siswa

Pada grafik diatas, telah terlihat bahwa hasil belajar siswa dari tes awal (pretest) hingg tes
akhir (posttest) terus mengalami kenaikan jumlah siswa yang mempunya hasil belajar/nilai
melebihi KKM yang telah ditentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa
pada materi SPLDV mengalami peningkatan setiap tahapannya. Maka dengan melihat
presentase dalam ketuntasan pembelajaran serta hasil belajar siswa, dapat disimpulkan bahwa
target penelitian tindakan kelas yang ditentukan telah tercapai. Sehingga peneliti dan guru
mata pelajaran menyepakati untuk mengakhiri tindakan Siklus sampai pada tahap Siklus II.

Pembahasan
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian diatas, penerapan pendekatan Realistc Mathematic
Education dalam membantu peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa pada
materi SPLDV sudah cukup optimal. Hal ini terlihat pada pelaksanaan pretest, siswa yang
memiliki nilai diatas KKM dengan presentase 21,21% adalah 7 orang siswa. Pada tahapan
siklus I dengan ketuntasan pelaksanaan pembelajaran pada aktivitas guru hanya 57,69%
dengan aktivitas siswa 33,33% yang dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajarannya masih
jauh dari optimal, namun hasil belajar siswa memiliki peningkatan dari 21,21% menjadi
36,37% yang mana siswa yang memiliki nilai diatas KKM bertambah dari 7 orang siswa
menjadi 12 orang siswa, dikarenakan presentase ketercapaian baik dari segi pelaksanaan
pembelajaran maupun hasil belajar siswa belum terlampaui, maka penelitian dilanjutkan ke
tahapan berikutnya yaitu pelaksanaan siklus II.

Pada pelaksanaan siklus II, ketercapaian pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang dipersiapkan sebelumnya memiliki peningkatan sebesar
36,54% dari segi aktivitas guru dan 52,09% dari segi aktivitas siswa, dapat dikatakan bahwa
pada siklus II ini pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) sudah mendekati optimal, hal ini juga dapat dilihat dari sudah
banyaknya siswa yang aktif dalam pembelajaran, interaksi sesama siswa ataupun siswa dan
guru sudah mulai membaik, serta materi yang mudah dipahami karena konsep atau
permesalahan dikaitkan dengan dunia nyata.
Volume 1, No. 3, Mei 2018 pp 313-324 323

Peningkatan ketercapaian pun terlihat pada hasil belajar siswa pada siklus II yang mencapai
63,64% dimana siswa yang memiliki nilai diatas KKM bertambah dari 12 siswa menjadi 21
siswa. Dikarenakan ketercapaian pelaksanaan pembelajaran sudah melampaui indikator
keberhasilan penelitian, sehingga peneliti dan guru bersepakat bahwa pelaksanaan tindakan
dihentikan pada siklus II. Pada tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan postest, dimana terdapat
29 siswa berhasil memiliki nilai diatas KKM dengan presentase sebesar 87,88% ,
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan dari segi hasil belajar siswa sudah tercapai.

Berdasarkan uraian diatas, dimana ketuntasan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan


rencana pelaksanaan pembelajaran serta ketercapaian hasil belajar siswa mencapai indikator
keberhasilan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII SMPN 2 Cariu pada materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematik materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
pada siswa kelas VIII SMPN 2 cariu dapat ditingkatkan melalui pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME), kesimpulan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya siswa
yang aktif berinteraksi sesama siswa ataupun guru, serta lebih baik dalam mengubah
informasi pada soal cerita atau permasalahan menjadi bentuk model matematika ataupun
dalam ekspresi matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Afrilianto, M. (2015). Pengaruh Pendekatan Model-Eliciting Activities Terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematik Siswa SMP. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, 2(1),
128–136.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Depdiknas .(2006). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2006,Tentang Standar Isi. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Hendriana, H., & Afrilianto, M. (2017). Langkah Praktis Penelitian Tindakan Kelas Bagi
Guru. Bandung: Refika Aditama.
Hendriana, H., & Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung;
Refika Aditama.
Hendriana, H., Rohaeti, E.E., & Sumarmo, U. (2017). Hard Skills Dan Soft Skills Matematik
Siswa. Bandung: Refika Aditama.
Putra, H.D., & Nurfauziah, P. (2015). Analisis Penerapan Pembelajaran Berbasis Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia Di SD/MI Kota Bandung. Jurnal Ilmiah UPT P2M
STKIP Siliwangi, 2(1), 7-18.
Rahmi, S., Nadia, R., Hasibah, B., & Hidayat, W. (2017). The Relation between Self-Efficacy
toward Math with the Math Communication Competence. Infinity Journal, 6(2), 177-
182.
324 Syamsudin, Afrilianto, & Rohaeti, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik …

Rhohmah, A.S., Rohaeti, E.E., & Afrilianto,M. (2018). Kemampuan Refresentasi Matematis
Siswa SMP Kelas VIII Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dengan
Pendekatan Kontekstual. Jurnal Sosiohumaniora, 4(1), 51-62.
Umar, W. (2012). Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran
Matematika. Infinity Journal, 1(1), 1-9.
Yuspriyati, D.N., Minarti, E.D., & Rohmah, M.S. (2015). Analisis Penerapan Pembelajaran
Matematika Berbasis PMRI Kelas I Sekolah Dasar di Kota Bandung. Jurnal Ilmiah
UPT P2M STKIP Siliwangi, 2(1), 1-6.
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN: 2614-3038 Volume 05, No. 01, Maret 2021, pp. 125-138

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Model


Problem Based Learning Untuk Memfasilitasi Kemampuan Komunikasi
Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs

Aisyah Nurul Rahmah1, Zulkarnain2, Nahor Murani Hutapea3


1,2,3 Program Pasca Sarjana Pendidikan Matematika, Universitas Riau, Jl. H. R. Soebrantas, Riau
Aisyah.nurul6789@grad.unri.ac.id

Abstract
This research is motivated by teachers who still have difficulty in designing learning tools based on the 2013
curriculum. This study aims to produce mathematical learning tools based on a problem-based learning model
to facilitate valid and practical mathematical communication skills of students. Learning tools developed in the
form of a syllabus, lesson plan (RPP), student worksheets (LKPD). The development model used is the 4-D
model which stages are define, design, develop, and disseminate. The test subjects in this study were 8 class
VII students. The test instrument used was a validity instrument in the form of a validation sheet to assess the
appropriateness of the learning device and a practicality instrument in the form of a student response
questionnaire to assess the practicality of using LKPD. Based on the results of the validation data analysis, it is
concluded that this mathematics learning tool is very valid with the average rating for the syllabus is 89.81%,
for RPP is 92.43%, for LKPD is 90.85%. Based on the results of the practicality data analysis, the student
response questionnaire showed a very practical category with an average assessment of 89.80%.

