Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TGT (TEAMS GAMES

TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI MATRIKS KELAS X SMA
NEGERI 1 KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR

DI SUSUN OLEH :
LINDA FAJRI (19114001)

Dosen Pembimbing : RIKI MUSRIANDI, S.Pd.I., M.Pd

PRORAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu dasar dari segala pelajaran


yang memiliki struktur dan penalaran tersendiri. Karena
pentingnya pelajaran matematika itulah yang dijadikan
alasan kenapa matematika diajarkan kepada siswa mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang bertujuan untuk
membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan
masalah sesuai dengan cakupan kemampuan berpikir kritis,
logis, kreatif, dan kompetitif. Salah satu tujuan mata
pelajaran matematika adalah memiliki kemampuan
pemecahan masalah meliputi kemampuan memahami,
merancang model matematik, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh. Penguasaan langkah-
langkah pemecahan masalah matematika inilah yang menjadi
target berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar
matematika.

Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi,
matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengu
kuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan perger
akan benda-benda fisika. Matematika prakti terwujud dalam
kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis.
Argumentasi matematika yang ketat pertama kali muncul
didalam Matematika Yunani, terutama didalam karya Euklide
s, Elemen.

Matematika selalu berkembang, misalnya


di Tiongkok pada tahun 300 SM, di India pada tahun 100 M,
dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman  Renaisans,
ketika temuan baru matematika berinteraksi
dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada
peningkatan yang cepat di dalam laju penemuan matematika
yang berlanjut hingga kini.[7]

Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai


alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknikk
edokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan 
psiologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melin
gupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang
lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan
matematika baru, dan terkadang mengarah pada pengembanga
n disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan 
teori permainan.

Hasil Riset TIMSS (Trends in International


Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa
Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam
kemampuan: (1)memahami informasi yang kompleks, (2)
teori, analisis, dan pemecahan masalah, (3) pemakain alat,
prosedur dan pemecahan masalah, dan (4) melakukan
investigasi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika yang ada di Indonesia belum mengarah  untuk
membantu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.

Dari hasil Riset tersebut perlu diketahui bahwa seorang


penulis perlu meneliti tentang rendahnya kemampuan
pemecahan masalah matematika disuatu sekolah.  Rendahnya
kemampuan pemecahan masalah tersebut terjadi di SMA
Negeri 1 Krueng Barona Jaya. Hasil observasi SMA Negeri
1 Krueg Barona Jaya rata-rata siswa dalam mengerjakan soal
(masalah) tidak menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dari soal. Siswa tidak menanyakan tentang
ketidaktahuannya terhadap suatu materi kepada guru atau
temannya. Sehingga, ketika siswa mengerjakan soal, siswa
tidak dengan tepat menjawab apa yang ditanyakan dari soal
yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Selain itu,
terlihat dari kurangnya kesadaran siswa untuk berkerja
sama dengan teman kelasnya atau kelompok. Ada kelompok
yang hanya memilih teman dekatnya saja dan ada juga
kelompok yang dipilih guru tetapi siswa nya tidak mau
membantu teman kelompoknya untuk mengerjakan
tugas. Oleh karrna itu, perlunya model pembelajaran yang
dapat mendorong siswa untuk bekerjasama dengan baik
dalam kelompoknya.