Keywords: Learning Tools, Students' Mathematical Communication Skills, Problem Based Learning Model

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh guru yang masih kesulitan dalam merancang perangkat pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013. Tujuan penelitian adalah menghasilkan perangkat pembelajaran matematika
berbasis model problem based learning untuk memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis peserta didik
yang valid dan praktis. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja peserta didik (LKPD). Model pengembangan yang digunakan adalah model
4-D yang tahapannya yaitu define, design, develop, dan disseminate. Subjek ujicoba dalam penelitian ini
adalah 8 orang peserta didik kelas VII. Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen
validitas berupa lembar validasi untuk menilai kelayakan perangkat pembelajaran serta instrument praktikalitas
berupa angket respon peserta didik untuk menilai kepraktisan penggunaan LKPD. Berdasarkan hasil analisis
data validasi disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran matematika ini sangat valid dengan rata-rata
penilaian untuk silabus adalah 89,81%, untuk RPP adalah 92,43%, untuk LKPD adalah 90,85%. Berdasarkan
hasil analisis data kepraktisan angket respon peserta didik menunjukkan kategori sangat praktis dengan rata-
rata penilaian 89,80%.
Kata kunci: Perangkat Pembelajaran, Kemampuan Komunikasi Matematis, Model Problem Based Learning

Copyright (c) 2021 Aisyah Nurul Rahmah, Zulkarnain, Nahor Murani Hutapea
 Corresponding author: Aisyah Nurul Rahmah
Email Address: aisyah.nurul6789@grad.unri.ac.id (Jl. H.R Soebrantas, Riau)
Received 10 September 2020, Accepted 21 September 2020, Published 14 Februari 2021

PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa ketercapaian tujuan
pembelajaran matematika tergantung pada peran satuan pendidikan dalam menyiapkan dan
melaksanakan suatu perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran demi
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk itu perlu mempersiapkan
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran agar Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dapat tercapai.

125
126 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 01, Maret 2021, hal. 125-138

Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan mempersiapkan dan mengembangkan perangkat


pembelajaran merupakan perencanaan dari suatu pembelajaran. Menurutu (Akbar, 2013)
keterlaksanaan kurikulum sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran, sebab perangkat pembelajaran tersebut diimplementasikan dalam praktik pembelajaran
sehari-hari di satuan pendidikan. Seorang guru dalam proses pembelajaran perlu mempersiapkan
perangkat pembelajaran sebagai sarana untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi
matematika yang disajikan, sekaligus memudahkan pendidik dalam menerapkan standar kompetensi
lulusan (Permendikbud No 54 Tahun 2013).
(Armis & Suhermi, 2017) menyatakan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar
kerja peserta didik (LKPD), instrumen penilaian, media pembelajaran merupakan perangkat
pembelajaran. Menurut (Trianto, 2009) menjelaskan bahwa guru harus merancang perangkat
pembelajaran yang digunakannya, untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Selanjutnya,
(Tanjung & Nababan, 2018) menyatakan bahwa setiap guru berkewajiban menyusun perangkat
pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
Faktanya dilapangan menunjukkan bahwa, (Rianti, Saragih, & Zulkarnain, 2020) menyatakan
guru kesulitan mengembangkan silabus dan RPP sesuai dengan kurikulum 2013, dan guru juga
kesulitan menyusun LKPD yang mendorong siswa memahami materi dan menemukan konsep sendiri.
Hal ini sejalan dengan (Frisnoiry, Armanto, & Sumarno, 2014) menyatakan bahwa LKPD yang
digunakan oleh guru belum menciptakan peserta didik yang aktif dan LKPD tidak dapat menanamkan
konsep materi pelajaran. Menurut (Fitri, Yuanita, & Maimunah, 2020) menyatakan guru
menggunakan perangkat pembelajaran yang berasal dari penerbit, unggahan media internet dan dari
hasil MGMP.
Menurut (Yustianingsih, Syarifuddin, & Yerizon, 2017) menyatakan RPP yang digunakan tidak
mengarahkan peserta didik aktif dalam pembelajaran serta tidak mengkontruksi pengetahuannya.
LKPD yang digunakan hanya pemberian materi berbentuk rumus langsung, sehingga tidak dapat
memahmi konsep yang dipelajari. Menurut (Fitriani, Hartono, & Purwoko, 2010) menyatakan RPP
yang digunakan duplikasi dari sekolah lain, dan langkah pembelajaran yang digunakan masih
konvensional.
Menurut (Radeswandri, 2016) dalam penelitiannya yang menyatakan terdapat beberapa masalah
guru dalam merancang perangkat pembelajaran yaitu (1) guru kesulitan merancang perangkat
pembelajaran, karena sekolah baru mengimplementasikan kurikulum 2013; (2) perangkat
pembelajaran berpusat pada guru, padahal kurikulum 2013 menuntut peserta didik aktif; (3) guru sulit
merancang perangkat pembelajaran, sehingga guru melihat contoh perangkat yang di internet atau
MGMP. Guru harus dapat merancang dan menyusun RPP dengan sistematis dan lengkap, sehingga
tercipta pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi
peserta didik agar berpartisipasi aktif, serta merencanakan ruang yang cukup untuk perkembangan
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Model Problem Based Learning Untuk Memfasilitasi
Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs, Aisyah Nurul Rahmah, Zulkarnain, Nahor
Murani Hutapea 127

fisik serta psikologis (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016).


Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa orang guru matematika SMP di
kota Pekanbaru meliputi aspek keterlibatan guru dalam merancang perangkat pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran. Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa guru belum maksimal
merancang perangkat pembelajaran. RPP yang dirancang oleh guru merupakan salinan dari teman
sejawat yang belum sesuai dengan kurikulum 2013. Guru sudah membuat RPP, namun RPP yang
dirancang hanya menggunakan pembelajaran konvensional dengan pendekatan saintifik.
Hasil telaah dokumen ditemukan pada salah satu RPP yang digunakan guru menunjukkan bahwa
pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran masih menggambarkan proses pembelajaran yang
berpusat pada guru, hal ini tidak sesuai dengan kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik aktif
dalam pembelajaran. Penilaian yang terdapat pada RPP belum jelas dan terinci dengan baik, guru
kesulitan dalam membuat rencana penilaian yang dituangkan ke dalam RPP. Selanjutnya, hasil telaah
pada LKPD yang digunakan oleh guru. Pada wawancara masih terdapat guru yang tidak
menggunakan LKPD, tetapi ada guru yang sudah menggunakan LKPD, namun LKPD yang
digunakan berasal dari penerbit. LKPD hanya berisi ringkasan materi dan pemberian rumus dan soal
pada LKPD masih bersifat hitungan dan tidak berbentuk soal yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Permendikbud Nomor 56 Tahun 2014 menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika yang
terdapat dalam lampiran adalah supaya para peserta didik mampu menyusun bukti matematika dengan
kalimat lengkap, tabel, simbol, diagram atau media lain dan mampu mengkomunikasikan gagasan,
serta penalaran. Agar tercapainya tujuan tersebut, salah satu kemampuan yang harus dikuasai adalah
kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Umar (Putra, 2016) mengemukakan bahwa
kemampuan komunikasi matematis merupakan peserta didik dapat mengomunikasikan atau
menyampaikan ide-idenya dalam usaha memecahkan masalah yang diberikan guru, berpartisipasi
aktif dalam diskusi bertanya jawab, dan mempertanggungjawabkan jawaban mereka terhadap
masalah. Menurut NCTM (Apriana, Sugiatno, & Hamdani, 2015) menyatakan alasan pentingnya
kemampuan komunikasi matematis peserta didik yaitu menyatakan bahwa komunikasi matematis
dapat membantu peserta didik mengkonsolidasi dan mengorganisasi berpikir matematisnya baik
secara tulisan maupun lisan, sehingga respon antar peserta didik dapat terjadi dalam proses
pembelajaran.
Buhaerah (Sari & Rahadi, 2014) mengemukakan peserta didik hanya diminta menyelesaikan
soal tanpa melatih kemampuan komunikasi, sehingga membuat rendahnya kemampuan komunikasi
matematis peserta didik. Menurut Baroody, Miriam, dkk (Sari & Rahadi, 2014) mengemukakan
bahwa komunikasi matematis bukan hanya menyatakan ide melalui tulisan tetapi kemampuan peserta
didik dalam hal berbicara, menerangkan, menjelaskan, menggambar, menanyakan dan bekerja sama.
Peserta didik sangat sulit memberikan penjelasan yang logis, tepat, dan jelas atas jawaban yang
disampaikan peserta didik, hal ini karena peserta didik tidak diminta untuk menyampaikan ide
128 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 01, Maret 2021, hal. 125-138