Salah satu materi yang dipelajari dalam pembelajaran


matematika adalah konsep matriks. Matriks merupakan salah
satu konsep matematika yang disampaikan kepada siswa
kelas X SMA di kelas dengan beberapa capaian kompetensi
dasar yang ditetapkan. Hasil observasi di salah satu SMA
Negeri 1 Krueng Barona Jaya menunjukkan bahwa sejumlah
siswa mengalami kesulitan pada materi matriks sehingga
terjadi kesalahan pada pekerjaan mereka ketika
menyelesaikan soal.Akibatnya adalah rendahnya capaian
siswa pada penilaian, baik penilaian yang dilakukan guru di
sekolah maupun penilaian pada skala nasional. Berdasarkan
data dari Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik, 2019),
diketahui bahwa capaian sekolah tersebut: 63,33% siswa
mampu menjawab benar soal menentukan hasil perkalian dua
matriks; 33,33% pada soal menentukan invers matriks
berordo 2×2, dan 22% pada soal menentukan hasil operasi
aljabar dari elemen-elemen matriks. Capaian persentase yang
tidak maksimal menunjukan bahwa pekerjaan yang siswa
buat sebagian besar masih melakukan kesalahan.Sumber
kesalahan yang dilakukan siswa harus segera mendapatkan
penanganan secara tuntas. Hal ini dapat ditempuh dengan
menganalisis akar permasalahan yang menjadi faktor
penyebab kesalahan itu (Romadiastri,2012), kemudian
direfleksi untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat adalah salah


satu cara untuk membuat siswa lebih termotivasi sehingga
membuat siswa lebih aktif dan merasa senang dalam
mengikuti pelajaran matematika. Model pembelajaran
tersebut adalah model pembelajaran kooperatif learning.
Kooperatif learning merupakan model pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk berinteraksi atau berkomunikasi
secara katif dan positif di dalam kelompok. Sementara itu,
guru bertindak sebagai fasilitator, dimana guru
mengarahkan, memberikan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik dalam memecahkan
masalah

Dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan


soal atau pemecahan
masalah. Oleh sebab itu, model pembelajaran TGT( Times
Games Tournament ) sangat baik dilaksanakan karena siswa
dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi
masalah yang dihadapi. Model Pembelajaran TGT ini sebagai
suatu strategi di mana siswa dikelompokkan dalam tim kecil
dengan tingkat kemampuan berbeda untuk meningkatkan
pemahaman tentang suatu pokok bahasan. Pembentukan
kelompok dapat didasarkan atas kemampuan akademik, yaitu:
diawali dengan mengurutkan reangking siswa dari 1 sampai
20. Langkah kedua, mengambil siswa nomor, contohnya
kelompok ke I mengambil siswa nomor 1,5, 11, 20.
Kelompok ke II mengambil siswa nomor 2,9,13,17, dan
seterusya. Jadi tiap kelompok terdiri dari satu orang dari
siswa pintar, dua orang dari siswa sedang, dan satu orang
dari siswa yang berprestasi rendah.

Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games


Tournament (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam
menelaah dan memahami materi dengan bermain dan
bertanding atau disebut turnamen akademik. Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pendekatan
yang menyebabkan kelompok kecil selama kegiatan belajar
mengajar bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan
masalah, menyelesaikan tugas atau untuk mencapai tujuan
bersama (Siahaan & Wahyuni, 2018).

Berdasarkan uraiaan permasalah diatas maka penulis akan


melakukan suatu penelitian dengan judul “ PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI
MATRIKS KELAS X SMA NEGERI 1 KRUENG BARONA
JAYA ACEH BESAR “

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka ;

1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa di kelas X SMA


NEGERI 1 Kreung Barona Jaya setelah diterapkannya
model pembelajaran TGT ( Times Games
Tournament ) ?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa mengenai materi
matematika matriks kelas X SMA Negeri 1 Krueng
Barona Jaya setelah diterapkannya model pembelajaran
TGT ( Times Games Tournament ) ?

1.3.Tujuan penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah yang telah


dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :

1. Untuk mengetahui akivitas belajar siswa di kelas X


SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya setelah
diterapkannya model pembelajaran TGT ( Times
Games Tournament ).
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa mengenai
materi matriks kelas X SMA 1 Krueng Barona Jaya
setelah dierapkannya model pembelajaran TGT (
Times Games Tournament ).

1.4.Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat
sementara. Menurut Arikunto(2014:55), “ hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
sedang di uji kebenarannya”. Berdasarkan teori tersebut
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Diterapkannya
Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Pada Materi Matriks Kelas X SMA Negeri 1 Krueng Barona
Jaya Aceh Besar ”.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat


dan masukan yang berarti bagi pihak-pihak berikut :

1) Bagi peneliti, dapat berbagi ilmu dengan siswa dengan


menerapkannya model pembelaran TGT pada materi
matematika matriks untuk menunjang aktivitas belajar
siswa di dalam kelas dan hasil belajar siswa tentang
pemecahan masalah matriks.
2) Bagi guru, dapat menjadi acuan dan pertimbangan
dalam menerapkan model pembelajaran TGT untuk
mengetahui strategi belajar sebelumnya, yang mampu
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentang
pemecahan masalah pada materi matriks.
3) Bagi siswa, siswa akan lebih mudah memahami materi
matriks karena model pembelajaran TGT adalah
berkelompok yang bisa membuat siswa bekerja sama
dan tolong menolong menyekesaikan tugas.
4) Bagi sekolah dan mutu pendidikan, dapat menerapkan
serta memberikan masukan dalam upaya meningkatkan
kualitas belajar siswa dengan diterapkannya model
pembelajaran TGT pada pemecahan masalah materi
mariks dan juga dapat memberikan fasilitas belajar
yang mendukung proses belajar agar siswa lebih aktif
dan kreatif.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.Pengertian Model Pembelajaran TGT ( Teams Games


Tournament )

Teams Games Tournament (TGT) merupakan metode


pembelajaran Student Teams Learning yang dikembangkan
oleh Slavin dan rekan-rekannya. Penerapan TGT mirip
dengan STAD dalam hal komposisi kelompok, format
instruksional dan lembar kerja. Bedanya, jika STAD fokus
pada posisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras, etnik
dan gender maka TGT fokus pada komposisi kelompok
berdasaran level kemampuan saja. Selain itu, jika pada
STAD yang digunakan adalah kuis sedangkan pada TGT
disebut dengan game akademik.

Teknik penerapan TGT mirip dengan STAD dimana


siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3
orang yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi.
Dengan demikian, masing-masing kelompok memiliki
komposisi anggota yang comparable. Menurut Steve Parsons
dalam Savin (2009:167) TGT merupakan salah satu teknik
terbaik. Dalam penerapan TGT, guru memiliki kesempatan
untuk menggunakan kompetisi dalam suasana yang
konstruktif atau positif.

Slavin (2009:143-167) berpendapat bahwa ada langkah-


langkah atau komponen utama yang dilakukan dalam Teams
Games Tournament yaitu sebagai berikut:
1. Presentasi
Pada awal pembelajaran, guru akan menyampaikan materi
dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang
dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik ketika kerja kelompok dan pada saat games karena nilai
games akan menentukan nilai kelompok.

2. Kelompok (Team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang
siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi
akademik, jenis kelamin, dan rasa atau etnik. Fungsi
kelompok untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat
games.

3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang
menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat 9 nilai. Nilai
ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen
mingguan.
4. Tournament
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen
pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja
turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan
pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II, dan
seterusnya. Pada permulaan periode turnamen, informasikan
perihal penempatan-penempatan meja turnamen siswa dan
menugasi mereka secara bersama-sama menggeser meja-meja
atau pindah ke meja-meja yang disiapkan sebagai meja-meja
turnamen. Menugasi salah seorang mahasiswa membantu
membagi satu lembar permainan, satu lembar kunci jawaban,
dan satu tumpuk kartu bernomor, dan satu lembar sekor
permainan kepada tiap meja. Selanjutnya mulai permainan.

5. Rekognisi kelompok
Kelompok akan mendapatkan penghargaan apabila poin
mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan kelompok
sangat penting untuk memberikan pengertian kepada siswa
bahwa keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan semua
anggota kelompok, bukan semata-mata keberhasilan
individu. Hal ini akan memotivasi siswa untuk membantu
teman satu kelompok dalam belajar demi keberhasilan
kelompoknya.