matematika saat melaksanakan pembelajaran di sekolah. Rendahnya kemampuan komunikasi


matematis pada peserta didik tergantung oleh kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas.
Hasil studi analisis yang telah dilakukan oleh Wardhani dan Rumiati (Noviyana, Dewi, &
Rochmad, 2019) yang menyatakan bahwa hasil TIMSS matematika di Indonesia rendah disebabkan
rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan pertanyaan yang menuntut kemampuan,
salah satu kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan komunikasi matematis. (Hikmah, Roza,
& Maimunah, 2019) menyatakan bahwa peserta didik kelas VII SMP IT Riau Global Pekanbaru
memiliki kemampuan komunikasi matematis yang belum berkembang secara optimal, beberapa siswa
masih kesulitan bahkan tidak mampu menuliskan ide matematisnya. Tidak tercapainya kemampuan
komunikasi matematis siswa disebabkan adanya beberapa hambatan dan kesulitan yang dialami siswa
dalam mengkomunikasikan permasalahan matematis.
Hasil studi pendahuluan tes soal kemampuan komunikasi matematis pada materi segiempat dan
segitiga diperoleh salah satu gambaran bahwa peserta didik sudah menuliskan diketahui dan ditanya,
namun tidak membuat model matematikanya. Peserta didik masih kesulitan dalam menentuka ide dan
konsep, namun peserta didik dapat membuat gambar dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis peserta didik masih rendah.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yaitu menyusun
kegiatan pembelajaran berfokus pada peserta didik baik secara lisan maupun tulisan. Langkah pertama
yang harus diambil adalah memilih model/strategi pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang
tepat. Model problem based learning merupakan pembelajaran yang diberikan berkelompok untuk
menemukan solusi dari masalah nyata secara mandiri. Guru hanya sebagai fasilitator. Model problem
based learning memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan agar beradaptasi
dengan situasi baru. (Fatmasuci, 2017) menyatakan model PBL merupakan alternatif dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis sehingga siswa terlibat aktif bekerja kelompok, dan
berani menyalurkan pendapat atau hasil diskusi kelompok dengan baik, sehingga dapat dipahami
kelompok lain.
Menurut (Pansa, 2017) mengungkapkan bahwa model problem based learning dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik dan dari hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa LKPD dengan model problem based learning yang dikembangkan memenuhi kriteria valid,
praktis, dan efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis. (Ridwan, Zulkardi, &
Darmawijoyo, 2016) menyatakan konsep pembelajaran berbasis masalah adalah metode yang
meminta siswa untuk bekerja bersama kelompok mencari solusi dari masalah nyata. Hal ini yang
mendasari peneliti memilih model problem based learning yang diharapkan dapat memberi peluang
kepada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik.
Berdasarkan pembahasan di atas, terdapat solusi menangani masalah yang ditemukan adalah
dengan mengembangkan perangkat pembelajaran matematika menggunakan model problem based
learning untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas VII SMP pada
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Model Problem Based Learning Untuk Memfasilitasi
Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs, Aisyah Nurul Rahmah, Zulkarnain, Nahor
Murani Hutapea 129

materi segiempat dan segitiga.

METODE
Penelitian yang dilakukan digolongkan sebagai penelitian pengembangan dengan model 4D yang
terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu define, design, develop, dan disseminate. Produk dari
penelitian pengembangan ini adalah perangkat pembelajaran berbasis model problem based learning
untuk peserta didik SMP/MTs kelas VII. Perangkat yang dikembangkan yaitu silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD). Penelitian
dilaksanakan pada bulan April 2020 di SMP Yabri Pekanbaru. Subjek uji coba dalam penelitian ini
adalah dosen ahli dan peserta didik kelas VII. Subjek uji coba ini dilakukan terhadap 8 orang peserta
yang mempunyai kemampuan heterogen yang diambil dari peserta didik kelas VII1 SMP Yabri
Pekanbaru. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini hanya sampai tiga tahapan karena
terbatasnya waktu untuk mengumpulkan peserta didik (pandemi Covid-19), adapun tahapannya terdiri
atas pendefinisian (define), perancangan (design), dan pengembangan (develop).
Pada tahap define yang dilakukan yaitu (1) analisis awal akhir bertujuan menentukan masalah
dasar yang dapat digunakan dalam pengembangan bahan pembelajaran; (2) analisis peserta didik
bertujuan untuk mengetahui karakteristik peserta didik sebagai subjek penelitian dan disesuaikan
dengan rancangan pengembangan pembelajaran; (3) analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi
tugas yang akan dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran dan menganalisisnya; (4) analisis
materi bertujuan untuk mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis materi yang akan diajarkan
berdasarkan analisis awal-akhir; (5) spesifikasi tujuan pembelajaran, dimana hasil analisis tugas dan
analisis materi digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran.
Pada tahap design yang dilakukan yaitu (1) penyusunan tes yaitu menyusun kisi-kisi tes hasil
belajar yang berbentuk soal tes kemampuan komunikasi matematis yang sebelumnya didasarkan pada
spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa; (2) pemilihan format bertujuan untuk merancang
isi, pemilihan strategi pembelajaran, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar; (3)
perancangan awal, dimana peneliti yaitu merancang silabus, RPP, dan LKPD. Pada tahap develop
yang dilakukan yaitu (1) penilaian ahli, dimana perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan
peneliti di validasi oleh validator; (2) uji coba pengembangan, setelah perangkat pembelajaran valid,
peneliti melakukan uji kelompok kecil untuk melihat keterbacaan LKPD. Pada tahap disseminate,
yang dapat dilakukan pada penelitian ini adalah seminar hasil dan penyusunan artikel untuk
publikasikan pada jurnal.
130 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 01, Maret 2021, hal. 125-138

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif berupa saran dan masukan dari validator
yang berguna untuk bahan perbaikan pada tahap revisi, dan analisis kuantitatif berupa analisis
validitas perangkat pembelajaran dan analisis keterbacaan perangkat pembelajaran. Data kevalidan
menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑻𝑺𝒆
𝑽𝒂 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝑺𝒉

Keterangan:
𝑽𝒂 = Validator ahli
𝑻𝑺𝒆 =Total skor empiris dari validator
𝑻𝑺𝒉 = Total skor maksimal yang diharapkan
Untuk mengetahui hasil akhir validasi silabus, RPP dan LKPD dari para ahli maka dihitung dengan
menggunakan rumus rata-rata (mean). Untuk mengetahui kriteria kevalidan dapat dilihat pada Tabel 1
berikut.
Tabel 1. Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Interval Kategori
85,01 % - 100,00% Sangat valid
70,01 % - 85,00 % Valid
50,01 % - 70,00% Kurang valid
01,00 % - 50,00% Tidak valid
Sumber: (Akbar, 2013)
Data kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari angket respon peserta didik. Analisis data
hasil dari angket respon peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut.
∑𝑷
𝑹=
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌

Keterangan:
𝑹 : Hasil akhir respon peserta didik
∑ 𝑷 : Jumlah persentase kepraktisan

Nilai yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan kategori kepraktisan Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Interval Kategori
85,01 % - 100,00% Sangat Praktis
70,01 % - 85,00% Praktis
50,01 % - 70,00% Kurang Praktis
01,00 % - 50,00% Tidak Praktis
Sumber: (Akbar, 2013)