Model pembelajaran Team Games Tournament bisa


dilakukan dengan berbagai variasi game. Menurut Silberman
dalam Miftahul Triana Fajri (2011) prosedur dari Teams
Game Tournament (TGT) adalah sebagai berikut:
1. Mengelompokkan siswa menjadi sejumlah tim yang
beranggotakan 2 hingga 5 siswa.
2. Memberikan materi kepada tim untuk dipelajari
bersama .
3. Membuat beberapa pertanyaan yang menguji
pemahaman dan atau pengingatan akan materi
pelajaran. Format pertanyaan hendaknya mudah untuk
penilaian sendiri, misalnya pilihan ganda, essai
singkat, benar/salah,atau definisi istilah.
4. Memberikan sebagian pertanyaan kepada siswa.
Sebutlah ini sebagai “ronde satu”, setiap siswa harus
menjawab pertanyaan secara perorangan.
5. Setelah pertanyaan diajukan, sediakan jawabannya dan
siswa diminta untuk menghitung jumlah jawaban yang
benar. Selanjutnya siswa diminta untuk menyatukan
skor mereka dengan tiap anggota tim mereka untuk
mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiap tim.
6. Selanjutnya siswa diminta belajar lagi untuk “ronde
kedua”. Kemudian diajukan petanyaan atau tes lagi
sebagai bagian dari ronde kedua tersebut. Selanjutnya
siswa diminta untuk menggabungkan skor mereka dan
menggabungkan skor mereka di ronde pertama.
7. Lamanya metode ini bisa bervariasi. Pastikan untuk
memberi kesempatan pada tim untuk menjalani sesi
belajar antar masing-masing ronde dan meminta
informasi untuk menambah kemampuan kognitifnya.

2.2.Metode Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)


Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams
Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar
lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.

a.     Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games


Tournament
Pendekatan yang digunakan dalam Teams games
tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan
membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran.
Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin
aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara
berkelompok dapat ditinjau dari segi.
1)      Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil
2)      Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
3)      Guru dalam Pembelajaran Kelompok

b.     Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament


dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
1.      Penyajian kelas
2.      Kelompok ( team )
3.      Game
4.      Turnamen
5.      Penghargaan kelompok (team recognise)

c.       Implementasi Model Pembelajaran TGT


Dalam pengimplementasian yang hal yang harus
diperhatikan yaitu.
1)  Pembelajaran terpusat pada siswa
2)  Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3)  Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat
menyelesaikan persoalan)
4)  Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa
menjadi tim-tim
5)  Dalam kompetisi diterapkan system point
6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa
atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik
7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas
melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan
8)  Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh
point banyak
2.3.Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
(Teams Games Tournament )

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset


tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap
pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan
kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:

1.      Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai
kemampuan heterogen dari segi akademis.

2.      Bagi Siswa
 Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa
dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah
membimbing dengan baik siswa yang mempunyai
kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
 Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT
memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak
dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada
dalam kelas tradisional.
 Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang
mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada
keberuntungan.
 TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi
tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
 TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain
(kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih
sedikit)
 Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama,
tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
 TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada
remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit
yang menerima skors atau perlakuan lain.
Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006),
yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara
lain:
 Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
 Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan
individu
 Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi
secara mendalam
 Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan
dari siswa
 Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan
orang lain
 Motivasi belajar lebih tinggi
 Hasil belajar lebih baik
 Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi .

2.4.Pengertian Matriks

1. Definisi Matriks
Matriks adalah suatu himpunan bilangan atau variabel
yang disusun dalambentuk baris dan kolom (lajur) dalam
bentuk persegi panjang yang ditempatkan di antara dua
tanda kurung biasa ( ) atau siku [ ]. Baris sebuah matriks
adalah susunan bilangan-bilangan yang mendatardalam
matriks.Kolom sebuah matriks adalah susunan bilangan-
bilangan yang tegak dalammatriks. Suatu matriks
dilambangkan dengan sebuah huruf kapital A, B, C dst.