HASIL
Penelitian pengembangan bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa perangkat
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Model Problem Based Learning Untuk Memfasilitasi
Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs, Aisyah Nurul Rahmah, Zulkarnain, Nahor
Murani Hutapea 131

pembelajaran matematika. Perangkat yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran matematika


dengan model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
peserta didik pada materi segiempat dan segitiga kelas VII SMP/MTs. Perangkat pembelajaran yang
peneliti kembangkan ini dirancang menggunakan model 4-D dengan empat tahapan yaitu tahap define
(pendefinisian), tahap design (perancangan), tahap develop (pengembangan), tahap disseminate
(penyebaran). Namun, pada penelitian ini, tahap develop (pengembangan) yang peneliti lakukan
hanya sampai pada ujicoba kelompok kecil untuk melihat kepraktisan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan.
Pada tahap define peneliti melakukan analisis awal akhir dengan melakukan wawancara kepada
beberapa guru dimana peneliti menemukan masalah yaitu adanya guru yang belum mengembangkan
perangkat, namun ada beberapa guru yang telah mengembangkan perangkat, namun dalam perangkat
yaitu RPP guru belum mencantumkan seluruh komponen yang ada pada standar proses yaitu kegiatan
pembelajaran belum memperlihatkan proses pembelajaran pada kurikulum 2013, tidak menggunakan
metode/model pembelajaran yang bervariasi, serta pada RPP tidak terdapat penilaian yang akan
dilakukan setelah proses pembelajaran. LKPD yang digunakan peserta didik berasal dari penerbit, hal
ini dikarenakan ketidakpahaman dan keterbatasan waktu yang dimiliki guru dalam merancang LKPD.
LKPD ini hanya berisi kumpulan materi serta soal-soal yang harus dikerjakan peserta didik. LKPD
tersebut tidak memuat tahapan terstruktur yang dapat membantu peserta didik dalam menemukan
konsep untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan.
Analisis peserta didik, peneliti memperoleh informasi bahwa peserta didik kelas VII SMP yang
berusia rata-rata 12-13 tahun. Peserta didik tersebut termasuk kedalam kelompok masa remaja.
Menurut teori Piaget kemampuan intelektual remaja telah sampai pada fase operasional formal,
peserta didik umumnya sudah mampu bernalar, berpikir secara luas dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan memberikan soal kemampuan
komunikasi matematis pada materi segiempat dan segitiga untuk melihat perkembangan kognitif
peserta didik. Analisis materi, peneliti mengidentifikasi materi-materi yang akan dikembangkan.
Penelitian ini peneliti memilih materi segiempat dan segitiga dengan KD 3.11 dan KD 4.11. Peneliti
menyusun rencana kegiatan pembelajaran menjadi 7 pertemuan. Analisis tugas, peneliti menganalisis
tugas-tugas berupa kompetensi yang akan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Analisis tugas
dilakukan dengan cara menelaah dokumen dan studi literatur terhadap KI dan KD yang akan
dikembangkan. Perumusan tujuan pembelajaran, dilakukan untuk mengetahui kajian yang digunakan
dalam menyusun silabus, RPP dan LKPD pada materi segiempat dan segitiga.
Tahap design, peneliti menyiapkan format awal perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP dan
LKPD dan tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik.. Rancangan silabus dan RPP yang
disusun berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 menggunakan model problem based
learning . Sedangkan untuk rancangan LKPD disusun berdasarkan langkah-langkah model problem
based learning .
132 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 01, Maret 2021, hal. 125-138

Hasil analisis perangkat pembelajaran menunjukkan silabus yang dirancang terdiri dari
komponen KD, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran untuk tujuh pertemuan pada materi
keliling dan luas segiempat dan segitiga yang memuat komponen identitas, KI, KD, materi
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar. Peneliti merancang RPP pada materi keliling dan luas segiempat dan segitiga untuk
tujuh kali pertemuan yang masing-masing memuat komponen identitas; KI; KD dan indikator
pencapaian kompetensi; tujuan pembelajaran; materi pembelajaran; pedekatan, model, dan metode
pembelajaran; media, alat, dan sumber belajar; langkah-langkah pembelajaran; dan penilaian. Peneliti
merancang LKPD dengan menerapkan model problem based learning , sehingga dapat memfasilitasi
peserta didik dalam melakukan penyelidikan yang terdiri dari bagian sampul, isi LKPD dan latihan
soal awal berisi sampul LKPD, bagian isi berisi lembar aktivitas, dan bagian kesimpulan/ akhir berisi
latihan soal.
Pada tahap develop (pengembangan) perangkat pembelajaran yang sudah di rancang berdasarkan
format kemudian dikembangkan. Kegiatan pembelajaran memuat tahapan model problem based
learning dengan pendekatan saintifik, yaitu orientasi siswa kepada masalah dengan (mengamati),
mengorganisasikan siswa belajar (menanya), membimbing penyelidikan individu dan kelompok
(mengumpulkan informasi, dan menalar), mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(mengkomunikasikan), dan menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berikut
contoh kegiatan pembelajaran pada silabus dan RPP yang telah dikembangkan.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Model Problem Based Learning Untuk Memfasilitasi
Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs, Aisyah Nurul Rahmah, Zulkarnain, Nahor
Murani Hutapea 133

Gambar 1. Gambaran Silabus

Gambar 2. Kegiatan Inti pada RPP

LKPD dikembangkan dengan menerapkan langkah model problem based learning dan
pendekatan saintifik pada materi segiempat dan segitiga kelas VII SMP/MTs. Permasalahan yang
diberikan pada LKPD menggunakan soal kontekstual. Kegiatan pada LKPD disusun secara rinci,
sehingga dapat membantu peserta didik untuk menemukan konsep dari materi yang dipelajari. LKPD
didesain dengan warna yang menarik agar peserta didik tertarik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Hasil Rancangan LKPD terdiri dari halaman sampul, isi LKPD dan latihan soal.
Halaman sampul LKPD yang dikembangkan memuat judul, identitas peserta didik, gambar, materi
pembelajaran, tujuan serta petunjuk penggunaan LKPD. Kegiatan pembelajaran pada bagian isi
LKPD dirancang untuk membantu peserta didik dalam menemukan konsep dari materi yang dipelajari
bersama kelompoknya. Isi LKPD diawali dengan pemberian soal cerita kontekstual. Bagian isi LKPD
disusun berdasarkan langkah model problem based learning dengan pendekatan saintifik. Berikut ini
contoh bagian sampul dan bagian isi LKPD yang telah dikembangkan.
Rancangan LKPD pada Gambar 3 merupakan rancangan bagian sampul dan bagian isi LKPD
yaitu langkah orientasi pada masalah pada materi keliling dan luas persegi panjang. Langkah orientasi
siswa pada masalah disajikan kolom “mengamati masalah”. Pada tahap ini kegiatan dalam LKPD
dimulai dengan memberikan permasalahan berbentuk soal cerita kontekstual terkait materi keliling
dan luas persegi panjang. Kemudian pada tahap mengorganisasi peserta didik disajikan kolom
“menanya”. Pada tahap ini peserta didik menuangkan pemahaman mereka tentang masalah dengan
menuliskan yang diketahui dan ditanya. Guru memfasilitasi peserta didik dalam memahami masalah
yang diberikan.
Selanjutnya, langkah membimbing penyelidikan terdapat kegiatan “mengumpulkan informasi”,
134 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 01, Maret 2021, hal. 125-138

peserta didik diminta untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan yang terkait permasalahan yang diberikan.
Selanjutnya disajikan kolom “menalar” untuk menentukan penyelesaian dari permasalahan yang
diberikan. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk menyelesaikan kegiatan “ayo berlatih”, peserta
didik menyelesaikan soal-soal cerita konstektual yang diberikan. Langkah menyajikan hasil karya
disajikan kolom berisi perintah kepada peserta didik. Langkah mengevaluasi proses pemecahan
masalah disajikan kolom berisi perintah kepada peserta didik.

Gambar 3. Bagian Sampul dan Langkah Orientasi pada Masalah

Perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan di validasi kepada validator serta melakukan
uji coba terhadap perangkat yang telah disusun. Saran-saran dari validator tersebut akan dijadikan
bahan untuk merevisi perangkat yang telah disusun. Hasil revisi tersebut merupakan perangkat
pembelajaran yang telah memenuhi kriteria valid. Perangkat pembelajaran yang telah dinyatakan valid
diuji coba terhadap peserta didik. Pada penelitian ini, uji coba dilakukan hanya sampai pada uji coba
kelompok kecil untuk melihat kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Uji coba ini
dilakukan terhadap 8 orang peserta didik kelas VII SMP Yabri Pekanbaru. Rata-rata penilaian yang
diberikan oleh tiga orang validator terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa
silabus, RPP dan LKPD serta soal dapat dilihat pada Tabel 3 s/d Tabel 5 berikut.

Tabel 3. Hasil Validasi Silabus


Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Model Problem Based Learning Untuk Memfasilitasi
Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs, Aisyah Nurul Rahmah, Zulkarnain, Nahor
Murani Hutapea 135

Hasil Validasi Silabus


Rata-rata
92.71%
86.90%

Aspek Isi Aspek Konstruksi

Secara keseluruhan rata-rata skor validasi untuk silabus adalah 89,81% dengan kategori sangat
valid sehingga silabus yang dikembangkan sudah sesuai dengan komponen silabus dalam
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. Adapun hasil validasi RPP oleh validator adalah sebagai
berikut.
Tabel 4. Hasil Validasi RPP

Hasil Validasi RPP


Rata-rata

92.97% 92.56% 93.35%


92.85% 91.72% 92.85%
90.68%

RPP 1 RPP 2 RPP 3 RPP 4 RPP 5 RPP 6 RPP 7

Secara keseluruhan rata-rata keseluruhan hasil validasi RPP oleh validator yang diperoleh yaitu
92,43% dengan kategori “sangat valid”, artinya perangkat pembelajaran dengan model problem based
learning yang dikembangkan sudah sesuai dengan komponen RPP dalam Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016. Adapun hasil validasi LKPD adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil Validasi LKPD

Hasil Validasi LKPD


Rata-rata

91.34% 91.34%
90.95%
90.60% 90.49% 90.60% 90.60%

LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD


1 2 3 4 5 6 7

Secara keseluruhan rata-rata hasil validasi LKPD oleh validator 90,85% dengan kategori “sangat
valid”, artinya LKPD yang dikembangkan telah memuat langkah-langkah problem based learning
dan difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Setelah
136 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 01, Maret 2021, hal. 125-138

perangkat pembelajaran di validasi dan hasil validasi menunjukkan kategori sangat valid, kemudian
lanjut ke tahap berikutnya yaitu tahap uji coba. Tahap uji coba kelompok kecil, peneliti melakukan uji
coba untuk melihat keterbacaan dan kepraktisan dari LKPD yang telah dikembangkan. Peneliti
melakukan uji coba terhadap delapan siswa dengan kemampuan heterogen. Adapun hasil kepraktisan
dari uji coba terbatas adalah sebagai berikut.

Tabel 6. Hasil Kepraktisan LKPD

Hasil Kepraktisan LKPD


Rata-rata
91.07% 91.07%
89.29%90.18% 89.29% 90.18%
87.50%

LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD


1 2 3 4 5 6 7

Berdasarkan hasil dari uji coba kepraktisan diperoleh nilai rata-rata persentase dari angket respon
peserta didik mencapai 89,80% dengan kategori sangat praktis, artinya LKPD sudah dapat dipahami
oleh peserta didik dari segi masalah yang diberikan, kalimat perintah dalam melakukan kegiatan dan
soal latihan. Adapun tahapan selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah tahap disseminate.
Adapun revisi silabus pada saat validasi yaitu salah satu validator menyarankan agar
menguraikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada kegiatan
pembelajaran dalam silabus. Selanjutnya revisi RPP selama validasi yaitu: (1) validator menyarankan
agar tujuan dan motivasi disesuaikan dengan IPK; (2) validator menyarankan agar memperbaiki
pedoman penskoran pada RPP.
Revisi LKPD yang disarankan validator yaitu: (1) validator menyarankan untuk memperbaiki redaksi
pada masalah 1 yang ada pada LKPD 1 dan menambahkan gambar sesuai redaksi; (2) validator
menyarankan untuk memperbaiki bahasa pada kegiatan menanya diganti sesuai saran; (3) validator
menyarankan gambar dan redaksi soal no 4 pada LKPD 4 telah disamakan sesuai saran dari validator.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Model Problem Based Learning Untuk Memfasilitasi
Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs, Aisyah Nurul Rahmah, Zulkarnain, Nahor
Murani Hutapea 137

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis model problem based learning berupa silabus, RPP,
dan LKPD menunjukkan bahwa layak digunakan dan termasuk dalam kategori sangat baik dan
praktis. 2) Hasil akhir dari penelitian pengembangan ini adalah tersusun produk berupa silabus, RPP,
dan LKPD dengan model problem based learning yang dapat memfasilitasi kemampuan komunikasi
matematis peserta didik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah, Majelis Guru SMP Yabri Pekanbaru
yang sudah bersedia memberikan izin kepada penulis, kepada Bapak Zulkarnain, dan Ibu Nahor
Murani Hutapea yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian
dan penulisan artikel ilmiah ini.

REFERENSI

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.


Apriana, R., Sugiatno, & Hamdani. (2015). Pengembangan LKS Berstruktur Project Based Learning
untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis di Madrasah Aliyah Negeri. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran, 5(1).
Armis, & Suhermi. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Problem
Based Learning untuk Siswa Kelas VII Semester 1 SMP / MTs Materi Bilangan dan Himpunan.
Al- Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 5(1), 25–42.
Fatmasuci, F. W. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah Berorientasi pada
Kemampuan Komunikasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 4(1), 32–42.
Fitri, M., Yuanita, P., & Maimunah. (2020). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Terintegrasi Keterampilan Abad 21 Melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL).
Jurnal Gantang, 5(1), 77–85.
Fitriani, M., Hartono, Y., & Purwoko. (2010). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Kuantum di Kelas VIII SMP. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 53–69.
Frisnoiry, S., Armanto, D., & Sumarno. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui
Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, 7(1), 47–58.
Hikmah, A., Roza, Y., & Maimunah. (2019). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
SMP pada Soal SPLDV. Media Pendidikan Matematika, 7(1), 29–35.
Noviyana, I. N., Dewi, N. R., & Rochmad. (2019). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
138 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 05, No. 01, Maret 2021, hal. 125-138

Siswa Ditinjau dari Self-Confidence. PRISMA: Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2,


704–709.
Pansa, H. E. (2017). Pengembangan LKPD dengan Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Prosiding: Seminar Nasional
Matematika Dan Pendidikan Matematika, 229–238.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016: Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. Diakses 20 April 2020.
Putra, F. G. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Reflektif dengan Pendekatan Matematika Realistik
Bernuansa Keislaman terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis. Al-Jabar: Jurnal
Pendidikan Matematika, 7(2), 203–210.
Radeswandri. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Problem Based
Learning (PBL) pada Materi Bilangan Bulat. Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains,
Dan Humaniora, 2(2), 101–110.
Rianti, R., Saragih, S., & Zulkarnain. (2020). Development of Mathematics Learning Tools in the
Context of Riau Malay Culture to Improve Students Mathematical Problem Solving Ability.
Journal of Educational Sciences, 4(1), 73–82.
Ridwan, R., Zulkardi, & Darmawijoyo. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aritmatika
Sosial Berbasis Problem Based Learning di Kelas VII SMP. Jurnal Elemen, 2(2), 92–115.
Sari, L. S. P., & Rahadi, M. (2014). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(3), 143–150.
Tanjung, H. S., & Nababan, S. A. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Berorientasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Peserta didik SMA Se-Kuala Nagan Raya Aceh. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah
Pendidikan, 9(2), 56–70.
Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Kencana Prenada Media Group:
Jakarta.
Yustianingsih, R., Syarifuddin, H., & Yerizon. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas VIII. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika), 1(2), 258–274.
Pedagogy p-ISSN: 2502-3802
Volume 6 Nomor 1 e-ISSN: 2502-3799

IMPLEMENTASI WEB LIVE WORKSHEET BERBASIS


PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Fatimatul Khikmiyah1
Universitas Muhammadiyah Gresik 1
fatim@umg.ac.id1

Abstrak

Pandemi covid-19 telah mengubah proses pembelajaran yang biasanya guru


dan peserta didik bertemu langsung dalam kelas menjadi suatu pembelajaran
dalam jaringan (online learning) tak terkecuali pembelajaran matematika. Karena
tidak semua sekolah memiliki Learning Manajement System (LMS) dan
kemampuan guru yang terbatas, maka pembelajaran banyak dilakukan melalui
Whatsapp Grup dengan mengirim tugas dalam bentuk foto dan peserta didik
juga mengirim jawabannya dengan cara yang sama. beban belajar peserta didik
menjadi lebih berat karena mereka dituntut untuk mencermati dan mempelajari
materi sendiri dengan cepat. Peserta didik menjadi kurang aktif dan cepat bosan
pada pembelajaran. Meskipun guru memberikan ruang bertanya melalui chat
namun hal ini dirasakan kurang efektif bagi peserta didik apalagi untuk materi
yang bersifat abstrak seperti matematika.Salah satu alternatif yang dapat
digunakan oleh guru untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) pada pembelajaran daring yang
disebut Web Live Worksheet. LKPD ini diimplementasikan pada peserta didik
Kelas VII-G di SMP N 6 Gresik, yang terletak di Jl. Kanjeng Sepuh Desa Mriyunan
Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa implementasi Web liveworksheet berbasis Problem Based
Learning (PBL) mampu meningkatkan aktifitas peserta didik pada pembelajaran
matematika dalam jaringan dengan rata-rata keaktifan peserta didik sebesar 84
%. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik
sebagian besar (76,92 %) terletak pada kategori sangat baik.

Kata Kunci: Web Live Worksheet, PBL, Pembelajaran Matematika

A. Pendahuluan
Sejak diumumkan adanya warga Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid
pada tanggal 2 Maret 2020 oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo maka
pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah kebijakan untuk memutus rantai
penularannya. Kebijakan utamanya adalah memprioritaskan kesehatan dan
keselamatan masyarakat dengan bekerja, beribadah dan belajar dari rumah.
Kebijakan ini tentu saja berdampak luar biasa khususnya bagi dunia pendidikan

Halaman | 1
Implementasi Web Live Worksheet Berbasis Problem Based Learning Dalam Pembelajaran
Matematika

dasar dan menengah. Tanpa fasilitas yang memadai dan kompetensi yang cukup,
orangtua, guru, dan peserta didik mau tidak mau harus melaksanakan
pembelajaran jarak jauh.
UNESCO menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 mengancam 577.305.660
pelajar dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas. Di level
pendidikan dasar dan menengah pembelajaran jarak jauh ini banyak mengalami
kendala secara teknis. Banyak sekolah yang tidak memiliki sistem pembelajaran
daring (Learning Manajement System), kuota internet yang terbatas dan laptop
atau handphone yang harus bergantian di rumah ketika ada anak yang sekolah
lebih dari satu dalam satu rumah. Menyikapi hal ini, cara paling mudah yang
paling banyak digunakan oleh guru adalah menggunakan
aplikasi WhatsApp untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Melalui WhatsApp, guru membuat grup kelas kemudian pembelajaran
dilaksanakan melalui chat, mengirim materi berupa teks atau video dan
dilanjutkan dengan memberi tugas pada peserta didik. Pada saat memberikan
tugas dalam pembelajaran jarak jauh khususnya matematika, biasanya guru
mengambil dari buku paket peserta didik atau menuliskan soal dan mengirim
tugas berupa foto kemudian meminta peserta didik untuk mengerjakan di kertas
dan meminta peserta didik mengirim foto yang berisi jawaban dari tugas mereka.
Dengan pembelajaran seperti ini, beban belajar peserta didik menjadi lebih berat
karena mereka dituntut untuk mencermati dan mempelajari materi sendiri dengan
cepat. Peserta didik menjadi kurang aktif dan cepat bosan pada pembelajaran.
Meskipun guru memberikan ruang bertanya melalui chat namun hal ini dirasakan
kurang efektif bagi peserta didik apalagi untuk materi yang bersifat abstrak
seperti matematika.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk mengatasi
permasalahan ini adalah dengan menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD)
pada proses pembelajaran. LKPD adalah panduan bagi peserta didik untuk
mempelajari suatu konsep sehingga peserta didik dapat memecahkan suatu
masalah (Yulia, Buyung, & Relawati, 2018). Penggunaan LKPD pada
pembelajaran diharapkan dapat mendorong peserta didik agar menjadi lebih aktif,
kreatif dan mengasah pemikiran kritis mereka ketika menyelesaikan masalah

Halaman | 2
Fatimatul Khikmiyah

matematika. Penggunaan LKPD cetak yang biasanya kita temui pada


pembelajaran tatap muka nampaknya kurang relevan dengan model pembelajaran
jarak jauh seperti saat ini. Diperlukan LKPD yang dapat digunakan oleh guru dan
peserta didik pada pembelajaran mode daring (dalam jaringan) dan LKPD online,
Live Worksheets, adalah salah satu jawaban atas tantangan ini.
LKPD online menggunakan website ini, Live Worksheets, merupakan salah
satu media berbantuan media elektronik yang didalamnya terdapat teks, gambar,
animasi, dan video-video yang lebih efektif agar peserta didik tidak cepat merasa
bosan. LKPD online dalam penelitian ini didefinisikan sebagai alat pembelajaran
yang dirancang secara online berisi materi dan langkah kerja yang sistematis dan
menarik untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jika ditinjau
dari manfaatnya LKPD online diharapkan dapat membuat proses pembelajaran
menjadi lebih menarik daripada pembelajaran menggunakan LKPD berupa media
cetak/kertas.
Untuk mengembangkan karakter pebelajar abad 21 maka satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran daring adalah Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Model pembelajaran
ini dimulai dengan penyajian masalah yang dekat dengan kehidupan peserta didik.
Untuk menemukan penyelesaian permasalahan tersebut, peserta didik harus
mengumpulkan informasi dan data dari berbagai sumber. Melalui proses
pemecahan masalah ini, peserta didik dapat berpikir secara kritis dan sistematis
untuk mengambil kesimpulan berdasarkan pemahamannya sendiri (Saharsa,
Qaddafi, & Baharuddin, 2018). Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip konstruktivisme yang menekankan
keterampilan proses penyelesaian masalah (Vitasari, 2016)
Berdasarkan paparan pada bagian sebelumnya maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah penggunaan Live Worksheet berbasis Problem Based Learning
mampu meningkatkan aktifitas belajar dan kemampuan memecahkan
masalah matematika peserta didik?
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak
implementasi Live Worksheet berbasis Problem Based Learning terhadap

Halaman | 3
Implementasi Web Live Worksheet Berbasis Problem Based Learning Dalam Pembelajaran
Matematika

keaktifan belajar dan kepercayaan diri peserta didik pada pembelajaran


matematika. Beberapa teori yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. LiveWorksheet
Liveworksheets merupakan platform berbasis web yang bernama
Liveworksheet.com. LKPD ini memanfaatkan teknologi baru yang
diimplementasikan dalam dunia pendidikan karena dapat menghasilkan suara,
menampilkan video bahkan menghasilkan pesan suara. LKPD online ini
memungkinkan seseorang mengubah lembar kerja konvensional/tradisional
menjadi lembar kerja online interaktif karena peserta didik dapat mengerjakan
LKPD secara online dan mengirimkan langsung kepada gurunya. Bagi guru, hal
ini dapat menghemat waktu, bagi peserta didik dapat memotivasi dan sangat
bermanfaat bagi lingkungan karena dapat menghemat kertas.
(https://www.liveworksheets.com). Tampilan awal live worksheet tampat pada
gambar 1.

Gambar 1. Tampilan awal Live Worksheet


Prastowo (2013) menjelaskan bahwa setidaknya ada empat poin penting yang
menjadi tujuan dari penyusunan LKPD yaitu, 1) menyajikan bahan ajar yang
dapat mempermudah peserta didik pada saat berinteraksi dengan materi yang
disampaikan, 2) menyajikan bermacam-macam tugas yang dapat meningkatkan
penguasaan materi peserta didik, 3) mempermudah guru dalam memberikan tugas
kepada peserta didik dan 4) melatih peserta didik untuk belajar secara mandiri.
Selain itu, Arsyad (2011) menjelaskan bahwa manfaat dari penggunaan
LKPD dalam pembelajaran adalah, 1) memancing peserta didik berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran, 2) membantu peserta didik dalam
mengembangkan konsep, 3) melatih peserta didik untuk menemukan serta

Halaman | 4
Fatimatul Khikmiyah

mengembangkan keterampilan proses, 4) melatih peserta didik dalam pemecahan


masalah berfikir kritis, 5) menghemat waktu mengajar.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)


Roh (2003, p.2) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah yang harus diselesaikan.
Masalah tersebut diajukan sedemikian hingga peserta didik akan memerlukan
pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tidak sekedar trial dan
error, peserta didik akan menafsirkan masalah yang diberikan, mengumpulkan
informasi yang diperlukan, mengidentifikasi alternatif penyelesaian, menilai
pilihan yang mungkin dan menarik kesimpulan.
Menurut Abidin (2014) karakteristik dari model PBL adalah, 1) masalah
menjadi starting point dalam pembelajaran, 2) masalah yang digunakan bersifat
konseptual, 3) permasalahan tersebut dapat mendorong kemampuan peserta didik
dalam berpendapat, 4) permasalahan tersebut dapat mengembangkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kompetensi peserta didik, 5) berorientasi
pada pengembangan belajar secara mandiri, 6) memanfaatkan berbagai sumber
belajar, 7) pembelajaran yang menekankan komunikatif, aktivitas, kolaboratif, dan
kooperatif, 8) menekankan pentingnya keterampilan meneliti, menentukan solusi
dari permasalahan, dan penguasaan pengetahuan.

3. Keaktifan Peserta Didik pada Pembelajaran Berbasis Masalah


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keaktifan dimaknai sebagai kegiatan
atau kesibukan. Azevedo, diSessa dan Sherin (2012) mendefiniskan keaktifan
peserta didik dalam pembelajaran sebagai intensitas dan kualitas partisipasi dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam pandangan mereka, keaktifan adalah sesuatu yang
dapat diamati oleh observer.
Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam penelitian ini yaitu:
Tahap 1 : Orientasi peserta didik terhadap masalah
Tahap 2 : Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Tahap 3 : Membimbing proses penyelidikan individual maupun kelompok
Tahap 4 : Pengembangan dan penyajian hasil karya

Halaman | 5
Implementasi Web Live Worksheet Berbasis Problem Based Learning Dalam Pembelajaran
Matematika

Tahap 5 : Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah


Sumber: (Kemendikbud, 2013)
Berdasarkan tahapan pembelajaran tersebut, maka aktifitas peserta didik pada
pembelajaran daring menggunakan Web Live Worksheet adalah:
1) Peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru
2) Peserta didik menjawab pertanyaan guru
3) Peserta didik mengerjakan LKPD PBL menggunakan web Liveworksheet
yang diberikan oleh guru melalui link
4) Kehadiran peserta didik pada saat pembelajaran

4. Kemampuan Menyelesaikan Masalah


Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah menjadi fokus dan isu
yang sangat menarik selama beberapa dekade (NCTM, 2000). Pemecahan
masalah matematika selalu menjadi bagian dari penilaian yang dilakukan oleh
OECD (Organization for Economic Corporation and Development) dalam PISA
(Programme for International Students Assessment) yaitu program penilaian
pelajar internasional tingkat dunia yang diselenggarakan dengan siklus tiga
tahunan.
Gunantara (2014) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan
pemecahan masalah adalah kecapakan atau potensi yang dimiliki seseorang dalam
menyelesaikan permasalahan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
Sedangkan Solso dan Maclin (2014) menyatakan bahwa pemecahan masalah
adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menentukan solusi
atau jalan keluar atas suatu masalah yang spesifik. Indikator Kemampuan
memecahkan masalah dalam penelitian ini mengacu pada Polya (1973:5) yang
menyatakan bahwa untuk menyelesaikan suatu masalah, diperlukan empat
langkah penyelesaian yaitu:
a. Memahami masalah (Understand The Problem)
b. Merencanakan penyelesaian (Devise a Plan)
c. Melaksanakan rencana (Carry Out The Plan)
d. Memeriksa kembali (Looking Back)

Halaman | 6
Fatimatul Khikmiyah

B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 6 Gresik, yang berada di Jl. Kanjeng
Sepuh Desa Mriyunan Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa
Timur. Subyek penelitian ini sebanyak 26 peserta didik kelas VII-G yang terdiri
dari 13 laki-laki dan 13 perempuan. Adapun waktu penelitian yaitu pada semester
genap tahun ajaran 2020/2021. LKPD model problem based learning dengan
menggunakan web liveworksheets ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan kemampuan memecahkan masalah matematika peserta didik.
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
observasi untuk mencari data tentang keaktifan peserta didik sedangkan metode
tes digunakan untuk mencari data tentang hasil belajar peserta didik. Adapun
instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan lembar tes kemampuan
pemecahan masalah matematika. Lembar observasi aktifitas peserta didik memuat
4 (empat) aktifitas dan observer diminta menuliskan banyaknya peserta didik yang
aktif atau tidak aktif pada tiap kategori. Sedangkan instrumen tes kemampuan
pemecahan masalah matematika terdiri dari 4 (empat) soal uraian. Seluruh
instrumen telah divalidasi oleh 2 (dua) validator yaitu Dosen Prodi Pendidikan
Matematika Universitas Muhammadiyah Gresik dan guru matematika. Dari hasil
validasi kedua validator diperoleh, rata-rata dari seluruh aspek penilaian
instrumen kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 3,75 dan berada
pada kategori valid.
Metode analisis keaktifan peserta didik menggunakan persentase, yaitu
banyaknya peserta didik yang memenuhi kategori aktif atau tidak aktif sedangkan
untuk kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan kategori
sebagai berikut:
Tabel 1. Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta
Didik
No Kategori Nilai
1 Tinggi ≥ 75
2 Sedang 60 ≤ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 < 75
3 Rendah < 60

Halaman | 7
Implementasi Web Live Worksheet Berbasis Problem Based Learning Dalam Pembelajaran
Matematika

C. Hasil dan Pembahasan


LKPD berbasis web Live Worksheet dengan PBL ini diimplementasikan pada
materi aritmatika sosial yaitu bruto, netto dan tara. Implementasi LKPD pada
pembelajaran dilakukan selama 2 (dua) pertemuan dengan durasi 60 menit
menyesuaikan jadwal pembelajaran pada saat pandemi. Proses pembelajaran
dilakukan menggunakan aplikasi Google Classroom dan LKPD diberikan oleh
guru pada kegiatan inti yang dimulai dengan orientasi peserta didik pada masalah.
Guru memberikan link LKPD kepada peserta didik dan mengarahkan peserta
didik untuk membuka dan melaksanakan pembelajaran menggunakan LKPD
tersebut.

Gambar 2 . Tampilan Live Worksheet pada tahap orientasi terhadap masalah


Tabel di bawah ini menyajikan rekapitulasi hasil observasi aktifitas peserta didik
pada proses pembelajaran menggunakan Web Live Worksheet dengan PBL.
Tabel 2. Hasil Persentase Aktivitas Peserta Didik Kelas VII-G
Jumlah Peserta Didik

Pertemuan I Pertemuan II
No Aktivitas
Aktif Tidak Aktif Aktif Tidak Aktif

𝚺PD % 𝚺PD % 𝚺PD % 𝚺PD %

1 A 18 69% 8 31% 20 77% 6 23%

2 B 15 58% 11 42% 17 65% 9 35%

3 C 26 100% 0 0% 26 100% 0 0%

4 D 26 100% 0 0% 26 100% 0 0%

Jumlah 327% 73% 342% 58%

Rata-rata tiap 81% 19% 86% 14%

Halaman | 8
Fatimatul Khikmiyah

pertemuan

Rata-rata
kategori aktif
84%
untuk seluruh
pertemuan

Rata-rata
kategori tidak
aktif untuk 16%
seluruh
pertemuan

Keterangan:
Aktivitas A : Peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru
Aktivitas B : Peserta didik menjawab pertanyaan guru
Aktivitas C : Peserta didik mengerjakan LKPD PBL menggunakan web
Liveworksheet yang diberikan oleh guru melalui link
Aktivitas D : Kehadiran peserta didik pada saat pembelajaran

Tabel 2 menjelaskan bahwa pada pertemuan pertama, peserta didik


yang berada di kategori aktif sebesar 81% dan kategori tidak aktif 19%. Pada
pertemuan kedua peserta didk yang berada di kategori aktif naik menjadi 88%
dan yang berkategori tidak aktif menjadi 14%. Dengan demikian rata-rata
untuk kategori aktif dari seluruh pertemuan adalah 84% sedangkan pada
kategori tidak aktif pada seluruh pertemuan adalah 16%. Berdasarkan rincian
aktifitasnya, semua peserta didik hadir pada proses pembelajaran sedangkan
aktifitas dengan jumlah peserta didik paling sedikit yaitu.menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Selain aktifitas peserta didik, penelitian ini juga bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah
matematika khusunya pada materi bruto, netto dan tara. Berdasarkan analisis
hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik maka diperoleh hasil
sebagai berikut:

Halaman | 9
Implementasi Web Live Worksheet Berbasis Problem Based Learning Dalam Pembelajaran
Matematika

Tabel 3. Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Peserta Didik
No Kategori Jumlah Peserta Didik Persentase
1 Tinggi 20 76,92 %
2 Sedang 5 19,23 %
3 Rendah 1 3,85 %

Tabel menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik (76,92 %) memiliki


kemampuan pemecahan masalah matematika tinggi, 19,23 % peserta didik
berkemampuan pemecahan masalah matematika sedang dan hanya 1 (satu)
peserta didik yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika
rendah.
Untuk menggali lebih dalam tentang respon peserta didik terhadap
penggunaan Web Live Worksheet berbasis PBL pada pembelajaran daring
maka dilakukan wawancara kepada 3 (tiga) peserta didik masing-masing dari
kategori kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Dari wawancara
tersebut diperoleh hasil bahwa seluruh peserta didik menyatakan bahwa
menggunakan LKPD online adalah hal yang baru bagi mereka sehingga
mereka sangat tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya 2(dua)
anak menyatakan bahwa penggunaan LKPD ini menambah motivasi mereka
dalam belajar matematika sekaligus membantu mereka dalam memahami
materi aritmatika sosial. Dari sisi waktu, peserta didik mengumpulkan LKPD
yang sudah diisi pada waktu yang cepat. Hal ini sangat jauh berbeda dengan
kondisi sebalumnya di mana guru harus menunggu sampai malam jawaban
atau hasil dari tugas yang diberikan kepada peserta didiknya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Chen (2017) yang
menjelaskan bahwa pada banyak penelitian, pembelajaran menggunakan
bantuan komputer atau semacamnya terbukti efektif dalam meningkatkan
hasil belajar peserta didik dan meningkatkan minat dan sikap positif terhadap
pembelajaran. Sikap positif yang tampak pada perilaku peserta didik yaitu
tingkat partisipasi mereka yang sangat tinggi dalam proses pembelajaran dan
mengerjakan LKPD PBL menggunakan web Liveworksheet yang diberikan

Halaman | 10
Fatimatul Khikmiyah

oleh guru. Tingkat keaktifan yang tinggi ini nampaknya berdampak pada
pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika yang tinggi. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena peserta didik mengikuti dengan baik proses
pemecahan masalah yang disajikan pada web Liveworksheet sehingga
menjadi suatu pembiasaan dalam memecahkan masalah matematika.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan pada bagian sebelumnya,
peneliti menyimpulkan bahwa implementasi Web liveworksheet berbasis Problem
Based Learning (PBL) mampu meningkatkan aktifitas peserta didik pada
pembelajaran matematika dalam jaringan dengan rata-rata keaktifan peserta didik
sebesar 84 %. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah matematika peserta
didik sebagian besar (76,92 %) terletak pada kategori sangat baik. Dengan
demikian, Web Live Worksheet ini dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat
digunakan oleh guru dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemecahan
masalah matematika terutama untuk pembelajaran dalam jaringan.

Daftar Pustaka
Abidin. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Azevedo, F. S., diSessa, A. A., & Sherin, B. L. (2012). An evolving framework
for describing student engagement in classroom activities. The Journal of
Mathematical Behavior, 31(2), 270–289.
Azhar, Arsyad. (2004). Media Pembelajarani. Jakarta: Raja Grafindo.
Chen, K. T. (2017). An exploratory study of NNES graduate students’ reading
comprehension of English journal articles. Reading in a Foreign Language,
29(1), 20-35.
Gunantara, dkk. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
PGSD, Vol.2(1).
Polya. G. (1973). How To Solve (2nd Ed). Princeton: University Press.

Halaman | 11
Implementasi Web Live Worksheet Berbasis Problem Based Learning Dalam Pembelajaran
Matematika

Prastowo, A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta : Diva


Press.
Roh, Kyeong Ha. (2003). Problem Based Learning in Mathematics (pp 1-7):
ERIC Digest
Saharsa, U., Qaddafi, M., & Baharuddin. (2018). Efektivitas penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Video Based
Laboratory Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika. Jurnal
Pendidikan Fisika , 6 (2), 57-64.
Solso, Maclin & Maclin. (2014). Cognitive Psychology. (8th Ed). Edinburg:
Pearson Education Limited
Yulia, S., Buyung, B., & Relawati, R. (2018). Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS) Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Bilangan di
Kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi. PHI: Jurnal Pendidikan
Matematika, 2(1), 192-204

Halaman | 12

Anda mungkin juga menyukai