2. Jenis – Jenis Matriks

Ada beberapa jenis jenis matriks dalam matematika


yang perlu diketahui, termasuk matriks kolom, matriks
baris, matriks persegi, matriks diagonal, matriks
identitas, matriks skalar, matriks nol, matriks transpose,
dan matriks simetri. Berikut ini penjelasan jenis-jenis
matriks.

 Matriks kolom

Ini adalah matriks yang hanya memiliki satu kolom. Secara


umum matriks kolom berordo m x 1 dapat dinotasikan
sebagai  A=[aij]m×1

 Matriks baris
Ini adalah matriks yang hanya memiliki satu baris. Secara
umum matriks baris berordo 1 x n dapat dinotasikan sebagai  
B=[bij]1×n.

 Matriks persegi

Ini adalah matriks yang memiliki banyak baris dan kolom


yang sama. Secara umum matriks persegi berordo m x m
dapat dinotasikan sebagai A =  [aij]m×m

 Matriks diagonal

Ini adalah matriks persegi yang semua elemen-elemennya


bernilai nol kecuali elemen diagonal utama. Matriks B =
[bij]m×n dikatakan matriks diagonal jika  bij =0 untuk  i≠j.

 Matriks Identitas

Ini adalah matriks diagonal yang semua elemen diagonal


utamanya bernilai 1. Matriks identitas dengan ordo n x n
ditulis In.

 Matriks Skalar
Ini adalah matriks hasil kali antara suatu skalar dengan
matriks identitas. Elemen-elemen dalam diagonal utama
bernilai sama dengan skalar.

 Matriks Nol

Ini adalah semua matriks yang elemennya bernilai nol.


Matriks nol dinotasikan dengan O.

 Matriks Transpose

Ini adalah matriks yang diperoleh dengan cara mengubah


baris matriks menjadi kolom matriks. Matriks Transpose
dilambangkan dengan AT atau A’.

 Matriks Simetri

Matriks persegi A = [aij] disebut matriks simetris, jika


AT = A atau aji = aij untuk semua i, j.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini


adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif.
Eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakukan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Arikunto, 2010:107). Sedangkan
pendekatan diskriptif kuantitatif adalah suatu penelitian
yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Krueng


Barona Jaya, adapun waktu penelitian dilakukan pada
semester ganjil tahun ajaran 2022/2023.

3.3. Objet atau Subject penelitian

Object penelitian adalah sasaran isu yang akan di bahas


dan yang akan dilakukan penelitian atau yang akan di teliti.
Sedangkan subject penelitian adalah pihak-pihak yang
dijadikan sebagai sampel sebuah penelitian. Maka dari itu
object dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Krueng
Barona Jaya, sedangkan subject dalam penelitian ini adalah
1 kelas dari kelas X SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya
tahun ajaran 2022/2023 dengan jumlah siswa 20 siswa.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi beberapa cara yaitu dengan penerapan
belajar dikelas, wawancara dan dokumentasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini.Perencanaan dan Strategi
Pembelajaran Matematika.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-


Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasnya pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kecana, 2012.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan


(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.

Siahaan, H. R., & Wahyuni, I. (2018). Pengaruh model


pembelajaran kooperatif tipe team game tournament (TGT)
terhadap hasil belajar siswa. Jurnal Inovasi Pembelajaran
Fisika (INPAFI), 6(1), 26–33.

Damayanti, S., & Apriyanto, M. T. (2017). Pengaruh


model pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams games
tournament) terhadap hasil belajar matematika. JKPM
(Jurnal Kajian Pendidikan Matematika), 2(2), 235–24.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan


Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta : Diva Press Suprijono,
Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi
Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung:


PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai